Anda di halaman 1dari 27

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Infeksi Menular Seksual (IMS)

a. Definisi Infeksi Menular Seksual (IMS)

Penyakit IMS adalah kelompok penyakit infeksi yang

ditularkan secara langsung melalui hubungan seksual, dengan ciri

khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi di daerah genitalia.

Kegagalan dalam mendiagnosis dan memberikan pengobatan pada

stadium dini dapat memberikan komplikasi serius atau berat dan

berbagai gejala sisa lainnya, antara lain kemandulan (infertilitas),

akibat buruk pada bayi, kecacatan, kehamilan di luar rahim (ectopic

pregnancy), kematian dini, kanker di daerah anogenital, serta infeksi

baik neonatus (setelah melahirkan) maupun pada bayi. Disamping itu

keberadaan IMS akan mengakibatkan biaya pengobatan yang sangat

besar (Sjaiful, 2007:3).

b. Penyebab Infeksi Menular Seksual

Penyebab Infeksi Menular seksual (IMS) antara lain :

1) Bakteri

Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan penyakit

menular seksual diantaranya adalah:


12

a) Neisseria gonorheae, yang dapat menyebabkan penyakit

uretritis, epididimitis, servisitis, proktitis, faringitis,

konjungtivitis, bartholinitis, gonore.

b) Chlamydia trachomatis yang dapat menyebabkan penyakit

uretritis, epididimis, servisitis, proktitis, salpingitis,

limfomagranuloma venereum.

c) Mycoplasma hominis yang dapat menybabkan penyakit

uretritis, epididimis, servisitis, proktitis, salpingitis.

d) Ureaplasma urealyticum yang dapat menyebbkan penyakit

uretritis, epididimis, servisitis, proktitis, salpingitis.

e) Treponema pallidum yang dapat menyebabkan penyakit

sifilis.

f) Gardnerella vaginalis yang dapat menyebabkan penyakit

vaginitis

g) Donovania granulomatis yang menyebabkan penyakit

granuloma inguinalis.

2) Virus

Beberapa virus yang dapat menyebabkan penyakit

menular seksual diantaranya adalah:

a) Herpes simplex virus yang menyebabkan penyakit herpes

genitalis.

b) Herpes B virus yang menyebkan penyakit hepatitis

fulminan akut dan kronik.


13

c) Human papiloma virus yang menyebabkan penyakit

kondiloma akuminatum.

d) Molluscum contagiosum virus yang menyebabkan penyakit

moluskum kontangiosum.

e) Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan

penyakit AIDS (Acquaired Immune Deficiency Syndrome)

(Sjaiful Fahmi Daili dalam Hastuti,2011:14).

3) Protozoa

Trichomonas vaginalis yang menyebabkan penyakit

trikomoniasis, vaginitis, uretritis, balanitis (Hastuti,2011:15).

4) Fungi

Fungus yang dapat menyebabkan penyakit menular

seksual adalah: Candida albicans yang menyebabkan penyakit

vulvovaginitis, balannitis, balanopostitis (Hastuti,2011:15).

c. Gejala Umum Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular seksual sering kali tidak menunjukkan

gejala. Namun ada pula yang menunjukkan gejala-gejala sebagai

berikut :

1) Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda

dari biasanya. Pada perempuan, keputihan yang keluar

semakin banyak. Warnanya bisa putih susu, kekuningan,

kehijauan atau disertai dengan bercak darah. Bisa pula baunya


14

tidak enak, berbentuk cairan ataupun serpihanserpihan seperti

pecahan susu.

2) Perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau

menjadi sering kencing.

3) Luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar

mulut. Sifat lukanya bisa nyeri ataupun tidak.

4) Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil sekitar kemaluan.

5) Gatal-gatal di daerah alat kelamin.

6) Bengkak di lipatan paha.

7) Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri.

8) Sakit perut di bagian bawah yang kumat-kumatan dan tidak

ada hubungannya dengan haid.

9) Keluar bercak darah sehabis berhubungan seks.

10) Secara umum merasa tidak enak badan atau demam

(Ismail,2016:21).

d. Macam-Macam Infeksi Menular Seksual

1) Herpes Simpleks

a) Definisi

Herpes simpleks disebabkan oleh Herpes simplex

virus (HSV). Virus ini memiliki predileksi pada lokasi-

lokasi mukokutan, terjadi baik pada pejamu dengan sistem

imun normal atau sistem imun yang tertekan, dan

ditransmisikan melalui kontak genetal atau oral. Ada dua


15

tipe virus, yaitu HSV 1 dan HSV 2 yang mempunyai pola

klinis dan epidemiologis yang berbeda walaupun juga dapat

bertumpang tindih. Sebagian besar orang mengalami infeksi

HSV 1 pada masa anak-anak, sedangkan HSV 2 ditularkan

melalui kontak seksual. Infeksi rekuren sering terjadi akibat

bentuk laten virus pada ganglia sensoir. Pemicu terjadinya

rekurensi yang telah ditemukan adalah stress, sinar matahari,

dan trauma lokal (Davey, 2005:287).

b) Tanda dan Gejala

Pada 80% kasus HSV genetal disebabkan oleh

HSV tipe 2. Kebanyakan infeksinya bersifat asimptomatik.

Vesikel yang nyeri timbul pada glans penis, batang penis,

atau vulva, perineum, dan vagina, 2-7 hari setelah kontak.

Terdapat disuria. Lebih sering terjadi pada wanita. Demam,

malaise, dan limfadenopati inguinal yang nyeri saat ditekan

dapat terjadi. Peluruhan (shedding) virus yang asimtomatik

dapat terjadi dan menyebabkan transmisi kepada pasangan

seks (Davey, 2005:287).

c) Diagnosis

Diagnosis tidak sulit apabila terdapat gelembung-

gelembung di daerah kelamin. Ditemukannya benda-benda

inklusi intranuklear yang khas di dalam sel-sel epitel vulva,

vagina, atau serviks setelah dipulas menurut Papanicolaou,


16

kepastian dalam diagnosis. Dewasa ini diagnosis secara

banyak digunakan pula di samping pembiakan ( Sarwono

Prawihardjo, 2006 : 556).

d) Pencegahan dan Pengobatan

Tujuan dari treament untuk herpes genital adalah

dengan melihat gejala, percepatan penyembuhan lesi, dan

penurunan frekuensi kekambuhan. Pendidikan dan

dukungan konseling juga penting. Agen antivirus (acyclovir,

famciclovir, dan valacyclovir) aman dan afektif untuk

mengobati wabah primer dan berlanjut dan untuk

menyediakan terapi penekan untuk pasien dengan penyakit

kronis. Tidak ada pengobatan untuk virus laten dari ganglia

dorsal pada sumsum tulang belakang. Kerja dilakukan

untuk mengembangkan vaksin HSV (Hecker, 2010:270).

2) Gonore

a) Definisi

Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering

terjadi. Penyebabnya adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae

(diplococcus gram negative). Dua sampai sepuluh hari

setelah terkena timbul urethritis, dan keluar nanah dari

urethra. Mungkin disertai rasa gatal, rasa panas atau sakit di

ujung meatus, terutama sewaktu berkemih; 10-20% tidak

bergejala (Tambayong, 2000:197)


17

b) Tanda dan Gejala

Tanda gejala gonore pada wanita antara lain :

(1) Sering buang air kecil dan sakit

(2) Anus gatal, nyeri dan terjadi perdarahan

(3) Cairan vagina abnormal

(4) Perdarahan vagina abnormal selama atau

berhubungan seks atau antara periode haid

(5) Alat kelamin terasa gatal

(6) Perdarahan haid tidak teratur

(7) Perut bagian bawah terasa sakit

(8) Kelenjar bartholini bengkak dan nyeri pada

pembukaan vagina (Andareto, 2015:21)

Gejala yang terjadi pada pria :

(1) Cairan penis awalnya abnormal (terlihat seperti susu

pada awalnya, kemudian kuning, lembut, dan berlebih,

kadang-kadang darah kebiruan)

(2) Sering buang air kecil dan sakit

(3) Anus gatal, nyeri dan terjadi perdarahan

(4) Sakit tenggorokan dan penyakit mata menular (jarang

terjadi) (Andarreto, 2015:22).

c) Diagnosis

Diagnosisi ditegakkan dengan membuat sediaan

hapus dari sekret uretra (Tambayong, 2000:197).


18

d) Pencegahan dan Pengobatan

Pengobatan biasanya berhasil dengan

menggunakan ampisilin oral ditambah probenesid untuk

memperlambat bersihkan obat dari ginjal (Hastuti, 2011:26).

3) Trikomonas

a) Definisi

Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual yang

disebabkan oleh protozoa unicelullar Trichomonas vaginalis.

Trichomonas dapat bertahan hidup pada handuk basah dan

permukaan lainnya dan dengan demikian dapat menular

tidak melalui hubungan seksual. Masa inkubasi

Trichomonas berkisar antara 4 sampai 28 hari (Joseph Hurt,

2011:331).

Sekitar 50% kasus pada wanita dan laki-laki tidak

memiliki gejala. Gejala infeksi yang klasik diwujudkan oleh

warna hijau-kuning, keputihan berbusa, dengan "apak" bau.

Dispareunia, iritasi vulvovaginal, dan kadang-kadang

disuria dapat hadir. Mitra laki-laki sering tanpa gejala

meskipun mereka menunjukkan uretritis nongonococcal

pada pemeriksaan langsung (Hacker, 2010:268).

b) Tanda dan Gejala

Pada wanita, penyakit ini biasanya dimulai dengan

keluarnya cairan dari vagina yang berbusa dan berwarna


19

kuning kehijauan. Vulva bisa teriritasi dan luka, dan

hubungan intim bisa menyebabkan rasa nyeri. Pada kasus

yang berat, vulva dan kulit di sekitarnya bisa meradang dan

labia membengkak. Timbul rasa nyeri ketika berkemih dan

frekuensi berkemih menjadi sering, menyerupai gejala dari

infeksi kandung kemih (Andareto, 2015:34-35).

Penderita pria sering tidak menunjukkan gejala tetapi bisa

menginfeksi mitra seksualnya. Beberapa diantaranya

mengeluarkan cairan berbusa atau cairan seperti nanah dari

uretra, mengalami nyeri saat berkemih dan desakan

berkemih yang lebih sering. Gejala-gejala ini biasanya

timbul di pagi hari. Uretra bisa mengalami peradangan

ringan, dan kadang-kadang ujung penis tampak lembeb.

Infeksi pada epididimis menyebabkan nyeri pada buah

zakar. Prostat juga bisa terinfeksi (Andareto, 2015: 35).

c) Diagnosis

Diagnosis trikomoniasis pada pasien dan

pasangan seksual mereka harus diikuti dengan skrining

untuk IMS umum lain dan pengobatan empiris dari mitra.

Diagnosis biasanya dibuat atas dasar klinis dan dapat

dikonfirmasi dengan melihat karakteristik mulut basah.

teknik jauh lebih sensitif, termasuk kultur, polymerase chain


20

reaction (PCR), dan pengujian antigen, menjadi tersedia

(Hacker, 2010:268).

d) Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan dilakukan dengan pengobatan secara

topikal atau sistemik. Pengobatan pilihan dapat dengan

memberikan metronidazol 2 g segera atau 400 mg sehari

selama 5 hari kepada klien dan pasangannya. Seluruh

pasangan pria perlu diamati, diperiksa, dan diobati. 90%

pria yang berhubungan seksual dengan wanita yang

mengidap infeksi trichomonas asimtomatik. Pada pria,

sering kali sulit mengisolasi organisme ini jika tidak

terdapat diagnosis dan kontak seksual dengan wanita positif.

Uji tindak ;lanjut kesembuhan direkomendasikan untuk

kedua pasangan (Andrews, 2009:412).

4) Sifilis

a) Definisi

Spirochete T. pallidum adalah agen etiologi dari

penyakit sifilis sistemik. Penyakit ini menular hanya ketika

lesi mukokutan yang hadir. Hal ini terjadi melalui kontak

dengan chancre, kondiloma lata, atau lesi mukosa.

organisme dapat menembus kulit atau selaput lendir,

inkubasi selama 10 hari sampai 3 bulan. Sifilis memiliki


21

karakteristik yang kompleks ditandai dengan respon

imunologi pada spiroket (Joseph Hurt,2011:327).

b) Tanda dan Gejala

Gejala-gejala muncul antara 2-6 minggu (kadang-

kadang 3 bulan) setelah terjadi hubungan seksual.

Munculnya gejala dibagi menjadi 3 tahap :

(1) Primer : tampak luka tunggal, menonjol dan tidak

nyeri.

(2) Sekunder : bintil atau bercak merah di tubuh yang

hilang sendiri tanpa gejala.

(3) Tersier : kelainan jantung, kulit, pembuluh darah

dan gangguan syaraf.

Komplikasi yang mungkin terjadi :

(1) Kerusakan pada otot dan jantung

(2) Selama kehamilan dapat ditularkan kepada janin dan

dapat menimbulkan keguguran atau lahir cacat

(3) Memudahkan penularan infeksi HIV (Ismail, 2016:26)

c) Diagnosis

Secara garis besar uji diagnostic sifilis terbagi

menjadi tiga kategori pemeriksaan mikroskopik langsung

pada sifilis stadium dini, uji serologis, metode berdasar

biologi molekuler. Untuk menegakkan diagnosis sifilis,

diagnosis klinis harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan


22

laboratorium. Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap (dark

field) merupakan metode paling spesifik dan sensitif untuk

memastikan diagnosis sifilis primer adalah menemukan

treponema dengan gambaran karakteristik yang terlihat pada

pemeriksaan mikroskop lapangan gelap dari cairan yang

diambil pada permukaan chancre.

5) Klamidia

a) Definisi

Penyakit klamidia merupakan penyakit kelamin

dan merupakan salah satu penyakit dari golongan penyakit

menular seksual (PMS). Penyakit klamidia dapat

menginfeksi penis, vagina, leher rahim, dubur, saluran

kencing, mata, atau tenggorokan (Andareto, 2015:30).

Penyakit ini disebabkan oleh C. trachomatis. Penyebab

penyakit klamidia antara lain seks bebas, aktivitas seksual

yang tidak sehat, tidak menggunakan pengaman atau

kondom saat berhubungan, tidak bisa menjaga kesehatan

organ intim, dan pola hidup yang tidak sehat (Andareto,

2015:31).

b) Tanda dan Gejala

Gejala klamidia pada perempuan antara lain :

(1) Sakit perut

(2) Keputihan abnormal


23

(3) Perdarahan di luar menstruasi

(4) Demam ringan

(5) Hubungan seks menyakitkan

(6) Nyeri atau rasa terbakar saat kencing

(7) Pembengkakan di dalam vagina atau di sekitar anus

(8) Ingin buang air kecil melebihi biasanya

(9) Perdarahan vagina setelah berhubungan

(10) Keluarnya cairan kekunungan dari leher rahim yang

mungkin memiliki bau yang kuat (Andareto,2015:30-

31).

Gejala klamidia pada pria antara lain :

(1) Nyeri atau rasa terbakar saat kencing

(2) Cairan bernanah atau seperti susu dari penis

(3) Testis bengkak atau lembek

(4) Pembengkakan di sekitar anus (Andareto,2015:31).

6) Kondiloma

a) Definisi

Kondilomata akuminata disebut juga veneral wart,

disebabkan oleh human papiloma virus. Infeksi ini sering

menyertai STD lain seperti trikomoniasis, monilia, dan

gonore. Masa inkubasi dan terjadinya lesi antara 1 sampai 3

bulan. Karakter lesi seperti kembang kol dan terletak pada

intorus, vulva, atau rectum (Tambayong, 2000:200).


24

b) Tanda dan Gejala

Gejala yang timbul pada kondiloma antara lain :

(1) Bintil kecil berwarna abu-abu, merah muda atau agak

kemerahan pada alat kelamin dan tumbuh secara cepat.

(2) Beberapa bintil berkembang saling berdekatan,

hampir menyerupai bunga kol.

(3) Panas di sekitar alat kelamin.

(4) Nyeri, perdarahan dan rasa tidak nyaman pada saat

melakukan hubungan seksual (Hastuti, 2011:32).

7) Candidiasis Vagina

a) Definisi

Infeksi ini disebabkan oleh jamur kandida albikan.

Vaginitis kandidiasis sering dijumpai pada wanita hamil,

karena terdapat perubahan asam basa (Manuba, 1998:406)

b) Tanda dan Gejala

(1) Terdapat lekorea, seperti dadih, putih, bergumpal.

(2) Terasa sangat gatal.

(3) pH cairan vagina menjadi 4,5

(4) Tampak eritema, edema dan bintik merah di dinding

vagina dan dapat menjalar pada vulva dan paha atau

lipatan paha (Manuaba, 2007:633).


25

c) Diagnosis

Diagnosis candidiasis dapat ditegakkan dengan

pemeriksaan laboraturium :

(1) Tes KOH akan memperlihatkan Hife, pseudohife dan

budding jamur

(2) Kultur khusus untuk jamur (Manuaba, 2007:633)

d) Pencegahan dan Pengobatan

Pengobatan pilihannya adalah mikonazol nitrat 200

mg intravagina pada waktu tidur selama 3 hari (Kee,

1994:700). Pengobatan lain yang diberikan pada penderita

kandidiasis antara lain tablet vagina klotrimasol 1% atau

dengan menggunakan Ekonasol 1% dalam bentuk tablet

vagina (Siregar, 2002:60).

e. Skrining Infeksi Menular Seksual (IMS)

Skrining PMS adalah pelaksanaan pemeriksaan PMS secara

rutin atau berkala baik ketika populasi atau pasien tersebut bergejala

maupun tidak (DEPKES RI, 2009:10). Skrining klien dapat

dilakukan dengan anamnesis yang cermat atau melalui konseling.

Apabila mungkin pemeriksaan organ reproduksi dilengkapi dengan

pemeriksaan laboraturium sederhana untuk melihat mikroorganisme

yang ada yaitu meliputi pemeriksaan duh kelamin dengan mikroskop

dan pewarnaan Gram, larutan NaCl dan KOH (Saifuddin, 2006

dalam Hastuti, 2011:33) .


26

1) Tujuan Skrining IMS

Tujuan skrining adalah menemukan penyakit

sehingga pengobatan dapat dimulai sedini mungkin.

Berdasarkan pada (Pedoman Nasional Pencegahan IMS,2011:4-

5) program pencegahan dan pengendalian IMS bertujuan untuk :

a) Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan dengan

IMS

Infeksi menular seksual, selain infeksi HIV

menimbulkan beban morbiditas dan mortalitas terutama di

negara sedang berkembang dengan sumber daya yang

terbatas, baik secara langsung yang berdampak pada

kualitas hidup, kesehatan reproduksi dan anak-anak, serta

secara tidak langsung melalui perannya dalam

mempermudah transmisi seksual infeksi HIV dan

dampaknya terhadap perekonomian perorangan maupun

nasional.

Spektrum gangguan kesehatan yang ditimbulkan

IMS mulai dari penyakit akut yang ringan sampai lesi yang

terasa nyeri serta gangguan psikologis. Misalnya, infeksi

oleh N.gonorrhoeae menimbulkan nyeri saat berkemih

(disuria) pada laki-laki, dan nyeri perut bagian bawah akut

ataupun kronis pada perempuan. Tanpa diobati, infeksi oleh

T.pallidum, meskipun tidak nyeri pada stadium awal,


27

namun dapat menimbulkan berbagai kelainan neurologis,

kardiovaskular serta gangguan tulang di kemudian hari,

serta abortus pada perempuan hamil dengan infeksi akut.

Chancroid dapat menimbulkan ulkus dengan rasa nyeri

hebat dan bila terlambat diobati dapat menyebabkan

destruksi jaringan, terutama pada pasien imunokompromais.

Infeksi herpes genitalis menimbulkan gangguan

psikoseksual karena bersifat rekurens dan menimbulkan

rasa nyeri, terutama pada pasien muda. Biaya yang

dikeluarkan, termasuk biaya langsung baik medis dan non

medis, serta biaya tidak langsung akibat waktu yang hilang

untuk melakukan aktivitas produktif (waktu untuk pergi

berobat, waktu tunggu di sarana pelayanan kesehatan, serta

waktu untuk pemeriksaan tenaga kesehatan).

b) Mencegah infeksi HIV

Mencegah dan mengobati IMS dapat mengurangi

risiko penularan HIV melalui hubungan seks, terutama pada

populasi yang paling memungkinkan untuk memiliki

banyak pasangan seksual, misalnya penjaja seks dan

pelanggannya. Keberadaan IMS dengan bentuk inflamasi

atau ulserasi akan meningkatkan risiko masuknya infeksi

HIV saat melakukan hubungan seks tanpa pelindung antara

seorang yang telah terinfeksi IMS dengan pasangannya


28

yang belum tertular. Ulkus genitalis atau seseorang dengan

riwayat pernah menderita ulkus genitalis diperkirakan

meningkatkan risiko tertular HIV 50-300 kali setiap

melakukan hubungan seksual tanpa pelindung. Program

pencegahan HIV akan mempercepat pencapaian

Millennium Development Goal (MDG) tujuan 6 di tahun

2015.

c) Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuan

Infeksi menular seksual merupakan penyebab

kemandulan yang paling dapat dicegah, terutama pada

perempuan. Antara 10%-40% perempuan dengan infeksi

Chlamydia yang tidak diobati akan mengalami penyakit

radang panggul (PRP). Kerusakan tuba falopii pasca infeksi

berperan dalam kasus kemandulan perempuan (30%-40%).

Terlebih lagi, perempuan dengan PRP berkemungkinan 6-

10 kali mengalami kehamilan ektopik dibandingkan dengan

yang tidak menderita PRP, dan 40%-50% kehamilan

ektopik disebabkan oleh PRP yang diderita sebelumnya.

MDG 5, bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu

sebesar 75% pada tahun 2015. Pencegahan PRP berperan

dalam pencapaian tujuan ini melalui pencegahan kematian

ibu akibat kehamilan ektopik. Pencegahan infeksi human

papillomavirus (HPV) akan menurunkan angka kematian


29

perempuan akibat kanker serviks, yang merupakan kanker

terbanyak pada perempuan.

d) Mencegah efek kehamilan yang buruk

Infeksi menular seksual yang tidak diobati

seringkali dihubungkan dengan infeksi kongenital atau

perinatal pada neonatus, terutama di daerah dengan angka

infeksi yang tinggi. Perempuan hamil dengan sifilis dini

yang tidak diobati, sebanyak 25% mengakibatkan janin

lahir mati dan 14% kematian neonatus, keseluruhan

menyebabkan kematian perinatal sebesar 40%. Kehamilan

pada perempuan dengan infeksi gonokokus yang tidak

diobati, sebesar 35% akan menimbulkan abortus spontan

dan kelahiran prematur, dan sampai 10% akan

menyebabkan kematian perinatal. Dalam ketiadaan upaya

pencegahan, 30% sampai 50% bayi yang lahir dari ibu

dengan gonore tanpa pengobatan dan sampai 30% bayi

yang lahir dari ibu dengan klamidiosis tanpa diobati, akan

mengalami oftalmia neonatorum yang dapat mengakibatkan

kebutaan.

2) Jadwal Skrining IMS

Skrining rutin tahunan IMS termasuk untuk HIV

harus dianjurkan kepada semua WPS yang masih aktif secara

seksual. Sedangkan skrining tiap 3-6 bulan dianjurkan untuk


30

WPS yang sangat berisiko, yaitu WPS dengan banyak pasangan

seksual, minum alkohol atau memakai obat terlarang, berwisata

ke kota-kota risiko tinggi untuk seks (Kemenkes RI,2011:86).

2. Teori Perilaku

Perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau

rangsangan yang berupa pengetahuan, sikap, pengalaman, keyakinan,

sosial, budaya, sarana fisik, pengaruh atau rangsangan yang bersifat

internal. Kemudian menurut Green dalam Notoatmodjo (2003:139-140)

mengklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku

kesehatan, yaitu:

a. Faktor Predisposing (Predisposing factors)

Merupakan faktor internal yang ada pada diri individu,

kelompok, dan masyarakat, yang mempermudah individu

berperilaku seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan

budaya. Faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku salah

satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

atau over behavior (Notoatmodjo, 2003:139-140).

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi melalui

panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia,

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003:139-140).


31

Perilaku seseorang apabila didasari oleh penglihatan,

kesadaran, dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng, akan tetapi sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari

oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

b. Faktor Pemungkin (Enabling factors)

Merupakan faktor yang memungkinkan individu

berperilaku seperti yang terwujud dalam lingkungan, fisik, tersedia

atau tidak tersedia fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

c. Faktor Penguat atau faktor Pendorong (Reinforsing factors)

Merupakan faktor yang menguatkan perilaku seperti

terwujud dalam sikap seperti dukungan dari tenaga kesehatan serta

dukungan dari keluarga terutama suami merupakan koordinasi

referensi dalam perilaku masyarakat.(Notoatmodjo, 2003:139-140)

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan

tersendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

presepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia di

peroleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2012:138).

a) Tingkat Pengetahuan
32

Menurut Notoatmodjo (2012:138) tingkat pengetahuan

mempunyai enam tingkatan :

(1) Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu

yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan sebagainya.

(2) Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan

dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

(3) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari kepada situasi

atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan


33

sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

(4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-

komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

dan masih ada kaitannya dengan satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

(5) Sintesis

Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya

dapat menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada.

(6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

kriteria-kriteria yang telah ada.

b) Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan


seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau
34

diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari


masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0.
Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diiterpretasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik : hasil presentasi76%-100%
2) Cukup : hasil presentasi 56%-75%
3) Kurang : hasil presentasi <56% (Notoatmodjo, 2012)
c) Proses Adaptasi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian, terbukti bahwa perilaku
yangdidasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2007:121) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1) Awareness (kesadaran)
Subjek tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)
terlebih dahulu
2) Interest (tertarik)
Dimana subjek mulai tertarik terhadap stimulus yang sudah
diketahui dan dipahami terlebih dahulu.
3) Evaluation
Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus yang sudah
dilakukan serta pengaruh terhadap dirinya
4) Trial
Dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan perilaku baru
yang sudah diketahui dan dipahami terlebih dahulu.
5) Adoption
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
d) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut


Notoatmodjo (2012) adalah :
1) Umur
Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam
penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal
yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup
seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin
tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau
pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh
dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari
orang lain.
2) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga
35

dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan


klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat
pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan
teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan
kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan
memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi
pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas karena
pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik
yang menjadikan hidup yang berkualitas.
3) Paparan media massa
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka
berbagai ini berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat,
sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan
memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki.
4) Sosial ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun skunder keluarga,
status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding
orang dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial
ekonomi seseorang semakin mudah dalam mendapatkan
pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas
5) Hubungan sosial
Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu
sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan
individu baik maka pengetahuan yang dimiliki juga akan
bertambah.
6) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya
diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan
misalnya sering mengikuti organisasi
2) Sikap

Sikap merupakan suatu reaksi atau respons yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap

secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehisupan sehari-hari


36

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu

masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi

terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu

sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Efendi dan

Makhfudi,2009:103).

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri atas berbagai

tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo,2012:144) :

3. Wanita Pekerja Seksual Tidak Langsung (WPS-TL)

Wanita Pekerja Seksual Tidak Langsung (WPS-TL) adalah

wanita yang beroperasi secara terselubung sebagai penjaja seks komersial.

Para pekerja seksual tidak langsung tersebut biasanya memiliki pekerjaan

lain yang dijadikan sebagai pekerjaan utama untuk menutupi kedok

sebagai pekerja seks (Suyanto, 2016). Biasanya mereka bekerja sebagai

pemandu karaoke di tempat hiburan, dipanti pijat, salon atau sebagai

pegawai hotel. Pekerjaan tersebut memungkinkan mereka berganti-ganti

pasangan sehingga mereka sangat rentan terhadap infeksi menular

seksual. Apalagi jika konsumen menghendaki tidak memakai kondom

saat melakukan hubungan seksual. Hal tersebut dapat menjadikan

penularan IMS semakin cepat.


37

B. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
- Pengetahuan
Pengetahuan
-
n
Sikap
- Kepercayaan
- Keyakinan
- Nilai-nilai

Perilaku Kesehatan
Faktor Pendukung
- Lingkungan
- Sarana dan
Prasarana

Faktor Pendorong
- Sikap dan perilaku petugas
kesehatan

Bagan 2.1 Kerangka Teori


(Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012))

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai