Anda di halaman 1dari 19

Konsep Umum Penyakit Infeksi Menular Seksual

1.1 Pengertian
Infeksi menular seksual (IMS) adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Kebanyakan IMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara penis,
vagina, anus dan mulut.
Menurut Depkes RI (2007) infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi menular seksual akan lebih beresiko bila
melakukan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.

1.2 Tanda dan gejala IMS


Menurut handoyo (2010) gelaja infeksi menular seksual dibedakan menjadi :
a. Perempuan
Luka dengan atau tanpa sakit di sekitar alat kelamin , anus ,mulut dan bagian tubuh yang
lain tonjolan kecil-kecil ,diikuti luka yang sangat sakit disekitar alat kelamin.
1) Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan,kehijauan,
barbau, dan berlendir .
2) Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak menyebabkan
sakit atau burning urination
3) Perubahan warna kulit yaitu terutama di bagian teapak tangan atau kaki perubahan
bisa menyabar keseluruh bagian tubuh
4) Tonjolan seperti jengger ayam yaitu tubuh tonjolan seperti jengger ayam seperti alat
kelamin
5) Sakit pada bagian bawah perut yaiitu rasa sakit yang muncul dan hilang yang tidak
berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi ( infeksi
yang telah berpindah ke bagian dalam sistem reproduksi,termaksuk tuba falopi dan
ovarium)
6) Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin atau antara
b. Laki-laki
1) Lika dengan atau tanpa rasa sakit disekitar alat kelamin , anus mulut atau bagian
tubuh yang lain , tonjolan kecil-kecil, diikuti luka sangat sakit disekitar alat kelamin.
2) Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau berwarna bersal dari pembukaan kepala
penis atau anus.
3) Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama setelah
urination.
4) Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit dikantong zakar.

1.3. Jenis IMS berdasarkan Kuman penyebab


Menurut Depkes RI (2007) Jenis infeksi menular seksual (IMS) berdasarkan penyebab antara
lain:
1.3.1 Infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri
a. Gonorhoe
1) Penyebab : Neisseria gonorhoe
2) Masa inkubasi : Selama 2-10 hari
3) Gejala : Infeksi yang menyerang pada selaput lendir ureta pada laki-laki serta leher
rahim dan uretra pada wanita. Pada laki-laki berupa rasa gatal dan panas pada saat BAK,
keluar cairan atau nanah kental berwarna kuning kehijauan serta spontan dari uretra ujung
penis tampak merah, bengkak dan menonjol keluar. Pada perempuan sebagian besar tidak
menimbulkan keluhan atau keluar cairan keputihan berwaarna kuning kehijauan dan
kental, kadang-kadang disertai rasa nyeri saat BAK.
4) Komplikasi
Yang sering terjadi pada laki-laki adalah pada testis atau buah zakar, saluran sperma
sehingga bisa menimbulkan penyempitan. Pada wanita bisa terjadi penjalaran infeksi
kerahim dam saluran telur sehingga dapat menyebabkan kemandulan. Bila mengenai ibu
hamil dapat menularkan ke bayi saat melahirkan sehingga menyebabkan infeksi pada
mata yang dapat menyebabkan kebutaan (Depkes RI, 2007).
b. Sifilis (Raja Singa)
Menurut Ardiyantoro dan Kumalasan (2010), sifilis disebut juga raja singa, Mai de
Naples, morbus gallicus, lues venerea.
1) Penyebab : Troponema pallidum
2) Macam sifilis :
a. Sifilis stadium I (sifilis primer)
Sifilis ini timbul antara 2-4 minggu setelah kuman masuk, ditandai dengan adanya
benjolan kecil merah biasanya 1 buah kemudian menjadi lika atau koreng yang tidak
disertai rasa nyeri. Lokasi pada laki-laki biasanya pada alat kelamin sedangkan pada
wanita selain pada alat kelamin luar bisa juga pada vagina maupun leher rahim. Tempat
lain yang bisa terkena adalah pada bibir, lidah, sekitar dubur.
b. Stadium II (sifilis sekunder)
Stadium ini terjadi setelah 6-8 minggu dan bisa berlangsung sampai 9 bulan.
Kelainan dimulai dengan adanya gejala nafsu makan yang menurun, demam, sakit
kepala, nyeri sendi. Stadium ini disebut the grea imitator of the skin deseases karena
mempunyai tanda dan gejala menyerupai penyakit kulit lain berupa bercak –bercak
merah, benjolan kecil-kecil seluruh tubuh, tidak gatal, kebotakan rambut dan sebagainya.
c. Stadium HI (sifilis tersier)
Umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah infeksi. Diandai dengan dua macam
kelainan yaitu berupa kelainan yang bersifat destruktif pada kulit,selaput lendir, tulang
sendi dan adanya radang yang terjadi secara perlahan-lahan pada jantung, sistem
pembuluh darah dan syaraf.
3) Komplikasi
Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010) komplikasi sifilis yaitu:
a. Dapat menimbulkan kerusakan berat pada otak dan jantung jika tidak diobati.
b. Selama kehamilan dapat ditularkan pada bayi dalam kandungan dan dapat
menyebabkan keguguran atau lahir cacat.
c. Memudahkan penularan HIV.
c. Ulkus Molle
Disebabkan oleh infeksi bakteri hameophillusducreyi yang menular karena hubungan
seksual.
1) Gejala
a. Luka-luka dan nyeri tanpa radang jelas
b. Benjolan mudah pecah dilipatan paha disertai sakit
2) Komplikasi:
a. Luka dan infeksi hingga mematikan jaringan disekitarnya.
b. Tertular HIV
d. Granuloma Inguinale
1) Penyebab
Menurut Handoyo (2010), sebuah luka kecil dibagian kemaluan akan menyebar lama-
kelamaan membentuk sebuah masa granulomatus benjolan-benjolan kecil) yang bisa
menyebabkan kerusakan berat organ-organ kemaluan.
2) Gejala
Menurut Depkes RI (2007), pada stadium awal dimulai dengan adanya plenting kecil
yang akan pecah dalam waktu singkat kemudian menjadi luka, tidak nyeri dan sembuh
sendiri pada waktu singkat. Dalam waktu antara 1-4 minggu setelah luka tersebut
sembuh akan timbul pembengkakan kelenjar lipat paha yang disertai rasa nyeri, keras,
berbentk seperti sosis.
3) Komplikasi
Stadium lanjut pada laki-laki dapat menyababkan pembengkakan pada penis dan scrotum
(elefanitasi scrotum) sedang pada wanita menyebabkan pembengkakan bibir kemaluan
(elephantiasis labiae/esthiomene).

1.3.2 Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan Virus


a. Herpes Genetalis
Menurut Adhiyantoro dan Kumalasari (2010), herpes genetalis disebabkan
virus herpes simplex tipe 1 dan 2 dengan masa inkubasi antara 4-7 hari setelah virus
berada dalam tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau kesemutan pada tepat
masuknya virus. Bagian tubuh yang paling banyak terinfeksi adalah kepala penis dan
preputium (bagian yang disunat) serta bagian luar alat kelamin, vagina dan serviks.
1) Gejala
a. Bintil-bintil berkelompok seperti anggur berair dan nyeri pada kemaluan,
kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering berkerak, lalu hilang dengan
sendirinya.
b. Dapat muncul lagi seperti gejala awal biasanya hilang timbul, kambuh apbila ada
faktor pencetus, misalnya karena stres, menstruasi, makan/minum beralkohol,
hubungan seks berlebihan, dan menetap seumur hidup.
c. Membesarnya kelenjar getah bening diselangkangan.
d. Susah buang air kecil.
2) Komplikasi:
a. Rasa nyeri berasal dari syaraf
b. Tertular pada bayi dan menyebabkan lahir muda, cacat, bayi, lahir mati.
c. Radang tenggorokan (faringitis)
d. Infeksi selaput otak (meningitis)
e. Tertular HIV
f. Kanker leher rahim
b. Kondiloma akuiminata
1) Penyebab
Kondiloma akuiminata disebabkan oleh virus human papilloma tipe 6 dan 11 dengan
masa inkubasi 2-3 bulan setelah kumanmasuk kedalam tubuh.
2) Gejala
Gejala yaitu terlihat adanya satu atau beberapa kutil (lesi) didaerah kemaulan dan lesi ini
dapat membesar.
Menurut Depkes RI (2007) gejala pada wanita hamil dapat membesar sampai dubur dan
mirip jengger ayam atau bunga kol. Pada laki-laki mengenai alat kelamin dan saluran
BAK bagian dalam. Kadang-kadang kutil tidak terlihat sehingga tidak disadari tidak
biasanya laki-laki baru menyadari setelah dia menulari pasangannya.
3) Komplikasi
Menurut Depkes RI (2007), komplikasi kondoloma akuminata yaitu kanker leher rahim
atau kanker kulit disekitar kulit kelamin.
1.3.3 Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan jamur
a. Kandidiasis
1) Penyebab
Infeksi kandidiasis disebabkan oleh jamur candidia albican yang pada umumnya terdapat
di susu dan vagina.
2) Gejala
Gejalanya berupa keputihan menyerupai keju disertai lecet serta rasa gatal dan iritasi
didaerah bibir kemaluan dan berbau khas. Menurut Depkes RI (2007) gejala kandidiasis
yaitu : pada keadaan normal jamur ini terdapat dikulit maupun didalam kemaluan
perempuan. Tetapi pada keadaan tertentu jamur ini meluas sedemikian rupa hingga
menimbulkan keputihan. Gejalanya berupa keputihan berwarna seperti susu, bergumpal,
disertai rasa gatal panas dan kemerahan pada kelamin dan sekitarnya.
1.3.4 Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan parasit
a. Trikomonas vaginalis
Trikomonas adalah infeksi saluran urogenetalia yang dapat bersifat akut atau kronik dan
disebabkan oleh tricomonas vaginalis
1) Penyebab
Tricomonas vaginalis merupakan yang berflagela dengan masa inkubasi sekitar 1
minggu, tapi dapat berkisar 4-28 hari.
2) Gejala
Wanita gatal-gatal dan rasa panas, vagina sekret vagina yang banyak, berbau dan berbusa
(sekret yang berbusa merupakan bentuk klasik dari trikomonas sebanyak 12%, disuria
dengan pruritusedema vulva, perdarahan kecil-kecil pada permukaan serviks.
1.4 Patofisiologi
Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang didapat melalui kontak seksual.
Organisme penyebabnya yang tinggal dalam darah atau cairan tubuh, meliputi virus,
mikoplasma, bakteri, jamur, spirokaeta dan parasit-parasit kecil (misalnya Phthirus pubis,
scabies). Sebagian organisme yang terlibat hanya ditemukan di saluran genital
(reproduksi) saja tetapi yang lainnya juga ditemukan di dalam organ tubuh lain. Di
samping itu, seringkali berbagai IMS timbul secara bersama-sama dan jika salah satu
ditemukan, adanya IMS lainnnya harus dicurigai. Terdapat rentang keintiman kontak
tubuh yang dapat menularkan IMS termasuk berciuman, hubungan seksual, hubungan
seksual melalui anus, kuninglingus, anilingus, felasio, dan kontak mulut atau genital
dengan payudara.) Cara lain seseorang dapat tertular IMS juga melalui :
 Darah
Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau benda
tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat tato.
 Ibu hamil kepada bayinya
Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran. Setelah lahir, HIV bisa
menular melalui menyusui.
 Sentuhan
Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini biasanya terdapat
luka-luka yang dapat menular bila kita tersentuh, memakai handuk yang lembab yang
dipakai oleh orang penderita herpes.
 Tato dan tindik
Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba memberi sumbangan besar
dalam penularan HIV/AIDS. Sejak 2001, pemakaian jarum suntik yang tidak aman
menduduki angka lebih dari 51 % cara penularan HIV/AIDS.

1.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Tes Laboratium
Jika terdapat tanda-tanda dan gejala saat ini yang menunjukkan bahwa seorang laki-
laki memiliki PMS, tes laboratorium dapat mengidentifikasi penyebabnya dan
mendeteksi infeksi mungkin terjadi setelah ada kontak dengan seorang yang memiliki
penyakit ini.
 Tes darah
Tes darah dapat mengkonfirmasi diagnosis terjangkitnya HIV atau stadium sifilis.
 Sampel urin
Beberapa PMS dapat dikonfirmasikan dengan sampel urin.
 Sampel cairan
Jika seorang laki-laki memiliki luka genital aktif, pengujian cairan dan sampel
dari luka dapat dilakukan untuk mendiagnosa jenis dari infeksi. Tes laboratorium
material dari luka genital atau debit yang paling umum digunakan untuk
mendiagnosa bakteri dan beberapa virus PMS pada tahap awal.
2. Skrining
Pengujian untuk suatu penyakit pada seseorang laki-laki yang tidak memiliki gejala
disebut skrining. Terdapat beberapa pengecualian untuk dilakukan tes ini, skrining
kebanyakan bukan merupakan bagian rutin dari perawatan kesehatan.
 Setiap orang
Tes skrining yang disarankan untuk semua orang berusia 13 sampai 64 tahun
adalah tes darah atau air liur untuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), virus
yang menyebabkan AIDS. Di Amerika Serikat sebagian besar menawarkan tes
HIV yang cepat dengan hasil yang dapat langsung diketahui pada hari itu juga.
 Orang dengan HIV
Jika seorang laki-laki memiliki HIV, secara signifikan dapat meningkatkan risiko
terkena PMS. Para ahli merekomendasikan untuk orang dengan HIV melakukan
tes sifilis, gonore, klamidia dan herpes. Perempuan yang ditularkan laki-laki
dengan HIV dapat memicu kanker serviks yang ganas, sehingga mereka harus
melakukan tes dua kali setahun untuk melihat adanya HPV. Beberapa ahli juga
merekomendasikan skrining HPV rutin kepada laki-laki yang terinfeksi HIV
karena dapat berisiko kanker dubur jika terjadi kontak secara anal.

1.6 Penatalaksaan
Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri, umumnya lebih mudah
untuk diobati. Infeksi virus dapat dirawat, namun tidak selalu dapat disembuhkan. Pada
wanita hamil dan memiliki penyakit menular seksual akibat ditularkan oleh suaminya,
pengobatan yang tepat dapat mencegah atau mengurangi risiko penularan infeksi pada
bayi. Pengobatan biasanya diberikan tergantung pada infeksinya, yang diantaranya
meliputi antibiotik dan antivirus.
Menurut WHO (2003), penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua
cara, bisa dengan penaganan berdasarkan kasus (case management) ataupun penanganan
berdasarkan sindrom (syndrome management). Penanganan berdasarkan kasus yang
efektif tidak hanya berupa pemberian terapi antimikroba untuk menyembuhkan dan
mengurangi infektifitas mikroba, tetapi juga diberikan perawatan kesehatan reproduksi
yang komprehensif. Sedangkan penanganan berdasarkan sindrom didasarkan pada
identifikasi dari sekelompok tanda dan gejala yang konsisten, dan penyediaan pengobatan
untuk mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom. Penanganan infeksi menular seksual
yang ideal adalah penanganan berdasarkan mikrooganisme penyebabnya. Namun, dalam
kenyataannya penderita infeksi menular seksual selalu diberi pengobatan secara empiris
Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah:
1. Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson, spektinomisin,
kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin
 Pada masa kehamilan, berikan antibiotika seperti :
a) Ampisilin 2 gram IV dosis awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7
hari.
b) Ampisilin + Sulbaktan 2,25 gram oral dosis tunggal.
c) Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM dosis
tunggal.
 Masa nifas, berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram dosis tunggal. b)
Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal.
 Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes. b)
Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin + asam
klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis
tunggal.
 Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.

2. Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin,


eritromisin, dan kloramfenikol (Hutapea, 2001).) Menerapkan prinsip pencegahan
infeksi pada persalinan, Menerapkan prinsip pencegahan infeksi pada penggunaan
instrument, Pemberian antibiotika, misal : Benzalin pensilin 4,8 juta unit IM setiap
minggu dengan 4x pemberian; Dofsisiklin 200 mg oral dosis awal, dilanjutkan 2×100
mg oral hingga 20 hari; Sefriakson 500 mg IM selama 10 hari, Sebelum pemberian
terapi pada bayi dengan dugaan/ terbukti menderita sifilis kongenital, maka dilakukan
pemeriksaan cairan serebrospinalis dan uji serologik tiap bulan sampai negatif.
Berikan antibiotik : Benzalin pensilin 200.000 IU/ kgBB per minggu hingga 4x
pemberian; Sefriakson 50 mg/ kg BB dosis tunggal (per hari 10 hari), Lakukan
konseling preventif, pengobatan tuntas dan asuhan mandiri, Memastikan pengobatan
lengkap dan kontrol terjadwal, Pantau lesi kronik atau gejala neurologik yang
menyertai.
3. Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir .Lakukan pemeriksaan
serologi (STS), Atasi nyeri dan demam dengan parasetamol 3 x 500 mg, Bersihkan
lesi dengan larutan antiseptic dan kompres dengan air hangat, Keringkan dan oleskan
acyclovir 5% topikal setelah nyeri berkurang, Berikan acyclovir tablet 200 mg tiap 4
jam, Rawat inap bila terjadi demam tinggi, nyeri hebat, retensi urin, konvulsi,
neurosis, reaksi neurologik lokal, ketuban pecah dini maupun partus prematurus,
Berikan pengobatan pada pasangan berupa acyclovir oral selama 7 hari.Bila terpaksa
partus pervaginam, hindari transmisi ke bayi atau penolong.
4. Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin.
 Doksisiklin per oral 2x sehari selama 7 hari.
 Asitromisin dengan pemberian dosis tunggal (kontraindikasi untuk ibu hamil,
gunakan eritromisin, amoksilin, azitromisin).
 Lakukan follow-up pada penderita dengan :
a) Apakah obat yang diberikan sudah diminum sesuai anjuran.
b) Pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati.
c) Jangan melakukan hubungan seks, bila pengobatan belum selesai.
d) Lakukan periksa ulang 3-4 bulan setelah selesai pengobatan.
5. Pengobatan trikomoniasis: metronidazole .
Resisten adalah suatu fenomena kompleks yang terjadi dengan pengaruh dari
mikroba, obat antimikroba, lingkungan dan penderita. Resisten antibiotika
menyebabkan penyakit makin berat, makin lama menderita, lebih lama di rumah
sakit, dan biaya akan lebih mahal.
1.5 Komplikasi
Pengobatan yang tepat dapat membantu mencegah komplikasi beberapa IMS. Karena
menurut pengalaman bahwa banyak orang di tahap awal IMS tanpa gejala, skrining untuk
IMS sangat penting dalam mencegah komplikasi. Komplikasi yang mungkin antara lain :

1. Luka atau benjolan di manapun pada tubuh


2. Luka pada alat kelamin
3. Bintil merah pada kulit
4. Nyeri selama hubungan seksual
5. Nyeri skrotum, kemerahan dan bengkak
6. Nyeri panggul
7. Abses pada selakangan
8. Radang mata
9. Radang sendi
10. Penyakit radang panggul
11. Infertilitas
12. Kanker lain, termasuk limfoma terkait HIV dan HPV terkait kanker dubur
13. Infeksi oportunistik yang terjadi dalam lanjutan HIV

Suatu studi epidemiologi menggambarkan bahwa pasien dengan infeksi menular


seksual lebih rentan terhadap HIV. Infeksi menular seksual juga diimplikasikan sebagai
faktor yang memfasilitasi penyebaran HIV .

1.6 Prognosis
Kebanyakan IMS merespon dengan baik terhadap pengobatan. Namun, banyak pasien
mengembangkan episode berulang dari IMS karena pasangan seks mereka tidak diobati
atau karena mereka terus terkena IMS melalui hubungan seks tanpa kondom. Untuk
membantu menghindari penyakit yang sama lagi, semua pasangan seks juga harus
diobati baik laki-laki ataupun wanita.
1. Sifilis

Prognosis pada ibu hamil dengan sifilis buruk, jika tidak dilakukan dengan
penanganan yang tepat akan berdampak buruk baik si Ibu maupun untuk janin yang
dikandungnya. Pada saat lahir bayi dapat tampak sehat dan kelainan timbul setelah
beberapa minggu, tetapi dapat pula kelainan ada sejak lahir. Di mana virus Troponema
Pallidum masuk secara hematogen melalui placenta ( UK 10 minggu ), sehingga janin
yang terinfeksi dapat mati atau abortus, lahir mati atterm ( IUFD ), dan lahir hidup
dengan tanda- tanda sifilis kongenital.Herpes kelamin tidak dapat disembuhkan, karena
virus tetap aktif dalam saraf untuk sepanjang hidup pasien. Namun, banyak orang tidak
melihat ada masalah setelah infeksi awal, dan banyak orang bahkan tidak menyadari
ketika mereka pertama kali terinfeksi. Pada pasien dengan virus herpes simpleks tipe II,
terapi antiviral dapat berhasil menekan episode berulang dari ulkus di alat kelamin, tetapi
tidak akan menyingkirkan virus.
2. Gonoroe
Bayi yang terkena gonoroe akan menjadi buta, pembengkakan pada kedua
kelopak mata dan matanya mengeluarkan nanah. Selain itu penyakit sistemik seperti
meningitis dan arthritis, sepsis, pada bayi yang terinfeksi pada proses persalinan HIV
tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan hati-hati perawatan medis, pemantauan dan
pengobatan, kebanyakan orang dengan HIV hidup selama bertahun-tahun dengan
gejala minimal atau bahkan tidak ada gejala.

Konsep Asuhan Keperawatan Infeksi Menular Seksual

1.1 Pengkajian
1. Identita
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan,pendidikan, status
perkawinan,alamat, Tgl MRS, dll.
2. Keluhan utama
Biasanya nyeri (saat kencing).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah px pernah menderita penyakit berat(sinovitis,artritis).
4. Riwayat Penyakit Sekarang
P = Tanyakan penyebab terjadinyainfeksi?
Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.
R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar ?
S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan.
T = Kapan keluhan dirasakan ?

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tanyakan pada px apakah ada anggota keluarga px yang mender itapenyakit yang sama
seperti yang diderita px sekarang.
6. Pemeriksaan Fisik 
a) Tingkat Kesadaran 
·         GCS
·         TTV
b) Pengkajian Persistem
1. Sistem Integumen
Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genitalesions dan skin rashes.
2. Sistem Kardiovaskuler 
Kaji apakah bunyi jantung normal/ mengalamigangguan.
3. Sistem Pernafasan
Amati pola pernafasannya , Auskultasi paru Kaji faring, apakah ada
peradangan / otak.
4. Sistem Penginderaan
Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan /tidak.
5. Sistem Pencernaan 
Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil. Apakah terdapat diare /tidak.
6. Sistem Perkemihan
Biasanya px mengalami disuria dan kadang-kadang ujung uretra disertai
darah.
7. SistemMuskuluskeletal
Biasanya px tidak mengalami kesulitan bergerak. Anus . Biasanya pasien
mengalami inf lamasi jaringan akibat infeksi.
c) Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1. Kebutuhan Nutrisi
Kaji intake dan output nutrisi dan cairan. (Biasanya kebutuhan nutr isi
tidak terganggu).
2.  Kebutuhan Eliminasi
Kajifrekuensi, warna, dan bau urin (isak).
3. Kebutuhan Aktivitas
Klien dengan GO  biasanya aktivitasnya tidak begitu terganggu.
4. Kebutuhan Kebersihan diri
a.    Kaji berapa kali mandi, gosok gigi, mencuci rambut dan memotong
kuku.
b.    Klien dengan GO harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan diri.

d) Psikososial dan Spiritual


1.  Psikologis
Biasanya pasien merasa gelisah dan distress adanya ketakutan.
2. Sosial 
Biasanya pasien merasa kesepian dan takut di tolak dalam pergaulan.
3. Spiritual
Bagaimana ibadah pasien selama sakit

1.2 Diagnosa Keperawatan


1. Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis. Imflamasi)

1.3 Intervensi

SDKI SLKI SIKI


Risiko Infeksi b.d Integritas Kulit dan Perawatan Integritas Kulit
kerusakan integritas kulit Jaringan (1.14125) (1.11353)
Setelah di lakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 1 Identifikasi penyebab
jam maka Integues kulit dan gangguan integritas kulit
jaringan pada pasien dapat (man perubahan
membaik dengan kriteria sukulan, perubahan
kulit (dermis dan/atau status nutrisi, penurunan
epidermis) in (membran kelembaban, suhu
mukos, kohe, tendon, lingkungan ekstrem
tulang, kartilago, kapral penurunan mobilites)
Teraupetik :
1 Perfusi jaringan 2 Ubah posisi tiap 2 jam
meningkat (5) jika turah baring--
2 Kerusakan jangan(5) Lakukan pemijatan pada
3 Keruakan lapisan area penonjolan
kulit(5) tulang.jika perlu
4 Hematoma menaran (5) 3 Benihkan penneal
5 Tekstur membaik(5) dengan air
hangat,terutama selama
periode diaze
4 Gunakan produk
berbahan petrolium abeu
minyak pada kulit
kering Gunakan produk
berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada
kulit sensitif
5 Hindan produk berbahan
dasar alcohol pada kulit
kening
Edukasi :
1 Anjurkan menggunakan
pelembab (mis lotion,
2 Anjurkan minum air
yang cukup
3 Anjurkan meningkatkan
arupen nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal 30
saat berada di luar
7. Anjurkan mandi dengan
menggunakan sabun
secukupnya

Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri (L. 124136) Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis (mis. (I.08238)
Imflamasi) Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 30 1. Identifikasi lokasi,
menit maka Tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas,
hasil: intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respon
menurun (5) nyeri non verbal
2. Kesulitan tidur, gelisah 4. Identifikasi faktor
menurun (5) yang memperberat dan
3. Meringis menurun (5) memperingan nyeri
4. Frekuensi nadi, 5. Identifikasi pengaruh
pernapasan, tekanan nyeri pada kualitas
darah membaik (5) hidup
5. Kemampuan 6. Monitor efek samping
menggunakan teknik penggunaan analgetik
nonfarmakologis 7.
meningkat (5) Terapeutik
6. Keluhan nyeri 1. Berikan terapi non
menurun (5) farmakologis untuk
mengurangi nyeri
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (misalnya suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan
periode nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik

1.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan,
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat
waktu dan efektif terhadap biaya. pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat
respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada
penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat
mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan
berikitnya.
1.5 Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan
kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses
keperawatan yaitu perawat harus mengevaluasi pasien.
Daftar Pustaka

Hamilton & Morgan . Infeksi Menular Seksual (IMS), Jakarta : penerbit Universitas Indonesia
(UI press),2009.

Sinclair. Faktor risiko Infeksi Menular Seksual (IMS), Jakarta : cv Infomedika,2010.

WHO (World Healt Organization), penderita baru IMS, 1999, Jakarta : buku kedokteran,1999.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnosis. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Piusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai