DISUSUN OLEH:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen
Keperawatan dengan judul makalah “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
ODGJ” ini tepat waktunya. Dengan tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang konsep
Keperawatan Komunikasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada
ibu Eko Arik Susmiatin, S.Kep, Ns, M.Kep Sp.Kep J. Selaku dosen
pembimbing dan teman-teman yang sudah memberikan dukungan semangat
sekaligus masukan.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
1.4 Manfaat..........................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................6
TINJAUAN MATERI..............................................................................................................6
2.1.2 Etiologi....................................................................................................................6
2.1.4 Patofisiologis.........................................................................................................10
2.1.5 WOC.....................................................................................................................12
2.1.7 Penatalaksanaan....................................................................................................14
2.1.8 Pencegahan............................................................................................................14
iii
2.2.3 Struktur Keluarga..................................................................................................19
BAB III..................................................................................................................................27
3.6 Evaluasi........................................................................................................................35
BAB IV..................................................................................................................................37
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................37
Kasus Semu........................................................................................................................37
Analisa Data...............................................................................................................48
Skala Prioritas............................................................................................................49
Intervensi....................................................................................................................52
BAB V...................................................................................................................................61
PENUTUP.............................................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................62
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kabutan dari Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 11.011 jiwa dan pada tahun
2016 berjumlah 13.286 jiwa. Data diatas menunjukkan kunjungan jumlah klien
gangguan jiwa mengalami kenaikan 9% daro tahun 2015 kehatun 2016.
Berdasarkan hasi study pendahuluan yang dilakukan (Aananda, 2017) data yang
diperoleh dari catatan rekam medik Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY tahun 2016
data penderita skizofrenia tidak terogranisir yang dirawat inap sebesar 133 jiwa
dan yang dirawat jalan atau kunjungan klinik jiwa sebesar 613 jiwa.
Hasil study pendahuluan tersebut, menunjukkan jumlah kunjungan klien
dengan masalah kejiwaan terbanyaka adalah dikabupaten Bantul. Lebih lanjut
dirinci jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, dan kunjungan gangguan jiwa
disarana pelayanan Kesehatan kabupaten Bantut 3 terbanyak yaitu puskesmas
pajangan terdapat 92.287 jiwa, puskesmas bangutapan 1 terdapat 86.028 jiwa dan
puskesmas pleret terdapat 62.584 jiwa (Diakes Bantu, 2017).
Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri, gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung. Harga diri rendah merupakan semua pikiran,
keyakinan, dan kepercayaan tentang dirinya dan mempengaruhi orang lain. Harga
diri tidak terbentuk dari lahir, tetapi dipelajari dari pengalaman unik seseorang
dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan lingkungan (Stuart,
2013).
Pasien dengan harga diri rendah beresiko muncul masalah gangguan jiwa lain
apabila tidak segera diberikan terapi dengan benar, karena pasien dengan harga
diri rendah cenderung mengurung diri dan menyendiri, kebiasaan itulah yang
memicu munculnya masalah isolasi sosial. Isolasi sosial menyebabkan pasien
tidak dapat memusatkan perhatian yang menyebabkan suara atau bisikan muncul
sehingga menimbulkan masalah halusinasi, masalah lain yang kemudian terjadi
adalah resiko perilaku kekerasan, rasa tidak terima tentang suatu hal karena
merasa direndahkan seseorang maupun suara bisikan yang menghasut untuk
melakukan tindakan merusak lingkungan dan menciderai orang lain (Direja,
2011).
Peran perawat untuk mengatasi masalah klien dengan harga diri rendah adalah
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien,
membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu
klien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih dan melatih
kemampuan yang dipilih klien serta membantu pasien menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang dilatih (Prabowo, 2014) . Keluarga sebagai sistem
pendukung utama juga memiliki peran penting dalam membantu pasien
2
meningkatkan harga dirinya (Dermawan, 2013). Tindakan dan peran keluarga
yang dapat dilakukan untuk membantu menyelesaikan masalah klien menurut
Yosep (2014) diantaranya mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya, memberi kegiatan sesuai kemampuan pasien, menetapkan tujuan
yang nyataa, membantu klien mengungkapkan beberapa rencana mengungkapkan
masalah, dan membantu klien mengungkapkan upaya yang bisa digunakan dalam
menghadapi masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis telah melakukan penerapan
Asuhan Keperawatan Keluarga pada pasien dengan Orang Dalam Gangguan Jiwa
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian ODGJ
2. Mengetahui etiologi ODGJ
3
3. Mengetahui macam macam ODGJ
4. Mengetahui fatofisiologi ODGJ
5. Mengetahui manifestasi ODGJ
6. Mengetahui penalaksanaan ODGJ
7. Mengetahui pencegahan ODGJ
8.Mengetahui konsep ODGJ
9. Mengetahui saja tipe keluarga
10. Mengetahui saja setruktur keluarga
11. Mengetahui saja fungsi keluarga
12. Mengetahui saja peran keluarga
13. Mengetahui tahan perkembangab keluarga ODGJ
14. Mengetahui diagnosa UDGJ
15. Mengetahui pengkajian UDGJ
16.Mengetahui keperawatan
1. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan Orang Gangguan
Jiwa
b. Merumuskan diagnosis keperawatan keluarga dengan Orang Gangguan
Jiwa
c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan keluarga dengan Orang
Gangguan Jiwa
d. Melaksanakan tindakan keperawatan keluarga dengan Orang Gangguan
Jiwa
e. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan Orang Gangguan Jiwa
1.4 Manfaat
a. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dari peneliti dalam melakukan riset tentang
dukungan keluarga dalam pemulihan OGDJ dan persepsi keluarga tentang
gangguan jiwa.
4
Menambah wawasan bagi keluarga penderita gangguan jiwa agar
dukungan keluarga dalam pemulihan OGDJ menjadi lebih baik.
5
BAB II
TINJAUAN MATERI
2.1.2 Etiologi
Penyebab ODGJ secara umum dapat ditijau dari beberapa sudut, yaitu
berdasarkan tahap berfungsinya dan sumber asalnya (Baihaqi et al. 2005
dalam Halida, 2015) :
a. Tahap Berfungsinya
Penyebab perilaku abnormal menurut tahap berfungsinya dapat Dibedakan
oleh Colemen, Butcher, dan Carson (dalam Baihaqi et al.2005) sebagai
berikut :
1) Penyebab primer
Kondisi yang secara langsung meyebabkan terjadinya
Gangguan jiwa/perilaku abnormal. Penyebab primer misalnya Psikosis
6
yang disertai paralisis atau kelumpuhan yang bersifat Progresif atau
berkembang secara bertahap sampai akhir ODGJ Mengalami
kelumpuhan total.
3) Penyebab pencetus
Adalah kejadian traumatik yang langsung menyebabkan
Gangguan jiwa, diantaranya kehilangan harta benda yang berharga,
Menghadapi kematian anggota keluarga dan kehilangan mata
Pencaharian.
b. Sumber Asal
Penyebab perilaku abnormal berdasarkan sumber asalnya dapat
Digolongkan menjadi tiga, yaitu faktor biologis, psikososial, dan
Sosialkultur
1) Faktor biologis
7
Adalah berbagai keadaan dimana biologis atau jasmani yang Dapat
menghambat perkembangan maupun fungsi individu dalam Kehidupan
sehari-hari. Faktor biologis, diantaranya kurang gizi, Kelainan gen dan
penyakit-penyakit (Parkinson dan multiple Selerosis).
2) Faktor psikososial
Meliputi trauma di masa kanak-kanak, deprivasi parental, Hubungan
orang tua dan anak yang patogenik, struktur keluarga yang Patogenik,
dan stres berat.
3) Faktor sosiokultural
Meliputi keadaan objektif dalam masyarakat atau tuntutan dari
Masyarakat yang dapat berakibat timbunya tekanan pada individu dan
Selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan.
8
yang buruk, menarik Diri pergaulan sosial dan kecurigaan atau ide-
ide paranoid. Gangguan Waham adalah gangguan waham yang
menetap lama.
d. Gangguan suasana
perasaan Gangguan suasana perasaan adalah perubahan suasana
perasaan Biasanya karena depresi. Gangguan suasana perasaaan
meliputi episode Maniak, gangguan afektif bipolar, episode
depresif, gangguan depresif Berulang dan gangguan suasana
perasaan yang menetap.
e. Gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait
stress
Gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait
stres Dikelompokkan menjadi satu dengan alasan bahwa dalam
sejarahnyya ada Hubungan dengan perkembangan konsep neurosis
dan berbagai Kemungkinan penyebab psikologis. Gangguan
neurotik, gangguan Somatoform, dan gangguan terkait stres
meliputi gangguan ansietas fobik, Gangguan ansietas lainnya,
gangguan obsesif kompulsif, reaksi terhadap Stres berat dan
gangguan penyesuaian, gangguan disosiatif, gangguan
Sematoform dan neurotik lainnya.
f. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologi
dan Faktor fisik
Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologi
dan Faktor fisik meliputi gangguan makan, gangguan tidur non
organik, Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau
penyakit organik, Gangguan mental dan perilaku yang
berhubungan dengan masa nifas, dan Penyalahgunaan zat yang
tidak menyebabkan ketergantungan.
g. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa adalah ekspresi
dari Pola hidup yang berkembang sejak dini dari masa
pertumbuhan dan Perkembangan. Gangguan kepribadian dan
perilaku masa dewasa Meliputi gangguan kepribadian khas,
gangguan kepribadian campuran, Perubahan kepribadian yang
berlangsung lama yang tidak diakibatkan Oleh kerusakan atau
penyakit otak, gangguan kebiasaan dan impuls, Gangguan identitas
jenis kelamin, gangguan preferensi seksual, gangguan Psikologi
9
dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan
Orientasi seksual.
h. Retardasi mental
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang
Terhenti atau tidak lengkap yang terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa Atau gangguan fisik lainnya. Retardasi mental
meliputi retardasi mental Ringan, sedang, berat dan sangat berat.
i. Gangguan perkembangan psikologis
Gangguan perkembangan psikologis adalah keterlambatan
Perkembangan fungsi biologis dari susunan saraf pusat. Gangguan
Perkembangan psikologis meliputi gangguan perkembangan khas
Berbicara dan berbahasa, gangguan perkembanganbelajar khas,
Gangguan perkembangan motorik khas, gangguan perkembangan
khas Campuran dan gangguan perkembangan pervasif.
j. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada
masa Kanak dan remaja
Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada
Masa kanak dan remaja meliputi gangguan hiperkinetik, gangguan
Tingkah laku, gangguan campuran tingkah laku dan emosi,
gangguanEmosional dengan onset khas pada masa kanak-kanak
dan gangguan Fungsi sosial dengan onset khas pada masa kanak
dan remaja.
2.1.4 Patofisiologis
Penderita yang mengalami gangguan jiwa biasanya memiliki perilaku
kekerasan terhadap dirinya maupun orang lain,mengalami ISOS ( suka
menyendiri ) serta memiliki pikiran halusinasi dengan gangguan proses piker
waham.
10
Sedangkan penderita yang mengalami ISOS (suka menyendiri) pasien
biasanya lebih tertutup dan jarang bergaul/ bersosialisasi dengan orang lain
maka dari itu akan menjadikan menurunnya motivasi perawatan dirinya
sendiri mereka berfikir perawatan terhadap dirinya itu tidak penting.Tidak lain
dengan pasien yang memiliki pikiran halusinasi dapat menjadikan resiko
menciderai diri,orang lain, bahkan keluarganya sendiri juga dapat di ciderai.
Menurut mereka yang mengalami halusinasi itu ada suara yang dapat
mengintrupsikan mereka untuk melakukan hal itu dan akan mengakibatkan
resiko perilaku kekerasan, penderita akan mengalami perubahan interaksi
dengan masyarakat dan keluarga akan mengalami proses gangguan.
Kelainan pada struktur otak atau kelainan yang terjadi pada system
kerja bagian tertentu dari otak juga dapat menimbulkan gangguan pada
kejiwaan. Sebagai contoh masalah komunikasi di satu bagian kecil dari otak
dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi secara luas. Hal ini dapat terjadi
pada pasien yang mengalami proses piker waham akan memengakibatkan
psikologisnya terhambat yang akan menyebabkan gangguan komunikasi
verbal terganggu
11
2.1.5 WOC
a. Gangguan persepsi
Persepsi adalah sensasi yang disertai pengertian. Sensasi adalah
Kesadaran akan adanya suatu rangsang. Sensasi sama dengan
Penginderaan. Semua rangsangan masuk kedalam diri melalui panca
Indera, yang kemudian diteruskan ke otak sehingga rangsangan dapat
Dirasakan. Persepsi adalah pemahaman atau pengertian tentang
12
Rangsangan karena ada interaksi dengan rangsangan lainnya atau
Rangsangan yang telah dipahami sebelumnya.
b. Gangguan perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis pada suatu objek. Perhatian
Berkaitan dengan kesadaran dan ingatan serta sering disebut dengan
Konsentrasi.
c. Gangguan ingatan
Ingatan (kenangan, memori) adalah keampuan individu untuk
Menerima, menyimpan dan memproduksi kembali informasi atau
kesan-Kesan. Kemampuan individu untuk menyimpan informasai
dapat bersifat Permanen tergantung pada kebutuhan.
d. Gangguan orientasi
Orientasi dapat diartikan sebagai kemampuan mengetahui posisi
Dirinya dalam hubungannya dengan waktu, tempat, dan benda-benda
Tertentu di sekelilingnya. Disorientasi berarti ketidaksanggupan
seseorang Untuk mengetahui posisi dirinya dalam hubungannya
dengan waktu, Tempat, dan benda-benda tertentu dilingkungannya.
e. Gangguan berpikir
Berpikir dapat diartikan sebagai aktivitas meletakkan hubungan antara
Bagian-bagian pengetahuan. Berpikir meliputi proses pertimbangan,
Pemahaman dan penalaran (Maramis dalam Baihaqi et al. 2005)
f. Gangguan kesadaran
Keasadaran adalah keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang
Mampu mengerti dan menyadari sekelilingnya berdasarkan waktu,
Tempat, dan keadaan secara umum.
g. Gangguan emosi
Emosi dapat terjadi pada saat manusia berinteraksi dengan lingkungan
Dan merupakan hasil upaya untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Emosi tampak dalam ekspresi wajah, seperti marah, cemas, ketakutan,
Perasaan berdosa, malu, kesedihan, cemburu, iri hati, kebahagiaan,
Bangga dan harapan.
h. Gangguan psikomotor
Gangguan psikomotor disebut juga gangguan motorik, konasi atau
Gerakan. Gangguan psikomotor berarti gangguan-gangguan yang
Berhubungan dengan gerak tubuh. Gerak tubuh manusia dipengaruhi
oleh Aspek kejiwaaan artinya semua gerakan akibat dari kekuatan-
kekuatan Atau dorongan yang bekerja dari dalam diri.
13
2.1.7 Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
“Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan
mempunyai dosis Efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang
berguna untuk mengendalikan Psikomotornya”. Bila tidak ada dapat di
bergunakan dosis efektif rendah. Contohnya “trifluoperasineestelasine, bila
tidak ada juga maka dapat digunakan transquilizer bukan Obat anti psikotik
seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai Efek
anti tegang,anti cemas,dan anti agitasi” (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
b. Terapi okupasi
Terapi ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas
terhadap Rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program
kegiatannya (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
c. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung Pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. (Eko Prabowo, 2014: hal
145).
d. Terapi somatic
Terapi ini diberikan dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaptif
menjadi Perilaku adaptif. (Eko Prabowo, 2014: hal 146).
e. Terapi kejang listrik
Terapi ini diberikan dengan menimbulkan kejang grand mall dengan
mengalirkan Arus listrik melalui elektroda yang menangani skizofrenia
membutuhkan 20-30 kali terapi Biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3
hari sekali (seminggu 2 kali) (Eko Prabowo, 2014: hal 146).
2.1.8 Pencegahan
Gangguan jiwa dapat dicegah dengan sejumlah tindakan untuk senantiasa
menjaga kesehatan jiwa atau mental Anda. Berikut adalah beberapa hal yang
bermanfaat untuk menjaga kesehatan jiwa
Cukup tidur
Para ahli menemukan adanya keterkaitan antara masalah tidur dengan
meningkatnya risiko gangguan jiwa. Kurang tidur juga dapat memengaruhi
kemampuan otak dalam berkonsentrasi, belajar, dan tetap tenang.
14
Orang dewasa sebaiknya tidur sekitar 8 jam setiap malamnya supaya otak
tetap dapat berfungsi baik dan kesehatan mental senantiasa terjaga.
Meluangkan waktu untuk diri sendiri
Anda bisa mencoba meluangkan waktu untuk melakukan apa yang Anda
sukai, terutama di tengah penatnya kesibukan sehari-hari.
Kegiatan ini dapat sejenak menyingkirkan rasa penat, cemas, dan khawatir
dari pikiran Anda sehingga memberi kesempatan jiwa atau mental Anda untuk
beristirahat dan tetap sehat.
Aktif berolahraga
Aktif berolahraga tidak hanya dapat menjaga kebugaran fisik, tapi juga dapat
memberikan dorongan positif untuk kesehatan mental.
Olahraga membuat otak menghasilkan hormon endorfin dan serotonin yang
bisa meningkatkan suasana hati. Berolahraga secara teratur dapat menurunkan
tingkat stres, kecemasan, hingga depresi.
Kelola stres
Stres telah menjadi bagian dalam kehidupan dan dapat terjadi pada siapa saja.
Akan tetapi, jika Anda tidak dapat mengendalikannya, kondisi ini dapat
menjadi penyebab gangguan jiwa.
Sempatkan diri Anda untuk melakukan kegiatan atau aktivitas untuk
mengelola stres dan menenangkan pikiran. Beberapa cara yang dapat
dilakukan, yaitu meditasi, latihan pernapasan, yoga, berolahraga, menikmati
hobi, dan aktivitas lain untuk bersantai.
Menjalankan diet sehat
Segala jenis makanan dan minuman yang kita konsumsi dapat memengaruhi
setiap bagian tubuh, termasuk otak. Makanan bergizi dan bernutrisi tinggi
mampu membantu tubuh lebih berenergi dan menjaga fungsi otak supaya
tetap prima.
Membangun kepercayaan diri
Rasa kepercayaan diri dan harga diri yang rendah, dapat menjadi faktor
penyebab gangguan jiwa. Maka dari itu, cobalah untuk menerima diri Anda
apa adanya.
Jangan pernah membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Galilah
potensi Anda dan jadilah versi terbaik dari diri Anda sendiri. Hal ini akan
dapat membangun kepercayaan diri dan membuat Anda lebih menghargai diri
sendiri.
Bersosialisasi
15
Aktif bersosialisasi dapat membantu Anda terhindar dari perasaan kesepian
dan terisolasi yang dapat meningkatkan risiko gangguan jiwa. Bersosialisasi
secara rutin dengan teman atau kerabat dapat membuat Anda memiliki sense
of belonging (rasa memiliki).
Meminta bantuan
Saat mulai merasakan tekanan atau sesuatu berlangsung di luar kuasa Anda,
tidak ada salahnya untuk meminta bantuan. Jangan tunda lebih lama karena
bisa saja kondisi mental Anda kian memburuk tanpa disadari.
Bicaralah dengan orang terdekat yang dapat dipercaya. Selain itu, Anda juga
dapat berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mengatasi masalah
dan mencegah terjadinya gangguan jiwa.
16
Dari tiga difinisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa keluarga
adalah :
17
e. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja
atau kuliah). untuk bekerja atau kuliah).
18
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluargayang aslinya.
j. Homeless Family adalah keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan perlindungan yang permanent permanent karena krisis
personal personal yang dihubungkan dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang adalah sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian perhatian tetapi berkembang berkembang dalam kekerasan
kekerasan dan criminal criminal dalam kehidupannya.
19
2.2.4 Fungsi keluarga
Fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai
berikut (Setiadi, 2008):
1. Fungsi Biologis
2. Fungsi Psikologis
3. Fungsi Sosialisasi
4. Fungsi Ekonomi.
20
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi pendidikan
Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi, 2008) dari berbagai fungsi diatas ada 3
fungsi pokok keluarga terhadap terhadap anggota keluarganya, adalah :
1. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada
anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang
sesuai usia dan kebutuhanny berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
2. Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-
anak yang sehat baik fisik, mental, sosila dan spiritual.
3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mendiri dalam mempersiapkan masa depannya.
1. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari pencari nafkah, nafkah, pendidik, pendidik, pelindung
21
pelindung dan pemberi pemberi rasa aman, sebagai sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungan. masyarakat dari lingkungan.
2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, s peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai penga ebagai pengasuh dan pendidik anak- suh dan
pendidik anakanaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarga. m keluarga.
3. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
dan spriritual.
23
b. Membantu anak bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak. Merencanakan kegiatan
dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak
24
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
25
d. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
e. Persiapan masa tua/ pension.
26
BAB III
3.2 Pengkajian/Anamnesa:
Riwayat perjalanan : petugas kesehatan wajib mendapat secara rinci
riwayat perjalanan pasien saat ditemukan pasien terpuruk didalam
kamar
Keluhan yang dikatakan keluarga pasien : pasien mengurung dikamar,
malu bertemu orang lain, dan tidak mampu merawat diri
Riwayat penyakit yang sebelumnya : -
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pasien yang mengalami terpuruk dikamar
b. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan yaitu pemeriksaan TTV
(Tanda-Tanda Vital) meliputi pemeriksaan suhu tubuh,
respirasi,nadi, tekanan darah dan berat badan.
B. Data Obyektif
1. Pasien terlihat kotor
2. Pasien sulit makan dan tidur
3. Pasien tidak ada kontak mata
27
3.4 Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan dapat disebut sevagai inti atau pokok dari proses
keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi
arah bagi tujuan yang ingin dicapai. Hal yang akan dilakukan, termasuk
bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan.
Karenanya, dalam menyusun rencna tindakan keperawatan untuk klien,
keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi, 2008)
28
melakukan perawatan
diri
- Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi :
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
2. Resiko perilaku Tujuan setelah dilakukan Pencegahan perilaku
kekerasan 1x24 jam hasil yang kekerasan (1.14544)
diharapkan yaitu tidak ada Observasi :
tindakan kekerasan. - Monitor adanya benda
Degan kriteria hasil : yang berpotensi
- Verbalisasi membahayakan (mis.
ancaman kepada benda tajam dll)
orang lain - Monitor keamanan
meningkat barang yang dibawa
- Perilaku oleh pengunjung
agresif/amuk - Monitor selama
menurun penggunaan barang
- Perilaku melukai yang dapat
diri sendiri/orang membahayakan (mis.
lain menurun pisau cukur)
Terapeutik :
- Pertahankan
lingkungan bebas dari
bahaya secara rutin
- Libatkan keluarga
dalam perawatan
Edukasi :
- Anjurkan pengunjung
dan keluarga untuk
mendukung
keselamatan pasien
- Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara asertif
- Latih mengurangi
kamarahan secara
verbal dan non verbal
(mis.relaksasi,
29
bercerita)
3. Gangguan Tujuan setelah dilakukan Promosi komunikasi : defisit
komunikasi verbal 1x24 jam hasil yang bicara (1.13492)
diharapkan yaitu dapat Observasi :
berkomunikasi baik - Monitor kecepatan,
dengan keluarga atau tekanan, kuantitas,
sosial. volume, dan diksi
Dengan kriteria hasil : bicara
- Kesesuain ekspresi - Monitor proses
wajah dan tubuh kognitif, anatomis, dan
meningkat fisiologis yang
- Kontak mata berkaitan dengan
meningkat bicara (mis. memori,
- Respon perilaku pendengaran, dan
membaik bahasa)
- Pemahaman - Monitor frustasi,
komunikasi marah, depresi atau hal
membaik lain yang mengganggu
bicara
- Identifikasi perilaku
emosional dan fisik
sebagai bentuk
komunikasi
Terapeutik :
- Gunakan metode
komunikasi alternatif
(mis. menulis, mata
berkedip, papan
komunikasi dengan
gambar dan huruf,
isyarat tangan dan
komputer)
- Sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (mis. berdiri
di depan pasien,
dengarkan dengan
seksama, tunjukkan
satu gagasan atau
pemikiran sekaligus,
atau meminta bantuan
keluarga untuk
30
memahami ucaan
pasien)
- Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bantuan
- Ulangi apa yang
disampaikan pasien
- Berikan dukungan
psikologis
- Gunakan juru bicara,
jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan berbicara
perlahan
- Ajarkan pasien dan
keluarga proses
kognitif, anatomis, dan
fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara
Kolaborasi :
- Rujuk ke ahli patologi
bicara atau terapis
4. Ketidakmampuan Tujuan setelah dilakukan Dukungan koping keluargaa
koping keluarga 1x24 jam hasil yang (1.09260)
diharapkan yaitu keluarga Observasi :
mampu memberi - Identifikasi respons
dukungan. emosional terhadap
Dengan kriteria hasil : kondisi saat ini
- Keluarga - Identifikasi beban
vervalisasi pronosis secara
keinginan untuk psikologis
mendukung - Identifikasi
keluarga yang sakit pemahaman tentang
meningkat keputusan perawatan
- Mencari dukungan setelah pulang
sosial bagi anggota - Identifikasi kesesuaian
keluarga yang sakit antara harapan pasien,
meningkay keluarga, dan tenaga
- Bekerhasama kesehatan
dengan anggota Terapeutik :
keluarga yang sakit - Dengarkan masalah,
31
dalam menentukan perasaan, dan
perawatan pertanyaan keluarga
meningkat. - Terima nilai-nilai
keluaraga dengan cara
yang tidak menghakimi
- Diskusikan rencana
medis dan perawatan
- Fasilitasi
pengungkapan
perasaan antara pasien
dan keluarga atau antar
anggota keluarga
- Fasilitasi pengambilan
keputusan dalam
merencanakan
perawatan jangka
panjang, jika perlu
- Fasilitasi anggota
keluaraga dalam
mengidentifikasi dan
menyelesaikan konflik
nilai
- Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan dasar
keluarga (mis. tempat
tinggal, makanan,
pakaian)
- Fasilitasi anggota
keluarga melalui
proses kematian dan
berduka, jika perlu
- Fasilitasi memperoleh
pengetahuan,
keterampilan, dan
peralatan yang
diperlukan untuk
mempertahankan
keptusan perawtan
pasien
- Bersikap sebagai
pengganti keluarga
untuk menenangkan
32
pasien dan / atau jika
keluarga tidak dapat
memberikan perawatan
- Hargai dan dukung
mekanisme koping
adaptif yang digunakan
- Berikan kesempatan
berkunjung bagi
anggota keluarga
Edukasi :
- Informasikan kemajuan
pasien secara berkala
- Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan
yang tersedia
Kolaborasi :
No Diagnosa Tindakan
1. Defisit perawatan diri 1.mengidentifikasi aktivitas pasien .
2.memonitor tingkat kemandirian
pasien.
3.mengidentifikasi kebutuhan
kebersihan diri pasien.
4.menyediakan lingkungan pasien yang
terapeutik.
5.menyeiapkan alat untuk memenuhi
33
kebersihan diri pasien.
6.menjadwalkan rutinitas perawatan
diri pasien.
7.mengedukasi pasien untuk
melakukan perawatan diri secara
konsisten.
2. Resiko perilaku kekerasan 1.memonitor benda yang berbaha untuk
pasien.
2. memonitor barang yang dapat
membahayakan .
3. melibatkan keluarga dalam
perawatan pasien .
4. menganjurkan orang sekitar untuk
mendukung keselamatan pasien.
5. melatih pasien cara mengungkapkan
perasaan secara asertif.
6. melatih pasien untuk mengurangi
kemarahan secara verbal dan non
verbal.
3. Gangguan komunikasi verbal 1.memonitor kecepatan tekanan dan
volume bicara.
2. memonitor perilaku
frustasi,marah,depresi atau hal yang
memngganggu berbicara.
3. mengidentifikasi perilaku emosional
4. memberikan dukungan psikologi
5. menganjurkan pasien untuk
berbicara secara perlahan.
6.mengajarkan pasien dan kelurga
mengenai proses kognitif, anatomis
yanng berhubungan dengan
kemampuan berbicara
4. Ketidakmampuan koping 1.mengidentifikasi respon emosi
keluarga terhadap kondisi.
2. mengidentifiksi kesesuaian harapan
antara pasien dan keluarga
3. mendengarkan masalah dan
pertanyaaan keluarga
4. mendengarkan masalah dan
pertanyaan keluarga
5. menghargai dan mendukung
mekanisme koping adaptif yang
34
digunakan.
3.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (Reassessment). Secara
umum, evaluasi ditujukan untuk :
35
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Semu
Pada Siang itu di kediri, saat melakukan kunjungan keluarga didapatkan data sebagai
berikut
36
Tn. U berumur 47 tahun, istinya Ny. M berumur 44 tahun dan sudah mempunyai 3
orang anak yaitu x, y, z, anak pertama (x) perempuan berumur 20 tahun anak kedua
(y) laki-laki berumur 15 tahun, dan anak ketiga (z) perempuan berumur 10 tahun.
Pada saat dilakukan pengkajian Ny. M mengatakan bahwa anak x selalu menyendiri
dikamar, merasa malu saat bertemu orang lain terutama di tempat umum, anak x
tampak menarik diri dari dari orang lain, tidak mau berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungan, kontak mata tidak ada, sering marah tanpa sebab, kondisi badan
kotor dan tidak terawat, sulit makan dan tidur, menurut sang ibu anak x sudah
menderita penyakit ini saat dia umur 18 tahun setelah lulus SMA, dikarenakan belum
diterima di beberapa perguruan tinggi yang diinginkannya, sehingga dia diejek
teman-temannya yang sudah diterima di perguruan tinggi. Namun karena keluarga
dari Tn. U dan Ny. M ini tergolong katergori kurang mampu jadi orang tua hanya
dapat mencarikan beasiswa, namun tidak mendapatkan beasiswa. dan juga banyaknya
tanggungan keluarga yang harus dipenuhi karena anak x mempunyai 2 adik yang
masih dibangku sekolah, ditambah lagi ibunya (Ny. M) mempunyai riwayat Diabetes
Mellitus.
I. Data Umum
a. Struktur Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn.U
37
Alamat :Jl. Kusuma Bangsa Rt.002/Rw.019 Kec. Pare
Kab. Kediri
Agama : Islam
b. Daftar Anggota Keluarga
Hub. Pendi
No Nama L/P Umur Pekerjaan
Klg dikan
Buruh
1. Tn.U L 47 Th Suami SD
Pabrik
Ibu Rumah
2. Ny.M P 44 Th Istri SD
Tangga
Anak-
3. An. X P 20 Th - SMA
1
Anak-
4. An.Y L 15 Th - SMP
2
Anak
5. An. Z P 10 Th - SD
-3
a. Genogram
Kakak NY.
NY.M M Tn. U Adik Tn
U
38
An. X
An.Y An. Z
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Garis Keturunan
= Adik Tn. U
= Laki-laki Meninggal
= Perempuan Meninggal
a. Tipe Keluarga
a. Jenis tipe keluarga : Tipe Keluarga Inti
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut : Tidak Ada
b. Suku bangsa
39
a. Asal suku bangsa : Jawa
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: Tidak ada
c. Agama dan kepecayaan
a. Agama : Islam
d. Status sosial ekonomi keluarga
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. U
b. Penghasilan : Sekitar Rp.900.000,00
per bulan
c. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : Sekitar Rp. 450.000,00
per bulan
d. Harta benda yang dimilki (perabot, alat tranportasi yang dimiliki) :
1) Sepeda Motor
2) Televisi
3) Perabotan dapur
40
1. Tn.U : Mengatakan dalam keadasaan sehat dan tidak
mengeluhkan gejala apapun
2. Ny.M : Mengatakan dalam keadaan sakit yaitu Diabetes Mellitus
3. An. X : Pada saat pengkajian Ny.M, mengatakan bahwa anak x
selalu menyendiri dikamar, merasa malu saat bertemu orang lain
terutama di tempat umum, anak x tampak menarik diri dari dari
orang lain, tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan, kontak mata tidak ada, sering marah tanpa sebab.
2) Adakah salah satu anggota yang menderita penyakit?Ada, An X
3) Riwayat penyakit keturunan : Tidak ada penyakit menurun tetapi
kakak Ny. M ada yang mengalami gangguan jiwa
4) Riwayat kesehatan masing masing anggota keluarga
Imunisasi
Tindakan
Keadaan (BCG/Polio/ Masalah
No Nama Umur BB Yang telah
Kesehatan DPT/HB/ kesehatan
dilakukan
Campak
1. Tn.U 47 Th 70 Sehat Lengkap -
41
d. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
X Puskesmas Bidan Dokter Perawat
42
Tempat Sampah: tempatnya :
Kepemilikan tempat sampah ;Ya/Tidak* Ya/
Jenis : Tertutup/Terbuka * Tidak* .......................................................
Dibuang dibelakang rumah dan ..................................
dibakar Menjaga lingkungan rumah tampak
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan bersih
Jumlah ya/tidak.................................(observasi
Anggota Keluarga (8m2/orang) Ya/Tidak * dan validasi)
………………………………………… Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap
……… hari :
Ya/
Tidak* .......................................................
...............................
Menggunakan jamban sehat :
Ya/
Tidak* .......................................................
................................
Memberantas jentik di rumah sekali
seminggu :
Ya/ Tidak* (menguras, mengubur,
menutup)
...................................................................
.................
Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/
Tidak* ......................................................
..
Melakukan aktivitas fisik setiap hari :
Ya/
Tidak* .....................................................
Tidak merokok di dalam rumah : Ya/
Tidak* .......................................................
.....
Penggunaan alkohol dan zat adiktif :
ya/tidak
...................................................................
................
43
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
a) Kebiasaan yang ada dalam komunitas tersebut: Kerja bakti, Karang
taruna, Yasinan
b) Aturan yang ada dalam komunitas tersebut
c) Budaya yang berlaku dalam komunitas tersebut : Pengajian,
Pekumpulan
V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
44
............................................................................................................................
............
1) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya : Ya X Tidak
2) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami
anggota dalam keluarganya:
X Ya Tidak ,
………………………………………………………………..
3) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang
dialami anggota dalam keluarganya :
Ya X Tidak ,
………………………………………………………………..
4) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami
anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat :
Ya Tidak, X
……………………………………………………………………………
………
5) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarganya:
Keluarga
X Tetangga
Kader
Tenaga
kesehatan,yaitu…………………………………………………………
45
7) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami
anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk tindakan upaya
peningkatan kesehatan),
X Ya
Tidak,jelaskan ...................................................................................
46
b. Stressor yg dihadapi keluarga : Kondisi kesehatan An. X dan berhubungan
Ny M yang mempunyai riwayat DM dengan Tn.U tidak mampu
memenuhi kebutuhan keluarga.
Analisa Data
47
Data Objektif keinginan
- Anak X tampak menarik diri dari
orang lain
- Tidak mau berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungan
- Kontak mata tidak ada
- Sering marah tanpa sebab
- kondisi badan kotor dan tidak
terawat
10 Oktober Data Subjektif Gangguan proses keluarga
2021 - Ny. M mengatakan bahwa anak Tn. U khususnya pada :
X merasa kecewa dengan orang ketidakmampuan keluarga
tuanya yang tidak memenuhi memberikan dukungan
keinginannya finansial
untuk melanjutkan kuliah.
Data Objektif
- Tidak mampu berkomunikasi
secara terbuka diantara anggota
keluarga
- Keluarga tidak memenuhi
kebutuhan
fisik/emosional/spiritual anggota
keluarga
10 Oktober Data Subjektif Ketidakmampuan koping
2021 - Ny. M mengatakan keluarga keluarga Tn. U
tidak tahu cara merawat anak X. berhubungan dengan
- Ny. M mengatakan masih belum ketidaktahuan keluarga
tahu tentang gangguan jiwa dan mengenai kondisi masalah
cara perawatannya. kesehatan anak X dan
- Anak X merasa tertekan fasilitas kesehatan yang
tepat
Data Objektif
- Keluarga tampak hanya
mengarahkan sesekali.
- Klien tampak tidak memiliki
aktifitas terjadwal.
- Keluarga tampak mengabaikan
perawatan/ pengobatan anak X
48
Skala Prioritas
1. Isolasi sosial pada anak X keluarga Tn. U berhubungan dengan
perubahan kondisi mental dihubungkan dengan ketidak terpenuhinya
keinginan
49
anak X untuk melanjutkan
kuliah karena anak X, namun
keluarga sudah berusaha
mencarikan beasiswa, tetapi
tidak dapat. Adanya masalah
ekonomi dalam keluarga.
2. Kemungkinan 2 Keluarga Tn. U sibuk bekerja
masalah dapat x2=1 untuk memenuhi kebutuhan
diubah : sehari-hari, karena kondisi
Sebagian ekonomi yang sedang
bermasalah, juga pengetahuan
keluarga Tn. U kurang.
3. Potensial 1 Pemberian informasi yang tepat
masalah untuk x1= dan mudah dipahami dapat
dicegah : membantu keluarga Tn. M
Cukup untuk lebih memperhatikan,
memahami,dan mengerti
kondisi anak X
4. Menonjolnya 1 Anggota keluarga Tn. U
masalah : x1= khususnya anak X terkena
Tidak segera gangguan mental sejak lulus
SMA, tetapi keluarga tidak
segera menangani kondisi anak
X. karena masalah ekonomi dan
kurangnya pengetahuan terkait
kondisi keluarga saat ini
Total
2
50
mengabaikan kondisi tersebut.
2. Kemungkinan 2 Dengan memberi pengertian
masalah dapat x2=1 dan informasi yang tepat
diubah : kepada keluarga Tn. U
Sebagian kemungkinan masalah yang
dihadapi dapat diubah meskipun
masih sebagian .
3. Potensial 1 Dukungan sosial dan
masalah untuk x1= masyarakat dapat membantu
dicegah : kesadaran keluarga Tn U.
Cukup tentang masalah kesehatan dan
fasilitas layanan kesehatan yang
tepat
4. Menonjolnya 1 Anak X terkena gangguan
masalah : x1= mental sejak lulus SMA, tetapi
Tidak segera keluarga tidak segera
menangani kondisi anak X.
Total
2
Intervensi
51
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1. Isolasi sosial pada Tujuan Umum : Isolasi Promosi Sosialisasi
anak X keluarga sosial terkendali setelah (1.13498)
Tn. U dilakukan asuhan
berhubungan Observasi
keperawatan keluarga
dengan perubahan 1. Identifikasi kemampuan
kondisi mental selama 1 minggu melakukan interaksi
dihubungkan dengan orang lain
Tujuan Khusus :
dengan ketidak 2. Identifikasi hambatan
a. Kemampuan
terpenuhinya melakukan interaksi
perasaan
keinginan dengan orang lain
nyaman dengan
(D. 0121) Terapeutik
situasi social
1. Motivasi meningkatkan
an.x meningkat
keterlibatan dalam
b. Kemampuan
suatu hubugan
responsif
2. Diskusikan kekuatan
kepada orang
dan keterbatasan dalam
lain meningkat
berkomunikasi dengan
c. Hubungan
orang lain
sosial keluarga
3. Berikan umpan balik
Bp. U
positif dalam perawatan
meningkat
diri
d. Kemampuan
4. Berikan umpan balik
berinteraksi
positif pada setiap
dalam keluarga
peningkatan
meningkat
kemampuan
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
2. Latihan bermain peran
untuk menngkatkan
ketrampilan komunikasi
Promosi dukungan Keluarga
(1.13488)
Observasi
1. Identifikasi kebutuhan
dan harapan keluarga
2. Identifikasi persepsi
tentang situasi, pemicu
52
kejadian, perasaan dan
perilaku pasien
3. Identifikasi Stressor
situasional anggota
keluarga lainnya
Terapeutik
1. Fasilitasi program
perawatan dan
pengobatan yang di
jalani anggota keluarga
2. Diskusikan kemampuan
dan perencanaan
keluarga dalam
perawatan
3. Dukung keluarga untuk
menjaga atau
mempertahankan
hubungan keluarga
Edukasi
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan dan
pengobatan yang
dijalani pasien
2. Anjurkan meningkatkan
aspek positif dari situasi
yang dijalani pasien.
53
minggu Terapeutik
a. Tujuan Khusus : 1. Motivasi anggota keluarga
b. Kemampuan untuk melakukan aktivitas
keluarga bersama seperti makan,
berkomunikasi berdiskusi bersama keluarga
secara terbuka 2. Fasilitasi anggota keluarga
di antara melakukan kunjungan rumah
anggota sakit
keluarga 3. Susun jadwal aktivitas
meningkat perawatan mandiri di rumah
c. Kemampuan untuk mengurangi gangguan
Anggota rutinitas keluarga
keluarga Edukasi
memenuhi 1. Jelaskan strategi
kebutuhan fisik mengembalikan kehidupan
anggota keluarga yang normal kepada
keluarga anggota keluarga
meningkat 2. Diskusikan dukungan sosial dan
d. Kemampuan sekitar keluarga
keluarga 3. Latih keluarga manajemen
memenuhi waktu jika perawatan rumah di
kebutuhan butuhkan
emosional
anggota Terapi Keluarga
keluarga (1.09322)
meningkat
e. Kemampuan Observasi
anggota 1. Identifikasi riwayat kesehatan
keluarga keluarga
mencari 2. Identifikasi pola komunikasi
bantuan secara keluarga
tepat meningkat 3. Identifikasi cara keluarga
f. Anggota memecahkan masalah
keluarga 4. Identifikasi gangguan spesifik
verbalisasi terkait gangguan harapan peran
keinginan untuk 5. Identifikasi ketidakpuasan/
menukung konflik yang terjadi
anggota 6. Identifikasi kebutuhan dan
keluarga yang harapan keluarga
sakit meningkat Terapeutik
g. Kemampuan 1. Fasilitasi disuse dengan
mencari keluarga
54
dukungan sosial 2. Fasilitasi strategi menurunkan
bagi anggota stress
keluarga yang 3. Diskusikan cara terbaik dalam
sakit meningkat menangani disfungsi perilaku
dalam keluarga
4. Diskusikan strategi
penyelesaian masalah yang
kontruktif
5. Diskusikan rencana terapi
dengan keluarga
Edukasi
1. Anjurkan Berkomunikai lebih
efektif
2. Anjurkan anggota keluarga
memprioritaskan dan memilih
masalah keluarga
3. Anjurkan semua anggta
keluarga berpartisipasi dalam
pekerjaan rumah angga ber
sama sama (makan bersama)
4. Anjurkan mengubah cara
berhubungan dengan anggota
keluarga lain
55
kesehatan yang selama 1 minggu. keluarga dan kesehatan
tepat. Terapeutik
(D.0093) Tujuan Khusus : 1. Dengarkan masalah,
Diharapkan Keluarga perasaan dan
Tn. U mampu pertanyaan keluarga
a. Mengetahui 2. Fasilitasi
pengertian pengungkapan
gangguan jiwa perasaan antara pasien
b. Mengetahui dan keluarga atau antar
pedisposisi dan anggota keluarga
prepepitasi 3. Fasilitasi pemenuhan
gangguan jiwa kebutuhan dasar
c. Mengenal keluarga
tanda-tanda 4. Fasilitasi memperoleh
kekambuhan pengetahuan,
d. Mengetahui ketrampilan, dan
perawatan dan peralatan yang
tempat diperlukan untuk
pelayanan yang mempertahankan
keluarga bisa keputusan perawatan
gunakan pasien
e. Bantuan yang Edukasi
di tawarkan 1. Informasikan fasilitas
orang lain kesehatan yang
meningkat tersedia
f. Dukungan Kolaborasi
emosi yang di 1. Rujuk untuk terapi
berikan orang keluarga, jika perlu
lain meningkat
Promosi Koping
(1.09312)
Obsevasi
1. Identifikasi
kemampuan yang
dimiliki
2. Identifikasi
pemahaman proses
penyakit
3. Identifikasi metode
penyelesaian masalah
4. Identifikasi kebutuhan
56
dan keinginan
terhadap dukungan
sosial
Terapeutik
1. Fasilitasi dalam
memperoleh informasi
yang di butuhkan
2. Motivasi untuk
menentukan harapan
yang realistis
3. Dukung penggunaan
mekanisme yang tepat
Edukasi
1. Anjurkan menjalin
hubungan yang
memiliki kepentingan
dan tujuan yang sama
2. Anjurkan penggunaan
sumber spiritual
3. Anjurkan keluarga
terlibat
4. Latih penggunaan
tehnik relaksasi
1. Isolasi sosial pada anak X Selasa, 10 Oktober 2020 jam Selasa, 10 Oktober 2020
keluarga Tn. U 11.00-12.00 WIB jam 11.00-12.00 WIB
berhubungan dengan
perubahan kondisi mental a. Melakukan pengkajian S :
dihubungkan dengan mengenai kondisi sakit
ketidak X a. Ny M mengatakan Z
terpenuhinyakeinginan b. Melakukan identifikasi telah menderita sakit
. kemampuan jiwa sejak lulus
melakukan interaksi SMA
b. Ny. M mengatakan
dengan orang lain bahwa anak X selalu
57
c. Mengkaji respon menyendiri dikamar,
keluarga terhadap merasa malu saat
kondisi anggota yang bertemu orang lain
sakit terutama ditempat
d. Mengkaji upaya-upaya umum
keluarga yang telah c. Keluarga
dilakukan dalam mengatakan ingin
menghadapi kondisi tahu lebih banyak
sakit tentang gangguan
e. Mengkaji sumber daya jiwa
yang ada di keluarga, O:
biaya, waktu, dan
fasilitas/pearalatan a. Keluarga termasuk
yang menunjang tingkat ekonomi
perawatan klien menengah
dengan gangguan jiwa b. Anak X tampak
f. Melakukan kontrak menarik diri dari
waktu dan kegiatan orang lain
yang akan digunakan c. Tidak mau
untuk memberikan berinteraksi dengan
penyuluhan orang lain dan
lingkungan
A : Tujuan belum tercapai
P : Lakukan kunjungan
sesuai kontrak yang telah
disepakati
2. Gangguan Proses Selasa 10 Oktober 2020 jam Selasa 10 Oktober 2020 jam
Keluarga Tn U khususnya 10.00-11.00 WIB 10.00-11.00 WIB
pada : ketidakmampuan a. Menjelaskan kepada
keluarga memberikan keluarga adanya S:
dukungan finansial masalah kesehatan
Ketidakmampuan Koping pada keluarga Tn U a. Ny. M mengatakan
Keluarga Tn. U dan perlu segera bahwa anak X
berhubungan dengan ditangani merasa kecewa
ketidaktahuan keluarga b. Memberi fasilitasi dengan orang tuanya
mengenai kondisi masalah anggota keluarga yang tidak
kesehatan anak X dan melakukan kunjungan memenuhi
fasilitas kesehatan yang rumah sakit keinginannya
tepat c. Berdiskusi tentang untuk melanjutkan
kuliah.
58
dukungan sosial dan b. Ny M mengatakan
sekitar keluarga ingin membawa X
d. Memberikan beberapa berobat tapi yang
alternative pemecahan tepat kemanan ya
masalah kepada mbak ?
keluarga O:
e. Memberikan
kesempatan kepada a. Keluarga tampak
keluarga untuk ada keinginan untuk
memutuskan cara yang melakukan apa yang
akan ditempuh dalam disarankan petugas
mengatasi masalah b. Keluarga
f. Mengajarkan mengatakan bahwa
Berkomunikai lebih baru tahu kalau
efektif agar dapat dipuskesmas
menyelesaikan ternyata juga ada
masalah pelayanan kesehatan
g. jiwanya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan kunjungan
sesuai kontrak yang telah
disepakati
59
3. Ketidakmampuan Koping Selasa 10 Oktober 2020 jam Selasa 10 Oktober 2020
Keluarga Tn. U 11.00-12.15 WIB jam 11.00-12.15 WIB
berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga a. Memberikan informasi S :
tentang perawatan
mengenai kondisi masalah gangguan jiwa a. Ny. M mengatakan
kesehatan anak X dan b. Mengevaluasi keluarga tidak tahu
fasilitas kesehatan yang pelaksanaan perawatan cara merawat anak
tepat terhadap klien X.
gangguan jiwa b. Ny M dan keluarga
c. Mengevaluasi mengatakan akan
pemahaman keluarga mencoba mengajak
tentang gangguan jiwa klien berbincang-
d. Memberi motivasi bincang biar tidak
untuk menentukan melamun
harapan yang realistis O :
e. Mendukung
penggunaan a. Keluarga tampak
mekanisme yang tepat ada keinginan untuk
melakukan apa yang
disarankan petugas
b. Keluarga tampak
kooperatif
c. Keluarga
mengatakan akan
mengontrolkan klien
ke Puskesmas saja
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan kunjungan
sesuai kontrak yang telah
disepakati
60
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih
dengan adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah. Hidup dalam satu rumah tangga, di
bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga dapat berinteraksi diantara sesama anggota
keluarga dengan setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang dapat
menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
Keluarga memiliki tipe berbagai macam yang berada di dalam tipe tradisional dan non-
tradisional serta terdapat struktur keluarga yang dimiliki. Kemudian terdapat fungsi keluarga
yang harus dijalankan di setiap keluarga mulai dari fungsi biologis, psikologis, sosial,
ekonomi, pendidikan serta peran keluarga. Dari fungsi keluarga biologis, psikologis dapat
menyebabkan gangguan jiwa. Faktor lain mulai dari genetik dan riwayat kesehatan jiwa
keluarga,
pengalaman hidup yang pernah dialami, seperti stres atau pernah memiliki riwayat
pelecehan, terutama jika trauma terjadi pada masa kanak-kanak. Faktor biologis seperti
terdapat ketidakseimbangan kimiawi di otak, cedera otak traumatis, janin pada ibu hamil
yang terpapar virus atau bahan kimia beracun, penyalahgunaan alkohol atau narkoba,
memiliki kondisi medis serius (kritis) seperti kanker, hanya memiliki sedikit teman dan sering
melamun.
4.2 SARAN
Sebagai keluarga harus menjalankan fungsi keluarga dan struktur keluarga yang bagus
bertujuan menciptakan keluarga yang harmonis, tidak terjadi masalah-masalah yang bisa
disebabkan oleh faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, serta pendidikan dan
lingkungan. Jika dari salah satu dari komponen tersebut mengalami kendala atau masalah
bisa mengakibatkan dalam keluarga tersebut tindakan yang dapat menjerumus ke hal yang
negatif seperti menggunakan alkohol atau minuman keras, penggunaan narkoba, terlalu
banyak melamun, menarik diri dari lingkungan sehingga dapat terjadi gangguan jiwa
61
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Setiadi. 2008. Konsep & Keperawatan Keluarga Konsep & Keperawatan Keluarga.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yusuf, Ah. 2017. Kebutuhan Kebutuhan Spiritual: Spiritual: Konsep dan Aplikasi
Aplikasi dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
https://www.sehatq.com/artikel/penyebab-gangguan-jiwa-dan-cara-mencegahnya,
diakses pada 09 Oktober 2021 pukul 18.30 WIB.
62