Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Dian Apriani (21219017)
2. Endah Oktaviani (21219022)
3. Fera Prabatiwi (21219023)
4. Fitri Indah Sari (21219024)
5. Ari Harmawan (21219004)
6. Arie Nugraha (21219005)
7. Dedek Saputra (21219012)
8. Logi Kiswanto (21219036)
9. Subarayan (21219073)
10. Andi Setiawan Firmanda (21219002)
11. Muhammad Erik (21219045)
12. Muzami (21219046)
13. Nugroho Anis Wijanarko (21219048)

Pembimbing Akademik : Imardiani, S.Kep.,Ns.,M. Kep

PROGRAM PROFESI NERS


STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kamiucapkan kepada Allah SWT, karena atas


Berkat, Rahmat, dan Ridho-Nya bisa menyelesaikan LaporanManajemen
Keperawatan ini tepat pada waktunya.Laporan ini dapat tersusun dengan bantuan
dan dukungan serta arahan dari berbagai pihak yang terkait dan tidak dapat
disebutkan satu persatu. Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes Ketua STIKes Muhammadiyah Palembang
yang telah memberikan kesempatan kami untuk melanjutkan pembelajaran di
Stase Manajemen Keperawatan
2. Ibu Anita Apriany, S.Kep.,Ns.,M.Bmd selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang
3. Ibu Imardiani, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Pembimbing Akademik yang
memberikan bimbingan
4. Teman-Teman yang bekerja sama dalam menyelesaikan laporan ini
5. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, terimakasih bantuannya

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan Rahmat serta Hidayah-


Nya dan menjadikannya sebagai amal jariyah. Akhirnya semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan serta bagi
semua yang membacanya, Aamiin.

Palembang, April 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Tujuan...................................................................................................
1. Tujuan Umum.................................................................................
2. Tujuan Khusus................................................................................
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan...........................................................
D. Peserta ..................................................................................................
E. Metode Pengambilan Data....................................................................
F. Kategori penilaian.................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum RS Muhammadiyah Palembang..............................
B. Unsur Input...........................................................................................
1. Row Input.......................................................................................
2. Instrumen Input...............................................................................
a. Man...........................................................................................
b. Money.......................................................................................
c. Material.....................................................................................
d. Machine....................................................................................
e. Method......................................................................................
C. Proses....................................................................................................
1. Proses Pelayanan Keperawatan Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional (Instrumen A)....................................
2. Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen B).................................
3. Standar Operasional Prosedur (Instrumen C).................................
D. Output...................................................................................................
E. Efisiensi Ruang Rawat (BOR, LOS, TOI, BTO)..................................
BAB III RENCANA KEGIATAN
A. Identifikasi Masalah..............................................................................
B. Skoring..................................................................................................
C. Permasalahan........................................................................................
D. Analisa SWOT......................................................................................
E. POA......................................................................................................
BAB IV PELAKSANAAN DAN EVALUASI
A. Pengontrolan 5 Moment Cuci Tangan..................................................
B. Pengontrolan Handover........................................................................
C. Pengontrolan Pemberian Obat
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakanpelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang
menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber
daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial. Penerapan
manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi manajemen
di rumah sakit (Muninjaya, 2014).
Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan
pelayanan jasa kesehatan seringkali menimbulkan tekanan psikologis dan
ekonmi bagi konsumennya. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu
organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan
penyakit (preventif) kepada masyarakat (WHO, 2012). Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian
medik (Suryanto, 2017).
Salah satu tujuan pelayanan asuhan keperawatan adalah memelihara
kesehatan. Kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial
kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan (WHO,
2012). Sejalan dengan WHO pengertian sehat menurut UU Pokok
Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi
kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya
keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Dan dalam Undang-
Undang N0. 23 Tahun 1992, dimensi kesehatan mencakup 4 aspek, yakni:
fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi (Kemenkes, 2013).
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun

1
sehat. Menurut UU No. 38 tahun 2014, perawat adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun diluar negeri
yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Perawat merupakan salah satu ujung tombak dalam pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Perawat dalam kaitannya dengan pelayanan
kesehatan yakni memberikan asuhan keperawatan langsung pada pasien
(Pemerintah Republik Indonesia, 2014 : WHO, 2013).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah
sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.
Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan ke masa depan. Perawatharus mau mengembangkan
ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi
tenaga perawat yang professional. Pengembangan dalam berbagai aspek
keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia
dalam proses profesionalitas (Jefferson, 2012).
Pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar dapat menjadikan
kepuasan pasien yang tergantung pada kualitas pelayanan. Pelayanan adalah
semua upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan
pelanggannya dengan jasa yang akan diberikan. Suatu pelayanan dikatakan
baiuk oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan
bisa memenuhi kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi pasien
tentang pelayanan yang diterima (memuaskan atau mengecewakan, juga
termasuk lamanya waktu pelayanan) (Marquis, 2009).
Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama kali
datang, sampai pasien meninggalkan rumah sakit. Pelayanan dibentuk
berdasarkan lima prinsip service quality yaitu kecepatan, ketepatan,
keramahan dan kenyamanan pelayanan. Dan pelayanan tersebut harus
dikelola secara professional melalui manajemen keperawatan (Nursalam,
2011).

2
Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Pelayanan adalah
semua upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan
pelanggannya dengan jasa yang akan diberikan. Suatu pelayanan dikatakan
baik oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa
memenuhi kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi pasien tentang
pelayanan yang diterima dengan manajemen keperawatan (Perry & Potter,
2009).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada
baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif, baik pada pasien, keluarga, dan
masyarakat. Manajemen keperawatan meruapakan hal yang sangat penting
dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Karena hampir semua
kegiatan pelayanan asuhan keperawatan di pengaruhi oleh
manajemen(Triwibowo, 2013).
Manajemen keperawatan di aplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata
di rumah sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan
aplikasinya. Salah satu metode dalam aplikasi pelayanan yang bermutu
adalah dengan metode SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
Professional). SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan
proffesional yang merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktek
Keperawatan Proffesional). Dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama
profesional antara perawat primer (PP) dan perawat associate (PA) serta
tenaga kesehatan lainnya (Perry & Potter, 2009).
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha
lain di bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Agar tujuan
tersebut dapat terlaksana, rumah sakit perlu didukung dengan adanya
organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan berorientasi pada
mutu pelayanan bagi masyarakat.Perawat sebagai bagian integral dari

3
pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang
tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan
klien. Kemampuan manajerial yang tangguh yang dimiliki perawat dapat
dicapai melalui banyak cara, Untuk mewujudkan hal tersebut perawat
dituntut mempunyai pengetahuan, teori dan konsep yang mendasari
keterampilan manajerial. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan
manegerial yang handal selain didapatkan dibangku kuliah, harus melalui
pembelajaran, praktikan dilahan praktek diruang HCCU RS.X.
Berdasarkan pengkajian primer yang kami dapatkan secara singkat
Ruang HCCU RS.Xini, terdapat beberapa masalah yang ditemukan yaitu :
belum terlaksananya mencuci tangan berdasarkan 5 moment, pelaksanaan
handover yang belum optimal.Melihat adanya beberapa masalah yang
ditemukan maka perlu diperbaiki dan dikelola secara manajemen
keperawatan.
Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang
dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan managerialnya
di ruang HCCU RS. X. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan
managerial yang handal selain didapatkan di bangku kuliah, harus melalui
pembelajaran, praktikum dilahan praktek di ruang HCCU RS.X. Dengan
arahan dari pembimbing lapangan, kerjasama ruangan, dan bidang
keperawatan maupun dari pembimbing akademik secara intensif diharapkan
kami mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola
ruangan keperawatan dengan pendekatan proses manajemen dan membantu
meningkatkan mutu dan kualitas dalam pelayanan di Ruang HCCU RS.X.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik Manajemen Keperawatan selama 2 minggu
dimulai dari 2April s/d 13April 2020 di Ruang HCCU RS.X mahasiswa
mampu memahami Manajemen Keperawatan baik pengelolaan sarana
maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik.

4
2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu, mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan dalam hal:
a. Melakukan pengkajian dalam proses pengumpulan data di Ruang
HCCU RS.X
b. Mengidentifikasi, menganalisis data dan memprioritaskan masalah di
Ruang HCCU RS.X
c. Mampu melaksanakan POA
d. Mampu membuat analisis SWOT
e. Mampu melakukan pengorganisasiandengan konsep manajemen
keperawatan di Ruang HCCU RS.X
f. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruang
rawat inap dan memilih serta menerapkan gaya pendekatan dan strategi
dalam mempengaruhi orang lain untuk pencapaian tujuan praktek
manajemen keperawatan di Ruang HCCU RS.X
g. Melaksanakan role playberperan sebagai kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat pelaksana secara bergantian

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Oleh Mahasiswa
Pendidikan Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembangdilaksanakan di
Ruang HCCU RS.X dari tanggal 2April s/d 13 April 2020.

D. Peserta
1. Mahasiswa
Praktik Klinik Keperawatan Stase Manajemen Keperawatan
Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang
terdiri dari 13 mahasiswa yaitu:
a. Dian Apriani, S.Kep
b. Endah Oktaviani, S.Kep
c. Fera Prabatiwi, S.Kep
d. Fitri Indah Sari, S.Kep

5
e. Ari Harmawan, S.Kep
f. Arie Nugraha, S.Kep
g. Dedek Saputra, S.Kep
h. Logi Kiswanto, S.Kep
i. Subrayan, S.Kep
j. Andi Setiawan Firmanda, S.Kep
k. Muhamad Erik, S.Kep
l. Muzami, S.Kep
m. Nugroho Anis Wijarnako, S.Kep
2. Pembimbing
Pembimbing terdiri dari pembimbing akademik dan pembimbing lapangan
a. Pembimbing Akademik, yaitu :
Imardiani, S.Kep.,Ns.,M. Kep
E. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data yaitu dengan menggunakan metode kuesioner,
observasi, dan wawancara.
1. Observasi yaitu dengan melihat dan mengobervasi secara langsung seluruh
kegiatan yang ada diruangan.
2. Metode wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara
secara lisan kepada narasumber seperti kepala ruangan, ketua tim, perawat
pelaksana, pasien serta keluarga pasien.
3. Study dokumen yaitu pengambilan data dari rekam medik. Kepala
Ruangan.

F. Kategori Penilaian
Berdasarkan kesepakatan kelompok, penilaian untuk hasil instrument
dikategorikan menjadi 4 yaitu, sebagai berikut :
1. Sangat Baik : 76 – 100 %
2. Baik : 51 – 75 %
3. Cukup : 26 – 50 %
4. Buruk : 1 – 25 %

6
7
BAB II
HASIL PENGKAJIAN
A. GAMBARAN UMUM RS X
1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit X
Sejak tahun 1965 cita-cita RS.X yang ingin mendirikan amal usaha
dibidang kesehatan khususnya dalam bentuk rumah sakit yang
komprehensif telah menjadi obsesitokoh-tokoh.Wacana pendirian rumah
sakit X tersebut selanjutnya diaktualisasikan oleh beberapa tokoh
diantaranya adalah HM.Sidik Adiem, Djamain St. Marajoko, KH. Masjhur
Azhari, HM. Rasjid Talib, H. Zamhari Abidin, SH, H. Anang Kirom, HM.
Soeripto, A. Sjarkowi Bakri, MH. Fauzi Shomad dan tokoh-tokoh lainnya
yang mendapat sambutan positif dan dukungan penuh dari Bapak H. Abu
Jazid Bustomi dan Bapak MH.Ali Amin, SH selaku Gubernur Kepala
Daerah Provinsi Sumatera Selatan pada saat itu. Akan tetapi karena situasi
sosial politik dan kondisi internal khususnya bidang finansial, akhirnya
RS.X baru diresmikan pendiriannya pada tanggal 10 Dzulhijjah 1417 H /
18 April 1997 M oleh Gebernur Sumatera Selatan pada saat itu yakni
Bapak H. Ramli Hasan Basri bersama Ketua Pimpinan Pusat Bapak Prof
Dr. HM. Amien Rais, MA. Dan merupakan satu-satunya amal usaha
dibawah langsung PWM Sumatera Selatan.

2. Tujuan, Visi, Misi, dan Motto RS.X


a. Tujuan
“ Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal melalui
pendekatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif bagi
segenap masyarakat pada umumnya khususnya dalam mewujudkan
keluarga sakinah mawaddah wa rohmah sebagai bagian dari
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya ”.

b. Visi
“ Terwujudnya Rumah Sakit yang professional dalam pelayanan
dan berkarakteristik Islami ”.

c. Misi

8
1) Memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan
secara professional, modern dan islami.
2) Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
3) Mewujudkan citra sebagai wahana ibadah dan pengembang
dakwah amar makruf nahi mungkar dalam bidang kesehatan.
4) Menjadi pusat persemaian kaderdalam bidang pelayanan,
pendidikan dan penelitian kesehatan.
d. Motto
“Melayani sebagai ibadah dan dakwah”.

3. Direksi dan Pegawai


a. Direksi
1) Direktur :dr. H. Pangestu Widodo,, MARS
2) Wakil Direktur Pelayanan Medis :dr. Ari Rizaldi, SpOG
3) Wakil Direktur Admin & Keuangan : Mizan, S.E.,AK.,MSi.,CA
4) Wakil Direktur SDM, AIK : Mustofa, S.Ag,, M.Pd.I

b. Pegawai
Keseluruhan pegawai di Rumah Sakit X pada tahun 2020, pegawai
rumah sakit X berjumlah 426 terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter
Umum, Perawat, Bidam, dan Non-medis.

4. Fasilitas dan Pelayanan


Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat RS.X
mempunyai pelayanan sebagai berikut :

a. Fasilitas Umum
1) Musholla Asy-Syifa
2) Koperasi
3) Bank Muamalat
4) Kantin Umum
5) Area Parkir Kendaraan
6) Pengelolaan ZIS
7) Penyelenggaraan Jenazah/ Khusnul Khotinah

9
b. Pelayanan Khusus
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Kamar Operasi
3) Kemoterapi
4) Fisioterapi
c. Pelayanan Penunjang
1) Pelayanan Farmasi
2) Pelayanan Gizi
3) Pelayanan Laboratorium
4) Pelayanan Radiologi
5) Echocardiography
6) Treadmill
7) USG & ECG
8) Bank Darah
9) Ambulance
10) Senam DM
11) Senam Jantung Sehat
d. Pelayanan Rawat Jalan
1) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2) Poliklinik Bedah Ortopedi
3) Poliklinik Bedah Umum
4) Poliklinik Bedah Tumor
5) Poliklinik Bedah Urologi
6) Poliklinik Onkologi Kebidanan dan Penyakit Kandungan
7) Poliklinik Kebidanan & Kandungan
8) Poliklinik Spesialis Anak
9) Poliklinik Spesialis Mata
10) Poliklinik Spesialis THT
11) Poliklinik Syaraf
12) Poliklinik Kulit dan Kelamin
13) Poliklinik Spesialis Jiwa
14) Poliklinik Spesialis Jantung

10
15) Poliklinik Spesialis Gigi
16) Poliklinik Paru
17) Poliklinik Bedah Plastik
18) Poliklinik Penyakit Dalam
e. Pelayanan Rawat Inap
1) Perawatan VIP & VIP Utama
2) Perawatan kelas I,II,III
3) Perawatan penyakit dalam
4) Perawatan anak
5) Perawatan bedah
6) Perawatan ICU/ICCU
7) Perawatan kebidanan
8) Perawatan neonatus / NICU
f. Pelayanan Penunjang
1) Intalasi laboratorium klinik
2) Instalasi radiologi
3) Instalasi kamar bedah
4) Instalasi farmasi (Apotik)
5) Instalasi Gizi
6) Laundry
7) Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)
8) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9) Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10) Bank Darah
11) Kasir
12) Hemodialisa
13) Instalasi Rehabilitasi Medis

g. Gambaran Ruang HCCU RS X


1. Denah ruangan HCCU

11
B. UNSUR DAN ANALISIS INPUT
1. Row Input
a. Pasien
Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau
mentalnya menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima
dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan
(Wilhamda, 2012).
Total pasien di ruang HCCU RS.X pada bulan Januari S.d Maret
2020 adalah 40 orang.
Tabel 2.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Kasus periode Januari
s.d Maret 2020
No Jenis penyakit Jumlah
1. CAD Stemi 16
2. CAD Stemi post PTCA 7
3. Post CABG 2
4. Shock Cardiogenik 1
5. CHD 3
6. TAVB 1
7. Post premary PTCA 3
8. CAD Nstemi 3
9. Efusi Pericard 1
10 AF 3

12
.
JUMLAH 40
Sumber : Data Primer Ruang HCCU Tahun 2020
Dari data tabel dapat dilihat bahwa dari 40 kasus yang terjadi
sebagian besar berasal dari penyakit CAD Stemi 16 dan data yang
terkecil adalah penyakit Shock Cardiogenik, TAVB, Efusi
Pericardsebanyak 1 orang.

b. Peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal atau pendidikan non formal, pada
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu (Nursalam, 2008).
Berdasarkan hasil wawancara serta observasi yang telah
dilakukan, menurut kepala ruangan HCCU, maksimal mahasiswa
yang praktik berjumlah 5 orang dalam satu shift. kompetensi yang
harus di capai oleh mahasiswa praktikkan seperti vital sign,
kompress hangat persiapan pemberian obat baik itu obat oral
maupun obat injeksi yang di sesuaikan dengan kompetensi yang
harus di capai berdasarkan buku panduan yang dibawa oleh
praktikkan di ruangan. Mengenai sistem bimbingan, bimbingan
bersama pembimbing lapangan dapat dilakukan perhari atau bisa
juga per tiga hari observasi.

Tabel 2.2 mahasiswa praktik di ruang HCCU RS.X


No Nama institusi Jumlah
1. PSIK UNSRI 12
2. AKPER KESDAM II/ SRIWIJAYA 10
3. AKPER MITRA ADIGUNA 12
4. STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG 15
Jumlah 49

2. Instrumental Input
a. MAN (Sumber Daya Manusia)

13
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan kesehatan
secara professional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan
biologis, psikologis, sosial, spiritual yang ditunjukkan pada individu,
keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2002). Menurut UU no 38
tahun 2014, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
tinggi keperawatan, baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui
oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Pendekatan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
Berdasarkan hasil data diruanganHCCU RS.X didapatkan
jumlah tenaga pelaksanaan diruang HCCU RS.X berjumlah 10
orang. Dengan perincian 1 orang Kepala Ruangan, 1 orang Ketua
Tim, 8 orang perawat pelaksana.
Dari 10 tenaga perawat yang ada, dilakukan dalam 1 kelompok
tim, yang pelaksanaanya sudah ditentukan oleh Kepala Ruang.
Perawat di HCCU RS.X dibagi menjadi 3 shift jaga, yaitu :
1) Karu : 1 Orang
2) Katim : 1 Orang
3) Shift Pagi : 4 Orang
4) Shift Sore : 2 Orang
5) Shift Malam : 2 Orang
6) Libur Lepas Malam: 1 Orang
7) Cuti : 1 Orang

Jumlah perawat yang bertugas dalam shift pagi secara menetap


adalah Kepala ruangan 1 Orang, Ketua Tim 1 orang serta perawat
shift pagi 4 orang Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga
perawat di HCCU RS.X adalah sebagai berikut :

1) Model Pendekatan dalam Perhitungan Kebutuhan Tenaga


Keperawatan
Beberapa model pendekatan pendapat yang dapat
dilakukan dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
adalah:

14
a) Berdasarkan klasifikasi pasien menurut Depkes RI:
Loss day
Loss Day- = Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar xjumlah perawat

- Jumlah hari kerja efektif

Non Nursing Job


Non Nursing Job= (jumlah tenaga keperawatan + loss day ) 25

100

Berdasarkan tingkat ketergantungan rata – rata jumlah jam


perawatan
 Askep minimal 2 jam
 Askep sedang 3,08 jam
 Askep agak berat 4,15 jam
 Askep maksimal 6,16 jam

b) Berdasarkan rumus Douglas


Douglas (1984, dalam Minetti Huchinson, 1994)
menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam 1 unit
perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-
masing kategori mempunyai nilai standar /shift nya, yaitu
sebagai berikut:

Tabel 2.3
Standar Perhitungan Tenaga Perawat Menurut Douglas

Tingkat Jumlah Kebutuhan Perawat


Ketergantungan Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
\ Parsial 0,27 0,15 0,10
Total 0,36 0,30 0,20

Sumber: Nursalam, 2011

15
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien
terhadap keperawatan menurut Douglas berdasarkan
kriteria sebagai berikut:

a) Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam


atau 24 jam, dengan kriteria :
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
- Makan dan minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiff
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil
- Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
b) Perawatan partial memerlukan waktu 3-4 jam atau 24
jam dengan kriteria :
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
- Folley catheter/intake output dicatat
- Klien dengan pemasangan infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
c) Perawatan maksimal atau atau total memerlukan waktu
5 – 6 jam / 24 jam dengan kriteria :
- Segalanya diberikan / dibantu
- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
- Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi
intravena
- Pemakaian suction
- Gelisah / disorientasi

 Menurut Gillies (1982)

16
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat
dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut :
Tenaga Perawat = Jumlah jam perawatan yg
dibutuhkan/ tahun
Jumlah jam kerja perawat/tahun x jam kerja

2) Kajian Data
Bedasarkan hasil datadi ruangan didapatkan jumlah tenaga
medis di ruang HCCU RS.Xterdiri dari 1 Kepala ruangan , 1
Ketua tim, dan 8 orang perawat pelaksana dan dibagi menjadi 3
shift jaga yaitu :
- Shift pagi : 07.30 - 14.30 WIB
- Shift sore : 14.00 - 19.30 WIB
- Shift malam : 19.00 - 08:00 WIB
Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat
Ruang HCCU RS.X adalah sebagai berikut :
a) Menurut Gillies
Jumlah tenaga perawat untuk ruang perawatan HCCU
RS.Xdengan jumlah tempat tidur adalah 8 TT dapat dihitung
dengan BOR rata-rata dari 1 tahun terakhir adalah 75 %,
sebagai berikut:
Berdasarkan Rumus Gillies adalah:
Ruang Perawatan Bedah Kelas III
Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365
(365 – C) x jam kerja/hari
Keterangan:
A: Jam efektif / 24 Jam = 4 Jam
B: Sensus harian BOR x TT = 75% x 8
C: jumlah hari libur (52 hari), 365 = jumlah hari kerja
dalam 1 tahun

17
Untuk Ruang Perawatan HCCU RS.Xdengan jumlah tempat
tidur 8, BOR rata-rata bulan per Januari sampai dengan Maret
2020 = 75 %. Maka tenaga keperawatan:

4 x (75% x 8) x 365 = 4 Perawat


(365-52) x 6
Jadi jumlah tenaga perawat ruang Perawatan HCCU
RS.Xmenurut Gillies (1982) adalah 4 orang.

Tabel 2.4
Analisa Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Perawatan
HCCU RS.X 2-4 April 2020
Rumus Jumlah tenaga Jumlah Keterangan
penyedian yang tenaga
tenaga dibutuhkan/hari yang ada
kerja saat ini

Gillies 4 orang 10 orang Cukup

Sumber : Hasil observasi mahasiswa profesi Ners STIKES MP


2020

Analisis:

Berdasarkan hasil dari tabel 2.4di atas, dpat di


ketahui perhitungan tenaga perawat yang telah dilakukan
dengan menggunkan formula gillies menunjukkan bahwa
jumlah perawat yang dibutuhkan dalam sehari sebanyak 4
orang sesuai dengan jumlah perawat yang bertugas
diruangan 4 orang, jadi dari hasil perhitungan dan
kenyataan dalam ruangan tidak ada masalah di
ketenagaan.

b) Menurut Rumus Depkes RI 2005


Jumlah pasien yang digunakan dalam perhitungan
rumus ini berdasarkan observasi pada tanggal 2-4 April
2020 berjumlah :

18
Tabel 2.5 Hasil pengamatan kasusu pasien Tanggal 1-3
April 2020
No Jenis penyakit Jumlah
1. CAD Stemi 5
2. Post CABG 2
3. BT Shunt a.i TOF 1
Jumlah 8
Sumber : Data Primer Ruang HCCU Tahun 2020
Jumlah jam perawatan/ hari = jumlah klien x rata-rata
perawatan
= 15 x 4 jam = 60 Jam
 Kebutuhan Tenaga = jumlah jam perawatan diruangan/hari

Jam efektif perawat


= 60 : 7
= 8,5 Jadi 8 orang
 Loss Day

( jumlah hari minggu dalam1 tahun+ cuti+hari besar ) x jumlah perawat


Lossday=
Jumlahhari kerja efektif
( 52+12+10 ) x 20
= (52+6+ 13) x 8
286
313
= 355/313 = 1,8 jadi 2 orang
 Non Nursing Job
Jumlah klien+lossday x 25
non nursing job=
100

= 8 + 2 x 25
14+ 4 x 25
100nonnursingjob=
100
= 2,5 jadi 2 orang

 Faktor koreksi = loss day + non nursing job


=2+2=4

 Jumlah kebutuhan tenaga


jumlah Tenaga=kebutuhan tenaga +faktor resiko
=8+4

19
= 12 perawat
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di ruangan HCCU adalah 12
orang

Tabel 2.6
Analisa Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Perawatan
HCCU RS.XPeriode 2-4 April 2020
Rumus Jumlah tenaga Jumlah tenaga Keterangan
Penyediaan yang yang ada saat ini
Tenaga Kerja dibutuhkan/hari
Depkes RI 12 10 Kurang 2
Sumber : Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP Tahun 2020

3) Penghitungan Tenaga Menurut Douglas (1984)


Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut douglas
berdasarkan tingkat ketergantungan adalah sebagai berikut,
berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diruang
HCCU RS.X analisa jumlah tenaga kerja diruangan didapatkan
hasil seperti tabel
Tabel 2.7
Kebutuhan Tenaga Ruangan Berdasarkan Klasifikasi Derajat
Ketergantungan Pasien Periode 2-4 April 2020
Klasifikasi pasien F Presentase
Minimal Care 0 0
Intermediate 6 75
Total care 2 25
Jumlah 8 100
Sumber: Hasil Observasi Mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020
Analisis
Dari data tabel 2.7didapatkan hasil bahwa rata-rata
pasien yang memerlukan bantuan intermediate/ partial yaitu
sebanyak 6 orang, yang dan yang memerlukan bantuan total
sebanyak 2 orang.

20
Berdasarkan data observasi yang dilakukan selama 3 hari
dari 1-3April 2020 perhitungan tenaga perawat diruang HCCU
RS.X dapat dilihat tabel 2.8 sebagai berikut:
Tabel 2.8
Perhitungan Tenaga Perawat Menurut Douglas
di Ruang HCCU RS.X Periode 2-4 April 2020
Klasifikasi Shift Dinas
Pagi Siang Malam
Minimal 0,17 x 0 = 0 0,14 x 0 = 0 0,07 x 0 = 0
Parsial 0,27 x 6 = 1,62 0,15 x 6 = 0,9 0,10 x 6 = 0,6
Total 0,36 x 2 = 0,72 0,30 x 2 = 0,6 0,20 x 2 = 0,4
Jumlah 2,34 (2) 1,5 (1) 1 (1)
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020

Jumlah perawat pagi yang dibutuhkan adalah 2 orang


Jumlah perawat siang yang dibutuhkan 1 orang
Jumlah perawat malam yang dibutuhkan 1 orang
Total perawat yang dibutuhkan dari 3 shift adalah 4 orang
Analisis:
Dari tabel 2.8 di atas Menurut perhitungan douglas
yang dibutuhkan tidak sesuai dengan ketergantungan pasien,
tenaga perawat yang dibutuhkan oleh ruangan HCCU RS.X .
Karena jumlah tenaga perawat diruang HCCU adalah 8
orang ditambah 1 orang karu dan 1 orang katim , jadi totalnya
10 orang . berdasarkan 3 perhitungan tenaga perawat diatas
dapat dilihat pada tabel 2.9 dibawah ini :
Tabel 2.9
Hasil Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang HCCU RS.X
Hasil
Metode Tersedia Keterangan
perhitungan
Gillies 4 10 Sesuai
Depkes RI 12 10 Tidak Sesuai
Douglas 4 10 Lebih

21
Sumber : Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP Tahun 2020

4) Jumlah Perawat Menurut Jenjang Pendidikan


a) Status Kepegawaian
Tabel 2.10
Jumlah dan Status Kepegawaiandi Ruang HCCU RS.XPeriode
Tahun 2020
No Nama Usi Jenis Jebatan Pendid Masa Status
a kel. ikan kerja kepegawaian
1. Nurhayati 45 P Ka. Ruangan S2 22 PNS
Kep
2. Rika 45 P Wk. Ruangan S1 26 PNS
Kep
3. Siti Rahayu 49 P Staf Akper 27 PNS
Keperawatan
4. Yudi 36 L Staf S1 12 PNS
Keperawatan Kep
5. Nena Ratini 36 P Staf Akper 12 PNS
Keperawatan
6. Krisna 35 L Staf S1 8 PNS
Keperawatan Kep
7. Sadiqi 39 L Staf Akper 10 PNS
Keperawatan
8. Samosir 38 P Staf S1 9 PNS
Keperawatan Kep
9. Sarah 40 P Staf Akper 9 PNS
Keperawatan
10. Yusuf 37 L Staf Akper 9 PNS
Keperawatan

22
Tabel 2.11
Kualifikasi Status Kepegawaian Tenaga Kesehatan
Di Ruang HCCU RS.X
No Status Kepegawaian Jumlah %
1 Pegawai tetap 10 100
2 Pegawai kontrak 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel 2.11 dapat diketahui bahwa dari
presentase jumlah pegawai tetap 10 orang (100%) dan pegawai
kontrak 0 (0%).

a) Pendidikan Formal
Tabel 2.12
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Kesehatan
Di Ruang HCCU RS.X
No Jenis Pendidikan Jumlah %
1 DIII Keperawatan 5 58,7
2 S1 Keperawatan 4 39, 5
4 S2 Keperawatan 1 1,8
Jumlah 10 100
Sumber: Arsip Ruang HCCU RS.X Tahun 2020
Berdasarkan tabel 2.12 dapat diketahui bahwa dari presentase
jumlah keseluruhan perawat diruang HCCU Perawat yang jenjang
pendidikan DIII Keperawatan berjumlah 5 orang (58,7%), S1
Keperawatan 4 orang (39,5%), , dan S2 Keperawatan 1 orang (1,8%).
Hal ini menunjukkan bahwa perawat diruang HCCU sudah mengalami
kemajuan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih
tinggi.Serta jumlah kepegawaian dengan status pegawai tetap

23
sebanyak (100%), dengan status kepegawaian yang dimiliki tidak
menjadi masalah dan menghambat kinerja perawat.

5) Jumlah Perawat Berdasarkan Pelatihan Klinis


Keperawatan
Tabel 2.13
Perawat Berdasarkan Pelatihan Klinisdi Ruang HCCU
No Pelatihan Sudah Belum
1. BHD 9 1
3. PPGD Basic II 8 2
4. Standar Asuhan Keperawatan 2 8
5. Basic KD 3 7
6. Manajemen Bangsal 1 9
7. Back Training dan Pencegahan 1 9
8. Komplikasi Tirah Baring Lama 1 9
9. Assesor Kompetensi 1 9
Keterampilan komunikasi
10. Pelatihan PPIRS 2 8
11. Pelatihan Pasien Safety 10 0
12. Pelatihan Paliatif 2 8
13. Keterampilan komunikasi 2 8
14. Pelatihan K3RS 1 9
Sumber : Data Primer Ruang HCCU RS.X

Berdasarkan tabel diatas rata-rata perawat diruang HCCU


pernah mengikuti beberapa pelatihan. Pelatihan dan seminar
yang telah dilakukan tidak lain untuk menambah pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan, dimana semakin banyak
pelatihan yang diikuti maka akan semakin banyak ilmu yang
didapatkan sehingga bisa berbagi dengan perawat lain sebagai
pembelajaran dan meningkatkan kualitas karena kualitas
seseorang tidak hanya dilihat dari data pendidikannya saja.

b. Money
1) Kajian Teori
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pendapatan
asli daerah adalah sumber keuangan daerah yang digali dari

24
wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan pelayanan
kesehatan bagi petugas medis maupun non medis.

Sistem keuangan Rumah Sakit yang merupakan salah satu


kegiatan dari manajemen keuangan adalah sasaran pertama yang
harus diperbaiiki agar dapat memberikan data dan informasi
yang mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan
keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan
rumah sakit.

2) Kajian Data

Berdasarkan hasil pengkajian RS.X merupakan Rumah


sakit swasta, yang pembiayaannya bersumber dari data sebagai
berikut :
Tabel Pendapatan per debitur ruang HCCU

No Debitur Jumlah Dana masuk

1 UMUM 139 219.513.500

2 BPJS NON PBI 218 396.270.500

3 BPJS PBI 232 347.036.000

4 DANA SEHAT RSUD 4 9.437.500

5 JAMKESDA 21 36.330.000

6 JAMKESDA BANJAR 13 20.392.500


NEGARA

7 PERTAMINA 3 2.600.000

8 KBS SILVER 5 6.870.000

Total 635 1.038.153.000

c. Material

25
1) Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan
peralatan keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis
dan spesifikasi) serta pengelolaannya dalam upaya mewujudkan
pelayanan keperawatan yang berkualitas (Depkes, 2011).
2) Kajian Data
a) Alat Tenun
Merupakan penetapan kebutuhan alat tenun
berdasarkan jumlah, jenis, dan spesifikasi menjamin
tersedianya alat tenun yang memadai untuk mencapai
pelayanan keperawatan.
Tabel 2.14
Standar Alat Tenun di Ruang HCCU untuk Tenaga Medis

No Nama Barang Jml Akhir Ratio alat


1 Baju tindakan 40 1:5
2 Masker kain 14 1:1
Sumber : Depkes,2001

Tabel 2.15

Standar Alat Tenun di Ruang HCCU untuk Tenaga Medis

No Nama Barang Jml Akhir Ratio Alat


1 Handuk kecil 300 1:3
2 Stik laken 60 1:3
3 Selimut woll 30 1:5
4 Selimut GMO 20 1:3
5 Spre VIP 80 1:2
6 Spre GMO 50 1:3
7 Sarung bantal 70 1:6
8 Sarung guling 70 1:6
9 Sarban 70 1:6
10 Perlak 10 1:3
11 Sarung insrument 20 1:3
12 Bantal dan guling 28 1:5

b) Alat Keperawatan

26
Penetapan kebutuhan alat keperawatan baik dari segi
jumlah, jenis dan spesifikasi menjamin tersedianya alat
keperawatan yang memadai untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan

Tabel 2.15
Standar Alat Kesehatan di Ruang HCCU
No Jenis Alat Kesehatan Jumlah
1 Central monitor 1
2 Bedside monitor 8
3 Elektrokardografi 2
4 Echokardografi 1
5 Continuos suction portable 1
6 Continuos suction wall 8
7 Film viewer walltype (1 film) 1
8 Film viewer walltype (2 film) 1
9 Temporary Pace Maker (TPM) 3
10 Air Matras 8
11 Laryngoscope 2
12 Ventilator 4
13 Defribrator 2
14 Nebulizer 1
15 Syringe pump 17
16 Infuse pump 14
17 Emergency cart 1
18 Pispot 2
19 Gliserin spuit -
20 Gelas ukuran 1 L/0,5L 3
21 Urinal 6
22 Sputum pot 2
23 Manometer O2 dinding 8
24 Manometer O2 portable 3
25 Kunci inggris 1
26 Tabung O2 4
27 Tensi meter portable 11
28 Stetoskop dewasa 8
29 Thermometer 6
30 Timbangan BB 1
31 Pengukuran tinggi badan 1
32 Reflek hammer 3
33 Tong spatel 1
34 Manset dewasa 10
35 Dressing card 2
36 Buli-buli panas 4
37 Escap -

27
38 Escrag -
39 Windring -
40 Standar infus 6
41 Tromol besar 1
42 Tromol sedang 3
43 Tromol kecil 1
44 BVM 6
45 Oximetri portable 1
46 Manset elektroda EKG 8
47 Pump EKG 12
48 Tourniquet 8
49 Meteran tinggi badan 1
50 Modul temp 17
51 Modul EKG 14
52 Kabel EKG 12
53 Kabel EKG portable 1
54 Mayo 6
55 Bak instrumen besar 12
56 Bak instrumen sedang 15
57 Bak instrumen kecil 9
58 Korentang 8
59 Klem bengkok 13
60 Klem lurus 26
61 Klem kain 4
62 Guntung jaringan 10
63 Gunting jaringan bengkok 1
64 Gunting verband 12
65 Gunting benang 5
66 Gunting Up Hecting 2
67 Scapel 23
68 Pinset anatomis 10
69 Pinset cirurgis 19
70 Bengkok stainless 17
71 Bengkok plastic 3
72 Kom besar 1
73 Kom sedang 10
74 Kom kecil 6
75 Kom besar dengan tutup 8
76 Surgical instrument 8 kit, masing2 8
berisi:
77 Pinset anatomis 1
78 Pinset cirurgis 1
79 Gunting jaringan 1
80 Gunting benang 1
81 Klem lurus 2
82 Klem bengkok 2

28
83 Hag Autoclavable 1
84 Scapel 1
85 Nalh Fuder 1
86 Tempat korentang 2

c) Alat rumah tangga


Penetapan kebutuhan alat rumah tangga baik dari segi
jumlah, jenis, spesifikasi menjamin tersedianya alat rumah
tangga yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan
Tabel 2.16 alat rumah tanggan dan meleber
No Nama Barang Jumlah
1 Meja kerja 6
2 Kur`si Meja 10
3 Kursi lipat 2
4 Kursi tunggu pasien 10
5 Kursi tunggu 5
6 Meja computer 1
7 Almari dokumen 2
8 Almari linen 3
9 Etalase kaca 1
10 Loker karyawan 1
11 Bed pasien 18
12 Almari pasien VIP 10
13 Almari pasien GMO 8
14 Sofa VIP 11
15 Troli besar 1
16 Troli kecil 3
17 Filing cabinet 2
18 Tempat sampah infeksius 2
19 Tempat sampah non infeksius 6
20 Ember besar 15
21 Gayung 20
22 Rak jemuran 10
23 Rak tempat sepatu 17
24 Troli Status 2
25 Baskom 18

29
d. Machine
1) Kajian Data
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim
atau mengubah energi untuk melakukan membantu pelaksanaan
tugas manusia. Biasanya membutuhkan sebuah masukan sebagai
pelatuk, mengirim energi yang telah diubah menjadi sebuah
keluaran yang melakukan tugas yang telah di setel, machine atau
mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

2) Kajian Data
Tabel 2.17 inventaris alat listrik
No Nama Barang Jumlah
1 Pesawat telephone 1
2 Computer set 2
3 Televisi 4
4 Kulkas 2 pintu 1
5 Kulkas kecil 3
6 Kipas angin 5
dinding
7 Kipas angin 2
standing
8 AC 12
Analisa
Berdasarkan tabel di atasinvertaris mesinbanyak dalam kondisi baik
dan dapat berfungsi baik.

e. Method
1) Standar Asuhan Keperawatan
Menurut Marr dan Biebing (2008) standar adalah suatu
tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu yang
diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur
atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding.
Sedangkan menurut Schroeder (2007) standar adalah nilai atau
acuan yang menentukan level praktek terhadap staf atau suatu

30
kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk
dapat diterima sampai pada wewenang tertentu.
Standar perawatan adalah uraian tingkat asuhan
keperawatan yang kompeten seperti yang diperlihatkan oleh
proses keperawatan yang mencakup semua tindakan penting yang
dilakukan oleh perawat dalam memberikan perawatan dan
membentuk dasar pengambilan keputusan klinik (Retnariska,
2012).
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai
pedoman dan instrumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu:
a) Standar I pengkajian keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang
keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan,
data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi
kumpulan data yang harus menggunakan format yang baku,
sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual dan valid.
b) Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data
status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan
norma kehidupan pasien, dan diagnosa keperawatan
dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien dan komponennya terdiri dari masalah,
penyebab dan tanda atau gejala.
c) Standar III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan komponennya meliputi prioritas
masalah, tujuan asuhan keperawatan dan rencana tindakan.

31
d) Standar IV implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secaramaksimal yang mencangkup aspek
peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan keluarga.

e) Standar V evaluasi keperawatan


Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik,
sistematis, terencana untuk menilai perkembangan pasien dan
menilai hasil dari setiap tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan.

f) Standar VI dokumentasi keperawatan


Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu
oleh perawat selama dirawat inap maupun rawat jalan yang
digunakan sebagai informasi, komunikasi dan laporan.
Dokumentasi dibuat setelah tindakan dilakukan sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan setiap mencatat harus
mencantumkan inisial atau paraf atau nama perawat,
menggunakan formulir yang baku, dan disimpan sesuai
peraturan yang berlaku
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang
HCCU RS.X mempunyai prosedur tetap untuk semua tindakan
perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan). Prosedur
tetap keperawatan di Ruang HCCU mengacu pada prosedur
tetap yang diterbitkan oleh Rumah Sakit X. Standar ini
diperlukan untuk menentukan mutu pelayanan, bagaimana
kegiatan-kegiatan akan dikerjakan dan seberapa baik kegiatan-
kegiatan tersebut dikerjakan.

32
2) Standar Operasional Prosedur
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang
HCCU RS.X, mempunyai standar operasional prosedur, seperti
pada tabel berikut
Tabel 2.18
SOP di Ruang HCCU
No Standar Operasional Prosedur
1. Konsultasi pemasukan pasien ke instalasi rawat intesif
2. Kebijakan pelayaan CICU
3. Prosedur pemberian terapi heparinisasi
4. Perawatan pasien koma
5. Prosedur BHD pada dewasa
6. First test respiratory particular (Masker efisien tinggi)
7. Latihan nafas dalam dan batuk efektif
8. Etika batuk
9. Pelayanan perawatan askep pasien TB paru
10. Prosedur pelayanan askep HIV AIDS
11. Pemberian terapi nebulisasi
12. Pengkajian nyeri
13. Penatalaksanaan nyeri dan teknik distraksi
14. Penkes pada penatalaksanaan nyeri
15. Pemberian obat topikal
16. Pemasangan restrain
17. Permintaan layanan darah
18. Pengambilan darah ke bank darah
19. Pemberian transfusi darah
20. Pemberian obat sublingual
21. Pemberian obat subcutan
22. Pemberian obat oral
23. Pemberian obat melalui rektal
24. Pemberian obat mata
25. Pemberian obat intrakutan
26. Pemberian obat intravena
27. Pemberian obat intramuskular
28. Menghitung deyut nadi radialis
29. Mengukur suhu tubuh melalui aksila
30. Melakukan kompres hangat
31. Memandikan klien
32. Perawatan kuku
33. Perawatan genital
34. Pemakaian Glucosa Hospital Meter
35. Menyisir rambut
36. Memberikan dukungan kebutuhan spiritual pasien
37. Prosedur Penghentian Bantuan Hidup (DNR)

33
38. Persiapan pasien rawat inap yang akan dilakukan tindakan
39. Kateterisasi di ruangan angiografi
40. Memindahkan klien dari tempat tidur ke blankar
41. Melakukan bilas lambung
42. Alur dan pengisian surat bukti pelayanan kesehatan
43. Verifikasi formulir pengendalian terapi, pemeriksaan
penunjang, dan tindakan
44. Menghitung pernapasan
45. Mencuci rambut
46. Skrinig pasien mencari ruang rawat yang datang ke IGD
47. Konsultasi pemasukan pasien ke instalasi rawat intensif
48. Kebijakan pelayanan di CICU
49. Penerimaan pasien baru
50. Menerima rujukkan dari RS lain
51. Provider pelayanan di rawat intensif
52. Pengembalian pasien dari rawat intensif
53. Pelayanan ambulans dan mobil jenazah
54. Prosedur meminta persetujuan tindakan
55. Peminjaman alat di ruang intensif
56. Prosedur pembayaran pada pasien pulang paks

A. PROSES

1. Proses Pelayanan Keperawatan Sistem Pemberian Pelayanan


Keperawatan Profesional (Instrumen A)
a. Kajian Teori
Pengaturan mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia secara
tersirat terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi yang
mencakup sub sistem pelayanan kesehatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat (Depkes RI, 2009).
Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan,
dimana selalu mengalami perubahan mendasar dalam memasuki abad
21 ini. Perubahan tersebut merupakan dampak dari perubahan

34
kependudukan dimana masyarakat semakin berkembang yaitu lebih
berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan
semakin kritis terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Untuk
mengatasi perubahan tersebut maka sistem pelayanan keperawatan
harus dituntut profesional (Kuntoro, 2010).
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model
Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet
(PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).
SP2KP atau Sistem Pelayanan Keperawatan Profesional adalah
kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang rawat di
rumah sakit. SP2KP ini merupakan suatu sistem pemberian asuhan
keperawatan di ruang rawat yang dapat memungkinkan perawat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang professional bagi pasien.
SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik dimana semua
komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diatur
seara professional (Sitorus, 2011)
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional
bersifat humanistis menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan
objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana
profesi yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan
karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat
(Nursalam, 2011).

1) Kepala ruangan
Menurut Terry (2013) manajer adalah orang yang melakukan
kegiatan manajemen.Manajer dalam manajemen keperawatan
terdapat beberapa tingkat dimana kepala ruangan merupakan

35
firstline manajer dikatakan sebagai manajer operasional yang
merupakan pemimpin langsung mengelola sumber daya di unit
perawatan menghasilkan pelayanan yang bermutu dan penting
dalam keberhasilan layanan pasien Soejitno (2005, dalam verawati,
2014).
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan profesional
yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola
kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang rawat (Depkes, 1994
dalam Hutahaen, 2009).
Bagi perawat diruang rawat inap, kepala ruangan adalah
pemimpin yang dapat menggerakkan perawatnya untuk dapat
melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik (Mulyono, 2013).
Peranan kepala ruangan sangat penting dalam menentukan
kualitas pelayanan keperawatan di ruangan.Salah satu peran
manajer ruangan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya pada
manajemen pelayanan keperawatan adalah fungsi pengarahan.
Pengarahan atau koordinasi merupakan fungsi manajerial untuk
mengarahkan staf dalam melaksanakan tugas yang telah
direncanakan meliputi kegiatan menciptakan suasana yang
memotivasi, membina komunikasi organisasi, menangani konflik,
memfasilitasi kolaborasi, pendelegasian, dan supervisi (Marquis &
Huston, 2010).
Agar pengelolaan ruang perawatan dapat dilakukan dengan
baik maka kepala ruangan dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan kemampuan profesional dalam mengatur
terlaksananya pelayanan perawatan dimana manajer atau kepala
ruangan mengatur dan merencanakan manajemen ruangan untuk
pengelolaan pasien yang pada umumnya berhubungan dengan
pelaksanaan fungsi manajemen Arwani & Supriyatno (2006).
Seperti fungsi dalam manajerial yang lain maka fungsi dari
kepala ruang juga meliputikomponen-komponen yang sama yaitu
planning, organizing, actuating dan contolingterhadap staf, sarana,

36
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan
Massey dalam Nursalam, 2009).
Tugas pokok kepala ruangan adalah mengawasi dan
mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat
yang berada di wilayah tanggung jawabnya. Adapun fungsi
manajemen keperawatan kepala ruangan adalah:
a. Perencanaan (Planning)
Menurut Nursalam (2013) tugas kepala ruangan dalam hal
perencanaan :
1) Menunjuk ketuatim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing
2) Mengikuti serah terima pasien pada shifsebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat,
transisi danpersiapan pulang, bersama ketua tim
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan serta penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikutivisite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukanterhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatanmembimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan, membimbing penerapan proses
keperawatandan menilai asuhan keperawatan, mengadakan
diskusi untuk pemecahan masalah sertamemberikan
informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
8) Membantumengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9) Membantu membimbing peserta didikkeperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit

37
b. Pengorganisasian (Organizing)
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan
di ruang rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan
tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan
ketentuan/peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan,
harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga
keperawatan satu atau tenaga lain yang bekerja di ruang
rawat
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga
perawatan untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai
standart
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan ruang rawat
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat,
dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan
agar selalu dalam keadaan siap pakai
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris
peralatan
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan
keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata
tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk
memeriksa pasien dan mencatat program

38
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di
ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non
injeksi, untuk memudah pemberian asuhan keperawatan
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat
untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah berlangsung
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan berlangsung
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap
pasien/keluarga dalam batas wewenangnya
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan
terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang
dilakukan secara tepat dan benar
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang
rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala
instansi, dan kepala UPF di rumah sakit
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik
antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi
ketenangan.

c. Pergerakan (Actuating)
1) Melalui komunikasi yaitu mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan perawat primer mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien
2) Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang
ada saat ini.

39
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar
hadir, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatandilaksanakan(didokumentasikan),
mendengar laporan dari perawat primer.

d. Evaluasi (Controlling)
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan
3) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan ke dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3)
bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang
berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai
kepentingan (naik pangkat/golongan, melanjutkan sekolah)
4) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat–obatan secara efektif dan efisien,
mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain
di ruang rawat.

2) Perawat Primer
Perawat primer adalah metode pemberian asuhan
keperawatan dilakukan oleh perawat primer yang
bertanggungjawab selama 24 jam terus menerus terhadap beberapa
pasien, selama pasien dirawat dampai pasien pulang. Ketika
perawat primer tidak hadir, perawat asosiate melaksanakan asuhan
sesuai rencana (Gilies, 2009).
Karakteristik Perawat Primer

40
a) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan
sampai pemulangan.
b) Pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan
pasien dan profesional kesehatan lain, dan menyusun rencana
perawatan, semua ini ada ditangan perawat primer.
c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh
perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
d) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan
penyelia.

Keuntungan Keperawatan Primer


a) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
b) Menjamin kontinuitas perawatan sesuai perawat primer
memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
c) Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial
pasien dan kebutuhan fisik, karena perawat primer melakukan
pengkajian riwayat dan fisik, mengembangkan rencana
perawatan, dan melaksanakannya sebagai kesatuan antara
pasien dan pekerja kesehatan lain.
d) Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan
pasien yang akan memungkinkan pembentukan hubungan
terapeutik.
e) Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter.
f) Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan
pasien langsung.
g) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional: untuk menghadapi masalah staf dan
penugasan dan memotivasi serta mendukung staf
Kerugian Keperawatan Primer

41
Keperawatan primer dikatakan memerlukan seluruh staf menjadi
RN, yang meningkatkan pengaturan staf dan biaya. Sebagai contoh,
uang dihemat bila tugas bukan keperawatan dilakukan oleh
kategori personel lain dan tidak diambil alih oleh RN.
Kelebihan Keperawatan Primer
a) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
b) Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
dengan pertanggungjawaban yang jelas.
c) Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
d) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
e) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima
asuhan keperawatan.
f) Lebih mencerminkan.
g) Menurunkan dana perawatan
Kekurangan Keperawatan Primer

a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional


b) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih
banyak menggunakan perawat profesional.
c) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehtan maupun kedokteran.
d) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan

3) Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang perawat yang diberi
wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan perawatan
langsung pada klien. Uraian tugas perawat pelaksana adalah
sebagai berikut:

a) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung


berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang:
1. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
2. Melaksanakan tindakan keprawatan sesuai dengan rencana

42
3. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
4. Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan
respon klien pada catatan perawatan
b) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab:
1) Pemberian obat
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan klien yang akan dioperasi
4) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental,
sosial, dan spiritual klien
5) Memelihara klien dan lingkungan
6) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa
aman,nyaman dan ketenangan
7) Pendekatan dan komunikasi terapeutik
c) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau
diagnosis
d) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
e) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau
sakaratul maut
f) Membantu kepala rungan dalam penatalaksanaan ruangan
secara administrative
1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal
2) Sensus harian atau formulir
3) Rujukanharian atau formulir
g) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan
menurut fungsinya supaya siap pakai
h) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keaamanan,
kenyamanan, dan keindahan ruangan
i) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur
secara bergantian sesuai jadwal tugas

43
j) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan
penyakitnya (PKMRS)
k) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara
lisan maupun tulisan
l) Membuat laporan harian klien

4) Meeting Morning
a) Pengertian
Suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum
dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi.
b) Tujuan
Koordinasi intern ruang perawatan (wahana informasi dan
komunikasi) Kebijakan :
1) Dilakukan disemua ruang rawat inap/instalasi yang ada
kaitannya dengan pelayanan keperawatan agar tercapai
dalam memberikan askep yang optimal dan tepat
2) Dilakukan tiap pagi hari sebelum operan jaga. Waktu
pelaksana kurang lebih 15 menit
3) Diikuti oleh perawat jaga malam, perawat jaga pagi,
pramusaji, tenaga, administrasi ruang dan house keeping
c) Prosedur
1. Persiapan
1) Karu mempersiapkan materi dan informasi mengenai
kegiatan-kegiatan non keperawatan di ruang tersebut
2) Karu menyiapkan tempat untuk melakukan morning
meeting
3) Mempersiapkan salah satu staf untuk menjadi notulen
4) Morning meeting diikuti oleh seluruh staf yang jaga
pagi dan malam
2. Pelaksanaan
1) Karu membuka meeting morning dilanjutkan dengan
doa bersama

44
2) Spiritual corner (membacabassmallah dan Quran)
3) Melakukan repetitive magic power (budaya kerja dan
keyakinan dasar) dibacakan oleh salah satu peserta
ditirukan oleh semua peserta meeting morning
4) Karu memberikan informasi dan arahan kepada staf
dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya
5) Karu melakukan klasrifikasi apa yang telah
disampaikan kepada staf
6) Memberikan kesempatan kepada staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan
7) Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah
yang dapat di tempuh
8) Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf
3. Penutup
a) Karu menutup meeting morning
b) Karu dan peserta meeting morning menandatangani
notulensi
c) Meeting morning dilanjutkan dengan operan jaga
Indikator SP2KP indikator pelayanan manajerial pelayanan
keperawatan standar pelayanan minimal (SPM) bidang pelayanan
keperawatan 2013 RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan
kepmenkes Nomor 836 tahun 2005 dan modul pelatihan SP2KP
meliputi Pre-onferene dan Post-onferene.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 2-4
April 2020 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.18
Presentase Proses Pelaksanaan Meeting Morning
Di Ruang HCCU RS.X Periode 2-4 April 2020
N= 8
No Aktivitas Ya Tidak Catatan
Persiapan
1 Karu sudah mempersiapkan 8 0
materi dan informasi
mengenai kegiatan-kegiatan

45
non keperawatan di ruangan
tersebut.
2 Karu sudah menyiapkan 8 0
tempat untuk melakukan
meeting morning.
3 Karu Sudah menyiapkan salah 0 8
satu staf untuk menjadi
notulen.
4 Meeting morning diikuti oleh 8 0
seluruh staf yang jaga pagi
dan malam.
Pelaksanaan
1 Karu memulai meeting 8 0
morning dengan salam
dilanjutkan dengan doa
pembuka.
2 Karu memberikan arahan 8 0
kepada staf dengan materi
yang telah disiapkan
sebelumnya
3 Karu melakukan klarifikasi 8 0
apa yang telah disampaikan
kepada staf
4 Memberikan kesempatan 8 0
kepada staf untuk
mengungkapkan
permasalahan yang muncul di
ruangan
5 Bersama-sama staf 8 0
mendiskusikan Pemecahan
masalah yang dapat ditempuh
6 Karu memberi motivasi dan 8 0
reinforcement kepada staf.

Penutup
1 Karu menutup meeting 8 0
morning
2 Karu menandatangani catatan 0 8
notulen
Jumlah 8 2
Jumlah persentase 83% 17%
Persentase 100 %
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

46
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan
HCCU selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa
panduan tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan kegiatan
meeting morning di ruangan rawat HCCU sudah ada beberapa
point variabel yang dinilai telah terlaksanakan seperti: karu
menyiapakan tempat untuk melakukan meeting morning, karu
membuka meeting morning dilanjutkan dengan doa bersama, karu
memberikan informasi dan arahan kepada staff serta melakukan
klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staff, memberikan
kesempatan staff untuk mengungkapkan permasalahan yang
muncul di ruangan, bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan
masalah yang dapat di tempuh, karu memberi motivasi dan
reinforcement kepada staff. Sehingga didapatkan hasil berdasarkan
penilaian dalam pelaksanaan kegiatan meeting morning diruang
HCUU sebesar 83% .

5) Pre conference
Pre conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan anggota tim
setelah membaca laporan shift sebelumnya untuk menyusun
rencana kegiatan askep shift lanjutannya. Pre-conferene dilakukan
untuk memperjelas rencana yang akan dilakukan dan pembagian
tugas tim keperawatan sehingga pelayanan atau asuhan yang
diberikan lebih optimal, efesien dan efektif.
1. Persiapan
a) Ketua tim menyiapkan ruangan
b) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya
2. Pelaksanaan
a) Ketua tim/PJ membuaka pre conference

47
b) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
c) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
d) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang
masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalah
e) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
nggota tim
f) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil pre conference
g) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya

Berdasarkan observasi selama 3 hari, presentase proses


pelaksaan pre conferencedi Ruang HCCU RS.X dapat dilihat tabel
di bawah ini.

Tabel 2.19
Presentase Proses Pelaksanaan Pre Conference
di Ruang HCCU Pada Tanggal 2-4 April 2020
N=8
No Aktivitas Ya Tidak Catatan
Persiapan
1 Ketua Tim menyiapkan 8 0
ruangan
2 Ketua Tim menyiapkan 8 0
rekam medik dan buku
laporan shift pasien
Pelaksanaan
1 Ketua Tim / PJ membuka pre 8 0
conference dengan salam dan
berdoa jika belum dilakukan
2 Ketua Tim / PJ menjelaskan 8 0

48
tujuan dilakukannya pre
Conference
3 Ketua Tim / PJ memandu 8
pelaksanaan pre conference 0
4 Ketua Tim / PJ menjelaskan 8 0
Masalah keperawatan pasien,
keperawatan, dan rencana
keperawatan yang menjadi
tangung jawabnya
5 Ketua Tim / PJ membagi 8 0
tugas kepada anggota tim
dengan memperhatikan
keseimbangan kerja
6 Mendiskusikan cara dan 8 0
strategi pelaksanaan asuhan
pasien/tindakan
7 Ketua Tim / PJ memotivasi 0 8
untuk memberikan tanggapan
dan penyelesaian
masalah yang sedang di
diskusikan
8 Ketua Tim / PJ 0 8
mengklarifikasi kesiapan
anggota tim untuk
melaksanakan asuhan
keperawatan kepadapasien
yang menjadi tanggung
jawabnya
9 Ketua Tim / PJ memberikan 8 0
reinforcement positif pada
anggota tim
10 Ketua Tim / PJ 8 0
menyimpulkan hasil pre
conference
Penutup
1 Ketua Tim / PJ mengakhiri 8 0
pre conference
2 Ketua Tim / PJ 8 0
mendokumentasikan pre
conference
Jumlah 12 2
Jumlah persentase 86% 14%
Persentase 100%
Sumber : observasi mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020
Analisa

49
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan HCUU
selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa panduan
tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan kegiatan preconference di
ruangan HCCU sudah ada beberapa point variabel yang dinilai telah
terlaksanakan kecuali seperti: PJ menyiapkan rekam medic dan buku
laporan shift pasien pasien dalam tanggung, PJ menjelaskan tujuan
dilakukannya pre conference. Didapatkan hasil penilaian kepala tim
pada saat preconference sebesar 86%

6) PostConference
Post conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan anggota
tim pada akhir shift atau telah melakukan askep atau mencatat
dibuku laporan untuk disampaikan pada operan shift berikutnya.
Post-conferene dilakukan untuk memperjelas hasil askep yang
dilakukan dan evaluasi dari tindakan tugas tim keperawatan
sehingga pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan lebih
optimal, efisien dan efektif.
1. Persiapan
a) Ketua tim menyiapkan ruangan
b) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya
2. Pelaksanaan
a) Ketua tim/PJ membuaka post conference
b) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
c) Anggota Tim menjelaskan tentang hasil tindakan/ hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
d) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
e) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang
masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalah

50
f) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
nggota tim
g) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil post conference
h) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya
Berdasarkan observasi selama 3 hari, presentase proses
pelaksaan post conference di Ruang HCCU dapat dilihat tabel
di bawah ini

Tabel 2.20
Presentase Proses Pelaksanaan Post Conference
Di Ruang HCCU Pada Tanggal 16-17 Maret 2020
N=8
No Aktivitas Ya Tidak Catatan
Persiapan
1 Karu / PJ shift sudah 0 8
mempersiapkan buku
laporan shift dan melengkapi
buku laporan Tim
menyiapkan ruangan
2 Ketua Tim menyiapkan rekam 0 8
medik dan buku laporan shift
pasien
Pelaksanaan
1 Katim/Pj Shift membuka post 0 8
conference dengan salam dan
berdoa jika belum dilakukan
2 Katim/Pj Shift menjelaskan 0 8
tujuan dilakukannya post
conference
3 Katim/Pj Shift memandu 0 8
pelaksanaan post conference
dan mempersilahkan P.
Pelaksana menjelaskan
tentang hasil tindakan /hasil
asuhan keperawatan yang
telah dilakukannya
4 P. Pelaksana menjelaskan 0 8
tentang hasil tindakan /hasil
asuhan keperawatan yang
telah dilakukannya

51
5 Katim/Pj Shift menerima 0 8
penjelasan dari P. Pelaksana
tentang hasil tindakan /hasil
asuhan keperawatan yang
telah dilakukan P. Pelaksana
6 Katim/Pj Shift mendiskusikan 0 8
masalah yang ditemukan
dalam memberikan askep
pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalahnya
7 P. Pelaksana ikut 0 8
mendiskusikan masalah yang
ditemukan dalam memberikan
askep dan mencari upaya
penyelesaian masalahnya
8 Katim/Pj Shift memberikan 0 8
reinforcement pada P.
Pelaksana
9 Katim/Pj Shift menyimpulkan 0 8
hasil post conference
10 Mengklarifikasi pasien 0 8
sebelum melakukan operan
tugas jaga berikutnya
Penutup
1 Ketua Tim / PJ mengakhiri 0 8
post conference
2 Ketua Tim / PJ 0 8
mendokumentasikan post
conference
Jumlah 0 14
Jumlah persentase 0 100%
Perentase 100%
Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan HCUU
selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa panduan
tetap (SOP) belum ada dan postconference tidak dilakukan di ruangan.
Didapatkan hasil penilaian kepala tim pada saat postconference sebesar
0%.

7) Handover
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan

52
tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan
yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien. Selain itu juga meliputi mekanisme
transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utamadan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang
akan melanjutnya perawatan.
Operan sering disebut dengan timbang terima atau
handover. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
(Nursalam, 2011). Timbang terima harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat
itu.Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, timbang
terima (handover) dilakukan oleh perawat primer keperawatan
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas
malam secara tertulis dan lisan (Rohmah, 2012).
Berdasarkan pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa
operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
1. Tujuan Timbang Terima ( Handover)
Ada beberapa tujuan kenapa timbang terima itu dilakukan
yaitu:
a) Menyampaikan kondisi dan data keadaan pasien (data
fokus).
b) Menyampaikan hal yang sudah /belum dikerjakan dalam
asuhan keperawatan kepada pasien.
c) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak
lanjuti oleh perawat dinas berikutnya

53
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
(Urrahman, 2009).
2. Manfaat Timbang Terima ( Handover)
Menurut Friesen (2008), manfaat Timbang Terima ( Handover)
bagi perawat adalah:
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b) Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat
c) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
dilaksanakan secara berkesinambungan
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna.
Sedangkan bagi pasien, manfaat yang didapat pasien
bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap. Pasien merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan karena setiap perkembangan yang terjadi maupun
tindakan yang akan dilakukan diinformasikan dengan jelas
kepada pasien/keluarga (Notoadmojo, 2005).

Berdasarkan observasi selama 3 hari, presentase proses


pelaksaan handoverdi Ruang HCCU dapat dilihat tabel di bawah
ini.
Tabel 2.21
Presentase Proses Pelaksanaan Handover Di Ruang HCCU
Pada Tanggal 2-4 April 2020
N=8
No Variabel yang dinilai Observasi Catatan
Ya Tidak
1 Perawat pemberi operan 8 0
menyiapkan tempat untuk
operan
2 Perawat pemberi operan 8 0
menyiapkan rekam medis yang
telah diisi dengan rekam

54
keperawatan yang lengkap
sesuai shift jaga
3 Kepala ruang/PN/AN memimpin 8 0
operan diawali doa bersama
4 Perawat mengoperkan status 8 0
kesehatan pasien dengan cara
membacakan rekam
keperawatan
5 Perawat mengoperkan nama 8 0
pasien, diagnose medis dan
masalah keperawatan
6 Perawat mengoperkan tindakan 8 0
keperawatan mandiri dan
kolaborasi yang telah dilakukan
beserta hasil dan waktu
pelaksanaan
7 Perawat menyebutkan 8 0
perkembangan/kondisi fisik
pasien yang terjadi selama shift
8 Perawat menyebutkan rencana 8 0
tindakan keperawatan mandiri
dan kolaborasi yang akan
dilakukan dan waktu
pelaksanaan
9 Perawat penerima operan 8 0
melakukan pengecekan
kelengkapan dokuman asuhan
keperawatan
10 Perawat penerima operan 8 0
mencatat hal-hal yang dioperkan
untuk setiap pasien dalam buku
peran tugas
11 Perawat pemberi dan penerima 8 0
operan melakukan kunjungan
pasien dalam rangka klarifikasi
kan konfirmasi
12 Perawat yang mengoperkan 8 0
menginformasikan kepada
pasien/keluarga nama perawat
shift berikutnya
13 Perawat penerima operan 0 8
memberi salam kepada
pasien/keluarga serta

55
mengenalkan diri dengan
komunikasi yang baik
14 Perawat pemberi dan penerima 8 0
operan menandatangani buku
operan tugas
15 Pemberi dan penerima operan 8 0
saling memberikan
reinforcement
16 Ka Ruang/PN/AN/ menutup 8 0
operan dengan baik

Jumlah 15 1
Jumlah persentase 93% 7%
Persentase 100%
Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan diruang HCCU
didapatkan hasil handover sebesar 93%, dan termasuk dalam
kategori penilaian cukup baik, hal ini menyatakan bahwa
Handover ruang HCCU sudah dilaksanakan dengan baik.
b. Kajian Data
1) Kepala ruang
Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas kepala ruang di
ruangan HCCUkami sampaikan pada tabel berikut:
Tabel 2.22
Pelaksanaan Uraian Tugas Kepala Ruang Di Ruang HCCU RS.X
Periode 2-4 April 2020
N=1
Ket
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1 Membagi staf ke dalam tim sesuai dengan 1 0
kemampuan dan beban kerja

2 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan tim 1 0


3 Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien 1 0
dan ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk
laporan permasalahan dinas malam
4 Kepala ruang melakukan meeting morning untuk 1 0
menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali

56
dan diakhiri dengan doa
5 Membagi pasien ke dalam tim sesuai dengan 1 0
kemampuan dan beban kerja
6 Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas 1 0
ketua tim dan anggota tim
7 Melakukan supervisi dan memberi motivasi 1 0
seluruh staf keperawatan untuk mencapai kinerja
optimal

8 Memberikan reinforcement positif kepada semua 0 1


staf termasuk pada saat mengakhiri meeting
morning kepada dinas malam dan dinas pagi
9 Berperan serta sebagai konsultan 1 0
10 Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf 1 0
melalui daftar hadir yang ada di ruang
Jumlah 9 1
Jumlah Persentase 90% 10%
Presentase 100%
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan rawat HCCU
selama tiga hari dalam 3 shift kerja, didapatkan hasil penilaian dalam
pelaksanaan beberapa uraian tugas kepala ruangan dikategorikan sudah
baik, dengan persentase nilai sebesar 90 %. Dari uraian 10 kegiatan kepala
ruangan hanya ada beberapa hal yang tidak dapat terlaksanakan seperti :
Tidak menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan ruangan yang
ada pada hari tersebut, Kepala ruangan sudah memberikan reinforcement
positif kepada semua staf tetapi tidak ada pengakhiran kegiatan meeting
mornig kepada shift malam dan shift pagi, karena meeting mornig tidak
dilakukan selama observasi.

2) Kepala Tim
Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas kepalatimdiruangan
HCCU kami sampaikan pada tabel berikut:

57
Tabel 2.23
Pelaksanaan UraiannTugas Kepala Tim Di Ruang HCCU
RS.X Periode 2-4 April 2020

Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
1 Bertugas pada pagi hari √
2 Bersama Perawat Pelaksana menerima operan √
tugas jaga dari yang Perawat Pelaksana tugas
malam.
3 Bersama Perawat Pelaksana melakukan √
konfirmasi/supervise tentang kondisi pasien
segera setelah selesai operan tugas jaga
malam.
4 Bersama Perawat Pelaksana melakukan do’a √
bersama sebagai awal dan akhir tugas
dilakukan setelah selesai operan tugas jaga
malam.
5 Melakukan pre conference dengan semua √
Perawat Pelaksana yang ada dalam grupnya
setiap awal dinas pagi.
6 Membagi tugas atau pasien kepada Perawat √
Pelaksana sesuai kemapuan dan beban kerja.
7 Melakukan pengkajian, menetapkan masalah √
atau diagnose dan perencanaan keperawatan
kepada semua pasien yang menjadi tanggung
jawab ada bukti di rekam keperawatan.
8 Memonitor dan membimbing tugas Perawat √
Pelaksana.
9 Membantu tugas Perawat Pelaksana untuk √
kelancaran pelaksanaan asuhan pasien.
10 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi √
catatan asuhan keperawatan yang dilakukan
oleh Perawat Pelaksana yang ada di bawah
tanggung jawabnya.
11 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap √
pasien sesuai tujuan yang ada dalam
perencanaan asuhan keperawatan dan ada

58
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
bukti dalam rekam keperawatan.
12 Melaksanakan post conference pada setiap √
akhir dinas dan menerima laporan akhir tugas
jaga dari perawat pelaksana untuk persiapan
operan tugas jaga berikutnya.
13 Mendampingi perawat pelaksana dalam √
operan tugas jaga kepada anggota tim yang
tugas jaga berikutnya.
14 Memperkenalkan perawat pelaksana yang ada √
dalam satu grup atau yang akan merawat
selama pasien dirawat atau kepada
pasien/keluarga baru.
15 Mendelegasikan tugas kepada perawat √
pelaksana pada sore malam libur.
16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang √
bila pagi hari tidak bertugas.
17 Menyelenggarakan diskusi kasus dalam √
pertemuan dalam rutin keperawatan di
ruangan minimal sebulan sekali.
18 Melakukan bimbingan klinik keperawatan √
kepada Perawat Pelaksana minimal seminggu
sekali (ronde keperawatan/bed side
teacshing).
Jumlah 14 4
Jumlah Persentase 78 % 22%
Persentase 100%
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan HCCU selama
tiga hari dalam 2 shift kerja, didapatkan hasil penilaian dalam pelaksanaan
uraian tugas kepala timdengan persentase nilai sebesar 78%.

3) Perawat Asosiatif (Perawat Pelaksana)

59
Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas perawat asosiatif
diruangan HCCU kami sampaikan pada tabel berikut:

Tabel 2.24
Presentase Uraian Tugas Perawat Asosiatif Di Ruang
HCCU RS.X Periode 2-4 April 2020
N=9
Observasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Mengerjakan semua tugas yang diberikan 9 0
kepala ruang
2. Menerima sesuai SPO di rumah sakit 0 9
3. Melakukan pengkajian keperawatan 9 0
4. Menganalisis data pasien sesuai bio 9 0
5. Menetapkan diagnose keperawatan 9 0
berdasarkan masalah yang dirumuskan
6. Menyusun rencana keperawatan 9 0
berdasarkan data hasil pengkajian
keperawatan
7. Bekerjasama dengan tim kesehatan lain 9 0
dalam menyusun perencanaan keperawatan
8. Melakukan tindakan keperawatan 0 9
berdasarkan SOP
9. Memperkenalkan diri setiap bertemu pasien 9 0
dan mendengarkan setiap keluhan pasien
10. Memberikan penjelasan pada klien sebelum 0 9
melakukan tindakan keperawatan
11. Mengutamakan keselamatan klien dalam 9 0
memberikan asuhan keperawatan dan
melakukan dokumentasi keperawatan

12. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan 9 0


berdasarkan tujuan
13. Melakukan discharge planning pada pasien 9 0
pulang

60
Observasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
14. Melakukan operan dengan penanggung 9 0
jawab shift berikutnya
15 Mengikuti setiap pertemuan yang diadakan 9 0
ruangan dan bekerjasama serta membantu
sesama rekan kerja
16. Memberikan dukungan terhadap atasan 9 0
ketika melaksanakan tugas atau pekerjaan
Jumlah 13 3
Jumlah persentase % 81% 19%
Presentase 100%
Sumber : Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan HCCU
selama tiga hari dalam 3 shift kerja, didapatkan hasil penilaian dalam
pelaksanaan uraian tugas perawat asosiatif dengan persentase nilai sebesar
81%. Dari uraian 16 kegiatan perawat asosiatif, hanya ada beberapa hal
yang tidak dapat terlaksanakan sepenuhnya.

2. Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen B)


a. KajianTeori
Standar adalahsuatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal
sebagai sesuatu yang diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan
sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai
pembanding (Marr dan Biebing, 2001).Standar praktik keperawatan
adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seseorang
perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai
pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolak ukur
dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002).

61
Dasar hukum StandarProfesiKeperawatanadalah UU
Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 pasal 53, ayat 1:
“tenagakesehatanmemperolehperlindungandalammelaksanakantugasn
yaberkewajibanstandarprofesidanpasien”. StandarAsuhanKeperawatan
(SAK) RS .X
disusunberdasarkanstandarasuhankeperawataninternasional.Standarac
uan yang dipakaiadalahStandarized nursing language yaitu NANDA
(North American Nursing Diagnosis Association) taksonomi II untuk
diagnose keperawatan, NOC (Nursing Outcome Classification)
untuktujuandan outcome yang ingindicapai, dan NIC (Nursing
Intrevension Classification) untukrencanatindakan/intervensinya.

Di Indonesia, standar
keperawatandipakaisebagaipedomandaninstrumentasipenerapanstanda
rasuhankeperawatan yang disusunolehDepkesyaitu:

a. Standart I pengkajian keperawatan


Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa,
observasi yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara
terus menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan
keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi
semua anggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
b. Standart II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis
dan dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan
komponennya terdiri dari masalah penyebab dan gejala (PES)
bersifat actual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
c. Standart III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
d. Standart IV implementasi keperawatan

62
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan
dan pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan keluarga.
e. Standart V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
f. Standart VI dokumentasikeperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat
setelah tindakan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau
paraf atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan
disimpan sesuai peraturan yang berlaku.

b. Kajian Data
Berdasarkan Observasi yang dilakukan, penilaianAsuhankeperawatan
di Ruang HCCU kami sampaikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.25
Penilaian Asuhan Keperawatan Di Ruang HCCU
Periode 2-4 April 2020
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
Pengkajian
Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman
1
pengkajian √
2 Data dikelompokan (Bio-Psiko-sosial-spiritual) √
Data yang dikaji sejak pasien masuk sampai √
3
pulang
Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan √
4 antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan
Diagnosa

63
No Aspek yang dinilai Ya Tidak

Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang


1
telah dirumuskan √
2 Diagnosa keperawatan mencerminkan PES √
Merumuskan diagnosa keperawatan
3
aktual/potensial √
Intervensi
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan √
2 Disusun menurut urutan prioritas √
Rumusan tujuan mengandung komponen pasien √
3
perubahan perilaku, kondisi pasien atau criteria
Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan
4
kalimat perintah, terinci dan jelas √
Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan
5
pasien/keluarga √
Rencana tindakan menggambarkan kerjasama,
6
dengan tim kesehatan lain √
Implemetasi
Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana
1
keperawatan √
Perawat mengobservasi respon pasien terhadap
2
tindakan keperawatan √
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi √
Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
4
ringkas dan jelas √
Evaluasi
1 Evaluasi mengacu pada tujuan √
2 Hasil evaluasi dicatat √
Catatan Asuhan Keperawatan
1 Menulis pada format yang baku √
Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang
2
dilaksanakan √

64
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah
3
yang baku dan benar √
Setiap melakukan tindakan, perawat
4 mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal
dilakukannya tindakan. √
Berkas catatan keperawatan di simpan sesuai
5
dengan ketentuan yang baku √
Total 21 3
Presentase 88% 12%
Sumber:Depkes RI, 2015

Analisa

Berdasarkan hasil penilaian evaluasi proses asuhan


keperawatan di ruang HCCU sebesar 88% dilakukan. Berarti
asuhan keperawatan yang dilakukan di ruang HCCU sudah
dilakukan dengan sangat baik namun ada beberapa hal yang
perlu ditingkatkan lagi. Berdasarkan data yang didapatkan maka
dapat dianalisis sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil data, dalam pengangkatan diagnosa


keperawatan di ruang HCCU masih ada yang tidak
berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
2. Selain itu intervensi yang digunakan ada beberapa tidak
berdasarkan diagnosa keperawatan.
3. Untuk urutan intervensi sudah bagus namun ada beberapa
intervensi yang tidak dicantumkan sesuai prioritas yang ada.
4. Dan juga ada beberapa tindakan keperawatan di ruang
HCCU yang tidak mengacu pada rencana keperawatan

C. UNSUR DAN ANALISIS PROSES


1. Proses Pelayanan Keperawatan Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional (Instrumen A)
a. Kajian Teori

65
Pengaturan mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia secara
tersirat terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi yang
mencakup sub sistem pelayanan kesehatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat (Depkes RI, 2009).
Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan,
dimana selalu mengalami perubahan mendasar dalam memasuki abad
21 ini. Perubahan tersebut merupakan dampak dari perubahan
kependudukan dimana masyarakat semakin berkembang yaitu lebih
berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan
semakin kritis terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Untuk
mengatasi perubahan tersebut maka sistem pelayanan keperawatan
harus dituntut profesional (Kuntoro, 2010).
SP2KPadalah sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model
Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet
(PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).
SP2KP atau Sistem Pelayanan Keperawatan Profesional
adalah kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang
rawat di rumah sakit. SP2KP ini merupakan suatu sistem pemberian
asuhan keperawatan di ruang rawat yang dapat memungkinkan
perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang professional
bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik

66
dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diatur seara professional (Sitorus, 2011)
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional
bersifat humanistis menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan
objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana
profesi yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan
karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat
(Nursalam, 2011).

1) Kepala ruangan
Menurut Terry (2013) manajer adalah orang yang
melakukan kegiatan manajemen.Manajer dalam manajemen
keperawatan terdapat beberapa tingkat dimana kepala ruangan
merupakan firstline manajer dikatakan sebagai manajer operasional
yang merupakan pemimpin langsung mengelola sumber daya di
unit perawatan menghasilkan pelayanan yang bermutu dan penting
dalam keberhasilan layanan pasien Soejitno (2005, dalam verawati,
2014).
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan
profesional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam
mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang rawat
(Depkes, 1994 dalam Hutahaen, 2009).
Bagi perawat diruang rawat inap, kepala ruangan adalah
pemimpin yang dapat menggerakkan perawatnya untuk dapat
melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik (Mulyono, 2013).
Peranan kepala ruangan sangat penting dalam menentukan
kualitas pelayanan keperawatan di ruangan.Salah satu peran
manajer ruangan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya pada
manajemen pelayanan keperawatan adalah fungsi pengarahan.

67
Pengarahan atau koordinasi merupakan fungsi manajerial untuk
mengarahkan staf dalam melaksanakan tugas yang telah
direncanakan meliputi kegiatan menciptakan suasana yang
memotivasi, membina komunikasi organisasi, menangani konflik,
memfasilitasi kolaborasi, pendelegasian, dan supervisi (Marquis &
Huston, 2010).
Agar pengelolaan ruang perawatan dapat dilakukan dengan
baik maka kepala ruangan dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan kemampuan profesional dalam mengatur
terlaksananya pelayanan perawatan dimana manajer atau kepala
ruangan mengatur dan merencanakan manajemen ruangan untuk
pengelolaan pasien yang pada umumnya berhubungan dengan
pelaksanaan fungsi manajemen Arwani & Supriyatno (2006).
Seperti fungsi dalam manajerial yang lain maka fungsi dari
kepala ruang juga meliputikomponen-komponen yang sama yaitu
planning, organizing, actuating dan contolingterhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan
Massey dalam Nursalam, 2009).
Tugas pokok kepala ruangan adalah mengawasi dan
mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat
yang berada di wilayah tanggung jawabnya. Adapun fungsi
manajemen keperawatan kepala ruangan adalah:
a) Perencanaan (Planning)
Menurut Nursalam (2013) tugas kepala ruangan dalam hal
perencanaan :
1) Menunjuk ketuatim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing
2) Mengikuti serah terima pasien pada shifsebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat,
transisi danpersiapan pulang, bersama ketua tim

68
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan serta penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikutivisite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukanterhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatanmembimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan, membimbing penerapan proses
keperawatandan menilai asuhan keperawatan, mengadakan
diskusi untuk pemecahan masalah sertamemberikan
informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
8) Membantumengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9) Membantu membimbing peserta didikkeperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit

b) Pengorganisasian (Organizing)
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan
di ruang rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan
tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan
ketentuan/peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan,
harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga
keperawatan satu atau tenaga lain yang bekerja di ruang
rawat
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga
perawatan untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai
standart

69
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan ruang rawat
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat,
dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan
agar selalu dalam keadaan siap pakai
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris
peralatan
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan
keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata
tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk
memeriksa pasien dan mencatat program
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di
ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non
injeksi, untuk memudah pemberian asuhan keperawatan
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat
untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah berlangsung
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan berlangsung
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap
pasien/keluarga dalam batas wewenangnya
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan
terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang
dilakukan secara tepat dan benar

70
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang
rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala
instansi, dan kepala UPF di rumah sakit
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik
antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi
ketenangan.

c) Pergerakan (Actuating)
1) Melalui komunikasi yaitu mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan perawat primer mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien
2) Melalui supervisi :
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang
ada saat ini.
b. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatandilaksanakan(didokumentasikan),
mendengar laporan dari perawat primer.

d) Evaluasi (Controlling)
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan
3) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan ke dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3)
bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang
berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai
kepentingan (naik pangkat/golongan, melanjutkan sekolah)

71
4) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat–obatan secara efektif dan efisien,
mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain
di ruang rawat.

2) Perawat Primer
Perawat primer adalah metode pemberian asuhan
keperawatan dilakukan oleh perawat primer yang
bertanggungjawab selama 24 jam terus menerus terhadap beberapa
pasien, selama pasien dirawat dampai pasien pulang. Ketika
perawat primer tidak hadir, perawat asosiate melaksanakan asuhan
sesuai rencana (Gilies, 2009).

Karakteristik Perawat Primer


a) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan
sampai pemulangan.
b) Pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan
pasien dan profesional kesehatan lain, dan menyusun rencana
perawatan, semua ini ada ditangan perawat primer.
c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh
perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
d) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan
penyelia.
Keuntungan Keperawatan Primer

a) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi


meningkatkan motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.

72
b) Menjamin kontinuitas perawatan sesuai perawat primer
memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
c) Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial
pasien dan kebutuhan fisik, karena perawat primer melakukan
pengkajian riwayat dan fisik, mengembangkan rencana
perawatan, dan melaksanakannya sebagai kesatuan antara
pasien dan pekerja kesehatan lain.
d) Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan
pasien yang akan memungkinkan pembentukan hubungan
terapeutik.
e) Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter.
f) Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan
pasien langsung.
g) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional: untuk menghadapi masalah staf dan
penugasan dan memotivasi serta mendukung staf

Kerugian Keperawatan Primer


Keperawatan primer dikatakan memerlukan seluruh staf menjadi
RN, yang meningkatkan pengaturan staf dan biaya. Sebagai contoh,
uang dihemat bila tugas bukan keperawatan dilakukan oleh
kategori personel lain dan tidak diambil alih oleh RN.
Kelebihan Keperawatan Primer
a) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
b) Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
dengan pertanggungjawaban yang jelas.
c) Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
d) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
e) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima
asuhan keperawatan.

73
f) Lebih mencerminkan.
g) Menurunkan dana perawatan
Kekurangan Keperawatan Primer

a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional


b) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih
banyak menggunakan perawat profesional.
c) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehtan maupun kedokteran.
d) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan

3) Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang perawat yang diberi
wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan perawatan
langsung pada klien. Uraian tugas perawat pelaksana adalah
sebagai berikut:

a) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung


berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang:
1. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
2. Melaksanakan tindakan keprawatan sesuai dengan rencana
3. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
4. Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan
respon klien pada catatan perawatan
b) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab:
1) Pemberian obat
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan klien yang akan dioperasi
4) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental,
sosial, dan spiritual klien
5) Memelihara klien dan lingkungan
6) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa
aman,nyaman dan ketenangan

74
7) Pendekatan dan komunikasi terapeutik
c) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau
diagnosis
d) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
e) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau
sakaratul maut
f) Membantu kepala rungan dalam penatalaksanaan ruangan
secara administrative
1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal
2) Sensus harian atau formulir
3) Rujukanharian atau formulir
g) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan
menurut fungsinya supaya siap pakai
h) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keaamanan,
kenyamanan, dan keindahan ruangan
i) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur
secara bergantian sesuai jadwal tugas
j) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan
penyakitnya (PKMRS)
k) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara
lisan maupun tulisan
l) Membuat laporan harian klien

4) Meeting Morning
a) Pengertian
Suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum
dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi.
b) Tujuan
Koordinasi intern ruang perawatan (wahana informasi dan
komunikasi) Kebijakan :

75
1) Dilakukan disemua ruang rawat inap/instalasi yang ada
kaitannya dengan pelayanan keperawatan agar tercapai
dalam memberikan askep yang optimal dan tepat
2) Dilakukan tiap pagi hari sebelum operan jaga. Waktu
pelaksana kurang lebih 15 menit
3) Diikuti oleh perawat jaga malam, perawat jaga pagi,
pramusaji, tenaga, administrasi ruang dan house keeping
c) Prosedur
1. Persiapan
1) Karu mempersiapkan materi dan informasi mengenai
kegiatan-kegiatan non keperawatan di ruang tersebut
2) Karu menyiapkan tempat untuk melakukan morning
meeting
3) Mempersiapkan salah satu staf untuk menjadi notulen
4) Morning meeting diikuti oleh seluruh staf yang jaga
pagi dan malam
2. Pelaksanaan
1) Karu membuka meeting morning dilanjutkan dengan
doa bersama
2) Spiritual corner (membacabassmallah dan Quran)
3) Melakukan repetitive magic power (budaya kerja dan
keyakinan dasar) dibacakan oleh salah satu peserta
ditirukan oleh semua peserta meeting morning
4) Karu memberikan informasi dan arahan kepada staf
dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya
5) Karu melakukan klasrifikasi apa yang telah
disampaikan kepada staf
6) Memberikan kesempatan kepada staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan
7) Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah
yang dapat di tempuh
8) Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf

76
3. Penutup
a) Karu menutup meeting morning
b) Karu dan peserta meeting morning menandatangani
notulensi
c) Meeting morning dilanjutkan dengan operan jaga

Presentase Proses Pelaksanaan Meeting Morning Di Ruang


HCCU RS.X Periode 2-4 April 2020

No Variabel yang dinilai Observasi


Ya Tidak
Karu menyiapkan tempat untuk melakukan

meeting morning.
Karu membuka meeting morning dilanjutkan

dengan doa bersama
Karu memberikan informasi dan arahan kepada
staff serta melakukan klarifikasi apa yang telah √
disampaikan kepada staff.
Memberikan kesempatan staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di √
ruangan.
Bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan

masalah yang dapat tempuh
Karu memberi motivasi dan reinforcement

kepada staff
Karu menutup meeting morning √
Karu dan peserta meeting morning
menandatangani notulen, Selanjutnya √
dilanjutkan dengan operan jaga.
Jumlah 1
Persentase
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan
HCCU selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa
panduan tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan kegiatan
meeting morning di ruang HCCU sudah ada beberapa point

77
variabel yang dinilai telah terlaksanakan seperti: karu menyiapakan
tempat untuk melakukan meeting morning, karu membuka meeting
morning dilanjutkan dengan doa bersama, karu memberikan
informasi dan arahan kepada staff serta melakukan klarifikasi apa
yang telah disampaikan kepada staff, memberikan kesempatan staff
untuk mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan,
bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat
di tempuh, karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staff.
Sehingga didapatkan hasil berdasarkan penilaian dalam
pelaksanaan kegiatan meeting morning diruang

5) Pre conference
Pre conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan anggota tim
setelah membaca laporan shift sebelumnya untuk menyusun
rencana kegiatan askep shift lanjutannya. Pre-conferene dilakukan
untuk memperjelas rencana yang akan dilakukan dan pembagian
tugas tim keperawatan sehingga pelayanan atau asuhan yang
diberikan lebih optimal, efesien dan efektif
3. Persiapan
a) Ketua tim menyiapkan ruangan
b) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya
4. Pelaksanaan
a) Ketua tim/PJ membuaka pre conference
b) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
c) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
d) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang
masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalah

78
e) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
nggota tim
f) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil pre conference
g) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya

6) PostConference
Post conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan
anggota tim pada akhir shift atau telah melakukan askep atau
mencatat dibuku laporan untuk disampaikan pada operan shift
berikutnya. Post-conferene dilakukan untuk memperjelas hasil
askep yang dilakukan da evaluasi dari tindakan tugas tim
keperawatan sehingga pelayanan atau asuhan keperawatan yang
diberikan lebih optimal, efisien dan efektif.
1. Persiapan
a) Ketua tim menyiapkan ruangan
b) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya
2. Pelaksanaan
a) Ketua tim/PJ membuaka post conference
b) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
c) Anggota Tim menjelaskan tentang hasil tindakan/hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
d) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
e) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang
masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalah
f) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
nggota tim

79
g) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil post conference
h) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya

7) Handover
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan
yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien. Selain itu juga meliputi mekanisme
transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utamadan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang
akan melanjutnya perawatan.
Operan sering disebut dengan timbang terima atau
handover. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
(Nursalam, 2011). Timbang terima harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat
itu.Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, timbang
terima (handover) dilakukan oleh perawat primer keperawatan
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas
malam secara tertulis dan lisan (Rohmah, 2012).
Berdasarkan pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa
operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
3. Tujuan Timbang Terima ( Handover)
Ada beberapa tujuan kenapa timbang terima itu dilakukan
yaitu:

80
a) Menyampaikan kondisi dan data keadaan pasien (data
fokus).
b) Menyampaikan hal yang sudah /belum dikerjakan dalam
asuhan keperawatan kepada pasien.
c) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak
lanjuti oleh perawat dinas berikutnya
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
(Urrahman, 2009).
4. Manfaat Timbang Terima ( Handover)
Menurut Friesen (2008), manfaat Timbang Terima ( Handover)
bagi perawat adalah:
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b) Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat
c) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
dilaksanakan secara berkesinambungan
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna.
Sedangkan bagi pasien, manfaat yang didapat
pasien bisa menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap. Pasien merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan karena setiap perkembangan
yang terjadi maupun tindakan yang akan dilakukan
diinformasikan dengan jelas kepada pasien/keluarga
(Notoadmojo, 2005).

6. Mutu Pelayanan Keperawatan


1. Kepuasan Pasien
a. Kajian Teori
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi
setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan
yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam Undang Undang Dasar

81
Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34 menyatakan negara menjamin
setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera, tempat tinggal,
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia (Info Askes,
2010).
Pelayanan kesehatan terkait dengan pelayanan di rumah
sakit. Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan
fasilitas yang diunggulkan, melainkan juga sikap dan layanan sumber
daya manusia merupakan elemen yang berpengaruh signifikan
terhadap pelayanan yang dihasilkan dan dipersepsikan pasien ataupun
keluarga pasien. Bila elemen tersebut diabaikan maka dalam waktu
yang tidak lama, rumah sakit akan kehilangan banyak pasien dan
dijauhi oleh keluarga calon pasien. Pasien/keluarga pasien akan
beralih ke Rumah Sakit lainnya yang memenuhi harapan pasien, hal
tersebut dikarenakan pasien merupakan asset yang sangat berharga
dalam mengembangkan industri rumah sakit (Diah, 2009).
Pasien adalah aset utama yang harus mendapat pelayanan
sebuah rumah sakit yang akan mempengaruhi eksistensi rumah sakit
tersebut. Kepuasan keluarga merupakan keadaan dimana keinginan,
harapan dan kebutuhan keluarga terpenuhi oleh rumah sakit.
Kepuasan keluarga terhadap pelayanan keperawatan dapat
dipengaruhi dari komunikasi perawat memberikan pelayanan, sikap
empati, keramahan dan ketanggapan kepada keluarga, komunikasi dan
pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang diberikan (Ifada, 2008)
Kepuasan keluarga pasien tergantung pada kualitas pelayanan.
Oleh sebab itu, manajemen suatu pelayanan kesehatan perlu
menganalisis sejauh mana mutu pelayanan yang diberikan.Seiring
dengan banyaknya pelayanan kesehatan yang telah berdiri dan
memberikan berbagai macam alternatif kepada konsumennya, untuk
memilih sesuai dengan harapan yang menyebabkan persaingan yang
ketat.
b. Kajian Data

82
Observasi dilakukan selama 3 hari dari tanggal 2-4 April
2020, Penilaian kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan diruang
HCCU dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.
Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan di Ruang
HCCU Periode 2-4 April 2020

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Perawat menyambut dengan ramah ketika saudara/i √
datang
2 Perawat memperkenalkan diri kepada pasien √
3 Perawat menjelaskan sarana dirungan yang dapat √
dimanfaatkan
4 Perawat menjelaskan aturan-aturan yang berlaku √
saat ini selama perawatan
5 Perawat menanyakan masalah-maslah yang √
saudra/i alami terkait dengan kondisi kesehatan
saudara/i
6 Perawat menjelaskan kegiatan yang harus dilatih √
untuk dilakukan secara mandiri
7 Perawat segera menangggapi keluhan saudara/i √
8 Perawat mendampingi saudara/i ketika dilakukan √
pemeriksaan dokter
9 Perawat menjaga privasi saudara saat melakukan √
tindakan keperawatan
10 Perawat memberikan pengamanan pada bed agar √
tidak jatuh/memberikan tanda resiko jatuh
11 Perawat menggunakan sarung tangan saat √
melakukan tindakan
12 Perawat bersikap sopan √
13 Perawat berpenampilan rapi √
14 Perawat menjelaskan kegiatan yang harus saudara/i √
dilakukan dirumah
15 Perawat menjelaskan obat-obatan yang harus √

83
No Pertanyaan Ya Tidak
diteruskan dirumah
16 Perawat menjelaskan obat yang akan diberikan √
17 Perawat identitas obat sesuai dengan nama dan √
No.kamar saudara/i
18 Perawat menjelaskan obat pada waktu control √
Jumlah 16 2
Prosentase 89 % 11%
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa

Berdasarkan pengkajian yang telah kami lakukan selama 3 hari


diruang HCCU mengenai kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan
diruangan tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 89 %, yang berarti
penilalaian kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan diruang HCCU
baik.

2) Kepuasan Kerja Perawat


Kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan
pada diri seseorang.Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal
yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Biasanya orang akan merasa puas atas kerja
yang telah atau sedang dijalankan, apabila apa yang dikerjakan
dianggap telah memenuhi harapan, sesuai dengan tujuannya
bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, berarti yang
bersangkutan memiliki suatu harapan dan dengan demikian akan
termotivasi untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan
tersebut. Jika harapan tersebut terpenuhi, maka akan dirasakan

84
kepuasan. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan
seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan,
sehingga kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan,
perjanjian psikologis dan motivasi (Robbins & Judge, 2009).
Dalam Nursalam (2009) faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja, yaitu:
a. Motivasi
Rowland (1997) menyatakan fungsi manager meningkatkan
kepuasan kerja staf didasarkan pada faktor motivasi yang
meliputi: keinginan untuk peningkatan percaya bahwa gaji
yang diterima sudah mencukupi, memiliki kemampuan
pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang diperlukan,
umpan balik, kesempatan untuk mencoba, instrumen
penampilan untuk promosi, kerjasama dan peningkat
penghasilan.
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,
menyalurkan dan memelihara prilaku sesorang. Motivasi
adalah subjek yang membingungkan, karena motif tidak dapat
diamati atau diukur secara langsung tetapi harus disimpulkan
dari perilaku sesorang(Handoko, 2003).
Kebutuhan seseorang untuk mencapai prestasi merupakan
kunci dalam suatu motivasi dan kepuasan kerja. Jika seseorang
bekerja, maka kebutuhan pencapaian prestasi tersebut berubah
sebagai dampak dari beberapa faktor dalam organisasi:
program pelatihan, pembagian dan jenis tugas yang diberikan,
tipe supervisi yang dilakukan perubahan pola motivasi dan
faktor lain. Seseorang memilih suatu perkaryaan didasarkan
pada kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Motivasi
akan menjadi masalah apabila kemampuan yang dimiliki tidak
dimanfaatkan dan dikembangkan dalam melaksanakan
tugasnya.

85
Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberikan
kesempatan untuk mencoba dan mendapat umpan balik dari
hasil yang diberikan. Oleh karena itu , penghargaan psikis
sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan
diperhatikan serta dibimbing bila melakukan suatu kesalahan.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam
mendukung motivasi kerja untuk pencapaian kepuasan kerja
yang meliputi: komunikasi, potensial pertumbuhan,
kebijaksanaan individu, upah/gaji, kondisi kerja yang kondusif.
c. Peran Manajer
Peran dirumuskan sebagai suatu rangkaian prilaku yang
teratur yang timbul karena suatu jabatan tertentu, kepribadian
sesorang juga amat mempengaruhi bagaimana peran harus
dijalankan. Peran timbul karna seorang manajer memahami
bahwa ia bekerja tidak sendirian. Dia mempunyai lingkungan
yang setiap saat perlu berinteraksi dengan beraneka ragam
perbedaan yang ada di lingkung sekitarnya tetapi perannya
harus dimainkan dengan tidak membuat perbedaan antara satu
dengan yang lain (Thoha, 2008).

Kepuasan kerja staf dapat juga dilihat dari terpenuhinya


kebutuhan fisik dan psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut
dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan
stafnya. Hal ini perlu ditanamkan kepada manajer agar
diciptakan suatu keterbukaan dan memberikan kesempatan
kepada staf untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Ada dua
belas kunci utama dalam kepuasan kerja, yaitu: input,
hubungan manajer dan staf, disiplin kerja, lingkungan tempat
kerja, istirahat dan makan yang cukup, diskriminasi, kepuasan
kerja, penghargaan penampilan, klarifiksi kebijakan,
mendapatkan kesempatan, pengambil keputusan dan peran
manajer (Nursalam, 2009)

86
Kajian Data

Observasi dilakukan selama 3 hari dari tanggal 2-4 April


2020, Kepuasan Kerja Karyawan Di Ruang HCCU dapat dilihat
dari tabel berikut:

Tabel 2.
Kepuasan Kerja Karyawan di Ruang HCCU
Periode 2-4 April 2020

No Pernyataan Obsevasi
Ya Tidak
1 Gaji Salery
Saya puas dengan sistem pemberian gaji di √
tempat saya bekerja
Gaji yang terima sesuai dengan tingkat √
pendidikan saya
2 Kondisi Kerja
Saya merasa puas dengan kondisi lingkungan √
kerja saya
Kondisi kerja sangat menyenangkan dan √
nyaman
3 Kebijakan Rumah Sakit
Saya merasa tidak puas dengan cara rumah √
sakit menerapkan kebijakan yang berlaku
Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit tidak √
merugikan karyawan
4 Hubungan Antar Pribadi
Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja lebih √
memuaskan saya

Rekan kerja saya di rumah sakit ini √


menyenangkan

5 Supervisi

87
No Pernyataan Obsevasi
Ya Tidak
Komunikasi dengan atasan sangat baik √
Atasan membantu dalam permasalahan yang √
menyangkut pekerjaan
6 Prestasi
Saya puas dengan prestasi kerja saya saat ini √
Saya mendapatkan pengakuan yang √
selayaknya atas prestasi kerja saya
7 Pengakuan
Saya sangat dihargai di tempat kerja √
Atasan saya sangat menghargai hasil kerja √
saya
8 Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai √
dengan job descrption
Saya bisa menyelesaikan tugas-tugas saya √
selama jam kerja
9 Tanggung Jawab
Saya merasa puas dengan tingkat tanggung √
jawab dalam pekerjaan yang saya emban
Sebagai perawat saya bertanggung jawab atas √
pekerjaan yang diberikan kepada saya
10 Promosi/ Pengembangan Karier
Saya puas karena mendapat pelatihan yang √
sesuai untuk mendukung pelaksanaan
pekerjaan saya
Kenaikan posisi/ promosi/ gaji ditandai √
dengan adil dengan memperhatikan masa
kerja, kinerja dan kemampuan.
Jumlah 20 0
Prosentase 100% 0%
Sumber ObservasiMahasiswa Pendidikan Profesi Ners Tahun 2020

88
Analisa

Dari tabel diatas dapat dilihat setelah kami melakukan


pengkajian selama 3 hari bahwa untuk kepuasan kerja perawat di
rumah sakit menunjukkan tingkat kepuasan perawat yang bekerja di
ruang HCCU sebesar 100%, yang berarti kepuasan kerja karyawan di
ruang HCCU sangat baik.

3) Kepuasan Keluarga
a. Kajian Data
Observasi dilakukan selama 3 hari dari tanggal 2-4 April
2020, Kepuasan Keluarga Pasien Di Ruang HCCU dapat dilihat
dari tabel berikut:
Tabel 2.
Kepuasan Keluarga Pasien di Ruang HCCU
Periode 2-4 April 2020

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Perawat bersikap sopan dan berpenampilan rapi √
2. Perawat menggali informasi dari keluarga √
3. Perawat memberikan informasi mengenai √
masalah yang dihadapi pasien
4. Perawat memberikan informasi mengenai √
tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
(inform consent)

5. Perawat menjelaskan perkembangan pasien √


6. Perawat melakukan penyuluhan kepada keluarga √
mengenai cara perawatan yang harus dilakukan
keluarga dirumah
7. Perawat menyiapkan keperluan pulang pasien √
yang meliputi jadwal kegiatan harian dan sisa
obat
8. Perawat menjelaskan waktu control √
9. Perawat memberikan pesanan pulang yang √
mudah di mengerti
10. Perawat memberikan penjelasan rujukan yang √
bisa digunakan bila ada yang perlu dikonsulkan

89
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Perawat membantu keluarga untuk konsul dokter √
1
.
Jumlah 9 2
Presentase 81% 19%
Sumber : Observasi Mahasiswa Co Ners Tahun 2020

Analisa

Berdasarkan tabel diatas setelah kami melakukan


pengkajian selama 3 hari bahwa keluarga pasien merasakan puas
terhadap pelayanan di ruang HCCU dengan presentasi 81%, dalam
hal ini keluarga pasien mengatakan puas karena mendapatkan
informasi mengenai masalah yang dihadapi pasien dan pelayan
yang biak terhadap asuhan keperawatan.

3. Standar Operasional Prosedur ( Instrumen C)


a. Pemasangan Infus
Pemasangan infus merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk
memungsi vena secara transcutan dengan menggunakan stilet tajam
yang kaku dilakukan dengan teknik steril seperti angeocateter atau
dengan jarum yang disambungkan dengan spuit (Eni K, 2016). 

Setelah dilakukan pengkajian tentang Pemasangan Infus


didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.
Penatalaksanaan Pemasangan Infus
di Ruang HCCU Periode 2-4 April 2020

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


1 Mencuci tangan √
2 Persiapan alat dan menggantungkan botol √
cairan pada tiang infuse
3 Mengdesinfeksikan tutup botol dengan √
alcohol swab
4 Menghubungkan infuse set, dan mengalirkan √

90
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
cairan kedalam selang infuse, kemudian
selang infuse di klem
5 Mengeluarkan gelembung-gelembung udara √
dari selang infuse
6 Mengatur posisi pasien, dan menentukan √
tempat yang akan dipasang infuse
7 Menggunakan handscoon √
8 Membendung dengan tourniquet bagian √
atasnya. Yang akan dipasang iv catheter
9 Mendesinfektan kulit sekitar yang akan √
dipasang infuse
10 Menusukkan IV Cath kedalam vena dengan √
lubang jarum mengarah keatas, bila darah
mengalir menandakan ajrum masuk kedalam
vena, tourniquet dilepaskan, tekan bagian
atasnya dari tempat tusukan, menarik jarum iv
kateter
11 Hubungkan infuse set dengan iv kateter, √
kencangkan sambungan kemudian di klem
dilonggarkan untuk melihat kelancaran cairan
12 Fiksasi menggunakan hansaplast di bagian √
tusukan
13 Fiksasi bagian selang infuse dengan plester √
14 Atur tetesan sesuai order dokter √
15 Membuang sampah pada tempatnya √
16 Melepaskan handscoon √
17 Membuang handscoon pada tempatnya √
18 Berpamitan dengan pasien √
19 Mengucapkan salam √
20 Mencuci tangan √
21 Dokumentasi √
Jumlah 20 1
Jumlah Persentase 95% 4,8%

Analisa

Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam


Penatalaksanaan pemasangan infus didapatkan nilai presentase sebesar
95% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik.

91
BAB III
MASALAH DAN PERENCANAAN IDENTIFIKASI MASALAH

A. Identifikasi Masalah
Masalah yang dpat di identifikasi dari hasil pengkajian di ruang HCCU
sebagai berikut:
1. Input (Masukan)
a. Man(Sumber Daya Manusia)
1) Kuantitas
Jumlah perawat diruangan HCCU didapatkan jumlah
tenaga pelaksanaan berjumlah 10 orang. Dengan perincian 1
orang Kepala Ruangan, 1 orang Wakil Kepala Ruangan, dan 8
orang Perawat Pelaksana. Latar belakang pendidikan S2 1
orang, S1 ada 4 orang, dan DIII Keperawatan ada 5
orang,kemudian perhitungan tentang kebutuhan tenaga perawat

92
dengan menggunakan pendekatan Gillies kebutuhan perawat di
ruang HCCU yaitu berjumlah 10 orang perawat sesuai dengan
perawat yang tersedia diruangan, Berdasarkan hasil perhitungan
tenaga perawat yang telah dilakukan dengan menggunakan
formula Depkes RI menunjukan bahwa jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam sehari sebanyak 21 orang sedangkan jumlah
perawat yang bertugas diruang HCCU berjumlah 10 orang. Jadi
dari hasil perhitungan dan kenyataan dalam ruangan dikatakan
cukup.
2) Kualitas
Jumlah tingkat pendidikan rata-rata memiliki pendidikan
S2 Kesehatan sebanyak (10%), S1 Keperawatan sebanyak
(40%), dan DIII keperawatan sebanyak (50%). Hal ini
menunjukkan bahwa perawat diruang HCCU sudah mengalami
kemajuan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih
tinggi.Serta jumlah kepegawaian dengan status pegawai tetap
sebanyak (100%),dengan status kepegawaian yang dimiliki tidak
menjadi masalah dan menghambat kinerja perawat.
b. Material (Materi)
Sebagian besar alat-alat medis atau keperawatan yang
tersedia di ruang HCCU sudah memenuhi standar.Dari hasil
observasi yang dilakukan alat medis diruang HCCU pada tanggal 3
April 2020, hampir semua peralatan medis tersedia dengan kondisi
baik.Semua fasilitas yang tersedia terkait inventaris alat kesehatan
atau medis sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari yang digunakan
sehingga tidak ada kekurangan jumlah saat digunakan.
c. Money
Sumber dana yang didapatkan berasal dari tarif pasien,
penggolongan keuangan dibangsal sepenuhnya diatur secara sentral
oleh bidang keuangan RS. Adanya tunjangan kesehatan seluruh
pegawai Instalasi Rawat Inap berasal dari asuransi jaminan

93
kesehatan nasional/BPJS.Perencanaan dan pengadaan kebutuhan RS
dimasukkan dalam program kerja yang disusun setiap akhir tahun.
d. Method (Metode)
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang
HCCU mempunyai prosedur tetap untuk semua tindakan perawatan
dan SAK ( Standar Asuhan Keperawatan). Prosedur tetap
keperawatan di Ruang HCCU pada prosedur tetap yang diterbitkan
oleh Rumah Sakit.Standar ini diperlukan untuk menentukan mutu
pelayanan, bagaimana kegiatan-kegiatan akan dikerjakan dan
seberapa baik kegiatan-kegiatan tersebut dikerjakan.

3. Output
a. BOR (Bed Occupancy Ratio ) atau angka penggunaan tempat tidur
1) BOR (Bed Occupancy Rate)
Merupakan presentase pemakaian tempat tidur pada periode tertentu.
Standar efisiensi BOR 75%-85%, apabila BOR > 85% bererti tempat
tidur yang dipakai di rumah sakit penuh.
BOR = O x 100%
A
Keterangan : O = Rata-rata tempat tidur yang terisi
A = Rata-rata tempat tidur yang siap pakai
Jumlah Tempat Tidur diruangan: 8 TT

Jumlah hari dalam 3 bulan : 92 hari

BOR = 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑅𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑥 100%

(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖x 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟)


BOR = 513 x 100 %

92 x 8

= 513x 100 %

736

= 69%

94
2) ALOS (Average Length of Stay)atau Rata-rata lamanya pasien dirawat
Yaitu rata-rata jumlah hari pasien rawat inap yang tinggal di rumah sakit,
tidak termasuk bayi lahir. Standar efisiensi LOS 3-12 hari dan 19 LOS
dianjurkan serendah mungkin tanpa mempengaruhi kualitas pelayanan
perawatan
𝐿𝑂𝑆 = 𝐿𝑎𝑚𝑎𝑑𝑖𝑅𝑎𝑤𝑎𝑡

𝐽𝑚𝑙𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟(ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

= 513

36+4

= 513 = 12 hari

40

3) TOI (Turn OverInterval)


TOI (Turn Over Interval) menunjukan waktu rata-rata satu tempat
tidur kosong di ruang HCCU. Jumlah hari perawatan di rumah sakit
Januari-Maret 2020 adalah 513. Pasien pulang hidup 36, pasien mati 4
orang.
𝑇𝑂𝐼 = 𝐽𝑢𝑚𝑙ℎ𝑎𝑟𝑖𝑥𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑇𝑇 − ℎ𝑎𝑟𝑖𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟(ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)
= 92 hari x 8 – 513
40
= 223 = 5,5
40

B. SKORING
Berdasarkan hasil pengkajian data ditemukan beberapa masalah dan
dilanjutkan dengan planning of action dan disusun dalam bentuk
tabel.Prioritas masalah dilakukan dengan metode C.A.R.L (Capability,
Accesbility, Readness, Leverage) dengan menggunakan skor nilai 1-5 dengan

95
indikator 1: sangat kurang, 2: kurang, 3: cukup, 4: baik, 5: sangat baik.
Kriteria C.A.R.L tersebut mempunyai arti.
C : Ketersediaan sumber daya (Dana dan sarana/peralatan)
A : Kemudahanmasalah yang diatasi atau tidak diatasi. Kemudahan
dapat didasarkan pada ketersedian metode/ cara/ teknologi serta
penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklk.
R : Kesiapan dari tenaga kesehatan maupun kesiapan sasaran seperti
keahlihan/ kemampuan dan motivasi.
L : Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan yang dibahas.
Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan rangking
atau prioritas adalah nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah.

Tabel 3.1
Prioritas Masalah Berdasarkan CARL
di Ruang HCCU Rumah Sakit X

NO MASALAH C A R L TOTAL RANK

1 Handover 56,3 % 5 2 5 4 200 2

2 Pemberian obat 53% 5 2 5 3 150 3

PPI (Kepatuhan Lima Moment


3 4 4 5 5 400 1
kebersihan tangan) 50 %

C. PERMASALAHAN
1. PPI (Kepatuhan Lima Moment kebersihan tangan)

96
Proses pelaksanaan Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
(PPI)belum optimal yaitu penerapan lima momen cuci tangan oleh
perawat dengan persentase 50%.
2. Handover
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan Standar Operasional
Prosedur (SOP) belum terlaksana secara optimal salah satunya yaitu
kurangnya perawat yang tidakmelakukan handover keliling ke setiap
ruangan dengan presentase (56,3%).
3. Pemberian Obat
Dalam pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) belum
terlaksana secara optimal salah satunya yaitu kurang optimalnya
penerapan perawat dalam menjelaskan efek samping obat kepada
keluarga pasien (52%).

97
D. Analisa SWOT
Tabel 3.2
Analisa SWOT
No Elemen Strengths Weaknesses Opportunities Threatening
(kekuatan) (kekurangan) (peluang) (ancaman)
1 Pengaplikasian 1. Telah tersedianya 1. Masih ditemukan perawat 1. Dukungan supervisor 1. Resiko terkena infeksi
pencegahan fasilitas cuci tangan yang tidak melakukan cuci dalam meningkatkan pada perawat
infeksi (cuci seperti handscrub di tangan sesuai SOP/lima kepatuhan perawat untuk 2. Resiko penularan
tangan 5 moment) pintu masuk setiap momen cuci tangan cuci tangan lima momen infeksi pada pasien
belum optimal ruangan pasien, di 2. Masih ada perawat yang 2. Dukungan teman sejawat lainnya
beberapa tempat tidur tidak melakukan cuci untuk saling memotivasi 3. Adanya tuntutan tinggi
dan ruangan tindakan. tangan setelah melakukan dan mengingatkan dari masyarakat untuk
2. tersedia 1 wastafel yang pemasangan infus kepada pentignya 5 momen dalam pelayanan lebih
berfungsi dengan baik pasien cuci tangan profesional
yaitu di deket nurse 3. tidak ada poster atau stiker
station cuci tangan di ruangan
4. tidak tersedia tisu di
wastafel

98
No Elemen Strengths Weaknesses Opportunities Threatening
(kekuatan) (kekurangan) (peluang) (ancaman)
2 Pelaksanaan Penatalaksanaan handover Penatalaksanaan handover Penatalaksanaan handover 1. Risiko terjadinya
handover belum 1. Telah tersedianya 1. Masih ditemukan Dukungan kepala ruangan kesalahan status pasien
optimal ruangan yang cukup perawat yang dalam meningkatkan
1. Pelaksanaan untuk handover tidakmelakukan kepatuhan melakukan serah
handover 2. Kenyamanan ruangan handover keliling ke terima
sesuai SPO handover setiap ruangan
belum sesuai 3. Rekam medis yang 2. Ditemukan perawat
lengkap yang hanya melakukan
handover sesama
perawat tidak berkeliling
ke ruangan pasien
3 Standar 1. Telah tersedianya SOP 1. Masih ditemukannya 1. Dukungan kepala ruangan 1. Resiko tinggi terjadinya
Operasional Pemberian Obat. loker obat tidak diberi dalam meningkatkan kesalahan pemberian
Prosedur 2. Telah tersedianya SOP label nama pasien untuk kepatuhan perawat obat
1. Pemberian Keamanan obat yang memisahkan obat antar melakukan pemisahan
Obat bolus perlu di waspadai pasien obat di loker dan
2. Pemberian 3. Adanya SOPPemberian 2. Masih ditemukannya memberikan label nama
Obat oral obat Per oral perawat tidak pasien untuk memisahkan
3. Penerapan 4. Adanya SOPPemberian menjelaskan tujuan dan obat antar pasien
dalam obat Per bolus manfaat saat melakukan 2. Peran mahasiswa praktek
memberikan injeksi pada pasien. manajemen keperawatan
prinsip 6 obat 3. Masih ditemukannya terhadap inovasi
perawat yang tidak

99
No Elemen Strengths Weaknesses Opportunities Threatening
(kekuatan) (kekurangan) (peluang) (ancaman)
mengetahui prosedur
penggunaan obat high
alert
4. Masih ditemukannya
perawat yang salah
dalam memberikan obat
oral di jam klien
meminum obat dan ada
jam minum obat
pagi/siang/malam yang
lalai diberikan

E. POA (Planning Of Action)

100
Tabel 3.3
POA (Planning Of Action)

Masalah Sub Masalah Rank Target Uraian Kegiatan Waktu Sasaran PJ Yang terkait

Pengaplikas Kepatuhan 1 Perawat belum 1. Koordinasi dengan 6 April Katim, Dian Kepala
ian lima momen mengoptimalkan lima kepala ruangan 2020 Perawat, Apriani Ruangan
pencegahan cuci tangan momen cuci tangan 2. Siapkan materi dan Mahasiswa dan Endah HCCU,
infeksi (cuci sebelum dan diruangan, dari 30% bahan  yang akan Oktaviani Perawat
tangan 5 sesudah naik 50% menjadi diperlukan saat Ruangan ,Staf,
moment) kontak 100% dengan kriteria sosialisasi Pasien,
belum dengan hasil: Perawat mampu 3. Siapkan tempat dan Keluarga serta
optimal pasien melaksanakan cuci atur waktu Pengunjung
tangan lima momen 4. Sosialisasi dengan
50% perawat ruangan
tentang lima momen
cuci tangan
5. Sosialiasi dengan
senam cuci tangan
6. Pemasangan poster
cuci tangan disetiap
sudut tempat cuci
tangan
7. Implementasi sesuai
SOP

101
Masalah Sub Masalah Rank Target Uraian Kegiatan Waktu Sasaran PJ Yang terkait

8. Melakukan evaluasi
Pendokumentasian
Standar Handover 2 Perawat menerapkan 1. Koordinasi kepala 6 April Katim, Fitri Kepala
Operasiona 56,3% prinsip SOP ruangan 2020 Perawat, indah sari Ruangan
l Prosedur Handover dari 56,3% 2. Siapkanmateridanba Mahasiswa dan Fera HCCU,
naik 44,7% menjadi han yang prabatiwi Perawat
100% dengan akandiperlukansaats Ruangan Dan
kriteria hasil: osialisasi Staf
Perawat melakukan 3. Siapkantempatdanat
handover sesuai SOP urwaktu
4. Sosialisasidenganpera
watruangan
5. Implementasi
handover
6. EvaluasiPendokumen
tasian

Standar Penerapan 3 Perawat dapat 1. Koordinasi dengan 6 April Katim, Arie Kepala
Operasional prinsip 6 menerapkan prinsip 6 kepala ruangan 2020 Perawat, nugraha Ruangan
Prosedur benar dalam benar pemberian obat 2. Siapkan materi dan Mahasiswa dan ari HCCU,
pemberian dalam pelayanan bahan yang hermawan Perawat
obat13% Asuhan Keperawatan diperlukan saat Ruangan Dan
sehari-hari dan sosialisasi Staf
memberikan label 3. Siapkan tempat dan

102
Masalah Sub Masalah Rank Target Uraian Kegiatan Waktu Sasaran PJ Yang terkait

nama pasien untuk atur waktu pertemuan


memisahkan obat antar untuk sosialisasi
pasien di loker obat 4. Siapkan materi
dari 13% Naik 87% tentang prinsip 6 benar
menjadi 100%. Untuk pemberian obat
obat injeksi intravena 5. Evaluasi pemahaman
bolus dari 55% naik perawat
menjadi 55% menjadi denganmemberikan
100%. Sedangkan obat pertanyaan
oral dari 52% naik 6. Pendokumentasian
menjadi 53% menjadi sosialisasi dengan
100%. Dengan kriteria foto dan tanda tangan
hasil: peserta sosialsisasi
7. Implementasi sesuai
Perawat dapat SOP
mamahami fungsi dan 8. Evaluasi
manfaat obat bolus iv 9. Dokumentasi
dan obat oral dengan
prinsip
6 benar pemberian
obat, serta Perawat
dapat menerapkan
prinsip 6 benar
pemberian obat

103
104
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Berdasarkan Plan of Action (PoA) yang telah disusun, berikut ini adalah
laporan pelaksanaan kegiatan di Ruang HCCU Rumah Sakit X dilaporkan
pelaksanaan dan evaluasi berikut:

A. Pengontrolan 5 Moment Cuci Tangan


1. Pelaksanaan
Untuk meningkatkan kepatuhan pelaksanaan 5 moment Cuci
Tangan, penulis melaksanakan pengontrolan 5 moment Cuci Tangan
yang dilakukan pada tanggal 6 April 2020. Adapun target yang ingin
dicapai yakni 100% dengan penanggung jawab Kelompok 4. Langkah-
langkah untuk mencapai target sebagai berikut
Tabel 4.1
Jadwal Kegiatan Pengontrolan 5 Moment Cuci Tangan
di Ruang HCCU Rumah Sakit X Tahun 2020
No Tanggal
Keterangan
Uraian kegiatan Pelaksanaan
6 April 2020
Koordinasi dengan kepala ruangan terkait
1 dalam pelaksanaan SOP Cuci Tangan
perawat di ruang HCCU √

Menyarankan agar SOP Cuci Tangan


2 yang dilakukan perawat sesuai SPO yang
berlaku √

Mencari literature terkait pelaksanaan √


3
SOP Cuci Tangan di ruang HCCU
Melakukan simulasi SOP Cuci Tangan di √
4
Ruang HCCU
100 %

Keterangan :
X : Rencana Pelaksanaan
√ : Pelaksanaan

105
Analisa
Kegiatan pengontrolan pelaksanaan SOP Cuci Tangan di ruang
HCCU dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan apa yang direncanakan
dalam uraian tugas.
B. Pengontrolan Handover
1. Pelaksanaan
Untuk meningkatkan penerapan Handover tanggal 6 April 2020
adapun target yang ingin dicapai yaitu 100%. Penanggung jawab dari
pelaksanaan April 2020 yaitu Kelompok 2.
Analisa

Kegiatan pengontrolan pelaksanaan komunikasi yang efektif di


ruang HCCU dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan apa yang
direncanakan dalam uraian tugas.

2. Evaluasi
Berdasarkan evaluasi dari tanggal 6 April 2020 yang dilakukan oleh
Kelompok 2 yang ditujukan kepada perawat di ruang HCCU Rumah Sakit
X dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2
Pengkajian Pelaksanaan Handover Di Ruang HCCU
Pada Tanggal Apri 2020
N=8
Orientasi
No Variabel
Ya Tidak
Tahap Persiapan
1. Menyiapkan rekam medis pasien 8
2. Laporan/pencatatan tentang pasien kritis 8
3 Permintaan tindakan pasien cito 8
Tahap Pelaksanaan
4 Melakukan doa bersama 8
5. Melaporkan
a. jumlah pasien berdasarkan tingkat 8

106
Orientasi
No Variabel
Ya Tidak
ketergantungan
b. Minimal care
c. Parsial care
d. Total care
e. Nama pasien kritis (total) beserta 8
diagnosa,intervensi,implementasi, dan
evaluasi
f. Perintah tindakan pasien cito 8
6. PJ shift yang selesai bertugas memberi 8
wewenang secara tertulis tentang subjektif,
Objektif, analisis dan Planning (SOAP)
pasien kritis (Total Care)
7. PJ Shift yang akan bertugas menerima 8
semua laporan dan kedua PJ shift
menandatangani laporan di dalam buku
registrasi
8 Kedua PJ shift dan anggotanya bersama 8
sama mengunjungi pasien
9 Mencuci tangan handrub sebelum kontak 7 1
dengan pasien
10. Mengucapkan salam kepada pasien dan 6 2
keluarga
11. Perawat yang akan bertugas
1) Memperkenalkan diri kepada pasien,
menyebutkan nama panggilan dan 2
memastikan dia yang akan merawat 6
2) Membawa buku catatan pasien kritis,
pasien nyeri berat, pasien risiko jatuh 3
3) Memberikan kesempatan pasien dan 5
keluarga untuk bertanya
12. Berpamitan kepada pasien 8
13. Mengucapkan “Assalamu’alaikum” 8
14. Mencuci tangan dengan Hand rub 8
15. PJ shift yang akan bertugas bersama 8
anggotanya menelaah rekam medis

16. Edukasi tentang


1) Bantuan Hidup Dasar
2) Sasaran Keselamatan Pasien 8 1
3) Hand HygienJalur Evakuasi 7
4) SPO 8
8

107
Orientasi
No Variabel
Ya Tidak
17. Penyampaian Informasi dan masalah yang 8
terjadi misalnya Alkes dan SDM
18. Ikut dalam penutupan proses SOP Cuci 8
Tangan
Jumlah 183 8
Persentase (%) 95, 4,1%
8%
Persentase Total (%) 100%

Analisa

Berdasarkan perhatikan tabel diatas pelaksanaan SOP Handover telah


tercapai hasil diperoleh adalah 95,8%. Perawat di ruang HCCU telah
melaksanakan SOP Handover sesuai dengan SPO yang berlaku.

3. Faktor pendukung
Untuk pelaksanaan mengenai SOP Handover di ruang HCCU Rumah
Sakit X yang menjadi faktor pendukung yakni dukungan dari kepala ruang,
kajian literatur terkait SOP Handover, draft SPO yang berlaku dan staf
perawat yang ada di ruang HCCU Rumah Sakit X.

4. Faktor penghambat
SOP Handover di Ruang HCCU telah melaksanakan Handover di
nurse station, kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi pasien, namun
kadang kala perawat yang bertugas kurang disiplin waktu.

5. Kesinambungan
Berdasarkan SPO yang berlaku di ruang HCCU Rumah Sakit X,
urutan SOP Handover yang harus di lakukan oleh perawat yang berjaga
pada saat itu kepada perawat jaga selanjutnya ialah yang pertama dilakukan
SOP Handover di nurse station kemudian dilanjutkan SOP Handover

108
langsung mengunjungi pasien dan di akhiri dengan diskusi di nurse station.
SOP Handover seharusnya dilakukan pada setiap pertukaran jaga, dan
dihadiri oleh seluruh perawat yang berjaga pada saat itu serta perawat yang
berjaga pada shift selanjutnya.

C. Hasil Pengontrolan Pemberian Obat


1. Pelaksanaan
Untuk meningkatkan penerapan SOP Pemberian Obat tanggal 6 April
2020 adapun target yang ingin dicapai yaitu 100%. Penanggung jawab dari
pelaksanaan SOP Pemberian Obat yaitu Kelompok 2.

Analisa
Kegiatan pengontrolan pelaksanaan komunikasi yang efektif di ruang
HCCU dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan apa yang direncanakan
dalam uraian tugas.

2. Evaluasi
Berdasarkan evaluasi dari tanggal 24 Maret 2020 yang dilakukan oleh
Kelompok 2 yang ditujukan kepada perawat di ruang HCCU Rumah Sakit
X dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3
Evaluasi Pemberian Obat di Ruang HCCU
Orientasi
No Variabel
Ya Tidak
Tahap Persiapan
1. Menyiapkan rekam medis pasien 8
2. Menyiapkan obat yang akan digunakan 8
3 Menggunakan double check untuk obat 8
High Alert
4. Mempersiapkan APD
Tahap Pelaksanaan
4 Mencuci Tangan 8

109
Orientasi
No Variabel
Ya Tidak
5. Melakukan doa 8
6. Menyiapkan alat 8
7 Memakai APD 8
8. Melakukan infomkonsen 8
9. mmengecek kembali nama pasien melalu 8
gelang dan tanya jawab
10. Memberi tahu kegunaan obat tersebut 7 1
11. Berpamitan kepada pasien 8
12. Mengucapkan “Assalamu’alaikum” 8
13. Mencuci tangan dengan Hand rub 8
Mencuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir
14. Merapikan alat 8
15. Dokumentasi tindakan keperawatan 8

1
Jumlah 119 8
Persentase (%) 80, 4,1%
8%
Persentase Total (%) 100%

Analisa

Berdasarkan perhatikan tabel diatas pelaksanaan SOP Pemberian Obat


telah tercapai hasil diperoleh adalah 80,8%. Perawat di ruang HCCU telah
melaksanakan SOP Pemberian obat sesuai dengan SPO yang berlaku.

3. Faktor pendukung
Untuk pelaksanaan mengenai SOP Pemberian obat di ruang HCCU
Rumah Sakit X yang menjadi faktor pendukung yakni dukungan dari
kepala ruang, kajian literatur terkait SOP Pemberian obat.

110
4. Faktor penghambat
SOP Pemberian obat di Ruang HCCU terkadang obat yang diberikan
tidak dilakukan 2 orang hanya satu orang dan kadang tidak melakukan
double check.
5. Kesinambungan
Pelaksanaan SOP Pemberian obat sudah dilaksanakan dengan baik dan
diharapkan perawat di ruang HCCU dapat terus menjalankan pelaksanaan
SOP Pemberian dengan lebih baik lagi. Dukungan dari kepala ruang
maupun perawat membantu dalam berjalannya program ini.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Kesimpulan umum bahwa praktek manajemen sudah dilaksanakan di ruang
HCCU Rumah Sakit X dari tanggal 2-13 April 2020.
2. Lima moment cuci tangan persentase sebelumnya 42% naik menjadi 100%,
sudah mencapai target.

111
3. Handover persentase sebelumnya 56,3% naik menjadi 95,8%, dikategorikan
sudah sangat baik tetapi belum mencapai target.
4. Pemberian obat IV bolus dan oral 55% naik menjadi 80,8%, dikategorikan
sudah sangat baik tetapi belum mencapai target.

B. Saran
1. Menerapakan 5 moment cuci tangan sangat penting dilakukan untuk
mencegah kerjadian yang tidak diinginkan, dan merupakan perlindungan
diri dari penyebaran penyakit.
2. Pelaksanaan handover antar shift harus dilakukan sesuai SOP yang berlaku
di ruang HCCU Rumah Sakit X, yang di mulai dengan timbang terima di
nurse station, kemudian dilanjutkan timbang terima langsung di ruangan
pasien dan kemudian kembali lagi ke nurse station.
3. Melakukan pemberian obat dengan menerapkan prinsip 6 benar itu sangat
penting karena apabila pemberian obat pada pasien salah akan terjadi akibat
yang fatal karena setiap pasien memiliki obat dan dosis masing-masing,
dalam pemberian obat Komunikasi tetap harus dilakukan walaupun pasien
tidak sadar, terutama menanyakan pasien untuk mencocokan obat dengan
identitas pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Montague. (1997). Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC


DepkesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I
Depkes RI. 2006. PelayananRumahSakit. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI, 2011. IndikatorKinerjaRumahSakit,
DirektoratJendralPelayananMedik. Jakarata.
Gillies, D. A., (1994), Nursing management  : A system approach, Third edition,
Philadelphia: WB. Saunders Company.

112
Kron & Gray, (1987), The management of patiEnt care putting leadershipskill to
work, Philadelphia: WB. Saunders Company.
Kuntoro, Agus. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Marguis & Huston. (2000). Leadership role and management in nursing:  theory
and application, Philadelphia: Lippincott.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, Perry. (2009). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.
Edisi 7.Vol. 3.Jakarta : EGC
Satrianegara, M. FaisdanSitiSaleha. (2009). Buku Ajar Organisasi dan
Manajemen
Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Schroeder, Richard G, Clark, Myrtlew. Dan Cathey, Jack M. (2007). Financial
Accounting
Theory and Analysis, (7th ed.). United States of America: John Wiley &
Sons, inc.
Sitorus, Ratna&Panjaitan, R. (2011). Manajemen Keperawatan: Manajemen
Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: SagungSeto.
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. (2002). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga
Suryanti. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Lamanya Waktu Proses
Pendaftaran Pasien Rawat Inap di RS Pondok Indak. Tesis. Jakarta: FKM

113
114

Anda mungkin juga menyukai