Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENERAPAN PRINSIP ETIK “ NON – MALEFICIENCE “ DALAM PROSES


KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing :

Ns, Wahyu, S.Kep,.M.Kes.

Disusun Oleh :

1. NI LUH SOVYANWATI (PK115021033)

2. STELA MARTINA MEGATI (PK115021042)

3. DERLLYANDA TANGKAMBU (PK115021010)

4. JUAN NICOLAS KAMIDI (PK115021023)

5.MUH.EKO MULIANTO (PK115021029)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PROGRAM STUDI


SARJANA ILMU KEPERAWATAN TAHUN AJARAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
Prinsip Etika Keperawatan Non Maleficience, ini sebatas pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada bapak Ns,Wahyu,S.Kep,M.Kes,
selaku Dosen mata kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas 1 dan Lab 1, yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Prinsip Etika Keperawatan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Palu,26 September 2022.


DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii

BAB 1……………………………………………………………………………..…iii

PENDAHULUAN………………………………………………………………….iv

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..v

1.2 Tujuan……………………………………………………….…………vii

1.3 Manfaat……………………………………………………………………

BAB II…………………….…………………………………………………………..

PEMBAHASAN……………………………………………………………………….

2.1 Pengertian Prinsip Etik Non-Maleficence…………………………………..6

2.2 Contoh Penerapan Non – Maleficience Pada Proses Pengkajian…………...6

2.3 Contoh Penerapan Non – Maleficience Pada Proses Penetapan Diagnosis


Keperawatan……………………………………………………………………7

2.4 Contoh Penerapan Non – Maleficience Pada Proses Penyusunan Intervensi


Keperawatan……………………………………………………………………7

2.5 Contoh Penerapan Non – Maleficience Pada Proses Pelaksanaan………….8

2.6 Contoh Penerapan Non – Maleficience Pada Proses Evaluasi……………..8

BAB III…………………………………………………………………….,.…………9

PENUTUP………………………………………………………………….…………10

3.1 Kesimpulan……………………………………………………….………..10

3.2 Saran………………………………………………………………….…….10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………....11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan etis menjadi permasalahan yang sering terjadi di berbagai tatanan praktik
professional , trmasuk di bidang dunia keperawatan . Keperawatan sebagai profesi yang
memberikan pelayanan kesehatan langsung baik individu , keluarga, maupun masyarakat sering
kali terjebak di dalam situasi konflik moral yang sangat rumit , sehingga memerlukan
pengetahuan tentang kegunaan dan keterbatasan moral yang lebih dalam agar dapat
menghadapinya. Etika merupakan suatu studi sistematis terhadap perilaku dan tindakan individu
yag seharusnya dilakukan dengan memperhatika diri sendiri , kebutuhan orang lain, dan
lingkungan ; etika menjustifikasi apa yang benar atau baik dan merupakan suatu studi bagaimana
kehidupan seseorang dam hubungan relasional yang seharusnya, tidak peduli siapapun mereka.
Etika merupakan suatu system tentang perilaku dan prinsip moral yang mengarahkan tindakan
seseorang dengan memperhatikan apa yang benar dan salah juga memperhatikan pribadi
seeorang dan komunitas dalam lingkup besar .

Perawat sering kali di perhadapkan pada situasi dimana mereka diharapkan menjadi
perantara bagi pasien,dokter,dan organisasai secara simultan,dimana setiap bagian tersebut
kemungkinan memiliki konflik kebutuhan , keinginan, dan tujuan. Sehingga pembatasan sumber
– sumber finansia terhadap perawatan kesehatan . perubahan – perubahan dalam masyarakat dan
penekanan – penekanan lainnya yang berkaitan dengan otonomi individu pun menjadi sangat
penting artinya ( Swanburg, 2012 ).

1.2 Tujuan

1. Dapat mengetahui etika keperawatan Non – maleficence

2. Dapat mengetahui contoh penerapan Non – maleficience pada proses pengkajian

3. Dapat mengetahui penerapan Non – maleficience pada proses penetapan diagnosis


keperawatan.

4. Dapat mengetahui contoh penerapan Non – maleficience pada proes penyusunan


intervensi keperawatan.

5. Dapat mengetahui contoh penerapan Non – maleficience pada proses pelaksana.

6. Dapat mengetahui contoh penerapan Non – maleficience pada proses evaluasi.


1.3 Manfaat

1. Untuk menjelaskan tentang etika keperawatan Non – Maleficience

2. Untuk memberikan contoh penerapan Non – Maleficience mulai dari proses pengkajian
sampai proses evaluasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Prinsip Etik Non – Maleficence

Prinsip nonmaleficence (tidak merugikan) berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik


dan psikologis pada pasien. Prinsip nonmaleficence berarti bahwa tenaga kesehatan dalam
memberikan upaya pelayanan kesehatan harus senantiasa dengan niat untuk membantu pasien
mengatasi masalah kesehatannya.

Prinsip non-maleficence, yaitu melarang tindakan yang membahayakan atau


memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “do no
harm”. Prinsip ini berhubungan dengan ungkapan Hipokrates yang menyatakan “saya akan
menggunakan terapi untuk membantu orang sakit berdasarkan kemampuan dan pendapat saya,
tetapi saya tidak akan pernah menggunakannya untuk merugikan atau mencelakakan mereka”.

Prinsip non-maleficence sering menjadi pembahasan dalam bidang kedokteran terutama


kasus kontroversial terkait dengan kasus penyakit terminal, penyakit serius dan luka serius.
Prinsip ini memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan untuk mempertahankan
atau mengakhiri kehidupan. Penerapannya dapat dilakukan pada pasien yang kompeten maupun
tidak kompeten. Pada dasarnya, prinsip non-maleficence memberikan peluang kepada pasien,
walinya dan para tenaga kesehatan untuk menerima atau menolak suatu tindakan atau terapi
setelah menimbang manfaat dan hambatannya dalam situasi atau kondisi tertentu.

Non Maleficience adalah kewajiban untuk “ tidak membahayakan “. Meski tampak


mudah, pada kenyataannya prinsip ini sulit dilakukan. Bahaya dapat berarti sengaja
menimbulkan bahaya, membuat orang lain berisiko terdapat bahaya, dan secara tidak sengaja
menyebabkan bahaya . Dalam keperawatan, bahaya yang di sengaja tidak berterima. Namun,
membuat orang berisiko mengalami bahaya memiliki beragam sisi. Seseorang klien mungkin
berisiko mengalami bahaya sebagai konsekuensi yang diketahui sebelumnya dari suatu intervensi
keperawatan yang bertujuan membantu klien . Sebagai contoh , klien dapat mengalami efek
samping terhadap obat. Pemberi asuhan tidak selalu sepakat mengenai tingkat resiko yang secara
moral diperbolehkan untuk mencapai hasil yang bermanfaat .Bahaya yang tidak disengaja terjadi
saat tidak di antisipasi sebelumnya. Sebagai contoh , saat menangkap klien yang jatuh,perawat
memegang klien dengan cukup erat sehingga menyebabkan lebam pada lengan klien. ( Buku ajar
fundamental keperawatan ( konsep,proses, dan praktik ), konzier,Erb,Berman,Snyder,hlm : 100 ).
Non Maleficience adalah tindakan atau perilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau
membahayakan orang lain. Contoh : bila ada klien yang dirawat dengan penurunan kesadaran,
maka harus dipasang side drill. ( buku pintar perawat professional teori & praktikasuhan
keperawatan,Denidya Damayanti,hlm : 29 ).

Hasil penelitian mengenai tingkat penerapan prinsip etik keperawatan nonmaleficience


(Tidak Merugikan) yang dilakukan oleh perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Gombong sangat baik yaitu sebanyak (98.9%). Hal ini membuktikan
bahwa semua perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gombong sudah melaksanakan dan menerapkan prinsip etik keperawatan non-maleficience
dengan sangat baik kepada klien.

Prinsip ini diterapkan dengan sangat baik karena mayoritas perawat sudah pernah
memperoleh informasi mengenai prinsip etik keperawatan, perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan sudah mengikuti standar operasional prosedur yang telah disediakan oleh rumah
sakit, sehingga hal ini tidak akan merugikan klien maupun keluarga dalam memperoleh tindakan
keperawatan. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Akino (2015)
yang menyatakan bahwa prinsip etik keperawatan non-maleficience yang dilakukan oleh perawat
sudah diterapkan dengan baik (52.4%).

Hartanto (2013) mengatakan bahwa prinsip tidak merugikan (NonMaleficience) jika


dilakukan dan diterapkan dengan benar dan tepat, tidak akan menimbulkan bahaya atau cedera
fisik dan psikologis pada klien. Prinsip ini sangat penting untuk diterapkan disetiap rumah sakit
terutama oleh setiap perawat yang selama 24 jam bersama dengan klien atau pasien. Perawat
dituntut untuk memiliki sifat empati dan simpati kepada klien dalam memberikan tindakan
keperawatan agar tindakan yang dilakukan tidak membahayakan klien maupun keluarga.

2.2 Contoh Penerapan Non – Maleficence Pada Proses Pengkajian

Pada tahap pengkajian ini kita tidak di perkenankan mengajukan pertanyaan yang bersifat
menonjokkan atau menghakimi klien, serta memberi informasi kepada yang kita inginkan dan
biasanya beberapa penegasan contoh :

1. Apa yang ibu keluhkan selama 3 hari ini sehingga dating ke rumah sakit ?

2. Jadi selama satu hari ini ibu berak encer sudah 10 hari ?

3. Pada saat pemeriksaan fisik disesuaikan dengan keadaan pasien,contoh : apabila pasien
tubuhnya terasa lemas dan keseimbangan menurun , pasien diperiksa dengan keadaan
tidur agar pasien bisa tetap menjaga keseimbangan tubuhnya.
2.3 Contoh Penerapan Non – Maleficence Pada Proses Penetapan Diagnosis
Keperawatan

Sebagai seorang perawat kita harus tepat dalam melakukan diagnose pada pasien tanpa
membahayakan pasien itu sendiri , jadi secara akuntabilitas perawat dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi,mencegah,dan merubah contoh :

1. Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengn data klinik yang ditemukan.

2. Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi.

3. Mengamati keadaan pasien secara garis besar . misalnya cara jalan,dll.

4. Meraba panas badan , meraba adanya rasa nyeri, meraba adanya pembengkakan , dll.

5. Mengetuk pada bagian tubuh yang sedang diperiksa.

6. Mendengarkan dengan menggunakan alat seperti stetoskop.

2.4 Contoh Penerapan Non – Malefiecence Pada Proses Penyusunan Intervensi


Keperawatan

1. Dalam intervensi maka sebaiknya kita melaksanakannya sesuai data – data yang telaj ada
di pengkajian dengan contoh :

Misal dalam pengkajian klien menderita kekurangan cairan berlebihan , maka dalam
proses perencanaan perawat harus memberikan pasokan cairan pada klien sesuai
kebutuhan.

2.5 Contoh Penerapan Non – Malefiecence Pada Proses Pelaksanaan

1. Saat klien mengalami fraktur kepala maka sebagai perawat kita harus mengurangi
kegiatan / pergerakkan di daerah kepala korban .

2.6 Contoh Penerapan Non – Malefiecence Pada Proses Evaluasi


1. Penyusunan evaluasi sangat penting adanya , karena dengan penyusunan ini kita dapat
mengetahui kondisi klien setelah dilakukan perawat oleh pihak medis dan sebagai perawat maka
kita harus memberikn rasa aman pada klien dengan cara :

Misal, dalam proses keperawatan diketahui bahwa klien telah menjalani serangkaian
keperawatan dan hasilnya klien masih belum seutuhnya pulih total maka dalam evaluasi kita
harus memberinya perawatan lebih lanjut bukan menghentikan perawatan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di bangsal Inayah dan Barokah Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gombong dapat disimpulkan bahwa mayoritas perawat sudah menerapkan
prinsip etik keperawatan dengan sangat baik.

3.2 Saran

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen Rumah Sakit
serta perawat untuk tetap mempertahankan dan mengedepankan sikap dan kompetensi perawat
dalam melakukan pemberian asuhan keperawatan dengan baik agar klien tetap memperoleh hak
dan kewajibannya secara penuh sebagai pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta:

Rineka Cipta

Berger, (1999). Fundamental of Colaborating for

optimal health. California: Appletion & Lange

Bugin,B, (2003) Analisa Data penelitian kualitatif.

Jakarta: Raja grafindo.

Djojodibroto, (1997). Kiat mengelola Rumah sakit.

Jakarta: Hipocrates

Dorothy,Y, (1999). Dasar-dasar Riset

Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC

Johnstone, (1994) Bioethics a nursing perspektif.

Sydney: WB Saunders

K. Bertens, (1993) Etika. Jakarta: PT. Gramedia

Utama

Lemeshow, (1997). Besar sampel dalam penelitian

kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press

Moeleong, (2000). Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suhaemi, E, (2003). Etika Keperawatan: Aplikasi

pada praktisi. Jakarta: EGC.


Soekidjo Notoadmojo, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sri Lestari, (2004). Artikel Penelitian vol. 5 no. X. Bandung.

Suseno, (1987) Etika Dasar, masalah-masalah pokok filsafat. Yogyakarta: Kanisius

Tarmizi, T, (2003). Medical Ethics. Jakarta: PT. Gramedia Utama.

Thompson, (2000). Nursing Ethics. London: Churchill livingstone

Widayatun (1999) Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Gramedia Utama Juanda Brahma (2008) Prinsip Etik,
http://etika.blogspot.com, dibuka 26 April 2009

Anda mungkin juga menyukai