Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN SEMINAR

STASE KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Dian Apriani (21219017)
2. Endah Oktaviani (21219022)
3. Fera Prabatiwi (21219023)
4. Fitri Indah Sari (21219024)
5. Ari Harmawan (21219004)
6. Arie Nugrraha (21219005)
7. Dedek Saputra (21219012)
8. Logi Kiswanto (21219036)
9. Subarayan (21219073)
10. Andi Setiawan Firmanda (21219002)
11. Muhammad Erik (21219045)
12. Muzami (21219046)
13. Nugroho Anis Wijanarko (21219048)

PROGRAM PROFESI NERS


STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
.....................................................................................
....
DAFTAR ISI
.....................................................................................
....
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
..............................................................................................
.
B. Tujuan...................................................................................
.
C. Tempat Dan Waktu
..............................................................................................
.
D. Manfaat.................................................................................
.
E. Metode Pnulisan
..............................................................................................
.
BAB II TINJAUAN LAPANGAN
A. Sejarah Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita
Palembang........................
B. Visi, Misi Dan
Motto.................................................................................
C. Fasilitas
Pelayanan.................................................................................
.....
D. Struktur Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita
Palembang.......................
BAB III TINJAUAN TEORI
A. Lanjut Usia (Lansia) ......................................................................................
B. Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi...............................................
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian......................................................................................................
B. Analisa Data...................................................................................................
C. Diagnosa Keperawatan..................................................................................
D. Intervensi Keperawatan.................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan
masyarakat yang setiap tahun bertambah jumlahnya yang
sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Berdasarkan
hasil sensus tahun 2014, jumlah rumah tangga lansia
sebanyak 16,08 juta rumah tangga atau 24,50% dari seluruh
rumah tangga Indonesia. Rumah tangga lansia adalah yang
minimal salah satu anggota rumah tangganya berumur 60
tahun ke atas. Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta
jiwa, setara dengan 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia
tahun 2014. Jumlah lansia perempuan lebih besar dari laki-laki,
yaitu 10,77 juta lansia perempuan, dibandingkan 9,47 juta
lansia laki-laki. Adapun lansia yang tinggal dipedesaan 10,87
juta jiwa lebih banyak dari pada lansia yang tinggal di
perkotaan yaitu sebanyak 9,37 juta jiwa (Badan Pusat statistik
2014). Dengan bertambahnya usia secara progresif terjadi,
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup
jantung menebal dan menjadi kaku, meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer dan penurunan elastisitas pada
pembuluh darah sehingga tekanan darah secara otomatis
menjadi naik dan mengakibatkan terjadinya hipertensi.(Y.
Aspiani, 2015).
Menurut Hasdianah dan Suprapto (2016) Hipertensi
dapat di definisikan sebagai tekanan darah yang persisten
dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastolik diatas
90 mmHg. Pada lansia hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
darah dimana sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90
mmHg. Dalam journal (Lancet,2015) menyatakan bahwa
kejadian kematian di dunia, dua pertiganya disebabkan oleh
penyakit tidak menular. Negara berpenghasilan rendah dan
menengah terdapat angka kejadian penyakit tidak menular
mencapai 80%. Penyakit menular yang biasanya menjadi
penyebab kematian paling banyak adalah penyakit
kardiovaskuler dan hipertensi merupakan salah satu faktor
utama penyebab penyakit kardiovaskular.
Menurut World Health Organization (WHO) (2014)
Peningkatan tekanan darah merupakan salah satu faktor risiko
utama yang menjadi angka kematian global, dan diperkirakan
telah mengakibatkan terjadinya 9,4 juta kematian di dunia.
Keadaan ini juga didukung oleh faktor meningkatnya
penduduk yang terjadi pada setiap tahunnya, sehingga hal ini
yang menyebabkan jumlah penderita hipertensi menjadi tidak
terkontrol. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 21,3%
diantara Negara-negara yang berkembang di dunia. Dalam
data statistik yang telah dikeluarkan WHO terdapat 24,7%
penduduk Asia Tenggara, dan 23,3% penduduk Indonesia yang
mengalami hipertensi pada umur 18 tahun keatas. Jumlah
penderita hipertensi akan terus meningkat setiap tahunnya
dan diprediksikan pada tahun 2025 terdapat 1,6 milyar orang
dewasa menderita hipertensi di seluruh dunia (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia pada
tahun 2013 terdapat 25,8% masyarakat Indonesia yang
berumur ≤ 18 tahun mengalami hipertensi. Namun, sekitar
9,5% yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan memiliki
riwayat minum obat. Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia
pada tahun 2013 jika dilihat berdasarkan provinsi, prevalensi
tertinggi kejadian hipertensi terjadi di Bangka Belitung yaitu
sebanyak (30,9%) dan prevalensi kejadian hipertensi paling
rendah terjadi di Papua yaitu (16,8%). Jika dilihat dari angka
kejadiannya, hipertensi tidak hanya menyerang kelompok usia
produktif, tetapi juga terjadi pada kelompok usia lanjut,
sehingga hipertensi menjadi masalah kesehatan utama di
Negara Indonesia. Menurut Kuswardhani (2013) prevalensi
untuk keseluruhan 49,6% untuk hipertensi derajat I (140-
159/90-99 mmHg) dan 18,2% untuk hipertensi derajat II (160-
179/100-109 mmHg), serta 6,5% untuk hipertensi derajat III
(>180/110 mmHg). Prevalensi hipertensi adalah sekitar
berturut-turut 7%, 11%, 18%, serta 25% pada kelompok
usia60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90 tahunan.
Berdasarkan Latar Belakang diatas kelompok tertarik
untuk menyusun Asuhan Keperawatan Gerontik pada “Ny.S”
dengan Gangguan Sistem Gangguan Sistem Kardiovaskuler :
Hipertensi di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita Palembang
Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi atau gambaran Asuhan
Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler : Hipertensi di Panti Sosial Lanjut Usia
Harapan Kita Palembang Dinas Sosial Provinsi Sumatera
Selatan

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan
keperawatan gerontik pada penyakit Hipertensi pada
Ny “S” di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita
Palembang Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan
b. Mahasiswa mampu melakukan analisa data pada
penyakit Hipertensi pada Ny “S” di Panti Sosial Lanjut
Usia Harapan Kita Palembang Dinas Sosial Provinsi
Sumatera Selatan
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan
pada penyakit Hipertensi pada Ny “S” di Panti Sosial
Lanjut Usia Harapan Kita Palembang Dinas Sosial
Provinsi Sumatera Selatan
d. Mahasiswa mampu menentukan intervensi pada
penyakit Hipertensi pada Ny “S” di Panti Sosial Lanjut
Usia Harapan Kita Palembang Dinas Sosial Provinsi
Sumatera Selatan
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi
keperawatan pada kasus Hipertensi pada Ny “S” di
Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita Palembang Dinas
Sosial Provinsi Sumatera Selatan
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan
pada penyakit Hipertensi pada Ny “S” di Panti Sosial
Lanjut Usia Harapan Kita Palembang Dinas Sosial
Provinsi Sumatera Selatan

C.Tempat dan Waktu


Pengkajian dilakukan di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita
Palembang Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Maret 2020 Pukul
13.00 WIB.
D. Manfaat
1. Bagi Panti Sosial
Untuk tetap mempertahankan kualitas pelayanan
keperawatan khususnya pada kasus Hipertensi di Panti
Sosial Lanjut Usia Harapan Kita Palembang Dinas Sosial
Provinsi Sumatera Selatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi atau informasi
yang berguna sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa
STIKes Muhammadiyah Palembang.
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
perawatan pada pasien lansia dengan Hipertensi.

E. Metode Penulisan
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penyusunan laporan ini adalah :
1. Intervensi atau wawancara
Pengumpulam data yang diperoleh melalui wawancara,
tatap muka antara klien.
2. Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung pada klien dan
melakukan asuhan keperawatan.
3. Dokumentasi
Metode penyelidikan untuk memperolehkan keterangan
dari catatan tentang gejala atau riwayat penyakit
terdahulu.
BAB II
TINJAUAN LAPANGAN

A. SEJARAH PANTI SOSIAL LANJUT USIA HARAPAN KITA


Sebagaimana telah ditetapkan dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN), maka tujuan Pembangunan Nasional
adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
merata baik material dan spiritual.Pembangunan Nasional
pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya
dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Dalam usaha mewujudkan kesejahteraan social bagi
para lanjutusia/ jompo sebagaimana ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian
Bantuan Penghidupan Orang Jompo (peraturan
pelaksanaannya dituangkan dalam surat Keputusan Menteri
Sosial RI Nomor Huk. 3-1-50/107 tahun 1971), JO Undang-
Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan
pokok kesejahteraan social telah diberikan bantuan pelayanan
bagi para lanjut usia / jompo.
Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita Palembang
sebagai Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Sosial Provinsi
Sumatera Selatan, bertugas memberikan bantuan dan
penyantunan terhadap para lanjut usia / jompo yang kondisi
fisik dan ekonominya lemah. Pemberian bantuan ini berupa :
Pelayanan dan Pemeliharaan, Pembinaan Kerohanian dan
Pelayanan yang bersifat rekreatif.
Usaha untuk mewujudkan kesejahteraan social bagi
para lanjut usia bukan hanya tanggung jawab Pemerintah
semata, melainkan tanggung jawab Pemerintah dan seluruh
lapisan Masyarakat. Partisipasi aktif dari masyarakat akan
sangat membantu Pemerintah mempercepat tercapainya
tujuan tersebut.

B. VISI, MISI, DAN MOTTO


Visi
Terciptanya Warga Binaan Sosial Lanjut Usia yang Sejahtera,
Sehat Jasmani Rohani, dan Mandiri dalam Melaksanakan
Fungsi Sosialnya
Misi
1. Menyelenggarakan Perlindungan Sosial Lanjut Usia
2. Menyelenggarakan Pelayanan dan Bantuan Sosial dalam
rangka Memulihkan kemampuan, kemauan, kepercayaan,
martabat, dan harga diri Lanjut Usia
3. Menyelenggarakan Pelayanan perawatan medis,
bimbingan fisik, sosial dan mental spiritual
4. Menyelenggarakan penyaluran, bina lanjut usia dan
pemulasaran jenazah.
5. Menjalin keterpaduan dan kerjasama lintas sektoral dalam
meningkatkan kesejahteraan Lanjut Usia.
6. Menggalang peran serta sosial masyarakat dan dunia
usaha dalam pengembangan lanjut usia yang sejahtera.

Motto
“Selalu Ikhlas Dalam Pelayanan bagi Lanjut Usia”

C. FASILITAS PELAYANAN
1. Sarana
Penyelenggaraan Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita
Palembang, mempunyai sarana, diantaranya :
1. Asrama dengan kapasitas tampung 60 orang.
2. Lokasi Jalan Sosial No.796 RT.16 RW.03 Kelurahan
Sukabangun km.6 Palembang.
3. Bangunan Panti, dibangun diatas tanah seluas ± 1,5 Ha.
Terdiri dari :
a. Gedung Kantor : 1 buah
b. Ruang Tamu : 1 buah
c. Kamar : 27 buah
d. Mushollah : 1 buah
e. Dapur dan Gudang : 1 buah
f. Ruang Poliklinik : 1 buah
g. KamarMandi/WC : 18 buah

2. Prasarana
Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita Palembang, diasuh
oleh 16 orang pengasuh, yang terdiridari :
a. Pegawai Negeri Sipil : 4 orang
b. Honor : 2 orang
c. TKS : 10 orang

D. Struktur Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita


Palembang Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan
KOORDINATOR PANTI PSLU HK

PARLAN.S,Kep

PENATA III/C

NIP. 197810112006041005
PENYANTUNAN BIMBINGAN DAN ADM/TU
KETERAMPILAN
PURWANINGSIH SUNARNO.S.Sos
HERYANTO
NIP. NIP.
NIP. 196312101983031003
196610021989012002
197412182002121005
MARYAMAH
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Lanjut Usia (Lansia)


a. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas(A.N.lutfi 2014).
Menurut pengertian Gerontologi, lansia adalah suatu tahap dalam hidup
manusia mulai dari bayi, anak-anak, remaja, tua, dan usia lanjut, dan
bukan penyakit melainkan suatu prose salami yang tidak bisa
dihindarkan (Mardiana 2014)

b. Klasifikasi Lansia
1) Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut :
(a) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa
vibrilitas
(b) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
(c) Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) Prenium
2) Menurut World Health Organzitation (WHO), usia lanjut dibagi
menjadi empat kriteria berikut ini
(a) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai
59 tahun
(b) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun
(c) Usia tua (old) antara 75-90 tahun
(d) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

c. Proses Menua
Menurut Constantanides (Bandiyah Siti, 2009) menua adalah
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya shingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menjadi tua atau aging adalah
suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-
lahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dana mempertahankan
struktur serta fungsi normalnya. Akibatnya tubuh tidak dapat bertahan
terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut. Proses
penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh, meliputi organ
dalam tubuh, seperti jantung, paru-paru, ginjal, indung telur, otak, dan
lain-lain.

d. Masalah pada Proses Penuaan


Meliputi perubhana dari tingkat sel sampai ke semua sistem
organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sisitem pengaturan tubuh, ,uskuloskeletal,
gastrointestinal, genitalia urinaria, endokrin, dan integumen yang di
jelaskan sebagi berikut (Bandiyah Siti, 2009) :
Tabel 2.2
Perubahan fisiologis dan masalahnya (Bandiyah Siti, 2009)
Perubahan Masalah
Fisiologis
1. Sistem Pernapasan a. Otot pernapasan kaku dan kehilangan kekuatan,
pada lansia sehingga volume udara inspirasi berkurang,
sehingga pernapasan cepat dan dangkal
b. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan
reaksi batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret
c. Penurunan aktivitas paru (mengembang dan
mengempisnya) sehingga jumlah udara pernapasan
yang masuk ke paru mengalami penurunan, kalau
pada pernapasan yang tenang kira kira 500ml
d. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya
berkurang (luas permukaan normal 50m),
menyebabkan terganggunya proses difusi
e. Penurunan oksigen (o2) arteri menjadi 75mmHg
mengganggu proses oksigenasi dari hemoglobin,
singga o2 tidak terangkut semua ke jaringan
f. Co2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi
o2 dalam arteri juga menurun dan lama-kelamaan
menjadi racun pada diri sendiri
g. Kemampuan batuk berkurang sehingga
pengeluaran sekret dan corpus alium dari saluran
napas berkurang sehingga potensial terjadinya
obstruksi
2. Sistem Persarafan a. Cepat menurunkan hubungan persarafan
b. Lambat dalam merespons dan waktu untuk
berpikir
c. Mengecilnya saraf pancaindera
d. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan
perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahan tubuh terhadap dingin.
3. Penglihatan a. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
b. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respons terhadap sinar
c. Lensa lebih suram (kekurahan pada lensa)
d. Meningkatnya pengamatan sinar: daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat; susah melihat
dalam cahaya gelap
e. Hilangnya daya akomodasi
f. Menurunya lapang pandang dan berkurangnya luas
pandang
g. Menurunkan daya membedakan warna biru atau
hijau pada skala
4. Pendengaran a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
b. Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara,
antara lain anda yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
diatas 65 tahun
c. Membran tipani menjadi atropi menyebabkan otot
otosklerosis
d. Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras
karena meningkatnya kreatin
5. Pengecap a. Menurunya kemampuan pengecap
dan penghidung b. Menurunnya kemampuan penghidu sehingga
mengakibatkan selera makan berkurang
6. Peraba a. Kemunduran dalam merasakan sakit
b. Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan
dingin
7. Perubahan a. Katup jantung menebal dan kaku
Kardiovaskuler b. Kemampuan kantung memompa darah menurun
1% pertahun sesudah umur 20 tahun. Hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
d. Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenisasi, perubahan dari posisi tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
( mengakibatkan pusing mendadak)
e. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer (normal kurnag
lebih 170/95 mmHg
8. Sistem a. Ginjal : mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran
genetalia urinaria darah ke ginjal menurun sampai 50%, penyaringan
di glomerulus menurun sampai 50%, dungsi
tubulus berkurang akibatnya berkurangnya
kemampuan mengonsentrasi urin, berat jenis urin
menurun proteinuria
b. Vesika urinaria/kandung kemih : otot-otot menjadi
leamh, kapasitasnya menurun sampai 200ml atau
menyebabkan frekuensi BAK meningkat, vesika
urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga meningkatkan retensi urin
c. Pembesaran prostat kurang lebih 75% dimulai oleh
pria usia di atas 65 tahun
d. Vagina : selaput menjadi kering, elastisitas
jaringan menurun juga permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, reaksi sifat lebih alkali terhadap
perubahan warna
9. Sistem a. Produksi hampir semua hormon menurun
endokrin/ b. Menurunya aktivitas tiroid
metabolik lansia c. Menurunnya produksi aldosteron
d. Menurunya sekresi hormon : progesteron,
estrogen, testosteron
10. Sistem a. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya
Pencernaan periodontal disease yang biasanya terjadi setelah
umur 30 tahun
b. Indra pengecap menurun, adanya iritasi yang
kronis dari selaput lendir, hilangnya sensitivitas
dari syaraf pengecap di lidah
c. Esofagus melebar
d. Lambung : rasa lapar menurun, asam lambung
menurun
e. Fungsi absorbsi melemah
f. Liver : makin mengecil dan, menurunya tempat
penyimpanan
11. Sistem a. Tulang rapuh
Muskuloskeletal b. Resiko terjadi fraktur
c. Kyphosis
d. Persendian besar dan menjadi kaku
e. Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi
pendek (tinggi badan menurun)
12. Sistem integumen a. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
b. Kulit kering dan kurang elastis karena menurunnya
cairan dan hilangnya jaringan adipose
c. Kelenjar keringat mulai tidak berkerja dengan baik
sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan
temeperatur yang tinggi
d. Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan
botak serta warna rambut kelabu
e. Temperatur tubuh menurun akibat metabolisme
yang menurun
f. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak, rendahnya
aktivitas otot
13. Sistem a. Perubahan sisten reproduksi
Reproduksi b. Selaput lendir vagina menurun/kering
c. Menciutnya ovarium dan uterus
d. Atrofi payudara
e. Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur
f. Dorongan seks menetap sampai usia di atas 70
tahun, asal kondisi kesehatan baik

B. Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi


1) Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013). Tekanan darah tinggi
atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
seseorang adalah ≥ 140 mmHg (tekanan sistolik) dan atau ≥ 90
mmHg (tekanan diastolic) (Join National Committee VII, 2003).

2) Penyebab Hipertensi
(a) Usia
Hipertensi banyak diderita oleh orang tua dimana penelitian
menunjukkan bahwa orang berusia 55 tahun dengan tekanan
darah yang sebelumnya normal, 90%-nya akan mengalami
kenaikan tekanan darah di tahun-tahun kehidupan berikutnya.
(b) Asupan Sodium
Asupan sodium terhadap kenaikan tekanan darah sekarang ini
banyak sekali diteliti. Hal ini berkaitan dengan sifat Sodium
yang menyebabkan retensi cairan di dalam tubuh. Hipertensi
jarang terjadi pada intake sodium yang rendah
(c) Kurangnya diet vegetarian (buah dan sayur)
Buah dan sayuran mengandung banyak kandungan kalium dan
rendah sodium. Adanya banyak kandungan kalium dapat
menurunkan tekanan darah.
(d) Intake lemak berlebih
Intake lemak berisiko meningkatkan pembentukan
atherosklerosis yang akan menyebabkan dinding pembuluh
darah mengeras dan menyebabkan tekanan darah dapat
meningkat.
(e) Intake Alkohol
Beberapa studi menunjukkan hubungan linier yang positif antara
tekanan sistolik dan diastolik dengan pengkonsumsian alkohol.
(f) Merokok
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang merokok berisiko
lebih besar menderita penyakit hipertensi dibandingkan yang
tidak merokok. g. Stress: Nyeri, marah, keingintahuan berlebih,
ketakutan, kegembiraan dan rasa malu menyebabkan tekanan
darah akan meningkat (Fitria & Candasari, 2010)

3) Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah bersifat kontinyu, namun batasan tekanan darah
normal ditentukan secara konsensus berdasarkan data epidemiologik.
Saat ini, klasifikasi yanng banyak dianut yakni berdasarkan pedoman
The Joint National Commision (JNC VII) dari Amerika Serikat dan
yang dikeluarkan oleh The European Society of Hypertension (ESC)
tahun 2007 (Mulyaningrum 2016)
Tabel 2.3
Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 130-139 <80-89
Hipertensi Tahap I 140-159 90-99
Hipertensi Tahap II >160 >100

4) Komplikasi Hipertensi
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa
perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.
Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak
sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain
yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia
otak sementara (Chaturvedi 2006).
Tabel 2.4
Sistem organ dan komplikasi dari hipertensi (Chaturvedi 2006)
Sistem Organ Komplikasi Komplikasi Hiperteni
Jantung Gagal jantung Kongestif
Angina Pectoris

Sistem Saraf Pusat Infark miokard


Ensefalopati Hipertensif
Stroke

Ginjal Gagal ginjal kronis

Mata Retinopati hipertensif

Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer


BAB IV
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK


Nama Panti : Panti Sosial Lanjut Usia Harapan
Kita
Tanggal Masuk : 13 jan 2014
Tanggal Pengkajian : 17 Maret 2020
A. Identitas Demografi
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Janda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Panti sosial lanjut usia harapan
kita palembang
2. Identitas Keluarga/Orang terdekat dengan klien
Nama :-
Alamat :-
No telepon :-
Hubungan dengan klien :-
3. Riwayat Kesehatan
Dikirim dari : Masyarakat
Alasan Utama datang ke panti : Dikarenakan tidak ada
keluarga lagi
B. Pola Pemeliharaan kesehatan
1. Persepsi Kesehatan – Manajemen Kesehatan
Status kesehatan umum : Ny. S sering merasakan
nyeri, pusing-pusing dan pundak
terasa berat.
Riwayat kesehatan dahulu : Ny. S mempunyai riwayat
Hipertensi

Riwayat kesehatan keluarga (disertai genogram) :

= Laki-laki

= Perempuan

/ / = Meninggal

= Klien dengan hipertensi

Aktivitas pencegahan penyakit : Istirahat yang


cukup
Obat/vitamin yang dikonsumsi :-
Alergi makanan/obat/lainnya : Tidak ada
Persepsi tentang penyakit yang diderita : Ny. S tidak tahu
apa penyebab dari nyeri, pusing dan pundak terasa berat
yang dirasakan yang sering dirasakan, yang Ny. S ketahui
penyebabnya karena faktor usia.
Riwayat penggunaan alkohol/tembakau/obat : Tidak ada
Pengobatan saat ini : Tidak ada
Keluhan lain : Klien
mengatakan matanya sudah rabun
Masalah keperawatan : Defisiensi Pengetahuan

2. Pola Nutrisi
- Tipe intake (makan dan minum) sehari-hari : Ny. S
makan dan minum 3x sehari
- Tipe intake (makan dan minum) terakhir : makan pagi
- Tipe dan kualitas (makan dan minum) : Nasi, lauk pauk,
sayur-sayuran serta buah dan air putih
- Jumlah intake (makan dan minum) : Ny. S mengatakan
makan 3x sehari menghabiskan porsi makan yang telah
diberikan dan minum 4-6 gelas/hari
- Jumlah cairan IV : Tidak ada
- Diet : Tidak ada
- Suplemen, vitamin, tube feeding, dll : Tidak ada
- Frekuensi makan : 3 x/hari
- Gigi : Gigi klien sudah tidak utuh lagi
- Perubahan yang berhubungan dengan status nutrisi :
 Kesulitan menelan
 Anoreksia,  Mual,  Muntah,  Stomatitis
 Penurunan Sensasi Rasa (Pengecapan)
- Perubahan BB selama 6 bulan terakhir : 50 Kg, TB : 150
cm
- Hasil Lab : Tidak ada
- Keluhan Lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Pola Eliminasi/Pertukaran
- BAK
Frekuensi dan waktu : 2 – 4 x/hari
Kebiasaan BAK pada malam hari : 1 x/hari
Penggunaan diuretic : Tidak ada
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : klien
mengatakan
tidak ada keluhan
saat BAK
- BAB
Frekuensi dan waktu : 2 x/hari, Pagi
dan sore hari
Konsistensi : Padat
Penggunaan laksative : Tidak ada
Faktor yang mempengaruhi konstipasi : Tidak ada
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak ada
- Riwayat penyakit Vesica urinaria : Tidak ada
- Penggunaan alat bantu ekskratory : Tidak ada
- Riwayat perdarahan, konstipasi, hemorroid : Tidak ada
- Pengkajian kulit : Kulit tidak elastis lagi, turgor kulit > 2
detik
- Penampilan kulit : Warna kulit sawo matang tidak lesi,
memar dan tidak ada kemerahan
- Komplikasi kulit, ulkus, luka : Tidak ada
- Derajat berkeringat : Ny. S mengatakan berkeringat
seperti biasa jika banyak melakukan aktivitas banyak
keluar keringat
- Hasil Lab : Tidak ada
- Keluhan lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Pola Aktivitas/Istirahat
- Tipe dan keteraturan latihan : Ny. S setiap pagi keluar
dari kamar dan duduk santai di depan rungan
- Aktivitas yang dilakukan : Ny. S sering berkumpul
dengan teman seruangan.
- Perasaan/Persepsi terhadap aktivitas : tidak ada
- Riwayat masalah sendi/tulang belakang/ kelemahan :
tidak ada
- Lama Tidur Malam : 6 Jam 22:00 WIB s/d 04:00
WIB
- Lama Tidur Siang :2 Jam 13:00 WIB s/d 15:00
WIB
- Kesulitan tidur : Ny. S mengatakan tidak ada gangguan
tidur
- Penggunaan obat tidur : tidak ada
- Hasil Lab : tidak ada
- Keluhan Lain : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

KATZ Indeks : termasuk kategori yang manakah klien?

A Mandiri dalam makan, konstinensia (BAK,BAB), menggunakan


pakaian, pergi ke toilet, berpindah mandi.

B Mandiri semuanya, kecuali salah satu saja dari fungsi diatas

C Mandiri kecuali mandi dan salah satu lagi fungsi yang lain

D Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan salah satu lagi


fungsi yang lain

E Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan salah satu lagi


fungsi yang lain

F Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah, dan salah


satu lagi dan fungsi yang lain

G Ketergantungan untuk semua fungsi diatas


H Lain-lain

Keterangan :

Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan


aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan
suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun
dianggap mampu.

Penjelasan : A

Klien mampu dalam melakukan semuanya, tanpa pengawasan,


pengarahan dan bantuan dari orang lain

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

Modifikasi dari Barthel Index

DENGA
N N MANDI
KRITERIA KETERANGAN NILAI
o BANTU RI
AN

1 Makan 5 10 Frekuensi 3x/hari

Jumlah 1 piring
10
penuh

Jenis makanan lunak

2 Minum 5 10 Frekuensi 5x/hari

Jumlah 400 mL
10
Jenis air putih:

3 Berpindah dari 5 – 10 15 Klien dapat 15


kursi roda ke berpindah dari
tempat tidur, tempat tidur ke toilet
atau sebaliknya tanpa bantuan aktif

4 Personal toilet 0 5 Frekuensi 3x/hari


(cuci muka,
menyisir
rambut, gosok 5

gigi)

5 Keluar masuk 5 10 Klien setiap hari


toilet (mencuci mencuci pakaian,
pakaian, dan menyeka tubuh
menyeka tubuh, sekurangnya 2x/hari 10

menyiram)

6 Mandi 5 15 Frekuensi 2x/hari


10

7 Jalan 0 5
dipermukaan
datar 5

8 Naik turun 5 10
tangga 10

9 Mengenakan 5 10 10
pakaian
1 Kontrol bowl 5 10 Frekuensi 2x/hari
10
0 (BAB) Konsistensi padat

1 Kontrol bladder 5 10 Frekuensi 4x/hari


1 (BAK) Warna kuning pekat 10

1 Olahraga/latiha 5 10
2 n
10

1 Rekreasi/peman 5 10 Frekuensi 30 menit


3 faatan waktu Jenis seperti jalan 10
luang keliling panti

130
JUMLAH

Interpretasi Hasil :

- 130 : mandiri
- 62-125 : ketergantungan sebagian
- 60 : ketergantungan total
Penjelasan :

Dari hasil perhitungan Barthel Indeks didapatkan total jumlah


nilai 130 yang memiliki makna bahwa Ny. S adalah jenis lansia
yang mandiri. Melakukan aktivitas rumah tangga secara
mandiri dan tanpa bantuan aktif dari orang lain.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Pola Persepsi/ Kognitif


- Status pendengaran : Ny. S mengharuskan mendengar
dengan jarak 50 cm sehingga dapat mendengar dengan
jelas
- Status penglihatan : Ny. S tidak dapat melihat
dengan jelas karena terdapat katarak.
- Status perabaan : Status perabahan Ny. S
masih normal
- Status pengecapan : Status pengecapan Ny. S
masih normal
- Status penciuman : Status penciuman Ny. S
masih normal
- Kaji orientasi terhadap waktu, orang, tempat dan daya
ingat : Klien tidak mengalami kesulitan untuk
berorientasi terhadap waktu disekelilingnya,klien
memiliki daya ingat yang kuat terhadap orang yang
disayang dan tempat yang ia tempati.
- Komunikasi (bahasa utama, bahasa lain, kemampuan
baca tulis) : Klien dapat berkomunikasi dengan
kooperatif, bahasa yang digunakan bahasa indonesia
dan bahasa palembang.
- Riwayat pingsan, nyeri, kejang atau sakit kepala : Tidak
ada
- Keluhan lain : Tidak ada
- Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori:
penglihatan

Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan


menggunakan SPMSQ

(Short Portable Mental Status Quesioner)

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


1 Tanggal berapa hari ini? 

2 Hari apa sekarang ini? 

3 Apa nama tempat ini ? 

4 Dimana alamat Ibu ? 

5 Berapa umur Ibu? 

6 Kapan Ibu lahir? (minimal tahun



lahir)

7 Siapa presiden Indonesia



sekarang ?

8 Siapa presiden Indonesia



sebelumnya?

9 Siapa nama ibu Ibu ? 

10 Kurang 3 dari 20 dan tetap


pengurangan 3 dari setiap angka 
baru, semua secara menurun

JUMLAH
6

Interpretasi Hasil :

 Salah 0-3 : Fungsi intelektual tubuh


 Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
 Salah 6-8 : Kerusakan Intelektual sedang
 Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat
Berdasarkan perhitungan SPSMQ didapatkan jumlah nilai
angka yang salah 4, termasuk dalam kategori lansia
dengan Kerusakan Intelektual Ringan.

Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan


menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam) kerusakan
intelektual dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable
Mental Status Quesioner)

NILAI
ASPEK NILAI
NO MAKSIMA CRITERIA
KOGNITIF KLIEN
L

1 Orientasi Menyebutkan dengan


benar

 Tahun
5 2
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
Orientasi Dimana kita sekarang
berada ?

 Negara Indonesia
5 4  Provinsi Sumatera
Selatan
 Kabupaten
 Panti
 Wisma
2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama objek
(sebut oleh pemeriksa), 1
detik untuk mengatakan
masing-mnasing objek.
Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek
tadi (untuk disebutkan oleh
klien)

 kursi
 meja
 buku
3 Perhatian Minta klien untuk memulai
dan dari angka 100 kemudian
kalkulasi dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat
5 1
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat Minta klien untuk
mengulangi ketiga objek
3 3 pada no.2 (registrasi) tadi,
bila benar 1 point untuk
masing-masing objek

5 Bahasa 9 6 Tunjukkan kepada klien


suatu benda dan tanyakan
namanya pada klien :

 Jam tangan
 Hendpone
Minta klien untuk
mengulangi kata berikut :

“tak ada jika, dan, atau,


tetapi”. Bila benar, nilai
satu point.

 Pernyataan benar 2
buah : tak ada, tetapi.
Minta klien untuk
mengikuti perintah berikut
yang terdiri dari 3
langkah :

“ambil kertas ditangan


anda, lipat dua, taruh
dilantai”

 Ambil kertas ditangan


anda
 Lipat dua
 Taruh dilantai
Perintahkan pada klien
untuk hal berikut (bila
aktivitas sesuai perintah
nilai satu point)

 Tutup mata anda


Perintahkan pada klien
untuk menulis satu kalimat
dan menyalin gambar

 Menulis satu kalimat


 Menyalin gambar

19
TOTAL NILAI

Jumlah nilai klien dan masukkan kedalam kategori berikut ini :

Interpertasi hasil :

 24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif


 13-23 : gangguan kognitif sedang
 0-17 : gangguan kognitif berat
Berdasarkan penilaian MSE didapatkan hasil jumlah
sebesar 17, yang memiliki makna bahwa lansia
mengalami gangguan kognitif sedang.

Keluhan Lain : tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak masalah keperawatan

6. Pola Persepsi Diri


- Kecemasan/ ketakutan yang dirasa : tidak ada
- Berduka (potensial/ aktual) : tidak ada
- Ide melakukan perilaku kekerasan : tidak ada
- Perasaan diri yang sering dirasa sepanjang hari : senang
- Dapatkah lansia menceritakan tentang dirinya : Ny.
Sdapat menceritakan pengalaman dirinya saat masih
mudah.
- Keluhan lain : tidak ada
- Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

7. Pola Peran dan Hubungan


- Bentuk struktur keluarga : Ny. S adalah seorang janda
- Cara hidup : (sendirian, keluarga, teman sekamar, dll)
klien hidup sendiri
- Peran dalam keluarga : -
- Persepsi diri tentang peran : tidak ada masalah
- Masalah/kesulitan dalam menjaga peran : tidak ada
masalah
- Keadan ekonomi : Ny. S mengatakan tidak memiliki
perkerjaan
- Dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan : -
- Keluhan lain : tidak ada keluhan
- Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Pola Seksualitas
- Kecemasan terhadap seksual : Ny. S tidak melakukan
fungsi seksual.
- Orientasi seksual : tidak ada orientasi seksual
- Hubungan seksual : tidsk ada
- Fase reproduksi wanita : Ny. S memasuki menopouse
- Pemeriksaan payudara/ testis sendiri : tidak ada
- Pemeriksaan PAP smear : tidak dilakukan
- Riwayat reproduksi : G5 P5 A0
- Riwayat proses persalinan (normal, SC, vacum, kesulitan
dalam melahirkan, kembar, kelainan kongenital) :
Normal
- KB : Tidak melakukan program KB
- Riwayat PMS (ada/tidak, pencegahan PMS) : tidak ada
- Keluhan lain : tidak ada keluhan
- Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

9. Pola Koping/Toleransi Stres


- Masalah saat ini : Tidak ada
- Krisis kesehatan saat ini : Tidak ada masalah
- Tingkat stres : Tidak ada
- Psikososial (Kemampuan sosialisasi klien pada saat
sekarang, sikap klien pada orang lain, harapan-harapan
klien dalam melakukan sosialisasi, kepuasaan klien
dalam sosialisasi) : klien menerima kedatangan orang
lain walaupun belum dikenal dan sangat berterima kasih
setelah bertemu.
- Identifikasi Masalah Emosional
Pertanyaan tahap I :
 Apakah klien mengalami susah tidur? Tidak
 Apakah klien sering merasa gelisah? Tidak
 Apakah klien sering merasa murung atau menangis
sendiri? Tidak
 Apakah klien sering was-was atau khawatir? Tidak

Lanjutkan ke pertanyaan tahap II

Jika jawaban “ya’ atau ≥ 1

Pertanyaan tahap II :

Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1


bulan?

Ada masalah atau banyak pikiran?

Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain?

Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?

Cenderung mengurung diri?

Jika jawaban “ya’ atau ≥ 1

MASALAH EMOSIONAL POSITIF

- Keluhan lain : tidak ada


- Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

10. Prinsip Hidup


- Spiritual : Islam
- Kegiatan keagamaan : Sholat
- Konsep/keyakinan klien tentang kematian : Ny. S
mengatakan bahwa ia yakin akan kematian
- Harapan-harapan klien : klien ingin mengabiskan sisa
umurnya dengan beribadah
- Derajat dari tujuan pencapaian hidup : 100 % sudah
puas
- Persepsi kepuasaan hidup : klien mengatakan
merasakan kepuasan hidup dengan cara dinikmati saja
- Kemampuan memecahkan masalah : klien mengatakan
ketika ada masalah diselesaikan dengan cara baik-baik
- Keluhan lain : tidak ada keluhan
- Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

11. Keamanan/Proteksi
- Infeksi : tidak ada
- Suhu tubuh : 36,9oC
- Gangguan termoregulasi : tidak ada
- Penyakit autoimunne : tidak ada
- Riwayat jatuh : tidak ada
- Keluhan lain : Klien mengatakan bahwa penglihatannya
memburuk akibat menderita katarak sejak 2015, Klien mengatakan
mudah lemas saat beraktifitas. Klien sangat berhati-hati saat
melakukan aktifitas.
- Masalah keperawatan : Risiko cedera kornea
Risiko jatuh
12. Kenyamanan
- Nausea : Tidak ada
- Nyeri : klien mengatakan sering merasa nyeri kepala
dan pada tekuk kepala terasa seperti mencengkam,
nyeri yang dirasakan hilang timbul
- Kecemasan, menangis, gangguan pola tidur, ketakutan :
tidak ada
- Perubahan tekanan darah, diaporesis : Hipertensi
- Tanda-tanda vital : TD: 170/100, N:120x/m, S: 36,9oC,
RR: 24x/m
- Keluhan lain : tidak ada
- Masalah keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri

C. Pengkajian Fisik
1. Data Klinik :
- Berat Badan : 50 Kg
- Tinggi Badan : 150 cm
- Tingkat kesadaran : Composmentis
- Suhu : 36,9oC
- Nadi : 120x/m ( lemah, teratur, 
tidak teratur)
- Tekanan darah : 170/100 mmHg
- Pernapasan : 24x/m ( normal,  cepat, 
dangkal)
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2. Kepala : Tidak ada perdarahan di kepala


Bentuk simetris

Rambut tampak beruban dan sudah mulai rontok

Kulit kepala bersih

Fontanel datar dan bulat

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfa


Bentuk leher simetris

Tidak ada jejas

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan


4. Thorax
- Paru-paru (IPPA) :
- Inspeksi : Bentuk normal
Pengembangan dada simetris.

Tidak ada retraksi dada

- Palpasi : Tidak ada benjolan di


daerah paru
Tidak ada nyeri tekan

- Perkusi : Terdengar suara sonor


- Auskultasi : Vesikuler, Respiratory Rate : 24
x/Menit
Tidak ada suara nafas tambahan.

- Jantung (IPPA) :
- Inspeksi : Bentuk normal, ictus cordis tidak
terlihat
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Terdengar suara peka
- Auskultasi : Heart Rate : 88 x/Menit
  BJ 1. BJ 2 Lup Dup..

Tidak ada suara jantung gallop

- Abdomen (IPPA) :
- Inspeksi : Bentuk normal
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,
  Tidak ada pembesaran
liver/hati

-Perkusi : Terdengar suara timpani


-Auskultasi : Frekuensi Bising Usus 8
x/menit
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Inguinal (Sistem reproduksi)


- Keluhan : tidak ada keluhan
- Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

6. Ekstremitas
Sistem Muskuloskeletal

- Range of motion : Penuh,  Tidak


penuh (Jelaskan)
- Keseimbangan jalan : Normal,  Tidak
- Kemampuan menggengam : Normal,  Kuat, 
Lemah
- Otot Ekstremitas :  Normal,  Kuat,
Lemah
- Keluhan lain : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 DS: Riwayat nyeri Defisiensi
Ny. S tidak tahu apa pengetahuan
penyebab dari nyeri, Pengobatan madiri
pusing dan pundak
terasa berat yang Nyeri ilang timbul
dirasakan yang sering
dirasakan. Yang Ny. S Kurang informasi
ketahui penyebabnya
karena faktor usia. Defesiensi pengetahuan

DO :
- Klien tampak
bingung
- TTV
- TD: 170/100 mmhg
- RR : 24 x/menit
- N : 120 x/menit

2 DS: Ny. S mengatakan Peningkatan tekanan Gangguan rasa


pusing dan pada vascular selebral nyaman nyeri
tengkuk kepala terasa
mencengkam Pelebaran pembuluh
darah
DO: Ny. S tampak
meringis Merangsang reseptor
TTV : nyeri
TD: 170/100 mmHg
RR : 24 x/menit Gangguan rasa nyaman
N : 120 x/menit nyeri
T : 36,9oC
3 Penuaan (Degenratif) Resiko Jatuh

Sistem Muscoloskeletal

Perubahan bentuk dan


Postur tubuh

Resiko Jatuh
4 Ds: -Ny mengatakan Hipertensi Resiko Cedera
penglihatanya Kornea
memburuk akibat Penyempitan pembuluh
katarak sejak 2015 darah

Do: - Terlihat sesuatu Aliran darah ke mata


seperti selaput terganggu
berwarna putih dibola
mata Ny S . Penuruna ketajaman
TTV : penglihatan
TD: 170/100 mmHg
RR : 24 x/menit Perubahan Fungsi
N : 120 x/menit penglihatan
T : 36,9oC
Resiko cedera korrnea
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses penyakit

2 Defesiensi pengetahuan b/d kekurangan informasi

3 Risiko cedera kornea b/d pemajanan bola mata

4 Risiko jatuh b/d gangguan penglihatan

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan rasa Tingkat Nyeri NIC : Pain Manajement
nyaman nyeri Setelah dilakukan tindakan selama 1. Melakukan pengkajian nyeri
b/d proses 1x24 jam nyeri pada klien dapat secara komprehensif termasuk
penyakit berkurang dengan kriteria hasil: lokasi, karakteristik, durasi,
Skala Indikator frekuensi, kualitas dan faktor
No Skala Awal Akhir prepitasi
1 Nyeri yang 2 5 2. Kontrol lingkungan yang
dilaporkan dapat mengurangi nyeri
2 Ekspresi 2 5
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas
wajah
dalam
3 Panjangnya 2 5
4. Anjurkan klien tirah baring
durasi nyeri
jika terjadi pusing
4 Tidak bisa 2 5
5. Dukung istirahat/tidur yang
beristirahat
5 TTV dalam 2 5 adekuat unutk membantu
kisaran penurunan nyeri
normal

Indiaktor
1. Sangat berat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

2. Defesiensi Pengetahuan: Manajemen Pengajaran : proses penyakit


pengetahuan b/d Hipertensi 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
kurang terkait penyakit
informasi Setelah di lakukan asuhan keperwatan 2. Jelaskan tanda gejala yang
masalah 1x24 jam klien mengetahui tentang umum dari penyakit
penyakit penyakit yang di derita dengan 3. Identifikasi perubahan kondisi
Kriteria hasil: fisik pasien
Skala Indikator 4. Jelaskan patofisiologi,
No Skala Awal Akhir penyebab, tanda dan gejala
1 Memantau 2 5 proses perjalanan penyakit,
tekanan penyebab, dan usaha yang
darah dapat dilakuakn untuk
2 Membatasi 2 5
mengontrol penyakit
asupan garam
3 Membatasi 2 5 5. Review pengetahuan pasien

konsumsi mengenasi kondisinya

kafein
4 Mempertahan 2 5
kan target
tekanan darah

Indiaktor
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat banyak

3. Risiko cedera Fungsi sensori : Penglihatan Pencegahan Jatuh


kornea b/d Setelah dilakukan tindakan selama 1. Identifikasi kebiasaan dan
pemajanan bola 1x24 jam nyeri pada klien dapat faktor resiko jatuh
mata berkurang dengan kriteria hasil: 2. Kaji karakteristik dari
Skala Indikator lingkungan yang mungkin
No Skala Awal Akhir menimbulkan potensi jatuh
1 Penglihatan 2 5 misal lantai licin dan
terganggu lingkungan yang gelap
2 Pandangan 2 5 3. Instruksikan pada pasien untuk
kabur meminta bantuan jika
3 Sakit kepala 2 5 diperlukan
4 pusing 2 5 4. Hindari meletakan sesuatu
secara tidak teratur
Indiaktor dipermukaan lantai
1. Sangat berat 5. Sediakan pencahayaan yang
2. Berat cukup dalam rangka
3. Sedang meningkatkan pandangan
4. Ringan
5. Tidak ada

4. Risiko jatuh b/d NOC : Pencegahan Jatuh NIC :


gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi kebutuhan
penglihatan selama 2x24 jam diharapkan keamanan pasien berdasarkan
pencegahan jatuh dapat terlaksana kondisi fisik, fungsi kognitif
dengan kriteria hasil sebagai berikut: dan riwayat perilaku
Skala Indikator 2. Identifikasi lingkungan yang
No Indikator Awal Akhir dapat membahayakan
1 Menggunakan 4 5 3. Singkirkan barang-barang
restrain sesuai yang dapat membahayakan
Kebutuhan jika pasien jika memungkinkan
dibutuhkan 4. Modifikasi lingkungan untuk
2 Memberikan 4 5
meminimalkan resiko
bantuan saat
5. Sediakan peralatan yang
bergerak
3 Tempat Tidur 4 5 adaptif untuk meningkatkan
posisi rendah keamanan lingkungan

Indiaktor
1. Sangat berat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan gangguan system


kardiovaskuler Hipertensi yang dilakukan di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan
Kita Palembang pada tanggal 17 Maret 2019, maka pada BAB ini penulis akan
membahas kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang ditemukan dilahan
praktek khususnya di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita Palembang pada
kasus gangguan system kardiovaskuler Hipertensi.
Dalam memberikan asuhan, penulis menerapkan asuhan keperawatan
dengan berpedoman pada 5 (lima) tahapan proses keperawatan yang terdapat
dalam buku Konsep dasar keperawatan yang ditulis oleh Asmadi, 2008
yaitu; Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi, dan
Evaluasi, tetapi pada kasus ini akan membahas 3 (tiga) tahapan proses
keperawatan karena sesuai dengan dilakukan pada kasus yaitu; Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Intervensi.

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari suatu proses
keperawatan yang terdiri dari tiga tahap yaitu pengumpulan data,
pengorganisasian serta kemampuan menganalisa dan merumuskan diagnosa.
Pengkajian yang penulis lakukan dalam asuhan keperawatan pada pasien
dengan asuhan keperawatan pada Ny. S yang berusia 64 tahun dengan
gangguan system kardiovaskuler Hipertensi yang dilakukan di Panti Sosial
Lanjut Usia Harapan Kita Palembang meliputi biodata, riwayat kesehatan,
kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik dan data penunjang, pada saat melakukan
pengkajian penulis menggunakan instrument pengkajian sebagai pedoman
yaitu pengkajian menurut Nanda.
Pada pengkajian dasar pada pasien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler dan gangguan sistem muskoloskletal serta gangguan sistem
neuorobehvior meliputi : aktivitas/istirahat, sirkulasi, neurosensori, keamanan,
pola makan/nutrisi dan cairan, eliminasi, pernafasan, integritas ego, keamanan,
seksualitas dan pengetahuan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti
tentang masalah klien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau
diubah melalui tindakan keperawatan menggambarkan respon actual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan.Respon actual dan potensial klien
didapatkan dari data pengkajian dan catatan medis klien. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil
yang diharapkan (Potter dan Perry, 2012).
Berdasarkan data-data pengkajian pada kasus dan dari teori-teori yang
ada yang kemudian di gambarkan pada pathway maka secara teori ada 4
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu: Gangguan rasa nyaman
nyeri, defisiensi pengetahuan, resiko cedera kornea, dan
resiko jatuh.

C. INTERVENSI
Menurut Asmadi (2010), sebelum menentukan intervensi keperawatan
harus ditentukan tujuan dilakukan tindakan sehingga rencana tindakan dapat
diselesaikan dengan metode smart yaitu spesifik adalah rumusan tujuan yang
harus jelas dan khusus Measurable adalah tujuan yang dapat diukur,
Achierable adalah tujuan yang dapat diterima, dicapai dan ditetapkan bersama
klien adalah tujuan dapat tercapai dan nyata dan time harus ada target waktu.
Tindakan keperawatan yang dilaksanakan kelompok sesuai dengan
rencana keperawatan yang ditetapkan. Sebelum melakukan tindakan, kami
membuat rencana keperawatan Tindakan keperawatan dilakukan dalam
waktu 1 hari karena keterbatasan waktu dan intervensi tetap dilanjutkan
dengan perawat ruangan.
Peneliti Yanti. N (2016) mengatakan selain intervensi yang diberikan
sesuai dengan diagnosa yang muncul ada intervensi non-farmakologi yang
dapat dilakukan klien untuk mengatasi hipertensinya yaitu dengan melakukan
metode relaksasi slow deep breathing yaitu dimana klien penderita hipertensi
dapat melakukan pengaturan pola pernafasan dalam dan lambat. Pada saat
relaksasi tersebut akan terjadi perpanjangan serabut otot, menurunnya
pengiriman implus saraf ke otak, menurunnya aktivitas otak, dan fungsi tubuh
yang lain, krakteristik dari respon relaksasi ditandai oleh menurunnya denyut
nadi, jumlah pernafasan dan penurunan tekanan darah (Potter & Perry, 2006).
Penelitin ini sangat bermanfaat untuk tindakan nonfarmakologi klien dalam
mengatasi hipertensi.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian, metode yang digunakan penulis yaitu
metode deskriftif tipe studi kasus. Menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi
evaluasi dan disajikan dalam bentuk narasi yang dilaksanakan di Panti Sosial
Lanjut Usia Harapan Kita Palembang. Dapat diambil beberapa kesimpulan.
kesimpulan tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Data yang akurat diperoleh dengan melakukan pengkajian seacara
menyeluruh menggunakan teknik wawancara dan observasi.
2. Sesuai dengan data yang diperoleh saat pengkajian penulis dapat
menentukan beberapa diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
yang muncul adalah: Gangguan rasa nyaman nyeri, defisiensi
pengetahuan, resiko cedera kornea, dan resiko jatuh.
3. Kelompok menegakkan diagnosa keperawatan dengan melakukan
pendekatan yang efektif, menjelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur, menemani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi ketidaktahuan klien terhadap perawatan
penyaki.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan STIKes MuhammadiyahPalembang
Diharapkan bagi institusi untuk menggunakan hasil makalah ini dalam
peningkatan pengetahuan bagi mahasiswa agar lebih memahami konsep
asuhan keperawatan gangguan system kardiovaskuler Hipertensi.
2. BagiInstansi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Bagi Instansi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, khususnya ruang
Ahmad Dahlan agar lebih meningkatkan pelayanan perawatan agar
menciptakan asuhan keperawatan secara maksimal.
3. Bagi kelompok
Diharapkan agar penulis memahami konsep asuhan keperawatan secara
teoritis dan mengaplikasikannya secara komprehensif sebagai fase
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Medikal Bedah. DIVA Press:


Jogjakarta
C.Pearce Evelyn. 2011.Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. PT Gramedia:
Jakarta..
Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka
Kerja. Gosyen Publishing : Yogyakarta
Endo,Yutaka. 2017.position on hemodynamics and cardiovascular regulation in
older and younger subjects. Internasional: DovePress.
Kemenkes. 2016. prevalensi hipertensi.hhtp://www.depkes.go.id/pdf.Diakses
2016.
Kubota,Satoshi dkk. 2017. Assessment of effects of differences in trunk posture
during Fowler’s.
Nugroho,Taufan. 2016. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam. KDT: Yogyakarta.
Nugroho, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak,Bedah, Penyakit
Dalam. KDT:Yogyakarta
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-
NOC. Edisi Revisi. Jilid 3. Jogyakarta: Mediaction.
Ode La Sharif, 2015. Asuahn Keperawatan Garontik. KDT: Yogyakarta.
Potter, P.A. & Perry, A.G.(2012).Buku ajar fundamental keperawatan:konsep,
proses dan praktik. Volume 1. Alih bahasa Yasmin Asih, et al. Editor edisi
bahasa Indonesia Devi Yulianti, Monica Ester. Edisi 4. Jakarta: EGC

Rani,A.Aziz Rani. 2008. Panduan Pelayanan Medik. Indonesia : PB PAPDI.


Riskesdas. 2017. Angka Kejadian Hipertensi. http://www.depkes.go.id/pdf.
Diakses pada 2017.
Shadine,Mahannad. 2017. Menenali Penyakit Hipertensi, Diabetes Stroke &
Jantung. Keenbooks.
Sari,Yanita Nur Inddah. 2017. Berdamai Dengan Hipertensi.Bumi Medika:
Jakarta.
Sylvia A.price. 2015.
WHO, 2015. Hipertensi. http://www.who.int/.pdf. Diakses 2017.
WHO, 2016. Hipertensi. http://www.who.int/.pdf. Kompas 2017.
Yanti. N (2016). Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur.
Nurscope. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah. 2 (4). 1-10

Anda mungkin juga menyukai