Oleh:
NAMA :ARNOLDUS KOEN
NIM : 191111003
c. Klasifikasi hematuria :
1) Hematuria inisial: darah yang muncul saat mulai berkemih, sering
mengindikasikan masalah di uretra (pada pria, dapat juga di prostat).
Penyebabnya ada di bawah sphincter externa.
2) Hematuria terminal: darah yang terlihat pada akhir proses berkemih dapat
menunjukkan adanya penyakit pada buli-buli atau prostat. Penyebabnya
ada di proximal urethra atau di leher/dasar buli-buli.
3) Hematuria total: darah yang terlihat selama proses berkemih, dari awal
hingga akhir, menunjukkan permasalahan pada buli-buli, ureter atau
ginjal. Penyebabnya ada di buli-buli, ureter atau ginjal.
Pada wanita, hematuria yang terjadi sesuai siklus menstruasi
menunjukkan kemungkinan adanya endometriosis pada traktus urinarius.
Darah yang ditemukan antara proses berkemih, seperti bercak darah yang
ditemukan pada celana dalam, sering menunjukkan adanya perdarahan
pada salah satu atau kedua ujung uretra.
d. Etiologi
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di
dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar urogenitalia.
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain (Purnomo, 2007):
1) Infeksi/inflamasi, antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis,
sistitis, dan urethritis.
2) Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor pielum, tumor ureter, tumor
buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
3) Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan ren
mobilis.
4) Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
5) Batu saluran kemih.
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia adalah
adanya kelainan pembekuan darah, SLE, dan kelainan sistem hematologik
yang lain. Faktor-faktor lain seperti obat pengencer darah yang mencegah
pembekuan darah atau obat-obatan anti inflamasi seperti aspirin mendorong
perdarahan saluran kemih. Obat-obatan umum yang dapat menyebabkan
darah kemih seperti penisilin dan siklofosfamid obat anti kanker (Cytoxan).
e. Patofisiologi
Patofisiologi hematuria tergantung pada tempat anatomi pada traktus
urinarius dimana kehilangan darah terjadi. Pemisahan konvensional telah
dilakukan antara perdarahan glomerular dan ekstraglomerular, memisahkan
penyakit nefrologi dan urologi.
Darah yang berasal dari nefron diistilahkan hematuria glomerular
nefronal. Sel darah merah dapat masuk ke ruang urinari dari glomerulus
atau, jarang dari tubulus renalis. Gangguan barier filtrasi glomerulus dapat
disebabkan abnormalitas turunan atau didapat pada struktur dan integritas
dinding kapiler glomerulus. Sel darah merah ini dapat terjebak pada
mukoprotein tamm-horsfall dan akan bermanifestasi sebagai silinder sel
darah merah pada urin. Temuan silinder pada urin merupakan masalah
signifikan pada tingkat glomerular. Meskipun demikian, pada penyakit
nefron, silinder dapat tidak ditemukan dan hanya ditemukan sel darah merah
terisolasi. Adanya proteinuri membantu menunjang perkiraan bahwa
kehilangan darah berasal dari glomerulus. Hematuria tanpa proteinuria atau
silinder diistilahkan sebagai hematuria terisolasi (isolated hematuria).
Meskipun beberapa penyakit glomerular dapat mengakibatkan hematuria
terisolasi, penemuan ini lebih konsisten pada perdarahan ekstraglomerular.
Setiap yang mengganggu epitelium seperti iritasi, inflamasi, atau invasi,
dapat mengakibatkan adanya sel darah normal pada urin. Gangguan lain
termasuk keganasan, batu ginjal, trauma, infeksi, dan medikasi. Juga,
penyebab kehilangan darah non glomerular, seperti tumor ginjal, kista
ginjal, infark dan malformasi arteri-vena, dapat menyebabkan hilangnya
darah masuk kedalam ruang urinari.
i. Penatalaksanaan
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi
urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan
memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil,
pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah
transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi
eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian
transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan
antibiotika.
Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah
mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer
penyebab hematuria.
2. a) Clinical Pathway
Hematuria
Gangguan
eliminasi urine
b) Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1) Masalah keperawatan
a) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bladder
ditandai dengan hematuria
b) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakan
jaringan (trauma) pada daerah bladder.
c) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
dalam urin.
3. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bladder ditandai
dengan hematuria
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
(trauma) pada daerah bladder.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan dalam
urin.
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan a. Bau, jumlah, warna urine a. Kaji pola berkemih a. Mengidentifikasi
eliminasi urine tindakan dalam rentang normal (frekwensi dan jumlah) fungsi kandung
berhubungan keperawatan b. Tidak ada haematuria kemih, fungsi ginjal
dengan trauma selama 3 x 24 jam, c. Pengeluaran urine tanpa rasa dan keseimbangan
bladder ditandai gangguan eliminasi nyeri cairan.
dengan urine dapat teratasi b. Observasi adanya darah b. Tanda-tanda infeksi
hematuria dalam urine. saluran perkemihan /
NOC : ginjal dapat
menyebabkan sepsis.
Urinary
c. Anjurkan klien untuk c. Menurunkan
elimination
istirahat sekurang-kurangnya metabolisme tubuh
seminggu sampai hematuri agar energi yang
hilang. tersedia
difokuskanuntuk proses
penyembuhan pada buli-
buli.
d. Lakukan tindakan d. Tindakan yang cepat /
pembedahan bila perdarahan tepat dapat
terus berlangsung meminimalkan
kecacatan.
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan a. Tanda-tanda vital dalam a. Kaji tanda-tanda vital klien. a. Mengetahui kondisi
nyaman: nyeri tindakan batas normal. umum klien.
berhubungan keperawatan TD :120/80 mmHg b. Kaji karakteristik nyeri yang b. Menjadi petunjuk dalam
dengan selama 1 x 24 jam, RR = 16-24x/menit dirasakan klien memberikan penanganan
kerusakan diharapkan nyeri N : 60-120 X/ menit. yang tepat bagi klien.
jaringan berkurang. b. Klien tampak tenang/rileks. c. Observasi reaksi verbal dan c. Memperkuat data
(trauma) pada c. Klien mengatakan nyeri nonverbal klien. mengenai nyeri yang
daerah bladder. berkurang. dirasakan klien.
NOC : d. Ajarkan teknik relaksasi d. Membantu mengurangi
nafas dalam kepada klien. nyeri yang dirasakan
Pain level
klien.
Pain control
e. Atur posisi klien. e. Memberikan rasa
Comfort level
nyaman.
f. Tingkatkan istirahat dan f. Membantu mengurangi
ciptakan lingkungan yang nyeri yang dirasakan
nyaman. klien.
g. Kolaborasikan pemberian g. Analgesik merupakan
obat-obatan (analgesik). obat yang berfungsi
untuk mengurangi nyeri.
3. Resiko Setelah dilakukan a. Tanda-tanda vital dalam a. Kaji tanda-tanda vital klien. a. mengetahui kondisi
kekurangan tindakan rentang normal umum klien.
volume cairan keperawatan TD :120/80 mmHg b. Pantau input dan output b. mengetahui adanya
berhubungan selama 1 x 24 jam, RR = 16-24x/menit cairan. ketidakseimbangan input
dengan resiko kekurangan N : 60-120 X/ menit. dan output cairan.
perdarahan cairan dapat b. Tidak ada tanda-tanda c. Monitor status hidrasi dan c. mencegah klien
dalam urin. teratasi dehidrasi tanda-tanda dehidrasi. mengalami dehidrasi dan
c. Mukosa oral lembab, tidak menjadi petunjuk dalam
ada rasa haus berlebihan. penentuan kebutuhan
NOC :
cairan pada klien.
Fluid balance d. Monitor jumlah darah d. membantu menentukan
yang keluar. rehidrasi cairan dan
mencegah perdarahan
lebih lanjut
e. Monitor status nutrisi e. Kebutuhan cairan pasien
juga di dapat dari
makanan
f. Kolaborasikan f. membantu memenuhi
pemberian terapi cairan yang kebutuhan cairan pada
tepat pada klien. klien.
DAFTAR PUSTAKA