Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai
diberitakan sejak akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa
orang. Sebenarnya penyakit ini sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh
masyarakat, dan mulai diselidik lebih mendalam ditahun 1800 untuk mengetahui
penyebaran, gejala serta upaya mengatasinya. Baru ditahun 1970, obat yang lebih
tepat untuk mengobati filarial ditemukan. Rubrik ini berusaha menjelaskan
mengapa hal tersebut dapat terjadi dan mengapa penanggulangan Penyakit Kaki
Gajah harus segera dilaksanakan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing
khusus cukup banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah
Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugiatimori, Penelitian di Indonesia
menemukan bahwa cacing jenis Brugia dan Wuchereria merupakan jenis
terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara cacing jenis Brugiatimori
hanya di dapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor. Di dunia,
penyakit ini diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia
Pasifik, Afrika, Amerika Selatan dan kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria
terjadi melalui nyamuk dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di
darah tepi) ditemukan di Indonesia sebagian besar lainnya memiliki periodisitas
nocturnal dengan nyamuk Culex, nyamuk Aedes dan pada jenis nyamuk
Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya ditemukan di daerah-daerah urban,
sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di daerah-daerah
rural. (Riyanto,harun.2010)

Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan


oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini
bersifat menahun, dan bila tidak dapat pengobatan dapat menimbulakan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin, baik perempuan
maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan
hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga.
Berdasarkan laporan dari hasil survey pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak
1553 desa di 647 puskesmas tersebar di 231 kabupaten sebagai lokasi endemis,
dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survey laboratorium, melalui
pemeriksaan darah jari, rata-rata mikrofilaria rate (Mf Rate) 3,1%berarti sekitar 6
juta orang sudah terinfeksi cacing filarial dan sekitar 100 juta orang memepunyai
resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularannya tersebar luas. Untuk
memberantas penyakitini sampai tuntas. (Chairufatah,alex.2009

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah penyakit
endemis yang apabila tidak ditangani secara cepat akan memperluas penyebaran
dan penularannya kepada manusia. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu
filariasis, sertahal-hal yang terkait dengannya.

1.1. DEFINISI
Filariasis adalah penyaki takibat nematode yang seperti cacing
yaitu Wuchereriabancrofti. Brugiamalay atau brugiatimori yang dikenal
sebagai filaria. (Yuliana elin,2011).Filariasis adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi parasit nematode yang tersebar di Indonesia.
Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat
menurunkan produktivitas penderitanya karena timbulnya gangguan fisik.
Penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul
bertahun-tahun kemudian setelah infeksi. Oleh karena itu filariasis sering
disebut juga penyakit kaki gajah. Akibat paling fatal bagi penderita adalah
kecacatan permanen yang sangat mengganggu produksitifitas.
(Widoyono,2011).
1.2. ETOLOGI
Beberapa spesies filarial yang menyerang manusia diantaranya
adalahWucheceriabancrofti, brugiamalayi, brugiatimori,danonchicherca
volvulus. W. bancrofti dan b. timori banyak ditemui di asia selatan, asia
tenggara, dan afrika, Sedangkan o. volvulus banyak terdapat di afrika.
Manusia merupakan satu-satunya hospes yang diketahui. Penularannya
melalui proboscis (labela) sewaktu gigitan nyamuk yang mengandung
larva inektif.
1.3. PATOFISIOLOGI
Siklus hidup w. bancroftidan b. malayi dimulai dari saat filarial
betina dewasa dalam pembuluh limfe manusia (1). Memproduk sisekitar
50.00 micro filarial perhari kedalam darah (2). Nyamuk kemudian
menghisap micro filarial pada saat mengigit manusia (3). Selanjutnya
larva tersebut akan berkembang dalam tubuh nyamuk (5,6,7), dan ketika
nyamuk mengigit manusia, larva ineketif masuk kedalam tubuh manusia
(8). Larva akan bermigrasi ke saluran limfe yang berkembang menjadi
bentuk dewasa.
Microfilaria dapat ditemukan dalam darah tepi setelah 6 bulan - 1
tahun setelah terinfeksi dan bisa bertahan 5 - 10 tahun. Vector utama
filarial adalah nyamuk anopheles, culex, mansonia, danaedes.
1.4. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala tampak setelah 3 bulan infeksi
2. Umumnya masa tunas 8 – 12 bulan
3. Fase akut menimbulkan peradangan seperti limfaditis,
limfadenitis, funikulitis, epididimitisdanokitis
4. Gejala dari limfaditis nyeri lokal, keras di daerah kelenjar limfe,
demam, sakit kepala dan badan, mual muntah, lesu dan tidak nafsu
makan.
5. Fase akut dapat sembuh spontan setelah beberapa hari dan
beberapa kasus mengalami kekambuhan tidak teratur selama
berminggu-minggu.
6. Fase kronik terjadi dengan gejala hidokel, kiluria, limfedemia, dan
elephantiasis.
1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan
mikroskopis darah, sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan
sulit dilakukan karena microfilaria hanya muncul dan
menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama
beberapa jam saja (nocturnal periodicity).
2. Selain itu, berbagai metode pemeriksaan juga dilakukan untuk
mendiagnosa penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan
sistem yang dikenal sebagai penjaringan membrane, metode
konsentrasi knott dan teknik pengendapan.
3. Metode pemeriksaan yang mendekati kearah diagnose dan diakui
oleh WHO dengan pemeriksaan sistem “TesKartu”, hal ini sangat
sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebarab parasit (larva).
Yaitu dengan mengambil sample darah sistem tusuk jari droplets
diwaktu kapan pun, tidak harus di malam hari.

1.6. PENATALAKSANAAN
1. Terapi medika mentosa
Diethycalcarbamazine citrate (DEC)
a. WHO merekomendasikan pemberian DEC dengan dosis 6
mg/kgBB untuk 12 hari berturut-turut. Di Indonesia, dosis
6 mg/kg BB Memberikan efek samping yang berat,
sehingga pemberian DEC dilakukan berdasarkan usia dan
dikombinasikan dengan albendazol.
b. Ivermectin
Obat ini merupakan antibiotic semi sintetik golongan
makrolid yang berfungsi sebagai agent
mikrofilariasispoten. Dosis tunggal 200-400 µg/kg dapat
menurunkan mikrofilsriasis dalam darah tepi untuk waktu
6-24 bulan. Obat belum digunakan di Indonesia.
c. Albendazol
Obat ini digunakan untuk pengobatan cacing intestine
selama bertahun-tahun dan baru-baru ini di coba
digunakan sebagai anti-filaria. Albendazolehanya
mempunyai sedikit efek untuk mikrofilaremia dan
antigenaemia jika digunakan sendiri. Dosis tunggal 400 mg
dikombinasi dengan DEC atau invermectin efektif
menghancurkan microfilaria.
2. Pembedahan
Tindakan bedah pada limfedema bersifat paliatif, indikasi tindakan
bedah adalah jika tidak terdapat perbaikan dengan terapi
konservatif, limfedema sangat besar sehingga mengganggu
aktivitas dan pekerjaan dan menyebabkan tidak berhasilnya terapi
konsevatif.
Wucheceriabancrofti,
Penghisapan microfilaria daridarah. Metamorphosis microfilaria didalam
brugiamalayi, brugiatimori, dan Filaria betina berkembang
Jaringan oleh serangga penghisap horpesper antaras erangga
onchicherca volvulus. dalam limfe manusia
darah (nyamuk)

Penularan larva infektif ke dalam


Menuju pembuluh darah dan Membentuk larva rabditiform
kulithospesbaru, melalui proboscis
kelenjarlimfe
gigitan nyamuk

Menjadi cacing dewasa

FILARIASIS
B3

Mikrofilaria
berkembang biak dan
meninggalkan induk

Menembus dinding
pembuluh limfe

Menyumbat saluran

Granulasi yang
Stadium menahun Kandungan protein
proliferative serta
meningkat dalam
terbentuk varises
saluran limfe
saluran limfe yang luas

Proses penyakit
(Destruksi gangguan Terbentuk jaringan ikat
saraf) dan kolagen disaluran
limfe yang terinfeksi

Penekanan saraf oleh


granulasi mikrofilaria
Semakin membesar
(elephantiasis)

Pasien merasa malu


Gangguan citra tubuh

Gangguan aktivitas
Merangsang bradikinin

Inteprestasi nyeri Hambatan mobilitas


fisik

nyeri

Anda mungkin juga menyukai