Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASMA BRONKIAL

DOSEN PENGAMPU:
RONI SETIAWAN, S.kep.,Ns.,M.Kep

DI SUSUN OLEH :
ABDUL GAFUR [2022032008]

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
dibaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 10 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................

DAFTAR ISI......................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................
1.1. Latar Belakang …………………………………
1.2. Rumusan masalah ……………………………
1.3. Tujuan …………………………………………
BAB 2 PEMBAHASAN
1.4. Epidemiologi Dan Etiologi Asma ……………….
1.5. Patofisiologi Asma….……………………………
1.6. penyempitan saluran nafas………………………
1.7. Faktor pencetus asma…………………………..
1.8. Diagnosis asma………………………………….
BAB 3 LAPORAN KASUS
1.9. Ideantitas Pasien ………………………………..
1.10. Anamnesis………………………………
BAB 4 PENUTUP
1.11. Kesimpulan ……………………………
1.12. Saran …………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Asma adalah penyakit inflamasi dari saluran pernafasan yang melibatkan


inflamasi pada saluran pernafasan dan mengganggu aliran udara, dan dialami oleh 22
juta warga Amerika. Inflamasi saluran nafas pada asma meliputi interaksi komplek
dari sel, mediator- mediator, sitokin, dan kemokin. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan
atau dini hari. Episode tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas,
bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

1.2. Rumusan Masalah

Asma merupakan penyakit yang bisa timbul sewaktu-waktu jika pasien terpapar
oleh alergen yang dapat mencetuskan kekambuhan. Sehingga ketika terjadi serangan
asma pasien tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari

1.3. Tujuan

a. Mempelajari bahaya penyakit Asma Brongkial


b. Sebagai acuan pembelajaran tentang keperawatan
c. Sebagai sumber referensi bacaan
d. Memberi pengetahuan umum bagi khalayak banyak
BAB 2
PEMBAHASAN

1.4. Epidemiologi Dan Etiologi Asma

Asma bronkial dapat terjadi pada semua umur namun sering dijumpai pada awal
kehidupan. Sekitar setengah dari seluruh kasus diawali sebelum berumur 10 tahun
dan sepertiga bagian lainnya terjadi sebelum umur 40 tahun. Pada usia anak-anak,
terdapat perbandingan 2:1 untuk laki-laki dibandingkan wanita, namun perbandingan
ini menjadi sama pada umur 30 tahun. Angka ini dapat berbeda antara satu kota
dengan kota yang lain dalam negara yang sama. Di Indonesia prevalensi asma
berkisar antara 5 – 7 %.4,5
Atopi merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi perkembangan asma. Asma
alergi sering dihubungkan dengan riwayat penyakit alergi pribadi maupun keluarga
seperti rinitis, urtikaria, dan eksema. Keadaan ini dapat pula disertai dengan reaksi
kulit terhadap injeksi intradermal dari ekstrak antigen yang terdapat di udara, dan
dapat pula disertai dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan atau respon
positif terhadap tes provokasi yang melibatkan inhalasi antigen spesifik.5
Pada manusia alergen berupa debu rumah (tungau) marupakan pencetus tersering
dari eksaserbasi asma. Tungau-tungau tersebetut secara biologis dapat merusak
struktur daripada saluran nafas melalui aktifitas proteolitik, yang selanjutnya
menghancurkan integritas dari tight junction antara sel-sel epitel. Sekali fungsi dari
epitel ini dihancurkan, maka alergen dan partikel lain dapat dengan mudah masuk ke
area yang lebih dalam yaitu di daerah lamina propia. Penyusun daripada tungau-
tungau pada debu rumah ini yang memiliki aktivitas protease ini dapat memasuki
daerah epitel dan mempenetrasi daerah yang lebih dalam di saluran pernafasan. 3
Faktor lingkungan yang berhubungan dengan imune dan nonimunologi juga
merupakan pencetus daripada asma termasuk rokok dan perokok pasif. Kira-kira
25% sampai 30% dari penderita asma adalah seorang perokok. Hal ini
menyimpulkan bahwa merokok ataupun terkena asap rokok akan meningkatkan
morbiditas dan keparahan penyakit dari penderita asma. Terpapar asap rokok yang
lama pada pasien asma akan berkontribusi terhadap kerusakan dari fungsi paru, yaitu
penurunan kira- kira 18% dari FEV 1 selama 10 tahun.Pasien asma yang memiliki
kebiasaan merokok akan mempercepat terjadinya emfisema. Mekanisme yang
mendasari daripada efek rokok pada pasien asma
1.5. Patofisiologi Asma

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang dikarakteristikan dengan proses


yang sangat kompleks dan melibatkan beberapa komponen yaitu hiperresponsif dari
bronkial, inflamasi dan remodeling saluran pernafasan.

1.6. Penyempitan saluran nafas

Penyempitan saluran napas merupakan hal yang mendasari timbulnya gejala dan
perubahan fisiologis asma. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
penyempitan saluran napas yaitu kontraksi otot polos saluran napas, edema pada
saluran napas, penebalan dinding saluran napas dan hipersekresi mukus.
Kontraksi otot polos saluran napas yang merupakan respon terhadap berbagai
mediator bronkokonstiktor dan neurotransmiter adalah mekanisme dominan terhadap
penyempitan saluran napas dan prosesnya dapat dikembalikan dengan bronkodilator.
Edema pada saluran napas disebabkan kerena adanya proses inflamasi. Hal ini
penting pada eksaserbasi akut. Penebalan saluran napas disebabkan karena
perubahan struktural atau disebut juga ”remodelling”.3 Proses inflamasi kronik pada
asma akan menimbulkan kerusakan jaringan yang secara fisiologis akan diikuti oleh
proses penyembuhan (healing process) yang menghasilkan perbaikan (repair) dan
pergantian sel-sel yang mati atau rusak dengan sel-sel yang baru. Proses
penyembuhan tersebut melibatkan perbaikan jaringan yang rusak dengan jenis sel
parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak dengan jaringan
penyambung yang menghasilkan jaringan parut. Pada asma kedua proses tersebut
berkontribusi dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan
menghasilkan perubahan struktur yang komplek yang dikenal dengan airway
remodelling.
Inflamasi kronis yang terjadi pada bronkus menyebabkan kerusakan jaringan yang
menyebabkan proses perbaikan (repair) yang terjadi berulang-ulang. Proses
remodeling ini yang menyebabkan terjadinya asma. Namun, pada onset awal
terjadinya proses ini kadang-kadang sebelum disesbkan oleh inflamasi eosinofilik,
dikatakan proses remodeling ini dapat menyebabkan asma secara simultan. Proses
dari remodeling ini dikarakteristikan oleh peningkatan deposisi protein ekstraselular
matrik di dalam dan sekitar otot halus bronkial, dan peningkatan daripada ukuran sel
atau hipertropi dan peningkatan jumlah sel atau hiperplasia.

1.7. Faktor pencetus Asma

Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor penjamu (host


factor) dan faktor lingkungan.
a. Faktor host

 Genetik
 Obesitas
 jenis kelamin
b. Faktor lingkungan

 Rangsangan alergen.
 Rangsangan bahan-bahan di tempat kerja.
 Infeksi.
 Meroko
• Obat.
• Penyebab lain atau faktor lainnya.

1.8. Diagnosis Asma

Diagnosis asma ditegakkan bila dapat dibuktikan adanya obstruksi jalan nafas
yang reversibel. Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat penyakit/gejala :
 bersifat episodik, reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
 gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada, dan berdahak. - gejala
timbul/memburuk di malam hari.
 respons terhadap pemberian bronkodilator.

Selain itu melalui anamnesis dapat ditanyakan mengenai riwayat keluarga (atopi),
riwayat alergi/atopi, penyakit lain yang memberatkan, perkembangan penyakit dan
pengobatan. Adapun beberapa tanda dan gejala yang dapat meningkatkan kecurigaan
terhadap asma adalah :
1. Di dengarkan suara mengi (wheezing) sering pada anak-anak
Apabila didapatkan pemeriksaan dada yang normal, tidak dapat mengeksklusi
diagnosis sama, apabila terdapat :
A、Memiliki riwayat dari:
 Batuk, yang memburuk dimalam hari
 Mengi yang berulang
 Kesulitan bernafas
 Sesak nafas yang berulang
B、Keluhan terjadi dan memburuk saat malam
C、Keluhan terjadi atau memburuk saat musim tertentu
D、Pasien juga memiliki riwayat eksema, hay fever, atau riwayat keluarga
asma E、Keluhan terjadi atau memburuk apabila terpapar :
 Bulu binatang
 Aerosol bahan kimia
 Perubahan temperatur
 Debu tungau
 Obat-obatan (aspirin,beta bloker)
 Beraktivitas
 Serbuk tepung sari
 Infeksi saluran pernafasan
 Rokok
 Ekspresi emosi yang kuat

F、Keluhan berespon dengan pemberian terapi anti asma

Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda obstruksi saluran nafas


dan tanda yang khas adalah adanya mengi pada auskultasi. Namun pada
sebagian penderita dapat ditemukan suara nafas yang normal pada auskultasi
walaupun pada pengukuran faal paru telah terjadi penyempitan jalan nafas.

Pengukuran faal paru dilakukan untuk menilai obstruksi jalan nafas,


reversibiliti kelainan faal paru, variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak
langsung hiper-responsif jalan nafas. Pemeriksaan faal paru yang standar adalah
pemeriksaan spirometri dan peak expiratory flow meter (arus puncak ekspirasi).
Pemeriksaan lain yang berperan untuk diagnosis antara lain uji provokasi
bronkus dan pengukuran status alergi. Uji provokasi bronkus mempunyai
sensitivitas yang tinggi tetapi spesifisitas rendah. Komponen alergi pada asma
dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifik
serum, namun cara ini tidak terlalu bernilai dalam mendiagnosis asma, hanya
membantu dalam mengidentifikasi faktor pencetus.

.
BAB 3
LAPORAN KASUS

1.9. IDENTITAS PASIEN

Nama. : Putu Aniati


Umur. : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama. : Hindu
Pendidikan. : Tamat SLTA
Status. : Sudah Menikah
Pekerjaan. : Petani
Alamat. : Jl.Tukad Irawadi No 36E
Denpasar Tanggal MRS. : 27 Februari 2013
Tanggal Kunjungan : 13 maret 2013

1.10. ANAMNESIS

Keluhan utama : Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keadaan sadar ke IRD RSUP Sanglah dengan keluhan
sesak napas. Sesak napas dirasakan sejak 8 jam SMRS (27/2/2013) dan memberat
sejak 2 jam SMRS. Sesak napas yang dirasakan disertai bunyi napas “ngik-ngik”
dan pasien kesulitan untuk menghirup udara hingga pasien kesulitan untuk tidur.
Sesak napas dikatakan lebih baik bila dalam keadaan duduk dan pasien merasakan
sesak napas lebih berat dalam keadaan berbaring. Sesak napas awalnya disertai
dengan batuk-batuk.
Batuk-batuk dirasakan sesaat sebelum sesak nafas dirasakan, batuk yang
dirasakan berdahak, namun dahak dirasakan susah untuk dikeluarkan. Batuk
dirasakan sejak 1 hari sebelum gejala sesak napas, yang semakin memberat sesaat
sebelum sesak napas. Setelah diberikan obat oleh dokter di RSUP Sanglah, pasien
mengatakan dahak mulai keluar sedikit-sedikit dengan warna dahak dikatakan
berwarna putih kekuningan dan sedikit lengket.
Awalnya pasien sempat memeriksakan diri ke klinik dan diberi obat (pasien tidak
mengingat nama obat) tapi keluhan tidak membaik dan semakin memburuk hingga
menganggu tidur pasien.
Keluhan lain seperti panas badan, keringat malam hari, penurunan berat badan dan
mual muntah disangkal pasien. BAB dan BAK dirasakan biasa, tidak ada keluhan
lainnya.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sebelumnya sudah beberapa kali mengalami hal yang sama. Sesak napas
seperti saat ini pertama kali dirasakan umur 15 tahun, dan sempat di rawat di
rumah sakit. Setelah itu apabila pasien mengalami keluhan yang sama pasien
hanya mengkonsumsi obat yang didapatkan di puskesmas (pasien tidak mengingat
nama obatnya) dan sesak napas berkurang dengan mengkonsumsi obat tersebut.
Awalnya keluhan ini dirasakan sering oleh pasien, tapi beberapa tahun terakhir
serangan berkurang yaitu sekitar 1 kali sebulan, Pasien mengatakan sesak napas
sering kali kambuh apabila bekerja di tempat dingin/ berdebu. Alergi obat (-),
alergi makanan (-).
Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat keluarga yang mengalami penyakit asma, alergi makanan , rhinitis
disangkal pasien.
Riwayat Sosial dan Personal

Pasien menyangkal memiliki riwayat merokok , tetapi pasien mengatakan


suaminya merupakan seorang perokok sejak masih muda hingga sekarang,
sedangkan riwayat minum-minuman beralkohol disangkal pasien.
BAB 4
PENUTUP

1.11. Kesimpulan

Di Indonesia, asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Hal
tersebut tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) diberbagai
propinsi di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10
penyebab kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan empisema.

1.12. Saran
Dapat mengambil referensi dari berbagai sumber untuk menambah wawasan dan
pengetahuan .
DAFTAR PUSTAKA

Sumber:

1. Megan Stapleton, PharmD, Amanda Howard-Thompson. Smoking and Asthma. JABFM


May–June 2011 Vol. 24 No. 3, p.313-322
2. Mangunegoro, H. Widjaja, A. Sutoyo, DK. Yunus, F. Pradjnaparamita. Suryanto, E. et al.
(2004), Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
3. N. Miglino, M. Roth, M. Tamm and P. Borger. House dust mite extract downregulates
C/EBPa in asthmatic bronchial smooth muscle cells. Eur Respir J 2011; 38: 50–58

Anda mungkin juga menyukai