Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Dengan menyebut Allah SWT yang maha pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan Puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inaya-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan
Keperawatan pada CA Paru atau Kanker Paru dalam upaya untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di
dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam proposal kegiatan
berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
Besar harapan penulis laporan ini dapat menjadi inspirasi atau sarana pembantu dalam
mencapai pembelajaran dan pengetahauan pembaca.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pelajaran dari makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. 1
3
A. KONSEP PENYAKIT CA PARU/ KANKER PARU
1. Definisi Kanker Paru
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor
paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan oleh
kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas, yang dapat mengakibatkan
proliferasi sel yang tidak dapat dikendalikan. Kanker paru primer yaitu tumor ganas
yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (Purba, 2015)
2. Etiologi Dan Faktor Risiko
Penyebab pasti kanker paru belum diketahui, namun paparan atau inhalasi
berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab
utama, disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik,dan lain-lain.
Etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah sebagai berikut:
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting,yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih
dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah
batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya
berhenti merokok (Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,
ataumengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang
tertutup,dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap
dari oranglain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
c. Paparan zat karsinogen
Seperti Asbestos sering menimbulkan mesothelioma, Radiasi ion pada pekerja
tambang uranium, dan Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil
klorida. Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira
sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat
kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga
merokok
d. Polusi udara
4
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker
paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan
daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering
ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling
rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini,
sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang
lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat
udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asaprokok) adalah 3,4
benzpiren (Wilson, 2005).
e. Penyakit paru seperti pneumonitis intersisial kronik
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek
dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti
penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah
pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan
gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
3. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal, sebagian besar kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis.
Gejala dan tanda kanker paru umumnya terjadi pada kasus stadium lanjut, antara lain:
a. Lokal:
- Batuk baru atau batuk yang lebih hebat pada batuk kronis\
- Hemoptisis Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan
tumor yang mengalami ulserasi.
- Mengi/ stridor karena obstruksi saluran napas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Atelektasis
b. Invasi lokal:
5
- Nyeri dada
- Sesak napas karena efusi pleura
- Invasi ke perikardium yang menyebabkan tamponade atau aritmia
- Suara serak, karena penekanan berulang pada laryngeal
- Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
4. Patofisiologi Kanker Paru
Dari etiologic yang menyerang percabangan bronkus seperti asap rokok yang
menyebabkan sel epitel mukosa menjadi iritatif, aerosol terjadi karena adanya polusi
udara, sedangkan genetic mengakibatkan risiko terjadinya kannker, dan industry
menyebabkan banyaknya zat karsinogen yang berbahaya.
Terjadilah deposisi bronchial di paru-paru karna banyaknya pengendapan
menyebabkan metaplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa
diikuti invasi langsung..
6
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam,
dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
5. Tingkatan Kanker Paru atau Staging (Penderajatan atau Tingkatan) Kanker
Paru
Staging kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis Kanker paru, apakah
SLCC atau NSLCC. Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang harus
segera diberikan pada pasien. Terdapat dua jenis utama kanker paru-paru, yang
ditentukan dari bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop. Kedua jenis kanker ini
berkembang dan diperlakukan dengan berbeda.
Kanker paru-paru sel kecil (SCLC) – sekitar 10% sampai 15% dari kanker paru-
paru adalah kanker paru-paru sel kecil. Jenis kanker ini biasanya menyebar lebih cepat
dibandingkan kanker paru-paru bukan sel kecil, menyebabkan kematian lebih cepat.
Pengobatan dengan obat-obatan dan radiasi lebih disukai dibandingkan operasi.
Kanker paru-paru bukan sel kecil (NSCLC) – Kanker paru-paru jenis ini tercatat
85% sampai 90% dari kanker paru-paru. Kanker ini menyebar lebih lambat
dibandingkan dengan kanker paru-paru sel kecil dan bisa disembuhkan dengan operasi
jika terdeteksi pada stadium awal.
a. Stadium pada kanker paru-paru sel kecil
- Stadium terbatas yaitu sel kanker hanya terdapat di daerah paru-paru.
- Stadium luas yaitu sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain.
b. Stadium pada kanker paru-paru bukan sel kecil
1) Stadium 1:
Sel kanker hanya ditemukan di daerah paru-paru. Sel kanker tidak
ditemukan di kelenjar getah bening dan tidak menyebar ke organ lain.
Stadium 1A1
- Pada kanker paru stadium 1A, tumor berukuran kurang lebih 3
sentimeter (cm) dan sudah masuk ke dalam jaringan paru,
meski masih 0.5 cm (T1mi). Namun, sama seperti pada stadium
kanker paru sebelumnya, kanker masih belum menyebar hingga
kelenjar getah bening (N0) maupun organ tubuh lainnya (M0).
7
- Namun, pada tahapan ini, ada kemungkinan kondisi lain.
Sebagai contoh, ukuran tumor kurang lebih 1 cm dan belum
mencapai membran yang mengelilingi paru. Biasanya, dalam
tahapan ini, kanker juga tidak memengaruhi bronkus (T1a).
Kanker juga belum menyebar hingga kelenjar getah bening
(N0) maupun bagian tubuh lainnya (M0).
Stadium 1A2
- Di tahapan ini, ukuran tumor sudah lebih besar dari 1 cm, akan
tetapi tidak lebih dari 2 cm. Pada kanker paru stadium 1A2,
tumor juga belum mencapai membran yang mengelilingi paru,
dan tidak pula memengaruhi bronkus (T1B). Kanker juga belum
menyebar hingga kelenjar getah bening (N0) dan bagian tubuh
lainnya (M0).
Stadium 1A3
- Pada tahapan kanker paru stadium 1A3, ukuran tumor sudah
lebih dari 2 cm, tapi tidak lebih dari 3 cm. Tumor biasanya belum
mencapai membran yang meliputi paru, dan tidak pula
memengaruhi bronkus (T1C). Di tahapan ini, kanker belum
menyebar hingga kelenjar getah bening (N0) dan bagian tubuh
lainnya (M0).
Stadium 1B
Pada stadium ini, tumor memiliki satu atau lebih dari kondisi
berikut ini (T2a) :
- Ukuran tumor lebih besar dari 3 cm tapi tidak lebih dari 4 cm.
- Tumor sudah mencapai ke bronkus.
- Tumor sudah mencapai ke membran yang mengelilingi paru
meski tidak lebih dari 4 cm.
- Ukuran tumor sudah menyumbat sebagian dari jalan udara pada
paru-paru.
- Meski begitu, kanker ini belum tersebar ke kelenjar getah bening
(N0) dan bagian tubuh lainnya (M0).
2) Stadium 2 :
8
Pada kanker paru stadium 2A, tumor sudah berukuran lebih dari 4 cm dan
kurang dari 5 cm. Biasanya, tumor sudah menyebar hingga ke bronkus
dan membran yang mengelilingi paru. Tumor biasanya juga telah
menyumbat sebagian dari jalan udara di paru-paru.
Stadium 2A:
Ukuran sel kanker kecil dan ditemukan di sekitar kelenjar getah bening.
Stadium 2B:
Sel kanker sedikit lebih besar dan sudah menyebar sampai kelenjar getah
bening di sekitar daerah paru-paru yang terkena sel kanker atau sel
kanker sudah menyebar ke daerah lain seperti dinding dada.
3) Stadium 3 :
Stadium 3A :
Sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening yang jauh dari area
yang terkena sel kanker atau sel kanker ditemukan di kelenjar getah
bening dekat area yang terkena sel kanker dan sudah menyebar ke
daerah lain seperti dinding dada atau di tengah dada.
Stadium 3B :
Sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sisi lain dari
dada atau ke kelenjar getah bening di atas tulang selangka atau ada lebih
dari satu tumor di paru-paru atau kanker sudah berkembang di area lain
dari bagian dada, seperti di hati, esofagus atau terdapat cairan berisikan
sel kanker yang mengelilingi paru-paru.
Stadium 3C :
Pada tahap ini, tumor sudah berukuran lebih dari 5 cm tapi tak lebih dari
7 cm. Kanker ini sudah menyebar hingga ke kelenjar getah bening di
sekitar tulang belikat (N3). Meski begitu, kanker masih belum menyebar
hingga bagian tubuh lainnya (M0)
Stadium 4:
Biasanya, pada tahap ini, ukuran tumor bisa tidak menentu. Bahkan, bisa
jadi kanker tidak menyebar hingga ke kelenjar getah bening. Namun,
9
kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya, misalnya liver, tulang
di bagian tubuh lain, hingga otak (M1C).
PENATALAKSANAAN
1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Radiologi.
- Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
- Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
- Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
- Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
- Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
c. Histopatologi.
- Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
- Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
- Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi
- Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
10
- Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan.
- CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan
pleura.
- MR
2. TINDAKAN MEDIS
a. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
b. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
c. Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
e. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
f. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).
g. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
h. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
11
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
i. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
3. TERAPI FARMAKOLOGI
a. Pengobatan Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil
1) Stage terbatas
- Kemoterapi + radiasi dada dan profilaxis cranial irradiation
(PCI) adalah teknik yang digunakan untuk memerangi
terjadinya metastasis ke otak pada kanker yang sangat agresif
yang biasanya bermetastasis ke otak, terutama kanker paru-
paru sel kecil.
- Reseksi bedah diikuti dengan kemoterapi atau kemoterapi plus
radiasi jika tidak ada pembesaran KGB
2) Stage lanjut
- Kemoterapi kombinasi atau dilakukan Radiasi paliatif pada lesi
primer dan lesi metastasis diberikan untuk mengecilkan tumor
yang mengganggu kualitas hidup dan meredakan gejala yang
disebabkan oleh kanker seperti rasa nyeri, gangguan saraf, atau
perdarahan.
b. Pengobatan Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil
1) Stadium I:
- Reseksi bedah
- Radiasi: bila bedah tidak dapat dilakukan
- Kemoterapi: bila bedah tidak dapat dilakukan
- Kombinasi terapi memberi hasil lebih baik
2) Stadium II :
- Reseksi bedah
- Radiasi:
Bila bedah tidak dapat dilakukan atau pasca bedah (adjuvant)
dilakukan bila ada sisa tumor atau keterlibatan KGB
intratoraks
12
- Kemoterapi:
Bila bedah tidak dapat dilakukan atau pasca bedah (adjuvant)
jika ada keterlibatan KGB intratoraks
- Kombinasi terapi memberi hasil lebih baik
3) Stadium III-A:
- Kemoterapi neoadjuvat
- Reseksi bedah (bila tumor masih operabel)
- Radiasi pada pasien yang tidak dapat dilakukan bedah atau
pasca bedah
- Kombinasi terapi memberikan hasil lebih baik.
- Kemoterapi 4 – 6 siklus pada pasien yang tidak dapat
dibedah
4) Stadium III-B:
- Pilihan pengobatan tergantung pada klinis dan tampilan
umum pasien
- Radiasi: pada lesi primer, lesi metastasis dan KGB
supraklavikula
- Kemoterapi 4-6 siklus
- Kombinasi dengan radiasi memberikan hasil yang lebih baik
5) Stadium IV:
- Radiasi paliatif
- Kemoterapi paliatif
- Kombinasi terapi tergantung kondisi klinis
4. TERAPI DIET
Tujuan Intervensi Gizi:
a. Untuk mencegah atau mengatasi defisiensi nutrisi.
b. Menjaga dan mempertahankan BB. Dengan mengkonsumsi makanan
sesuai kebutuhan di harapkan dapat meningkatkan BB atau
mempertahankan BB normal.
c. Mempertahankan lean body mass (massa otot).
d. Meminimalkan side effect terapi terutama yang berhubungan dengan gizi.
e. Memaksimalkan kualitas hidup.
f. Syarat diet:
13
- Energi tinggi, yaitu 36 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 Kkal/kgBB
untuk perempuan.
- Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/kgBB.
- Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.
- Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
- Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C dan E.
- Porsi makan kecil dan sering diberikan.
5. UPAYA PENCEGAHAN
Kanker paru-paru sulit dicegah, tetapi risiko terjadinya kanker ini dapat
diturunkan dengan melakukan beberapa upaya berikut:
a. Jangan merokok, berhenti merokok, dan hindari asap rokok. Upaya ini
adalah cara utama untuk mencegah kanker paru-paru.
b. Lakukan pemeriksaan medis secara rutin, terutama bila Anda merokok atau
bekerja di lingkungan yang tinggi paparan bahan kimia.
c. Gunakan alat pelindung diri di tempat kerja yang banyak paparan bahan
kimia berbahaya.
d. Perbanyak konsumsi buah dan sayur..
e. Lakukan olahraga secara rutin, minimal 30 menit tiap harinya
14
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
- Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru.
Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas.
- Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
organ-organ lainnya.
- Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena
metastasis.
d. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan
untuk kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat
ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer.
Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan
dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi
komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi
serta invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi
yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh
struktur normal yang berdekatan.
e. Sitologi
Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan
dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan
gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu
dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk
mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang
paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif
maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk
kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk
skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi.
15
f. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi
untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan
mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging.
Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral.
Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.
g. Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis
tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan
radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai
massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di
dinding kulit toraks yang berdekatan dengan tumor.
h. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan
histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat
dan mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak. Pengambilan jaringan dapat
juga dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang
lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan
tumor yang ada
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN KANKER PARU
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi bronchial sekunder
karena invasi tumor (penyakit paru obstruktif kronis)
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d obstruksi bronkus, deformitas dinding dada,
keletihan otot pernafasan
c. Nyeri kronis b.d agen cidera (karsinoma), penekanan saraf oleh tumor paru
d. Harga diri rendah b.d obstruksi bronchial sekunder karena invasi tumor
(penyakit paru obstruktif kronis)\
e. Ansietas b.d diagnosis penyakit kronis tumor karena adanya invasi paru
tumor
16
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan SDKI Tujuan dan Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
Dx1 : Pola napas tidak efektif
18
b. Monitor pola napas
c. Monitor kemampuan batuk
efektif
d. Monitor adanya produksi
sputum
e. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
f. Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
g. Auskultasi bunyi napas
h. Monitor saturasi oksigen
i. Monitor nilai AGD (analisa Gas
Darah)
19
Dx 2 : Bersihan jalan napas tidak efektif Manajemen Jalan Napas – 1..01011
Observasi :
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 a. Monitor pola napas (frekuensi,
Penyebab
jam diharapkan bersihan jalan napas menjadi kedalam, usaha napas)
Fisiologis : b. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
efektif dengan kriteria hasil :
1. Spasme jalan napas Bersihan Jalan Napas : Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
2. Hipersekresi jalan napas a. Batuk efektif dari skala 2 (cukup kering)
3. Disfungsi neuromuskuler menurun) menjadi 4 (cukup meningkat) c. Monitor sputum (jumlah, warna,
4. Benda asing dalam jalan napas b. Produksi sputum dari skala 3 (sedang) aroma)
5. Adanya jalan napas buatan menjadi 5 (menurun) Terapeutik :
6. Sekresi yang tertelan c. Dispnea dari skala 2 (cukup meningkat) a. Posisikan semi fowler atau fowler
menjadi 4 (cukup menurun) b. Berikan minuman hangat
7. Hiperplasia dinding jalan napas
d. Frekuensi napas dari skala 3 (sedang) c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
8. Proses infeksi menjadi 5 (membaik) d. Berikan oksigen
9. Respon alergi e. Pola napas dari skala skala 3 (sedang) Edukasi :
10. Efek agen farmakologis (mis. menjadi 5 (membaik) a. Anjurkan asupan cairan
Anastesi)
2000ml/hari
Situasional :
b. Ajarkan teknik batuk efektif
1. Merokok Aktif
Kolaborasi :
2. Merokok Pasif
3. Terpajan Polutan Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
Gejala dan Tanda Mayor mukolitik
Subjektif :
Tidak Tersedia Tingkat Nyeri : Manajemen Batuk Efektif –
Objektif : a. Keluhan nyeri dari skala 2 (cukup 1.01006
1. Batuk tidak efektif meningkat) menjadi 4 (cukup menurun) Observasi :
2. Tidak mampu batuk b. Kesulitan tidur dari skala 2 (cukup a. Identifikasi kemampuan batuk
3. Sputum berlebih meningkat) menjadi 4 (cukup menurun)
b. Monitor adanya retensi
c. Pola napas dari skala 3 (sedang) menjadi
4. Mengi, Wheezing dan/ronkhi kering sputum
5 (membaik)
5. Mekonium dijalan napas c. Monitor tanda dan gejala
d. Pola tidur dari skala 3 (sedang) menjadi
Gejala dan Tanda Minor 5 (membaik) infeksi saluran napas
20
Subjektif : Terapeutik :
1. Dispnea a. Atur posisi semi fowler / fowler
2. Sulit bicara b. Pasang perlak dan bengkok di
3. Ortopnea pangkuan pasien
c. Buang sekret pada tempat
Objektif : sputum
1. Gelisah Edukasi :
2. Sianosis a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
3. Bunyi napas menurun
b. Anjurkan tarik napas dalam melalui
4. Frekuensi napas beubah hidung selama 4 detik, ditahan
Pola napas berubah selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir dibulatkan
selama 8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
d. d. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarikan napas
dalam yang ketiga
e. Kolaborasi :
f. Kolaborasi pemberian mukolitik /
ekspektoran
Pola Napas :
a. Dispnea dari skala 2 (cukup meningkat) Terapi Oksigen – 1.01026
menjadi 4 (cukup menurun) Observasi :
b. Tekanan ekspirasi dari skala 2 (cukup a. Monitor kecepatan aliran O2
menurun) menjadi 4 (cukup meningkat) Monitor posisi alat terapi O2
c. Tekanan inspirasi dari skala 2 (cukup Monitor aliran oksigen secara
menurun) menjadi 4 (cukup meningkat) periodik dan pastikan fraksi yang
d. Pemanjangan fase ekspirasi dari skala 2 diberikan cukup
(cukup meningkat) menjadi 4 (cukup b. Monitor efektifitas terapi O2
menurun Monitor tanda-tanda hipoventilasi
e. Frekuensi napas dari skala 3 (sedang) c. Monitor tanda dan gejala
menjadi 5 (membaik) toksitasi
21
d. Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi O2
Terapeutik :
a. Bersihkan sekret pada mulut,
hidung, trakea (jika perlu)
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
c. Siapkan dan atur peralatan
pemberian O2
d. Gunakan perangkat O2 yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi :
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan O2 dirumah Kolaborasi :
a. Kolaborasi penentuan dosis O2
b. Kolaborasi penggunaan O2 saat
aktivitas dan tidur
22
Terapeutik :
a. Berikan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
penurunan nyeri
Edukasi :
a. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi :
a. . Kolaborasi pemberian
analgetik
23
Dx 3 : Gangguan pertukaran gas
Pemantauan Respirasi
Setelah dilakukan intervensi selama 2x24
1.01014
Penyebab jam diharapkan gangguan pertukaran gas
berkurang dengan kriteria hasil : Observasi :
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi a. Monitor frekuensi, irama,
Pertukaran Gas :
2. Perubahan membran alveolus-kapiler kedalaman dan upaya napas
a. Tingkat kesadaran dari skala 5
Gejala dan Tanda Mayor b. Monitor pola napas
(meningkat) tetap pada skala 5
Subjektif : (meningkat) c. Monitor kemampuan batuk
1. Dispnea Objektif : b. Dispnea dari skala 3 (sedang) menjadi efektif
1. PCO2 meningkat/menurun skala 5 (menurun) d. Monitor adanya produksi
2. PO2 menurun c. Napas cuping hidung dari skala 3 sputum
(sedang) menjadi skala 5 (menurun) e. Monitor adanya sumbatan
3. Takikardia
d. PCO2 dari skala 3 (sedang) menjadi jalan napas
4. pH arteri meningkat/menurun
skala 5 (membaik) f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
5. Bunyi napas tambahan Gejala g. Auskultasi bunyi napas
e. PO2 dari skala 3 (sedang) menjadi skala
dan Tanda Minor Subjektif : h. Monitor saturasi oksigen
5 (membaik)
1. Pusing f. Takikardia dari skala 3 (sedang) menjadi i. Monitor nilai AGD (analisa Gas
2. Penglihatan kabur Darah)
skala 5 (membaik)
3. Objektif : Terapeutik :
1. Sianosis g. pH Arteri dari skala 3 (sedang) menjadi
skala 5 (membaik) a. Atur interval pemantauan respirasi
2. Diaforesis
Pola Napas dari skala 3 (sedang) menjadi sesuai kondisi pasien
3. Gelisah skala 5 (membaik) b. Dokumentasi hasil
4. Napas cuping hidung pemantauan
5. Pola napas abnormal (cepat/lambat,
regular/iregular, dalam/dangkal) Edukasi :
6. Warna kulit abnormal (mis. Pucat, a. Jelaskan tujuan dan prosedur
kebiruan) pemantauan
Kesadaran menurun Informasi hasil pemantauan
24
Terapi Oksigen – 1.01026
Observasi :
a. Monitor kecepatan aliran O2
b. Monitor posisi alat terapi O2
c. Monitor aliran oksigen secara
periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
d. Monitor efektifitas terapi O2
e. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
f. Monitor tanda dan gejala toksitasi
g. Monitor kecepatan aliran O2
h. Monitor posisi alat terapi O2
i. Monitor aliran oksigen secara
periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
j. Monitor efektifitas terapi O2
k. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
l. Monitor tanda dan gejala toksitasi
g. Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi O2
Terapeutik :
e. Bersihkan sekret pada mulut,
hidung, trakea (jika perlu)
f. Pertahankan kepatenan jalan napas
g. Siapkan dan atur peralatan
pemberian O2
h. Gunakan perangkat O2 yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi :
25
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan O2 dirumah Kolaborasi :
c. Kolaborasi penentuan dosis O2
d. Kolaborasi penggunaan O2 saat
aktivitas dan tidur
26
Tingkat Nyeri : Manajemen Nyeri – 1.08238
a. Keluhan nyeri dari skala 2 (cukup Observasi :
meningkat) menjadi 4 (cukup a. Identifikasi skala nyeri
menurun) b. Monitor keberhasilan terapi
b. Kesulitan tidur dari skala 2 (cukup komplementer yang sudah
meningkat) menjadi 4 (cukup diberikan
menurun) c. Monitor efek samping penggunaan
c. Pola napas dari skala 3 (sedang) analgetik
menjadi 5 (membaik Terapeutik :
a. Berikan posisi nyaman pada pasien
b. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
c. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
d. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
penurunan nyeri
Edukasi :
.
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan terapi relaksasi
c. Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetic
27
Dx 4 Nyeri Kronis
Tingkat Nyeri :
Penyebab a. Keluhan nyeri dari skala 2 (cukup Manajemen Nyeri – 1.08238
1. Kondisi Muskuloskeletal kronis meningkat) menjadi 4 (cukup Observasi :
2. Kerusakan system saraf menurun) d. Identifikasi skala nyeri
3. Penekanan saraf b. Kesulitan tidur dari skala 2 (cukup e. Monitor keberhasilan terapi
4. Infiltrasi tumor meningkat) menjadi 4 (cukup komplementer yang sudah
5. Ketidakseimbangan menurun) diberikan
c. Pola napas dari skala 3 (sedang) f. Monitor efek samping penggunaan
neurotransmitter,neuromodulator, dan
menjadi 5 (membaik analgetik
reseptor
Terapeutik :
6. Gangguan imunitas
Gangguan Rasa Nyaman : a. Berikan teknik
7. Gangguan funsi metabolic nonfarmakologis untuk
8. Riwayat posisi kerja statis a. Dukungan sosial dari keluarga mengurangi rasa nyeri
9. Peningkatan indeks masa tubuhh meningkat b. Kontrol lingkungan yang
10. Kondisi pasca trauma b. Kesejahteraan psikologis meningkat memperberat rasa nyeri
11. Teknan emosional c. Gelisah menurun c. Pertimbangkan jenis dan sumber
12. Riwayat penganiayaan d. Pola tidur membaik nyeri dalam pemilihan strategi
e. Merintihi menurun penurunan nyeri
13. Riwayat penyalahgunaan zat atau obat
Edukasi :
Gejala dan Tanda Mayor
a. Jelaskan kemoterapi .
Subjektif b. Jelaskan penyebab, periode, dan
1. Mengeuh nyeri pemicu nyeri
2. Merasa depresi c. Jelaskan terapi relaksasi
d. Anjurkan monitor nyeri secara
Objektif mandiri
1. Tampak meringis
Kolaborasi :
2. Tampak gelisah
Kolaborasi pemberian analgetic
3. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
28
1. Merasa takut mengalami cedera berulang
Objektif Gangguan Rasa Nyaman – D0074
1. Bersikap protektif (mis. Menghindari Observasi :
posisi nyeri)
1. Identifikasi penurunan tingkat
2. Waspada energi, ketidakmampuan
3. Pola tidur berubah berkonsentrasi, atau gejala lain
4. Anoreksia yang mengganggu kemampuan
5. Fokus menyempit kognitif
6. Berfokus pada diri sendiri 2. Identifikasiteknik relaksai yang
pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan,
Kondisi klinis terkait kemampuan, dan penggunaan
1. Kondisi kronis (mis. Artritis rheumatoid) teknik sebelumnya
2. Infeksi 4. Periksa ketegangan otot,
3. Cedera medulla spinalis frekuensi nadi, tekanan darah,
4. Kondisi pasca trauma dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
5. Tumor
5. Monitor respon terhadap terapi
relaksai
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan yang tenag
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai
29
strategi penunjang dengan
nalgesik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
(mis. musik, meditasi, napas
dalam, relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan
sensai relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
Dx 6 Ansietas
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam
Penyebab diharapkan ansietas menurun dengan kriteria
hasil :
1. Krisis situasional.
2. Kebutuhan tidak terpenuhi. 1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi
yang dihadapi dari 2(cukup
3. Krisis maturasional. meningkat) menjadi 4(cukup
4. Ancaman terhadap konsep diri. menurun)
2. Perilaku gelisah 2(cukup meningkat)
5. Ancaman terhadap kematian.
menjadi 4(cukup menurun)
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan.
Observasi
32
7. Disfungsi sistem keluarga. 3. Frekuensi pernapasan dan nadi dari
2(cukup meningkat) menjadi 4(cukup 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
8. Hubungan orang tua-anak tidak
menurun) berubah (mis. Kondisi, waktu,
memuaskan. 4. Konsentrasi pola tidur nadi dari stressor)
2(cukup meningkat) menjadi 4(cukup 2. Identifikasi kemampuan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah mengambil keputsan
menurun)
teragitasi sejak lahir) 3. Monitor tanda-tanda ansietas
(verbal dan non verbal)
10. Penyalahgunaan zat. Terapeutik
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin,
1. Ciptakan suasana terapeutik
polutan, dan lain-lain). untuk menumbuhkan
12. Kurang terpapar informasi. kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
Gejala dan Tanda Mayor. memungkiinkan
3. Pahami siituasi yang membuat
Subjektif. ansietas
1. Merasa bingung. 4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
2. Merasa khawatir dengan akibat. 5. Gunakan pendekatan yang
3. Sulit berkonsenstrasi. meyakiinkan dan tenang
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
Objektif. 7. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
1. Tampak gelisah. 8. Diskusikan perencanaan realistis
2. Tampak tegang. tentang peristiwa yang akan
datang
3. Sulit tidur
Edukasi
33
Subjektif. 2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
1. Mengeluh pusing.
dan prognosis
2. Anoreksia. 3. Amjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
3. Palpitasi. 4. Anjurkan untuk melakukan
4. Merasa tidak berdaya. kegiatan yang tidak kompetitif
sesuai kebutuhan
5. Anhurkan mengungkapkan
Objektif. perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
1. Frekuensi napas meningkat. 7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
2. Frekuensi nadi meningkat. 8. Latih Teknik relaksasi
3. Tekanan darah meningkat.
Kolaborasi
4. Diaforesis.
5. Tremos. Kolaborasi penggunaan obat antiansietas
jika perlu
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu.
1. PenyakitKronis.
34
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana opersai
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang
35
J. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam (Potter & Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi :
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
K. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009).
36
PAPARAN KASUS
Tn, Y usia 46 tahun datang ke RS. X mengeluh sesak berat sejak satu minggu yang lalu,
sesak bertambah ketika beraktivitas dan batuk. Pasien adalah perokok aktif sejak SMP. Pasien
juga mengatakan sputum susah keluar. Selain itu, pasien mengeluh nyeri dada kiri bawah dan
nyeri bertambah sakit ketika ditekan, nyeri skala 8 seperti tersayat-sayat, dan hilang timbul
pasien juga lemas. Pasien mengatakan nyeri membuat pasien susah untuk tidur, Pasien terdapat
benjolan pada lehernya, sudah 2 minggu, bibir pasien terlihat kering dan pucat. Observasi dan
pemeriksaan fisik pada pasien diketahui terus meringis dan pola napas cepat (takipnea),
terdapat suara tambahan ronkhi, saturasi 90%, tekanan darah 173/108 mmHg, nadi 102x/menit,
frekuensi pernapasan 22x/menit, dan suhu 36oC,.Pasien mengatakan ada riwayat keluarga
yang terkena kanker, pasien juga bekerja disalah satu pabrik industry.
CT Scan sudah dilkaukan dan terdapat massa pada paru-paru sehinnga Dokter
melakukan bronkoskopy dengan pasien dibius dengan ringan, dokter memasukkan selang tipis
dengan pencahayaan melalui hidung atau mulut dan menyusuri saluran udara ke lokasi tumor,
tempat sampel jaringan kecil dapat diambial. Kelenjar getah bening dibiospy juga untuuk
melihat adanya sel-sel kanker, menggunakan prosedur yang disebut mediastinoscopy, yang
memerlukan anestesi umum dan melalui sayatan kecil yang dibuat di bagian depan leher untuk
memasukkan selang ke dalam dada untuk mengambil biopsy.
Hasil dari Biopsy yang ditetapkpan oleh dokter menunjukan pasien ca paru grade 2.
Pasien terus menunduk dan pandangan kosong karena merasa tidak menerima atas kejadian
yang ia alami, pasien khawatir penyakit ini akan menyebabkan dirinya tidak bisa bekerja.
Pasien malu kepada keluarga dan orang sekitar takut dijauhi karna mengidap kanker.
37
No Data Penunjang Diagnosa Etiologi
DO :
38
⮚ Pernapasan berat dan cepat
⮚ Terdengar ronkhi
⮚ Saturasi 90%
⮚ Tekanan darah 173/108 mmHg
⮚ Nadi 102x/menit,
⮚ Frekuensi pernapasan 22x/menit,
⮚ dan Suhu 36oC
39
⮚ Pasien mengatakan adanya riwayar
keluarga kanker
DO :
⮚ nadi 102x/menit,
40
3. DS : Ansietas b.d diagnosis penyakit Kekhawatiran atas apa yang terjadi
kronis tumor karena adanya
Pasien mengatakan khawatir akan
invasi paru tumor
penyakit yang ia derita menyebabkan
dirinya tidak bisa bekerja.
Pasien mengatakan ia takut dijauhi
karna mengidap kanker
Pasien mengatakan tidak bisa tidur
DO :
nadi 102x/menit,
41
4. DS : Harga diri rendah b.d obstruksi Adanya keputusasan dalam diri
bronchial sekunder karena invasi
Pasien mengatakan bahwa ia tidak
tumor (penyakit paru obstruktif
meneima atas penyakit yang
kronis)
menimpanya
Pasien merasa malu kepada keluarga
dan orang sekitar
DO :
nadi 102x/menit,
Rencana Keperawatan
42
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
43
diperut maju kedepan saat
menarik napas
n. Ambil napas dalam secara
perlahan melalui hidung dan
tahan selama tujuh hitungan
o. Hitungan kedelapan
hembuskan napas melalui mulut
dengan perlahan
Edukasi :
a. Sampaikan kepada pasien dan
keluarga cara menggunakan O2
dirumah
b. Jelaskan tujuan dan prosedur
latihan pernapasan
c. Anjurkan ulangi 4-5 kali
Kolaborasi :
a. Kolaborasi penentuan dosis O2
b. Kolaborasi penggunaan O2 saat
aktivitas dan tidur
c. Kolaborasi pemberian terapi
2 Nyeri kronis b.d agen cidera Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 Observasi :
a. Monitor tanda vital
(karsinoma), penekanan saraf jam diharapkan gangguan rasa nyaman
b. Identifikasi skala nyeri
oleh tumor paru nyeri berkurang c. Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
44
Tingkat Nyeri : dan sesudah latihan
d. Monitor respon terhadap terapi relaksai
a. Keluhan nyeri dari skala 2 (cukup
meningkat) menjadi 4 (cukup Terapeutik :
a. Berikan teknik
menurun)Dispnea dari skala 3 nonfarmakologis untuk
(sedang) menjadi skala 5 mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang
(menurun) memperberat rasa nyeri
b. Frejuensi nadi 3 (sedang) menjadi 5 c. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
(membaik) penurunan nyeri
c. Pola Napas dari skala 3 (sedang) Edukasi :
a. Jelaskan tujuan manfaat, batasan, dan
menjadi skala 5 (membaik) jenis relaksasi yang tersedia (mis.
musik, meditasi, napas dalam, relaksasi
otot progresif)
b. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
c. Anjurkan mengambil posisi nyaman
d. Anjurkan rileks dan merasakan sensai
relaksasi
e. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
f. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)
45
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetic
3. Ansietas b.d diagnosis penyakit Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 Observasi
kronis tumor karena adanya jam diharapkan ansietas menurun dengan
kriteria hasil : a. Identifikasi saat tingkat ansietas
invasi paru tumor berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi b. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
yang dihadapi dari 2(cukup dan non verbal)
meningkat) menjadi 4(cukup Terapeutik
menurun)
2. Perilaku gelisah 2(cukup a. Ciptakan suasana terapeutik untuk
meningkat) menjadi 4(cukup menumbuhkan kepercayaan
b. Temani pasien untuk mengurangi
menurun)
kecemasan, jika memungkiinkan
3. Frekuensi pernapasan dan nadi dari
c. Pahami siituasi yang membuat ansietas
2(cukup meningkat) menjadi d. Dengarkan dengan penuh perhatian
4(cukup menurun) e. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
4. Konsentrasi pola tidur nadi dari memicu kecemasan
2(cukup meningkat) menjadi f. Diskusikan perencanaan realistis
4(cukup menurun) tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
46
c. Amjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
d. Anhurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
e. Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
4. Harga diri rendah b.d obstruksi Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 Observasi
a. Monitor verbalisasi yang
bronchial sekunder karena jam diharapkan harga diri rendah menurun
dengan kriteria hasil : merendahkan diri sendiri
invasi tumor (penyakit paru b. Monitor tingkat harga diri setiap
1. Penilaian diri positif dari skala waktu, setiap kebutuhan
obstruktif kronis) 2(cukup menurun) menjadi skala 4
(cukup meningkat) Terapeutik
2. Penerimaan penilaian positif dalam a. Motivasi terlibat dalam
diri dari skala 2(cukup menurun) verbalisasi posiitif untuk diri
menjadi skala 4 (cukup meningkat) sendiri
3. Postur tubuh menampakan dari b. Diskusikan pernyataan tentang
harga diri
skala 2(cukup menurun) menjadi
c. Diskusikan pengalaman yang
skala 4 (cukup meningkat) meningkatkan harga diri
4. Perasaan malu dalam diri dari skala d. Diskusikan perseptif negatif diri
2(cukup menurun) menjadi skala 4 e. Diskusikan alasan mengkritik
(cukup meningkat) diri atau rasa bersalah
47
5. Perasaan bersalah dalam diri dari f. Diskusikan bersama keluarga
skala 2(cukup menurun) menjadi untuk menteapkan harapan dan
skala 4 (cukup meningkat) batasan yang jelas
g. Berikan umpan balik positif atas
peningkatan mencapai tujuan
h. Fasilitasi lingkungan dan
ajtivitas yang meningkatkan
harga diri
Edukasi
a. Jelaskan kepada keluarga
pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif
diri pasien
b. Anjurkan mengidentifkasi
kekuatan yang dimiliki
c. Anjurkan mempertahankan
kontak mata saat berkomunikasi
dengan orang lain
d. Latih pernyataan atau
kemampuan positif diri
e. Latih cara berpikir positif dan
cara berpikir positif
48
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia. 2016
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia. 2018
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia. 2018
https://ciputrahospital.com/memahami-kanker-paru-paru-diagnosis-dan-tatalaksana/. Di akses
pada tanggal 11 Oktober 2022
Nanda , Dwiyandti. 2020. Seorang penderita kanker paru dengan manifestasi efusi
perikardium: Laporan kasus. Di akses tanggal 11 Oktober 2022
Fatmawati, desi Sandra. 2021. Penurunan Frekuensi Pernafasan Pada Klien Tumor Paru
Dengan Pemberian Terapi Inhalasi Nebulizer. Di akses tanggal 11 Oktober 2022
49
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. https://snars.web.id/sdki/. Di akses tanggal 11
Oktober 2022
50