Anda di halaman 1dari 19

PRACTICE NURSING THEORY

CAROL A MILLER: FUNCTIONAL CONSEQUENCES

Oleh:
Kelompok 2

1. Patricia Mega Sri Y. T (132024153003)


2. Rizky Putra Prihatama (132024153018)
3. Farhan Ardiansyah (132024153024)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat, rahmat dan
bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah SGD dengan judul
“FUNCTIONAL CONSEQUENCES THEORY”. Makalah ini merupakan salah satu tugas
pada mata kuliah Teori Keperawatan Program Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
Bersama ini saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan dorongan fasilitas kepada
kelompok kami.
2. Dr. Ika Yuni Widyawati, S.Kep.Ns., M.Kep.Sp.Kep.MB selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan, dorongan serta
masukan kepada kelompok kami.
3. Pembimbing Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si yang telah membimbing dalam proses
penyusunan makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna perbaikan Makalah ini.
Akhir kata kelompok berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan dan juga bagi kelompok sendiri.

Surabaya, 18 April 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................4
BAB II TELAAH TEORI...........................................................................................................5
Kerangka Konsep......................................................................................................................10
2.2 Variabel Teori......................................................................................................................11
2. Sejarah Teori.......................................................................................................................11
3. Filosofi Teori.......................................................................................................................11
4. Visi dan Misi.......................................................................................................................12
5. Nilai Teori............................................................................................................................12
6. Keyakinan Teori.................................................................................................................13
8. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Konsep Teori........................................................14
BAB 3 APLIKASI TEORI........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring perkembangan ilmu di bidang keperawatan, terjadi perluasan ranah kerja
perawat. Perawat tidak hanya dibutuhkan di rumah sakit saja, namun juga di keluarga
maupun masyarakat Perawat yang bekerja di ranah tersebut sering disebut sebagai
perawat komunitas. Keperawatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan
profesional yang diberikan kepada individu, keluarga, maupun masyarakat untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal (Effendy dan Makhfudli, 2009). Perawat
komunitas mempunyai fungsi untuk meningkatkan promosi kesehatan, pencegahan,
pemeliharaan, dan pemulihan penyakit pada klien.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan keperawatan.

Model fungsional consequence dari Carol A Miller merupakan salah satu dari
model keperawatan komunitas yang focus pada lansia. Teori ini menyatakan bahwa
lansia mengalami konsekuensi fungsional karena perubahan yang berkaitan dengan usia
dan factor resiko tambahan, dengan tidak adanya intervensi akan terjadi banyak
konsekuensi fungsional yang negative namun dengan intervensi konsekuensi fungsional
dapat menjadi positif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Konsep model teori functional consequence?

2. Bagimanakah identifikasi variable dalam model teori functional consequence?

3. Bagaiamanakah asuhan keperawatan komunitas berdasarkan model teori functional


consequence?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep odel teori functional consequence

2. Untuk mengetahui identifikasi variable dalam model teori functional consequence

3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas berdasarkan model teori

functional consequence
BAB II
TELAAH TEORI

2.1 Konsep Teori


1. Functional consequences
Teori Functional consequences merupakan Practice Theory. Teori ini dibangun dari
penelitian, praktik pengembangan beberapa teori tentang penuaan, dan praktik asuhan
keperawatan pada lansia. Teori ini menjelaskan hubungan antara individu, kesehatan,
keperawatan dan lingkungan yang bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan dan
memprediksi keperawatan. Teori ini mengacu pada teori konsep kesejahteraan,
keperawatan holistic dan kesehatan. Teori Functional consequences berisikan tentang
penuaan, lansia dan keperawatan holistic. Konsep domain keperawatannya adalah
individu, kesehatan, keperawatan dan lingkungan yang dikaitkan khusus dengan lansia.
Inti dasar dari teori ini adalah:
1) Asuhan Keperawatan holistik

Hubungan semangat pikiran tubuh lansia mencakup semua fungsi termasuk


psikologis
2) Faktor resiko

Penyebab masalah lansia dari perubahan terkait usia

3) Gabungan perubahan terkait usia dan factor resiko menimbulkan konsekuensi


fungsional positif atau negative pada lansia
4) Konsekuensi fungsional negative dilakukan tindakan mengurangi atau
memodifikasi efek factor resiko
5) Meningkatkan kesejahteraan lansia melalui tindakan keperawatan terhadap
konsekuensi fungsional negative
6) Tindakan keperawatan mengakibatkan konsekuensi fungsional positif lansia
yang berfungsi optimal meskipun dipengaruhi perubahan terkait usia dan factor
resiko.
2. Komponen Teori Functional consequences

Komponen teori Functional consequences dari Carol A Miller adalah sebagai berikut:

a. Risk Factor

Faktor risiko merupakan kondisi yang memapar lansia sehingga dapat


mempengaruhi atau merugikan status kesehatannya. Faktor risiko dapat
muncul dari lingkungan baik dalam kondisi akut maupun kronis, psikososial,
kondisi patologis, fisiologis dan efek samping pengobatan yang buruk. Faktor
risiko pada lansia memiliki konsekuensi fungsional yang bersifat:
1) Komulatif dan progresif

2) Diperburuk akibat bertambahnya usia

3) Efek yang ditimbulkan dipengaruhi oleh perubahan usia

b. Functional consequences

Munculnya konsekuensi fungsional positif atau negative merupakan hasil dari


intervensi, faktor risiko dan perubahan usia yang mempengaruhi kualitas
hidup lansia. Konsekuensi fungsional positif apabila lansia dapat mengurangi
faktor risiko dan mengurangi ketergantungannya sehingga kualitas hidup
meningkat. Konsekuensi fungsional negative adalah lansia tidak dapat
menekan faktor risiko sehingga tingkat ketergantungannya tinggi dan kualitas
hidupnya rendah.
c. Age Related Change

Merupakan suatu kondisi degenerative yang bersifat progresif, pasti terjadi


dan tidak dapat diubah. Perubahan yang terjadi pada kondisi fisiologis
biasanya bersifat kemunduran dan perubahan pada psikologis dan spiritual
biasanya akan menyebabkan perkembangan rohani.
d. Individu

Teori ini memandang seorang individu yang kompleks dan unik yang
fungsinya dan kesejahteraannya dipengaruhi oleh perubahan terkait usia dan
faktor risiko baik faktor internal dan eksternal. Ketika faktor-faktor risiko
menyebabkan lansia lebih bergantung pada orang lain untuk kebutuhan sehari-
hari, pemberi perawatan dianggap sebagai fokus integral dari asuhan
keperawatan.
Dari perspektif ini, lansia ditandai oleh karakteristik fisiologis dan
psikososial yang terkait dengan peningkatan kematangan. Karakteristik
fisiologis meliputi perlambatan proses fisiologis, kemampuan terkontrol untuk
merespons stres fisiologis, dan meningkatnya kerentanan terhadap kondisi
patologis serta faktor risiko lainnya. Karakteristik psikososial mencakup
peningkatan potensi kekuatan psikososial, seperti kebijaksanaan dan
kreativitas, serta potensi untuk tingkat pertumbuhan pribadi dan spiritual yang
lebih tinggi . Karena penuaan adalah proses yang kompleks dan bertahap yang
melibatkan semua aspek tubuh, pikiran, dan jiwa, seseorang tidak secara tiba-
tiba menjadi dewasa pada rentang usia tertentu. Sebelumnya, orang yang
hidup cukup lama mengenali pada suatu titik bahwa mereka telah mencapai
tahap kehidupan yang dikategorikan masyarakat sebagai lansia. Ketika mereka
mencapai titik ini, mereka mungkin akan dilabelisasi oleh masyarakat menjadi
lansia, orang yang lebih tua atau senior. Meskipun konsep ini memiliki
kelemahan karena sulit diukur, konsep ini memiliki keuntungan karena secara
akurat mencerminkan realitas lansia sebagai keberlanjutan dalam rangkaian
kehidupan seumur hidup.
e. Keperawatan

Fokus asuhan keperawatan adalah untuk meminimalkan efek negatif


dari perubahan terkait usia dan faktor risiko dan untuk mempromosikan hasil
kesehatan. Tujuan dicapai melalui proses keperawatan, dengan penekanan
khusus pada promosi kesehatan dan intervensi keperawatan lainnya yang
membahas konsekuensi fungsional negatif.
Konseptualisasi perawatan dalam Teori Konsekuensi Fungsional mengacu
pada banyak teori keperawatan, termasuk contoh-contoh berikut:
1) Florence Nightingale

Perawat menumbuhkan lingkungan yang kondusif untuk penyembuhan


dan promosi kesehatan.
2) Virginia Henderson

Perawat memberikan bantuan kegiatan penarikan untuk membantu


mendapatkan kemandirian secepat mungkin.
3) Modeling Theory and The Role Of Modeling

Keperawatan adalah proses interpersonal interaktif yang memelihara


kekuatan untuk mencapai kondisi kesehatan holistik yang dirasakan.
4) Imogene King

Perawat dan klien berinteraksi untuk mencapai tujuan spesifik terkait


kesehatan.
5) Jean Watson

Keperawatan terdiri dari pengetahuan, pemikiran, nilai-nilai, filosofi,


komitmen, dan tindakan dengan hasrat transaksi perawatan tidak
manusiawi.
6) Martha Rogers
Perawat mempromosikan interaksi orang-lingkungan untuk manusia
kesatuan.
7) Margaret Newman
Keperawatan adalah tindakan membantu orang menggunakan kekuatan
mereka untuk berevolusi menuju tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
Selain menggambar pada banyak teori keperawatan, konsep keperawatan
dalam Teori Konsekuensi Fungsional sejalan dengan pernyataan Asosiasi
Perawat Amerika pada teleskop keperawatan gerontologis.
f. Kesehatan
Teori Konsekuensi Fungsional mendefinisikan kesehatan sebagai
kemampuan lansia untuk berfungsi pada kapasitas tertinggi mereka, terlepas
dari adanya perubahan terkait usia dan faktor risiko. Ini mencakup fungsi
psikososial serta fisiologis, termasuk kesejahteraan dan kualitas hidup seperti
yang didefinisikan oleh setiap lansia. Dalam model ini, kesehatan ditentukan
secara individual, berdasarkan pada kapasitas fungsional yang dianggap
penting oleh orang tersebut. Sebagai contoh, satu orang mungkin
mendefinisikan tingkat fungsi yang diinginkan sebagai kapasitas untuk
hubungan intim, sedangkan yang lain mungkin mendefinisikannya sebagai
mampu melakukan latihan aerobik selama setengah jam setiap hari. Kesehatan
adalah konsep yang sangat terkait yang berhubungan dengan hasil yang
membahas potensi tertinggi seseorang untuk kesejahteraan.
Beberapa definisi kesehatan yang mendukung konseptualisasi kesehatan dalam
Teori Konsekuensi Fungsional mengikuti (McEwen & Wills, 2007):
1) Florence Nightingale
untuk menjadi baik, tetapi untuk dapat menggunakan kekuatan sihir yang
kita miliki
2) Imogene King
pengalaman hidup yang dinamis yang melibatkan penyesuaian terus-
menerus terhadap pemicu stres melalui penggunaan optimal sumber daya
seseorang untuk mencapai potensi maksimum untuk pemberianail
3) Calista Roy
suatu keadaan dan proses menjadi dan menjadi terintegrasi dan utuh
4) Jean Watson
Persatuan dan harmoni dalam pikiran, tubuh, dan jiwa; kesesuaian antara
diri yang dipersepsikan dan diri yang dialami
5) Margaret Newman
Memperluas kesadaran; pola yang berkembang dari seluruh kehidupan.
6) Rosemarie Parse
cara berada di dunia; cara hidup makhluk sehari-hari
7) Madeleine Leininger
keadaan kesejahteraan yang secara kultural
g. Lingkungan
Dalam Teori Konsekuensi Fungsional, lingkungan adalah konsep luas
yang mencakup semua aspek pengaturan di mana perawatan diberikan; untuk
orang dewasa yang lebih tua, lingkungan juga mencakup pengasuh mereka.
Beberapa aspek konsepsi mungkin tampak kontradiktif karena lingkungan
dapat menjadi sumber konsekuensi fungsi negatif dan hasil kesehatan. Sebagai
contoh, lingkungan adalah faktor risiko ketika mengganggu fungsi (misalnya,
pencahayaan yang buruk), tetapi juga dapat memfasilitasi hasil kesehatan
ketika digunakan untuk meningkatkan fungsi (misalnya, meraih
batang/berpegangan, dan pencahayaan yang cerah).
Berikut ini adalah beberapa definisi lingkungan dari teori keperawatan yang
berkaitan dengan Teori Konsekuensi Fungsional:
1) Florence Nightingale
Lingkungan yang sehat sangat penting untuk penyembuhan dan mencakup
aspek-aspek spesifik seperti tingkat kebisingan, kebersihan, dan makanan
bergizi.
2) Madeleine Leininger
Totalitas dari suatu peristiwa, situasi, atau pengalaman tertentu yang
memberi makna pada ekspresi manusia, interpretasi, dan interaksi sosial
dalam pengaturan fisik, ekologi, sosiopolitik, dan budaya tertentu.
3) Imogene King
Latar belakang untuk interaksi manusia, yang bersifat internal dan
eksternal bagi individu
4) Margaret Newman
Semua faktor internal dan eksternal pengaruh yang mengelilingi klien atau
sistem
5) Calista Roy
Semua kondisi, keadaan, dan pengaruh yang mengelilingi dan
mempengaruhi perkembangan dan perilaku manusia
Kerangka Konsep
Kerangka konsep teori Functional Consequences adalah sebagai berikut:
2.2 Variabel Teori
1. Paradigma Keperawatan
Miller (2012) mendefinisikan paradigma keperawatan terkait teori konsekuensi
fungsionalnya, yang terdiri dari Individu, kesehatan, keperawatan, dan lingkungan
1. Klien (Lansia) : Seorang individu yang kompleks dan unik, fungsi dan
kesejahteraannya dipengaruhi oleh perubahan usia dan berbagai faktor risiko. Ketika
faktor risiko menyebabkan lansia menjadi tergantung pada orang lain untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-harinya, pengasuhnya dianggap sebagai fokus integral
dari asuhan keperawatan.
2. Keperawatan : Fokus asuhan keperawatannya untuk meminimalkan efek negatif
yang berkaitan dengan perubahan usia dan faktor risiko dan untuk mempromosikan
kesehatan (wellness). Tujuan tercapai melalui proses keperawatan, dengan penekanan
khusus pada promosi kesehatan dan intervensi keperawatan lainnya yang mengarah
pada konsekuensi fungsional negatif.
3. Kesehatan : Kemampuan lansia untuk berfungsi pada kapasitas tertinggi mereka,
meskipun ada perubahan terkait usia dan faktor risiko. Tidak hanya terbatas pada
fungsi fisiologis, tapi juga mencakup fungsi psikososial dan spiritual. Dengan
demikian, ini berkiatan dengan kesejahteraan dan kualitas hidup seperti yang
didefinisikan oleh setiap lansia.
4. Lingkungan : Kondisi eksternal, termasuk pengasuh (orang yang merawat lansia),
yang memengaruhi tubuh, pikiran, jiwa, dan fungsi seorang lansia. Kondisi
lingkungan adalah faktor risiko yang dapat mengganggu fungsi, dan intervensi adalah
tindakan yang meningkatkan fungsi.
2. Sejarah Teori
Fokus utama dalam penulisan teorinya adalah kesehatan dimana konsep teori
mengarah kepada kegiatan fisik dan “pencegahan usia tua”, namun kalimat utama dari
buku yang dikarang beliau ialah tidak ada batas usia untuk menerima kesehatan ketika
konsep holistik sudah diterapkan dalam tubuh, pikiran dan semangat. Kalimat utama
yang lain adalah keperawatan memiliki peranan penting dalam promosi kesehatan
untuk lansia, karena penerapan perawatan holistik membutuhkan pasien dimana lansia
membutuhkan dukungan dari fungsi dan kualitas hidupnya secara optimal.
3. Filosofi Teori
Model teori yang diperkenalkan oleh Carol A Miller disebut konsekuensi
fungsional teori untuk promosi kesehatan bagi lansia (Functional Consequences
Theory For Promoting Wellness in Older Adults). Sebagai tambahan, dimana
perbaikan model mencerminkan dan menggabungkan peningkatan pemahaman dari
kesehatan dimana mengembangkan suatu aspek integral dari pelayanan kesehatan.
Perawat dapat menggunakan model keperawatan ini di berbagai situasi dimana tujuan
dari keperawatannya ialah promosi kesehatan bagi lansia.
4. Visi dan Misi
Teori Functional Consequences disusun berdasarkan perpaduan antara riset
dalam konsep penuan serta kesehatan dan pengalaman pengarang selama 4 dekade
dalam memberikan pelayanan keperawatan pada lansia. Di dalam teori ini juga
menekankan bahwa konsep functional consequences mempuanyai keterkaitan dengan
kesejahteraan lansia, promosi kesehatan bagi lansia dan penerapan asuhan keperawatan
secara holistik. Ketika konsep ini diaplikasikan ke dalam tatanan aspek fungsi yang
spesifik, maka dalam penerapannya berupaya untuk menggabungkan dengan evidence
based practice yang tersedia saat ini. Dengan demikian, perawat dapat menggunakan
teori ini sebagai kerangka kerja untuk mempromosikan kesejahteraan pada lansia
karena teori inimampu memberikan informasi berbasis bukti tentang faktor yang
mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup bagi lansia.
5. Nilai Teori
Functional consequences merupakan efek yang diamati dari tindakan, faktor
resiko dan perubahan usia yang memberikan pengaruh pada kualitas hidup dan
kegiatan sehari-hari lansia. Tindakan yang dimaksud bukan saja tindakan sengaja yang
dilakukan oleh lansia atau perawat tetapi juga oleh pemberi asuhan lainnya dan faktor
risiko dapat berasal dari lingkungan atau timbul dari pengaruh fisiologis dan
psikososial.
Functional Concequensies ini akan bernilai negative apabila tingkat fungsi atau
kualitus hidup dari lansia terganggu dan tingkat ketergantungan meningkat. Sebaliknya,
Functional Concequensies ini akan bernilai positif apabila lansia mempunyai tingkat
kinerja tertinggi dan tingkat ketergantungan yang rendah. Konsekuensi fungsional
negatif biasanya terjadi karena kombinasi dari perubahan terkait usia dan faktor risiko.
Misalnya: dampak pemberian obat analgetik akan mengakibatkan gastritis pada lansia.
Konsekuensi fungsional positif dapat dihasilkan dari tindakan otomatis atau intervensi
yang disengaja. Seringkali, orang dewasa yang lebih tua membawa konsekuensi
fungsional positif ketika mereka mengkompensasi perubahan terkait usia dengan atau
tanpa niat sadar. Misalnya : penggunaan kaca mata baca akan secara otomatis
membantu memperlambat kerusakan mata yang diakibatkan oleh karena proses
penuaan.
6. Keyakinan Teori
Teori ini menjelaskan bahwa seorang individu lansia, dapat memanipulasi
beberapa atau banyak konsekuensi fungsional yang disebabkan oleh perubahan usia
yang dikombinasikan dengan faktor risiko. Teori Konsekuensi Fungsional
menekankan pentingnya mengidentifikasi dan menghormati karakteristik unik dari
masing-masing lansia yang mempengaruhi fungsi dan kesejahteraannya. Sudut
pandang ini konsisten dengan teori keperawatan yang berfokus pada kebutuhan untuk
berhubungan dengan pasien dalam konteks pengalaman unik mereka, bukan hanya
sebagai anggota kelompok dalam sebuah budaya.
Inti dasar dari teori ini adalah:
a. Asuhan keperawatan holistic merupakan hubungan antara semangat, pikiran,
tubuh dan termasuk psikologis lansia
b. Faktor risiko merupakan masalah terbesar dari munculnya maslaah kesehatan
karena adanya proses menua
c. Gabungan perubahan usia dan faktor risiko dapat mengakibatkan konsekuensi
fungsional positif atau konsekuensi fungsional negative pada lansia
d. Mengurangi konsekuensi fungsional negative dilakukan dengan cara
mengurangi atau memodifikasi faktor risiko
e. Meningkatkan kesejahteraan lansia melalui tindakan keperawatan untuk
mengurangi efek konsekuensi fungsional negative
f. Tindakan keperawatan memberikan dampak konsekuensi fungsional positif
berfungsi secara optimal meskipun dipengaruhi usia dan faktor risiko.
7. Pondasi dasar dari Teori Functional Consequences
Pondasi dasar dari Teori Functional Consequences (Miller, 2012) adalah sebagai berikut:
1) Proses keperawatan yang holistic menjadi tubuh-jiwa-semangat yang saling terkait
satu sama lain dari para lansia dan menyatakan bahwa ruang lingkup kesejahteraan
lebih dari fungsi fisiologis dari lansia.
2) Meskipun perubahan usia merupakan hal yang tidak bisa terelakkan, mayoritas
masalah yang mengenai lansia disebabkan oleh adanya faktor resiko.
3) Functional consequences positif dan negatif pada lansia dapat terjadi dipengaruhi
oleh kombinasi antara perubahan usia dan adanya faktor risiko tambahan.
4) Penerapan perencanaan tindakan dapat diarahkan untuk menghilangkan atau
memodifikasi faktor risiko yang dapat menimbulkan functional consequences
negatif.
5) Para perawat dapat meningkatkan kesejahteraan lansia melalui tindakan promosi
kesehatan dan tindakan keperawatan lain untuk mengatasi terjadinya functional
consequences negatif.
Perencanaan tindakan keperawatan yang tepat dapat menghasilkan functional
consequences yang positif yang juga disebut sebagai kesejahteraan, yang mana setiap
lansia mampu mencapai level terbaik dalam menjalankan setiap fungsinya walaupun efek
perubahan usia dan faktor resikonya dapat memberikan ancaman bagi mereka.

8. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Konsep Teori


Menurut Carol A. Miller, sejak tahun 1950, pemberi pelayanan kesehatan
profesional telah mengakui pentingnya menjadikan kesejahteraan sebagai target dalam
pelayanan kesehatan pada lansia. Namun dalam pelaksanaannya terdapat banyak
hambatan dalam konsep dan aplikasinya. Hambatan dalam peningkatan kesejahteraan
lansia diantaranya adalah adanya sikap negatif untuk diajak pada kondisi yang lebih baik,
adanya ancaman kesehatan yang serius, focus pemberi pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada pengobatan daripada pencegahan atau peningkatan kualitas kesehatan,
kesalahan dalam pengambilan keputusan tanda dan gejala antara kondisi patologis dan
proses penuaan yang berlangsung normal, dan adanya kepercayaan bahwa lansia tidak
dapat mempelajari dan mengimplementasikan perilaku peningkatan kualitas kesehatan
dalam konteks pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kesejahteraan. Seharusnya,
konteks pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kesejahteraan lansia tidak
mempunyai ruang lingkup pada kesehatan fisik dan fungsi tubuh tapi juga berorientasi
pada mental, sosial dan kesejahteraan spiritual. Definisi penuaan dapat dimengerti dalam
hal kronologis usia, identitas usia atau fungsional usia. Permasalahan terkait dengan
fungsional usia dapat diatasi dengan berorientasi pada pelayanan keperawatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan lansia.
Kelebihan dari teori ini adalah mengidentifikasi secara menyeluruh keadaan yang
dialami oleh lansia dalam kondisi fisik dan psikologis. Miller mengidentifikasi kondisi
lansia dengan melakukan pengkajian berdasarkan perubahan yang dialami oleh lansia
dengan factor resiko memperberat kondisi lansia dan konsekuensi negative yang dialami
lansia. Berdasarkan analisisi kelebihan tersebut maka teori functional consequence
menambahkan kekurangan dari teori family centered nursing.
Kelebihan lainnya dari teori ini yaitu dapat menjelaskan hubungan yang unik antara
konsep dari manusia, sehat, keperawatan dan lingkungan dalam konteks mempromosikan
kesehatan untuk lansia. Perawat dapat menggabungkan hasil dari kesehatan lansia untuk
kesejahteraan tubuh, pikiran, dan semangat pada lansia. Teori ini menggambarkan teori-
teori yang menekankan konsep yang berkaitan dengan kesejahteraan, promosi kesehatan
dan keperawatan holistik. Kekurangan teori Carol A.Miller Pada bidang pelayanan
aplikasi the Functional Consequence Theory untuk promosi kesehatan pada lansia dapat
berhasil jika asuhan keperawatan pada lansia dapat dilakukan secara holistik dan melihat
peluang kesehatan dari beberapa aspek sepeti fungsi fisik,psikologis, dan spiritual.
BAB 3
APLIKASI TEORI

Dalam konteks Teori Konsekuensi Fungsional, perawat mengarahkan asuhan


keperawatan untuk mengatasi berbagai faktor risiko dan mempromosikan kesehatan
(wellness) untuk lansia. Fokus dan tujuan asuhan keperawatan bervariasi, sesuai
dengan konteks klien yang dirawat. Untuk perawatan akut, fokusnya pada perawatan
kondisi patologis yang berpotensi menjadi faktor risiko serius; tujuan termasuk
membantu lansia yang rentan pulih dari penyakit dan mempertahankan atau
meningkatkan level fungsinya. Untuk perawatan jangka panjang (kronis), fokusnya
mengatasi berbagai faktor risiko yang mengganggu kemampuan fungsional; sasaran
mencakup peningkatan fungsi dan kualitas. Untuk perawatan di rumah dan komunitas,
fokusnya pada intervensi jangka pendek dan jangka panjang yang ditujukan untuk
perubahan terkait usia dan faktor risiko; tujuan termasuk meningkatkan atau
mencegah penurunan fungsi dan mengatasi masalah kualitas hidup. Dalam semua
lokasi perawatan, perawat dapat memasukkan hasil kesehatan yang diharapkan
tercapai untuk mengatasi setiap keinginan lansia menuju kesejahteraan tubuh, pikiran,
dan roh.

Perawat menerapkan proses keperawatan untuk menilai terkait perubahan usia


dan faktor risiko, identifikasi diagnosis keperawatan, rencanakan tindakan
(intervensi), menerapkan intervensi keperawatan untuk mencapai kesehatan terbaik
(wellness), dan mengevaluasi efektivitas intervensi. Fokus utama asuhan keperawatan
adalah mendidik lansia dan pengasuhnya tentang intervensi yang akan menghilangkan
faktor risiko atau meminimalkan efeknya. Aspek pendidikan sangat penting ketika
lansia dipengaruhi oleh mitos dan kesalahpahaman tentang perubahan terkait usia
(penuaan). Misalnya, perawat dapat memberikan informasi tentang perbedaan antara
perubahan penuaan normal dan faktor risiko kepada lansia yang percaya bahwa
gangguan fungsional merupakan konsekuensi yang wajar saat lansia dan
mengidentifikasi cara meminimalkan efek dari faktor risiko dan mengkompensasi
efeknya perubahan terkait usia.

Perawat telah mengembangkan middle-range theory untuk meningkatkan


kualitas hidup generatif lansia dengan konsep-konsep dalam Teori Konsekuensi
Fungsional. Menurut model ini, perawat mengarahkan perawatan dengan membangun
"koneksi berpusat pada pasien yang akan menghasilkan lansia yang akan berusaha
membangun atau mempertahankan berbagai koneksi dalam menanggapi kekuatan dan
proses yang mereka hadapi setiap hari ” (Register & Herman, 2006, p. 347 dalam
Miller, 2012). Register dan Herman menyarankan contoh intervensi keperawatan
generatif berikut, yang didasarkan pada model ini, untuk menangani aspek spesifik
kualitas hidup lansia:

a. Metaphysical connectedness (berhubungan dengan metafisik): mengajar tentang


citra terbimbing (guided imagery), kegiatan penjurnalan, dan kegiatan yang
meningkat harga diri dan rasa optimisme.

b. Spiritual connectedness (berhubungan dengan spiritual): memfasilitasi ke rumah


ibadah terdekat (lokal) atau membuat rujukan ke kelompok berbasis agama.

c. Biologic connectedness (berhubungan dengan biologis): memfasilitasi


partisipasi dalam kegiatan makan bersama, melakukan latihan kelompok dengan
musik.

d. Connectedness to others (Keterhubungan dengan orang lain): mencipatkan


suasana atau sentuhan yang nyaman, mendorong partisipasi dalam kegiatan sosial
dan pendidikan.

e. Environmental connectedness (berhubungan dengan lingkungan): mendorong


dan memfasilitasi kegiatan di alam, merujuk pada sumber daya transportasi.

f. Connectedness to society (Keterhubungan dengan masyarakat): memberikan


informasi tentang sumber daya pendukung, membantu lansia mengembangkan
rencana saat keadaan darurat.

Memberikan asuhan keperawatan pada lansia merupakan tantangan tersendiri


dan sebuah penghargaan, terlepas dari persepsi umum bahwa itu sia-sia dan
mengecilkan harapan. Meskipun perawatan lansia sering dianggap tujuannya yang
terbatas, perspektif holistik berfokus pada potensi setiap orang untuk mengalami
kesejahteraan (wellness) dengan mencapai tingkat fungsi psikologis atau spiritual
yang lebih tinggi. Bahkan lansia yang menderita demensia, dan kondisi progresif
lainnya yang dapat mempengaruhi fungsi psikologis, mungkin memiliki potensi
mengalami pertumbuhan spiritual meski tidak selalu dapat diamati atau diukur.
Teori Konsekuensi Fungsional membantu perawat melihat lansia lebih dari
akumulasi fisiologis berkaitan dengan usia dan kondisi patologis mengarah pada
berkurangnya fungsi. Dengan demikian, teori ini menyediakan kerangka kerja untuk
mempromosikan kesehatan (wellness) karena memenuhi kebutuhan seluruh lansia dan
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Hal ini mengingatkan
perawat untuk mengidentifikasi kekuatan dan potensi yang terkait tidak hanya dengan
aspek fisik dari fungsi tetapi juga dengan kesejahteraan psikologis dan spiritual.
Selain itu, intervensi keperawatan yang diberikan diarahkan mencapai hasil kesehatan
(wellness), seperti peningkatan kualitas hidup untuk lansia.

Functional consequences merupakan dampak yang dapat diamati dari


tindakan, faktor resiko dan hubungan perubahan usia yang dapat memberikan
pengaruh bagi kualitas hidup atau aktivitas sehari-hari dari lansia. Jadi konsep ini
digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
ataupun yang tidak mengalami gangguan sehingga bisa mencapai peningkatan
kualitas hidup yang lebih baik lagi. Dampak dari perubahan fungsional fisiologis ini
dapat bersifat positif dan negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.H. 2011. Asuhan keperawatan komunitas: teori & praktik. Jakarta: EGC

Ferry, E., dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek
Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Mauk, K. L. (2010). Gerontological Nursing : Competencies For Care. Second Edi.


massachusetts: jones and barlett publisher.
Miller, C. A. (2009). Nursing For Wellness In Older Adults. Edisi 5. philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.

Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults. In Wolters Kluwer Health |
Lippincott Williams & Wilkins. Copyright (Sixth Edit).
https://doi.org/10.1192/bjp.112.483.211-a

Stanhope, M. & Lanchaster, J.A (2004). Comunity and Public Health Nursing. St Louis:
Mosby.

Anda mungkin juga menyukai