Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME

PADA PASIEN AN. R.M DENGAN DIAGNOSA MEDIS COMMON


COLD DI RUANGAN RAWAT UPTD PUSKESMAS PASSI BARAT

DISUSUN OLEH

NAMA : SALSABILA SIMBALA

NIM : 01909010087

KELAS : KEPERAWATAN B SEMESTER IV

CI LAHAN : Kurnia Putri P.Saleh,.S.kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA

KOTA KOTAMOBAGU

T.A 2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada kesempatan kali ini saya dapat menyusun
laporan pendahuluan dan resume pada salah satu pasien rawat jalan di Puskesmas Passi Barat
dengan diagnosa medis Common Cold.. Laporan pendahuluan dan resume ini disusun
berdasarkan pengumpulan dari berbagai pengkajian secara langsung daripada pasien dan
beberapa sumber media sosial, serta untuk memenuhi Praktek Keterampilan Keperawatan
Terpadu (PKKT) II.

Dengan ini kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Suci Rahayu Ningsih S.Kep,.
M.Kep selaku  dosen pembimbing lapangan dalam PKKT 1 dan selaku CI Lahan dalam
PKKT II Kurnia Putri P. Saleh,S.Kep . Saya juga mengucapkan  terima kasih  juga kepada
teman-teman yang telah membantu dalam memberikan pengertian tentang laporan
pendahuluan dan resume ini, semoga tugas yang saya buat dapat bermanfaat bagi saya secara
pribadi maupun pihak yang membaca.

Saya menyadari bahwa penyusunan laporan pendahuluan dan resume ini masih
sangat jauh dari kata sempurna, masih banyak kelemahan dan kekurangan. Setiap saran,
kritik, dan komentar yang bersifat membangun dari pembaca sangat saya harapkan untuk
meningkatkan kualitas dan menyempurnakan tugas penyusunan laporan pendahuluan dan
resume selanjutnya.

Kotamobagu, 30 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Tujuan..........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................

A. Pengertian..................................................................................................................
B. Etiologi.......................................................................................................................
C. Anatomi Dan Fisiologi Organ Terkait.......................................................................
D. Tanda Dan Gejala......................................................................................................
E. Patofisologi................................................................................................................
F. Pathway......................................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................
H. Komplikasi.................................................................................................................
I. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan................................................................
J. Pengkajian Keperawatan............................................................................................
K. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................................................
....................................................................................................................................
L. Rencana Intervensi Keperawatan (NIC/NOC)...........................................................

BAB III RESUME KEPERAWATAN...............................................................................


1. Identitas Pasien....................................................................................................
2. Keluhan Utama....................................................................................................
3. Riwayat Penyakit Sekarang.................................................................................
..............................................................................................................................
4. Riwayat Penyakit Dahulu....................................................................................
5. Diagram Genogram..............................................................................................
6. Data pengkajian...................................................................................................
7. Terapi...................................................................................................................
8. Diagnosa Keperawatan........................................................................................
9. Intervensi Keperawatan.......................................................................................
10. Implementasi Keperawatan..................................................................................
11. Evaluasi Keperawatan..........................................................................................
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................
1. Kesimpulan..........................................................................................................
2. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Commond cold merupakan bagian dari infeksi saluran pernafasan akut


(ISPA). Penyakit commond cold (batuk dan pilek) adalah penyakit yang
kurang disadari oleh masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari sebagian besar
orang tua belum familiar dengan istilah commond cold. Orang tua lebih
terbiasa dengan istilah batuk, pilek dan infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA). Padahal commond cold tidak sama dengan influenza, pharingitis,
tonsillitis dan otitis. Namun kadang tidak mudah membedakan commond
cold dengan influenza, pharingitis, tonsillitis dan otitis (Danarti, 2010).

Menurut WHO (2007) Selesma/common cold atau disingkat CC adalah


penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas yang dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit. Commond cold merupakan
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya. Penyakit commond cold ini merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dan faktor pendukung lainnya. Commond cold
merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013 pravelensi


common cold di Indonesia sekitar 25,0% dan 13,8% kasus setelah
terdiagnosis oleh dokter. Penyakit Common cold pada balita di Indonesia
diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun, hal ini berarti seorang
balita mudah atau rentan mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3
sampai6 kali setahun.

B. Tujuan
Tujuan dari laporan pendahuluan dan resume ini agar dapa mengetahui
dan mengkaji lebih dalam apa itu cammon cold.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Common cold merupakan salah satu jenis penyakit infeksi saluran


pernapasan akut (ISPA) atau infeksi virus(8). Common cold atau
salesma, pada masyarakat sering diidentifikasi sebagai batuk pilek.
Selesma adalah iritasi atau peradangan selaput lendir hidung akibat
infeksi dari suatu virus. Selaput lendir yang meradang memproduksi
banyak lendir sehingga hidung menjadi tersumbat dan sulit bernafas.
Tandanya di antaranya pilek, mata mengeluarkan banyak air, kepala
pusing dan seringkali demam ringan. Lendir yang terbentuk
mengakibatkan batuk dan bersin. Virus yang menyebabkan adalah
rhinovirus (dalam bahasa Yunani, Rhino adalah hidung, dan virus
adalah jasad renik terkecil dengan ukuran 0,02 – 0,3 mikron jauh lebih
kecil dari bakteri biasa).

B. Etiologi

Common cold sebagian besar (90%) disebabkan oleh virus saluran


pernapasan (umumnya rhinovirus), dan penderita dapat sembuh
sendiri (self limiting disease) bergantung pada daya tahan tubuhnya.
Puncak gejala biasanya sekitar hari ke-3 atau ke-4, dengan rhinorrhoea
yang awalnya berupa cairan bening, kemudian dapat berubah menjadi
lebih kental, kemungkinan dapat didiagnosis keliru (misdiagnosed)
sebagai infeksi sinus bakterial.
Common cold merupakan penyakit menular yang dapat bertransmisi
lewat partikel udara dan terletak di traktus respiratorius. Penularan
bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus
tersebut masuk ke dalam saluran nafas. Virus common cold dapat
menular melalui inhalasi, kontak langsung ataupun kontak tidak
langsung. Seseorang yang terserang dengan dosis infeksi 10
virus/droplet, 50% akan menderita common cold.

C. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi

Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk


melakukan respirasi dimana respirasi merupakan proses
mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Fungsi
utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh
mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel
dan melepaskan karbondioksida (Peate and Nair, 2011).

1. Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ
pertama dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal
(terlihat) dan bagian internal. Di hidung bagian eksternal terdapat
rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago yang
terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian
eksternal hidung memiliki tiga fungsi : (1) menghangatkan,
melembabkan, dan menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi
stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran
suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema.
Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang
yang besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung;
superior pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot
dan membrane mukosa (Tortorra and Derrickson, 2014)

2. Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan
panjang 13 cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan
dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka yang terelaksasi
membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka
kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring
adalah sebagai saluran untuk udara dan makanan, menyediakan
ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat bagi tonsil
(berperan pada reaksi imun terhadap benda asing) (Tortorra and
Derrickson, 2014)

3. Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal
dan 3 bagian berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah
kartilago arytenoid, cuneiform, dan corniculate. Arytenoid adalah
bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini mempengaruhi
pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal
adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya
berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran
udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar melewati
esofagus (Peate and Nair, 2011).

4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang
dilewati udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi
oleh epitel kolumnar bersilia sehingga dapat menjebak zat selain
udara yang masuk lalu akan didorong keatas melewati esofagus
untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus
juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa
partikel besar yang masuk kembali keatas (Peate and Nair, 2011).

5. Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus
kanan dan kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru
kanan dan kiri pula. Didalam masing-masing paru, bronkus terus
bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak
jumlah cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang
terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole (Sherwood, 2010). Pada
pasien PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam cabang bronkus
sehinga menyebabkan bronkitis kronis.

6. Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus.
Terdapat tiga lobus di paru sebelah kanana dan dua lobus di paru
sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat ruang yang bernama
cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-
masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang
disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura membatasi
dinding toraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu
sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan
pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura
sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat
bernafas. Cairan ini juga membantu pleura visceral dan parietal
melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat saat
basah (Peate and Nair, 2011).

D. Tanda dan Gejala


Umumnya, gejala-gejala common cold atau selesma muncul 1-3 hari
setelah terpapar virus. Tanda-tanda dan gejala yang biasanya muncul
meliputi:
 pilek (hidung tersumbat)
 sakit tenggorokan
 batuk
 badan terasa sakit dan tidak nyaman
 sakit kepala ringan
 bersin
 demam ringan
Gejala-gejala di atas biasanya akan pulih dalam waktu 7-10 hari.
Namun, orang-orang dengan sistem imun tubuh yang lemah, punya
asma, atau penyakit pernapasan lainnya mungkin akan mengalami
komplikasi yang lebih serius, seperti bronkitis atau pneumonia.

E. Patofisiologi

Patofisiologi common cold berawal dari infeksi virus pada saluran


pernapasan atas. Berbeda dengan bakteri, virus memiliki kemampuan
untuk menghindar dari sistem imun oleh eskalator mukosiliar dan
mekanisme nonimunologis dari tubuh inangnya.

Patofisiologi infeksi virus secara spesifik belum sepenuhnya


dimengerti, yang kemungkinan disebabkan oleh perbedaan
mekanismenya. Virus akan memasuki inang dan menginfeksi lokasi
yang berbeda, sehingga menyebabkan tingkat kerusakan yang berbeda
pada saluran pernapasan.

Di luar negeri, 80% infeksi saluran pernapasan atas pada musim gugur
disebabkan oleh rhinovirus. Virus ini memiliki beberapa metode
penularan dan dapat menginfeksi populasi dalam jumlah besar pada
waktu tertentu. Penularan yang paling sering terjadi adalah melalui
kontak langsung dengan individu yang rentan atau melalui partikel
aerosol. Sasaran utama sebagai tempat inokulasi untuk rhinovirus
adalah mukosa hidung, tetapi terkadang dapat melibatkan konjungtiva.
Biasanya, penularan juga terjadi melalui inokulasi ke hidung atau
mata, dari kontak jari yang terkena virus, karena rhinovirus mampu
bertahan di tangan selama berjam-jam.
Rhinovirus menempel pada epitel pernapasan dan menyebar secara
lokal melalui reseptornya. Infeksi hanya melibatkan sebagian kecil
epitel. Bahkan, pemeriksaan biopsi dari hidung orang dewasa
menunjukkan keutuhan epitel selama gejala muncul. Gejala
berkembang 1–2 hari setelah infeksi dan memuncak 2–4 hari setelah
inokulasi. Namun, pada beberapa kasus, gejala dapat muncul 2 jam
setelah inokulasi dan gejala primer muncul 8–16 jam kemudian.

F. Pathway

Common Cold

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah dilakukan apabila gejala sudah berlangsung selama
lebih dari 7 hari atau dengan demam < (!,5=C. pemeriksaan darah ini
dilakukan untuk melihat leukositis

H. Komplikasi

Berikut adalah komplikasi yang bisa terjadi apabila common cold


tidak ditangani dengan cepat:
 infeksi telinga akut (otitis media)
 asma
 sinusitis akut
 infeksi lainnya, seperti radang tenggorokan, pneumonia, hingga
bronkitis

I. Penatalaksanaan

a. Medis
Penatalaksanaan common cold hanya berfokus pada terapi suportif
karena penyakit ini bersifat ringan dan self-limiting. Pengobatan
dilakukan untuk meredakan gejala, mencegah komplikasi, dan
mencegah penularan.
 Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang sering digunakan dalam
penanganan common cold adalah obat batuk yang dapat
dibeli secara bebas atau over the counter(OTC). Namun,
berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, didapatkan hasil bahwa penggunaan obat batuk
OTC tidak cukup efektif untuk mengatasi keluhan pasien,
walaupun ada sebagian individu yang merasakan manfaat
dari obat tersebut.

b. Keperawatan
Penatalaksanaan untuk sebagian besar pasien dengan common cold
adalah pengobatan suportif dengan istirahat, paracetamol dan
hidrasi cukup. Penatalaksanaan common cold mencakup
pengenalan dini komplikasi seperti pneumonia dan pengobatan
yang tepat. Obat antivirus tertentu tersedia common cold namun
memberikan sedikit pengurangan gejala atau durasi penyakit.
 Penanganan pertama
Banyak beristirahat dan hindari kontak dengan orang lain,
Cukupi kebutuhan cairan dengan banyak minum dan
Konsumsi paracetamol atau ibuprofen untuk mengurangi
gejala sistemik

J. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas pasien
 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 Alamat
 Pekerjaan
 Status pernikahan
 Agama
 Pendidikan
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala,
badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
 Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami
penyakit ini
 Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami
sakit seperti penyakit klien tersebut.
 Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang
berdebu dan padat penduduknya. (Nursing Student, 2015).
3. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit
berat.
 Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
 Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk
kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala.
 Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak
 Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak,
sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada
gangguan dalam penglihatan
 Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah
ada gangguan dalam penciuman
 Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab,
lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah,
apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan
dalam berbicara.
 Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah
ditemukan distensi vena jugularis.
 Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan,
apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam
pernafasan.

K. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Capernito (2009) adalah:


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
saluran pernafasan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi,nyeri
3. Defisit Volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang
tidak adekuat dan kesulitan menelan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorsi
makanan dan cairan, anoreksia.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit

L. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis


keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan , dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative
dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin,
acak, atau standar, tetapi dirancang bagi klien tertentu dengan siapa
perawat sedang bekerja (Friedman, 2010).

1. Diagnosa :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi saluran
pernafasan
Noc :
- Respiratory status : ventilation
- Respiratory status : airway patency
- Vital sign status setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
hari pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan
kriteria hasil:
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
- Tanda tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
Nic :
- Posisikan pasien untuk memaksimalkanventilasi
- Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Berikan pelembab udara kassa basah nacl lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status o2
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Monitor
vital sign
- Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas.
- Ajarkan bagaimana batuk efektif
- Monitor pola nafas

2. Diagnosa :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi,nyeri
Noc :
- Respiratory status : ventilation
- Respiratory status :airway patency
- Aspiration control setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2 hari pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan
dengan kriteria hasil o Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
- Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.
- Saturasi o2 dalam batas normal
- Foto thorak dalam batas normal
Nic :
- Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning Anjurkan pasien
untuk istirahat dan napas dalam
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Monitor status hemodinamik
- Berikan pelembab udara kassa basah nacl lembab
- Berikan antibiotik : 1. Ambroxol Syrup 2. Paracetamol Syrup 3.
Kotrimoksazol 120mg
- Atur intake untuk cairan Mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status o2
- Pertahankan hidrasiyang adekuat untuk mengencerkan secret o
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan :
o2, suction, inhalasi.

3. Diagnosa :
Defisit Volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang
tidak adekuat dan kesulitan menelan.
Noc :
- Fluid balance
- Hydration
- Nutritional status : food and fluid intake setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 hari Defisit volume cairan teratasi dengan
kriteria hasil:
- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan bb, bj urine
normal,
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak
Nic :
- Pertahankancatatan intake dan output yang akurat
- Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
- Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (bun , hmt ,
osmolalitas urin, albumin, total protein )
- Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
- Kolaborasi pemberian cairan iv
- Monitor status nutrisi o Berikan cairan oral
- Berikan penggantiannasogatrik sesuai output (50 – 100cc/jam)
- Dorong keluarga untukmembantu pasien makan

4. Diagnosa :
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Noc :
thermoregulasi
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 hari pasien
menunjukkan :
suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria hasil:
- Suhu 36 – 37c
- Nadi dan rr dalam
rentang normal
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa
nyaman
Nic :
- Monitor suhu sesering mungkin
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tekanan darah, nadi dan rr
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor wbc, hb, dan hct
- Monitor intake dan output
- Selimuti pasien
- Berikan cairan intravena o Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
- Tingkatkan sirkulasi udara
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Monitor td, nadi, suhu, dan rr
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor hidrasi
- seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa)
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan

Common cold merupakan salah satu jenis penyakit infeksi saluran


pernapasan akut (ISPA) atau infeksi virus(8). Common cold atau
salesma, pada masyarakat sering diidentifikasi sebagai batuk pilek.
Selesma adalah iritasi atau peradangan selaput lendir hidung akibat
infeksi dari suatu virus. Selaput lendir yang meradang memproduksi
banyak lendir sehingga hidung menjadi tersumbat dan sulit bernafas.
Tandanya di antaranya pilek, mata mengeluarkan banyak air, kepala
pusing dan seringkali demam ringan. Lendir yang terbentuk
mengakibatkan batuk dan bersin. Virus yang menyebabkan adalah
rhinovirus (dalam bahasa Yunani, Rhino adalah hidung, dan virus
adalah jasad renik terkecil dengan ukuran 0,02 – 0,3 mikron jauh lebih
kecil dari bakteri biasa).

2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapatkan disampaikan saran bahwa petugas


kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien
khususnya pada penderita Common Cold yaitu dengan memberikan
informasi tentang menjaga pola makan, bagaimana batuk efektif dan
berbagai macam pencegahan untuk penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/50577/3/BAB%20I.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10621/05.2%20bab
%202.pdf?sequence=6&isAllowed=y
http://eprints.umm.ac.id/42593/3/jiptummpp-gdl-zaenabqubr-48792-3-
babii.pdf
https://www.google.co.id/amp/s/hellosehat.com/pernapasan/flu/common-
cold/%3famp=1
http://repo.stikesperintis.ac.id/186/1/70YENILIS%20SURIANI.pdf

Anda mungkin juga menyukai