Disusun Oleh
Kelompok 5 :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan dengan judul
“Laporan Progam Gps (Gerakan Paru Sehat) Di Desa Joho Kecamatan Semen
Kabupaten Kediri Tahun 2020” dapat terselesaikan.
Penyusun Laporan Kegiatan ini dapat terwujud berkat bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih terutama kepada:
1. Prof. Dr. Muhamad Zainudin, Apt, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatn
Bhakti Wiyata Kediri.
2. Ika Rahmawati, S. Kep.Ns., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Rektor Institut Ilmu Kesehatn Bhakti Wiyata Kediri.
3. Reny Nugraheni, S.KM., M.M, M.Kes., selaku Ketua Program Studi S1
Kesehatan Mayarakat.
4. Vivien Dwi Purnamasari, S.KM.,M.Kes selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Perencanaan Evaluasi Kesehatan.
5. Endah Retnani Wismaningsih, S.KM., M.Kes. selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Perencanaan Evaluasi Kesehatan.
6. Orang tua dan keluarga kami.
7. Teman-teman prdi S-1 Kesehatan Masyarakat angkatan tahun 2017.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan
Kegiatan ini. Kami sadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, tetapi
kami berharap Laporan Kegiatan ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
BAB IV ..................................................................................................................17
1
4.1 MATRIKS PERUBAHAN PERILAKU .................................................17
BAB V....................................................................................................................19
BAB VI ..................................................................................................................22
BAB IX ..................................................................................................................38
PENUTUP .............................................................................................................38
2
9.1 KESIMPULAN ..........................................................................................38
LAMPIRAN ..........................................................................................................41
3
BAB I PENDAHULUAN
4
dan 5,55% (2018). Sedangkan berdasarkan (Dinkes Kab.Kediri, 2018)
pengamatan yang dilakukan Puskesmas Kabupaten Kediri dan jaringannya
tentang penyakit berpotensi penyakit menular, ISPA merupakan penyakit
nomor satu dalam 10 besar daftar penyakit yang menjadi tren kunjungan
pasien ke puskesmas maupun rumah sakit di Kabupaten Kediri sehingga
masih menjadi perhatian pemerintah.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh kelompok,
Puskesmas Semen merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Kediri
dengan data kasus ISPA merupakan kasus tertinggi nomor 2 dalam 10 besar
daftar penyakit dari tahun 2018. Kasus ISPA di Puskesmas Semen selalu
masuk dalam sepuluh daftar penyakit di puskesmas. Wilayah Semen juga
termasuk daerah yang wilayahnya berdebu karena kondisi lingkungan
terutama kondisi jalan yang rusak. Selain itu ditambah dengan adanya truk
pengangkut pasir di wilayah Semen dimana hal tersebut juga dapat menjadi
faktor risiko terjadinya ISPA.
5
masalah kesehatan utama. Untuk menentukan prioritas masalah kelompok
menggunakan data Tren Penyakit dari Puskesmas Semen Kab.Kediri.
6
Maka kelompok kami memilih wilayah Puskesmas Semen dalam Program
Perencanaan dan Evaluasi Promosi Kesehatan.
1.3 TUJUAN
1. Menekan peningkatan kasus infeksi saluran penafasan akut (ISPA) di
wilayah kerja puskesmas semen.
2. Meningkatkan pengetahuan terkait penyakit infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA) di wilayah kerja puskesmas semen.
3. Perubahan perilaku masyarakat di wilayah kerja puskesmas semen.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8
2.2 PENYEBAB PENYAKIT ISPA
Infeksi Saluran Pernfasan Atas disebabkam oleh beberapa golongan
kuman yaitu bakteri, virus dan rickettsia yang jumlahnya lebih dari 300
macam. Pada ISPA atas 90-95% penyebabnya adalah virus. Di Negara
berkembang, ISPA bawah terutama pneumonia disebabkan oleh bakteri
genus streptokokus, hemofilus, pnemokokus oleh virus, miksovirus,
adenivirus, koronavirus, pikornavirus dan herpesvirus.(Hariadi, 2012)
9
atas mendorong virus kea rah faring atau dengan suatu tangkapan reflex
spasmus oleh laring. Jika reflex tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan .(WHO, 2008)
Iritasi virus pada kedua lapisan tersbut menyebabkan timbulnya batuk
kering. Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan
menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mucus yang banyak terdapat pada
dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang
melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut
menimbulkan gejala batuk, sehingga pada tahap awal ISPA yang paling
menonjol adalah batuk.(Sri, 2014)
Adanya infeksi virus merupakan predesposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang mrupakan mechanism perlindungan pada saluran
pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri pathogen
yang terdapat pada saluran pernafasan atas yaitu : streptococcus pneumonia,
haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak
tersebut.. infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus
bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul
sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudah dengan adanya faktor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.
Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu
serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan
gizi akut pada bayi dan anak.(Hariadi, 2012)
Perjalanan klinis penyakit ISPA terbagi menjadi :
a. Tahapan prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi sakit.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya memang sudah rendah.
c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul
gejala demam dan batuk.
10
d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat
meninggal akibat pneumonia.(Mayasari, 2015)
11
2. Bukan pneumonia : Jika anak bernafas dengan frekuensi kurang
dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti
diatas.
b) Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, diklasifikasikan atas :
1. Pneumonia sangat berat : batuk atau kesulitan bernafas yang disertai
dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan
dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.
2. Pneumonia berat : batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan
dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.
3. Pneumonia : batuk (atau kesulitan bernafas) dan pernafasan cepat
tanpa penarikan dinding dada.
4. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) : batuk (atau kesulitan
bernafas) tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding dada.
Pernafasan seharusnya kurang dari 50 kali per menit pada anak usia
2 bulan hingga 12 bulan, kurang dari 40 kali per menit pada anak usia
12 bulan hingga 5 tahun.
12
kemerahan, rasa nyeri dan gangguan yang berasal dari bakteri ataupun virus.
Infeksi dapat menyebar ke paru-paru dan menyebabkan pernafasan
terhambat dan oksigen yang dihirup berkurang. Infeksi ini menyebabkan
secret menjadi kental dan sumbatan yang ada di hidung bertambah. Apabila
tidak komplikasi, gejalanya dapat berkurang sesudah 3 hingga 5 hari.
Komplikasi yang dapat terjadi ialaah sinusitis, faringitis, infeksi pada
telinga, infeksi saluran eustachi hingga bronchitis dan pneumonia.
13
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang berbahaya.
Bagi orang yang pneumonia dilakukan dengan obat antibiotic melalui mulut
dengan pilihan obat kotrimoksol, apabila terjadi alergi dapat digunakan
amoxilin, penicillin, ampicillin. Bagi orang yang pneumonia berat dapat
dilakukan dengan segera dirujuk ke rumah sakit, diberikan antibiotic
melalui jalur infus, dan diberi oksigen.
Pencegahan tingkat ketiga (Tersier), pencegahan ini bertujuan untuk
rehabilitasi. Tindakan yang dilakukan ialah pada orang yang pneumonia,
orang yang bukan pneumonia, dan orang dengan pneumonia berat. Pada
orang bukan pneumonia dilakukan dengan merujuk agar mendapar
pemeriksaan lanjutan. Bagi orang yang pneumonia diberikan antibiotic
selama 5 hari, dengan tujuan mengontrol apakah keadaanya memburuk atau
tidak. Bagi orang yang pneumonia berat dilakukan pemberian kloram
venicol selama 48 jam, bertujuan untuk mengetahui apakah ada komplikasi.
2.9 PENANGANAN PENYAKIT ISPA
Menurut Halim (2000), Sampai saat ini belum ada obat yang khusus
untuk antivirus. Pengobatan ISPA Bakterial ialah dengan memberikan
antimikroba yang sesuai dengan agen penyebab. Sehingga sebelum
melakukan pemeriksaan, terlebih dahulu untuk mendeteksi agen penyebab
ISPA. Selama ini mikroorganisme baru diketahui dalam jangka waktu yang
lama. Sehingga, lebih baik untuk melakukan pengobatan setelah
diketahuinya kuman penyebab dengan antimikroba yang sesuai yang
kemudian diikuti dengan terapi yang sesuai. Obat – obatan untuk meredakan
ISPA antara lain : ibuprofen / paracetamol (untuk meredakan demam dan
nyeri otot ) , Diphenhydramine dan Pseudoephehadrine (untuk megatasi
pilek dan hidung tersumbat) dan Antibiotik ( jika dokter menemukan bahwa
ISPA disebabkan oleh bakteri).
14
BAB III
PENGKAJIAN KEBUTUHAN
INTERVENTION MAPPING
15
Setelah mengetahui permasalahan kesehatan yang dialami
masyarakat semen untuk itu perlu dilakukannya tindakan intervensi berupa
Penyuluhan.
Tujuan Penyuluhan
16
BAB IV
Tindakan Perubahan
Subjek Penilaian Penilaian
yang Diharapkan
17
kebiasaan perilaku. yang dilakukan
Baik saat bekerja atau beberapa hari setelah
berkendara. pelaksanaan progam.
18
BAB V
19
perilaku kesehatan mereka, terutama dikaitkan
dengan factor yang termasuk dalam komponen
HBM (Health Belief Model).
Dengan cara :
a. Variabel demographic
20
c. Keparahan atau keseriusan yang dirasakan
(Perceived of Seriousness)
e. Biaya (Cost)
21
Persepsi orangtua apabila
tidak tahu terkait penyakit
ISPA
Tingkat
keyakinan
masyarakat
semen terkait
peningkatan pengetahuan
penyakit ISPA
masyarakat tentang
penyakit ISPA Masyarakat mau merubah
perilaku dan mengetahui
pengetahuan terkait ISPA
Kekhawatiran masyarakat
terhadap efek samping
pengobatan penyakit ISPA
22
BAB VI
6.1 SASARAN
A. Sasaran Primer
Masyarakat menjadi sasaran langsung sesuai dengan
permasalahan kesehatan di wilayah semen, maka sasaran primer
dapat dikelompokkan berdasarkan usia yaitu usia dewasa,
meliputi perempuan dewasa usia 25 tahun ke atas (25-45 tahun)
dan laki-laki dewasa usia 25 tahun ke atas (25-45 tahun). Pada
laki-laki dewasa dijadikan kelompok sasaran primer karena
mereka memiliki perilaku kebiasaan merokok yang dapat
menjadi factor resiko terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan
Akut). sehingga upaya promosi yang dilakukan terhadap
sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat.
B. Sasaran Sekunder
Tokoh masyarakat yang menjadi panutan oleh masyarakat
wilayah Puskesmas Semen meliputi RT, RW, dan Kades.
Karena orang tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap
perubahan perilaku masyarakat.
C. Sasaran Tersier
Sasaran Tersier dalam kegiatan ini adalah Petugas
Puskesmas Semen karena puskesmas sebagai pengambil
kebijakan wilayah semen.
23
Perubahan perilaku dalam menurunkan potensi ISPA sasaran yang
tepat ialah dilakukan secara bersama – sama untuk membangun komitmen
masyarakat hidup sehat. Pada metode kelompok dikategorikan dalam 3
kelompok, yakni metode kelompok kecil (dengan jumlah 4-5 orang),
metode kelompok sedang (dengan jumlah 6-15 orang) dan metode
kelompok besar (dengan jumlah lebih dari 15 orang). Sehingga dalam
kegiatan penyuluhan ini menggunakan metode kelompok besar karena
jumlah masyarakat wilayah Puskesmas Semen lebih dari 15 orang.
Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah :
a) Ceramah
b) Tanya Jawab
c) Pemutaran Video cara penularan penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) dan Manfaat Tanaman Lidah Mertua.
Media alat dan bahan peraga
a) Proposal Kegiatan
b) Sasunan Acara Penyuluhan
c) Power Point
d) LCD
e) Laptop
f) Pretest dan Postest
g) Leaflet
h) Video cara penularan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) dan Manfaat Tanaman Lidah Mertua.
24
Kegiatan Intervensi Masalah Kesehatan Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) di wilayah cakupan UPTD Puskesmas Semen yang
beralamat Jl. Argowilis No.127 Semen Kec.Semen Kabupaten Kediri
Jawa Timur, Kode Pos 64161.
Adapun cakupan wilayah puskesmas semen terdapat 12 desa yang
1 diantaranya akan menjadi tempat intervensi ISPA yaitu desa Joho.
B. Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan sekitar tanggal 08 Januari 2020.
25
penggunaan
Masker yang
Benar
11.00- Penayangan Sie Acara Video
11.05 Video Manfaat
Tanaman
Lidah
Mertua
11.05 – Tanya Jawab Sie Acara -
11.10
11.10 – Post Test Sie Acara Pembagian
11.15 Soal
11.15 – Penutup dan Sie Acara (MC) -
11.20 Pembagian dan Panita
Konsumsi
11.20- Sesi Foto Seluruh Panitia -
11.25 Bersama
26
C. Pretes dan Post tes
No Jawaban
Pernyataan
Benar Salah
27
Sabun
Rp 2.000 10 bungkus Rp 20.000 Dorprize
Mandi
Nasi
Rp 10.000 60 kotak Rp 600.000 Konsumsi
Ayam
Air minum
Air - Kader
Minum Rp 3.000 17 botol Rp 51.000 - Dosen
Botol - Puskesmas
- Kades
Air Air Minum
Minum Rp 40.000 1 dus Rp 40.000 - Responden
Gelas - Panitia
Total Rp 1.063.000
PEMASUKAN
@anak = Rp150.000
@kelompok = 10 orang
Total = Rp1.500.000,-
PENGELUARAN
28
REKAPITULASI DANA
1. Pemasukan Rp 1.500.000,-
2. Pengeluaran Rp 1.170.100,-
29
6.8 RENCANA EVALUASI PROMOSI KESEHATAN
a. Evaluasi efek dari intervensi : diharapkan dalam setiap tingkatan
individu, organiasai/ komunitas, dan masyarakat dapat berkomitmen
untuk mencegah potensi penyakit ISPA melalui penggunaan masker
b. Indikator pengukuran penilaian : peningkatan pengetahuan sasaran
yang dapat diukur dari penilaian pretes dan post tes
c. Mengetahui adanya perubahan perilaku melalui monitoring setelah
pelaksanaan program.
30
BAB VII
31
6. Marsih 90 60 40 -20 Tidak Ikut
Berhasil
32
26. Sukiyem 60 60 80 20 Berhasil Ikut
29. Sunarlin 50 - 80 - - -
31. Nandar 95 - 60 - - -
32. Juwariyah, 48 - 80 - - -
33. Diana 28 - 80 - - -
35. Kartika 24 - 80 - - -
Wiji
37. Warinah 70 - 60 - - -
33
masyarakat Joho sebelumnya menggunakan telapak tangannya ketika batuk dan
sekarang menggunakan siku bagian dalam.
BAB VIII
34
Sudah dinilai baik karena informasi mudah diterima oleh sasaran
yang sesuai dengan target pada indikator peningkatan pengetahuan sasaran
sebesar 70-80% dari penyuluhan tentang ISPA yag bisa dilihat dari hasil pre
test dan post test.
f. Komunikasi dan interaksi informan kepada sasaran ,
35
2. Banyaknya sasaran yang beranggapan setelah melakukan posyandu dan
posbindu tidak ada kegiatan lanjutan , sehingga informan harus memberi
informasi satu per satu sasaran jika masih ada acara penyuluhan tentang
ISPA dan Etika Batuk.
3. Ada beberapa lansia yang tidak memahami pernyataan dari informan
sehingga memerlukan waktu yang lebih panjang dan tidak efisien.
4. Pada saat acara penyuluhan dimulai ada banyak sasaran yang belum
memasuki tempat penyuluhan dikarenakan masih berbincang dengan
tenaga Posyandu , Posbindu atau dengan sasaran-sasaran lainnya.
5. Jangkauan sinyal yang terbatas di tempat penyuluhan membuat
informan kesulitan dalam hal berkomunikasi dengan informan lainnya
36
Hasil evaluasi proses mengenai kerjasama antara pemberi intervensi dan
informan adalah masyarakat dapat menerima manfaat berupa infromasi
mengenai penyakit ISPA , Etika Batuk serta manfaat Tanaman Lidah Mertua.
Maka dari itu diharapkan kegiatan ini dapat ditindak lanjuti oleh pihak
Puskesmas Semen, maupun masyarakat setempat.
37
BAB IX
PENUTUP
9.1 KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan penyuluhan GPS (Gerakan Paru Sehat) yang
berlokasi di Desa Joho Kecamatan Semen Kabupaten Kediri yang meliputi
kegiatan penyuluhan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), demonstrasi
pemakaian masker dan etika batuk dengan benar, serta memberikan
pemahaman terkait tanaman lidah mertua yang memberikan manfaat untuk
menyerap polusi udara serta radikal bebas. Selain itu dari hasil kegiatan
penyuluhan yang kita lakukan didapatkan hasil pre-test dan post-test yang
mengalami peningkatan pengetahuan pada masyarakat Desa Joho. Sehingga
kegiatan penyuluhan GPS (Gerakan Paru Sehat) yang kita lakukan dapat
dikatakan efektif dalam memberikan pengetahuan kepada masyarakat
sekitar.
9.2 SARAN
Untuk Masyarakat
- Diharapkan masyarakat dapat menjalankan informasi yang didapatkan
dari kegiatan penyuluhan seperti pemakaian masker dan etika batuk
dengan benar.
- Diharapkan masyarakat juga dapat membudidayakan tanaman lidah
mertua dalam menyerap polusi udara dan radikal bebas sehingga dapat
menekan angka kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) di
wilayah Semen, khususnya di Desa Joho.
Untuk Pihak Puskesmas
- Diharapkan kegiatan penyuluhan GPS (Gerakan Paru Sehat) ini dapat
menjadi kegiatan yang berkelanjutan atau kegiatan rutinan di wilayah
kerja Puskesmas Semen mengingat angka kejadian ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Atas) yang tinggi.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
WHO (2007) Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan
kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization).
Edited by W.-H. S. Carmem L Pessoa-Silva. Jenewa: Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization). doi: 10.1016/0022-2860(83)90204-1.
WHO (2008) ‘Infeksi Saluran Pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi
epidemi dan pandemi’, Who. Indonesia Partner in Development, 53(2), pp.
8–25. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
40
LAMPIRAN
Data Tren Penyakit Puskesmas Semen Tahun 2016
41
Data Tren Penyakit Puskesmas Semen Tahun 2017
42
Data Tren Penyakit Puskesmas Semen Tahun 2018
43
Lembar Konsul Perencanaan dan Evaluasi Promosi Kesehatan
44
Surat perijinan
45
Dokumentasi Penyuluhan
46
47
48
49
50
51
52
53
Dokumentasi Bersama Warga Desa Joho Berserta Dengan Anggota
54
TREN 10 BESAR KEJADIAN PENYAKIT DI PUSKESMAS SEMEN 3
TAHUN TERAKHIR
TAHUN 2016
NO PENYAKIT JUMLAH RANK
1. ISPA 3171 1
2. HT 1679 2
3. DM 664 7
4. DIPEPSIA 716 6
5. MYALGIA 1259 3
6. DERMATITIS 1052 4
7. DIARE 894 5
8. F20 498 10
9. OBS FEBRIS 631 8
10. GASTRITIS 501 9
TAHUN 2017
NO PENYAKIT JUMLAH RANK
1. ISPA 2238 2
2. HT 2341 1
3. GASTRITIS 1489 3
4. MYALGIA 1346 4
5. DIARE 696 7
6. DERMATITIS 1044 5
7. OBS FEBRIS 572 9
8. DM 606 8
9. F20 347 10
10. ILI 859 6
TAHUN 2018
NO PENYAKIT JUMLAH RANK
1. HT 2696 1
2. ISPA 1622 2
3. GASTRITIS 1673 4
4. ILI 1797 3
5. DERMATITIS 1041 6
6. MYALGIA 1289 5
7. DIARE 653 8
8. DM 865 7
9. OBS FEBRIS 552 9
10. BRONKITIS 407 10
55