Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMATURIA

Oleh:
NAMA :ARNOLDUS KOEN
NIM : 191111003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
2022
1. Konsep penyakit
a. Kasus
Hematuria
b. Pengertian
Hematuri adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel
darah merah dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan
menjadi hematuri makroskopis (gross hematuria) adalah suatu keadaan urin
bercampur darah dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Keadaan ini dapat
terjadi bila 1 liter urin bercampur dengan 1 ml darah. Gross hematuria bisa
disertai dengan clot/bekuan darah, dimana dapat berasal dari perdarahan di
ureter/ginjal, buli-buli dan prostat. Hematuri mikroskopis yaitu hematuri
yang hanya dapat diketahui secara mikroskopis atau tes kimiawi. hematuria
yang secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna
merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel
darah merah per lapangan pandang (Sunarka, 2002).

c. Klasifikasi hematuria :
1) Hematuria inisial: darah yang muncul saat mulai berkemih, sering
mengindikasikan masalah di uretra (pada pria, dapat juga di prostat).
Penyebabnya ada di bawah sphincter externa.
2) Hematuria terminal: darah yang terlihat pada akhir proses berkemih dapat
menunjukkan adanya penyakit pada buli-buli atau prostat. Penyebabnya
ada di proximal urethra atau di leher/dasar  buli-buli.
3) Hematuria total: darah yang terlihat selama proses berkemih, dari awal
hingga akhir, menunjukkan permasalahan pada buli-buli, ureter atau
ginjal. Penyebabnya ada di buli-buli, ureter atau ginjal.
Pada wanita, hematuria yang terjadi sesuai siklus menstruasi
menunjukkan kemungkinan adanya endometriosis pada traktus urinarius.
Darah yang ditemukan antara proses berkemih, seperti bercak darah yang
ditemukan pada celana dalam, sering menunjukkan adanya perdarahan
pada salah satu atau kedua ujung uretra.
d. Etiologi
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di
dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar urogenitalia.
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain (Purnomo, 2007):
1) Infeksi/inflamasi, antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis,
sistitis, dan urethritis.
2) Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor pielum, tumor ureter, tumor
buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
3) Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan ren
mobilis.
4) Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
5) Batu saluran kemih.
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia adalah
adanya kelainan pembekuan darah, SLE, dan kelainan sistem hematologik
yang lain. Faktor-faktor lain seperti obat pengencer darah yang mencegah
pembekuan darah atau obat-obatan anti inflamasi seperti aspirin mendorong
perdarahan saluran kemih. Obat-obatan umum yang dapat menyebabkan
darah kemih seperti penisilin dan siklofosfamid obat anti kanker (Cytoxan).

e. Patofisiologi
Patofisiologi hematuria tergantung pada tempat anatomi pada traktus
urinarius dimana kehilangan darah terjadi. Pemisahan konvensional telah
dilakukan antara perdarahan glomerular dan ekstraglomerular, memisahkan
penyakit nefrologi dan urologi.
Darah yang berasal dari nefron diistilahkan hematuria glomerular
nefronal. Sel darah merah dapat masuk ke ruang urinari dari glomerulus
atau, jarang dari tubulus renalis. Gangguan barier filtrasi glomerulus dapat
disebabkan abnormalitas turunan atau didapat pada struktur dan integritas
dinding kapiler glomerulus. Sel darah merah ini dapat terjebak pada
mukoprotein tamm-horsfall dan akan bermanifestasi sebagai silinder sel
darah merah pada urin. Temuan silinder pada urin merupakan masalah
signifikan pada tingkat glomerular. Meskipun demikian, pada penyakit
nefron, silinder dapat tidak ditemukan dan hanya ditemukan sel darah merah
terisolasi. Adanya proteinuri membantu menunjang perkiraan bahwa
kehilangan darah berasal dari glomerulus. Hematuria tanpa proteinuria atau
silinder diistilahkan sebagai hematuria terisolasi (isolated hematuria).
Meskipun beberapa penyakit glomerular dapat mengakibatkan hematuria
terisolasi, penemuan ini lebih konsisten pada perdarahan ekstraglomerular.
Setiap yang mengganggu epitelium seperti iritasi, inflamasi, atau invasi,
dapat mengakibatkan adanya sel darah normal pada urin. Gangguan lain
termasuk keganasan, batu ginjal, trauma, infeksi, dan medikasi. Juga,
penyebab kehilangan darah non glomerular, seperti tumor ginjal, kista
ginjal, infark dan malformasi arteri-vena, dapat menyebabkan hilangnya
darah masuk kedalam ruang urinari.

f. Tanda dan gejala


1) Urin yang disertai darah
2) Nyeri pada flank area (diantara iga dan panggul), punggung, perut
bawah, atau kemaluan
3) Nyeri atau rasa panas saat berkemih
4) Demam
5) Mual dan muntah
6) Berat badan menurun
7) Kehilangan nafsu makan
8) Sering berkemih
9) Anyang-anyangan
10) Sensasi terbakar pada saat buang air kecil
11) Urine berwarna kelabu oleh karena adanya nanah dalam urine
g. Komplikasi
1) Retensi urin
2) Infeksi
3) Anemia

h. Pemeriksaan khusus dan penunjang


a. Pemeriksaan darah
Penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal
ginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase prostat,
dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase
tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid
ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis.
b. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,
bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah
kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non
glomeruler.
c. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya
infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH
urine yang sangat asam  mungkin berhubungan dengan batu asam urat.
d. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya sel-sel
urotelial.
e. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus
hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal.
Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari
ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan.
Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan
bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta
beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
f. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat
(padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, ureter,
kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pyelum, dan
untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar.
g. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna
untuk pemeriksaan prostat dan buli-buli.
h. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk
menilai vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena
lebih aman dan informatif. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat
dengan cara uretrografi retrograd atau punksi perkutan.
i. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah
obstruksi dihilangkan.
j. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan
gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy
k. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan
antara isi dan tekanan di buli-buli
l. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika
pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab
hematuria.

i. Penatalaksanaan
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi
urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan
memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil,
pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah
transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi
eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian
transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan
antibiotika.
Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah
mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer
penyebab hematuria.
2. a) Clinical Pathway

Hematuria

sistem urogenitalia Luar sistem urogenitalia

Glomerular Non-glomerular Hematologik Iatrogenik

Pielonefritis, tumor prostat, Koagulopati Obat-obatan


glomerulonefritis, hiperplasia Hemolysis (aspirin,
ureteritis, sistitis, prostat jinak, penisilin dan
dan urethritis BPH siklofosfamid)

bakteri memasuki kelenjar


ginjal dari aliran membesar
darah atau naik dari
ureter ke ginjal
mengkompres
uretra
Infeksi
Perdarahan
menghalangi dalam urine
aliran urin
Demam dan
nyeri
Resiko
kesulitan kekurangan
buang air kecil volume cairan

Gangguan
eliminasi urine
b) Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1) Masalah keperawatan
a) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bladder
ditandai dengan hematuria
b) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakan
jaringan (trauma) pada daerah bladder.
c) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
dalam urin.

2) Data yang perlu dikaji


I. Anamnesis
1) Identitas pasien, meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
2) Riwayat keperawatan
a. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit yang pernah diderita, obat-obat yang pernah
dikonsumsi, kebiasaan berobat, dan alergi.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan utama, riwayat MRS, dan terapi yang
diberikan.
c. Riwayat kesehatan keluarga.

II. Pemeriksaan fisik


a. Keadaan umum
b. Body system :
1) Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung : Fungsi pernapasan baik, pernapasan cuping hidung
tidak tampak.
Trachea : Tak ada kelainan.
Suara tambahan : wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles (-)
Bentuk dada : simetris
2) Cardiovaskuler (B2: Blood)
Keluhan : Pusing (-), sakit kepala (+), palpitasi (-), nyeri dada
(-), kram kaki (-)
Suara jantung : S1/S2 normal/murni
Edema : tungkai (-)
3) Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran : Composmentis GCS: E = 4, V = 5, M = 6
Nervus Cranial : Tidak ada kelainan
4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Produksi urine, warna, dan bau.
5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Meliputi mulut dan tenggorokan, abdomen, rectum BABm dan
diet.
6) Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Meliputi kemampuan pergerakan sendi, extremitas, tulang
belakang, warna kulit, akral, dan turgor kulit.

3. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bladder ditandai
dengan hematuria
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
(trauma) pada daerah bladder.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan dalam
urin.
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan a. Bau, jumlah, warna urine a. Kaji pola berkemih a. Mengidentifikasi
eliminasi urine tindakan dalam rentang normal (frekwensi dan jumlah) fungsi kandung
berhubungan keperawatan b. Tidak ada haematuria kemih, fungsi ginjal
dengan trauma selama 3 x 24 jam, c. Pengeluaran urine tanpa rasa dan keseimbangan
bladder ditandai gangguan eliminasi nyeri cairan.
dengan urine dapat teratasi b. Observasi adanya darah b. Tanda-tanda infeksi
hematuria dalam urine. saluran perkemihan /
NOC : ginjal dapat
menyebabkan sepsis.
Urinary
c. Anjurkan klien untuk c. Menurunkan
elimination
istirahat sekurang-kurangnya metabolisme tubuh
seminggu sampai hematuri agar energi yang
hilang. tersedia
difokuskanuntuk proses
penyembuhan pada buli-
buli.
d. Lakukan tindakan d. Tindakan yang cepat /
pembedahan bila perdarahan tepat dapat
terus berlangsung meminimalkan
kecacatan.
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan a. Tanda-tanda vital dalam a. Kaji tanda-tanda vital klien. a. Mengetahui kondisi
nyaman: nyeri tindakan batas normal. umum klien.
berhubungan keperawatan TD :120/80 mmHg b. Kaji karakteristik nyeri yang b. Menjadi petunjuk dalam
dengan selama 1 x 24 jam, RR = 16-24x/menit dirasakan klien memberikan penanganan
kerusakan diharapkan  nyeri N : 60-120 X/ menit. yang tepat bagi klien.
jaringan berkurang. b. Klien tampak tenang/rileks. c. Observasi reaksi verbal dan c. Memperkuat data
(trauma) pada c. Klien mengatakan nyeri nonverbal klien. mengenai nyeri yang
daerah bladder. berkurang. dirasakan klien.
NOC : d. Ajarkan teknik relaksasi d. Membantu mengurangi
nafas dalam kepada klien. nyeri yang dirasakan
Pain level
klien.
Pain control
e. Atur posisi klien. e. Memberikan rasa
Comfort level
nyaman.
f. Tingkatkan istirahat dan f. Membantu mengurangi
ciptakan lingkungan yang nyeri yang dirasakan
nyaman. klien.
g. Kolaborasikan pemberian g. Analgesik merupakan
obat-obatan (analgesik). obat yang berfungsi
untuk mengurangi nyeri.
3. Resiko Setelah dilakukan a. Tanda-tanda vital dalam a. Kaji tanda-tanda vital klien. a. mengetahui kondisi
kekurangan tindakan rentang normal umum klien.
volume cairan keperawatan TD :120/80 mmHg b. Pantau input dan output b. mengetahui adanya
berhubungan selama 1 x 24 jam, RR = 16-24x/menit cairan. ketidakseimbangan input
dengan resiko kekurangan N : 60-120 X/ menit. dan output cairan.
perdarahan cairan dapat b. Tidak ada tanda-tanda c. Monitor status hidrasi dan c. mencegah klien
dalam urin. teratasi dehidrasi tanda-tanda dehidrasi. mengalami dehidrasi dan
c. Mukosa oral lembab, tidak menjadi petunjuk dalam
ada rasa haus berlebihan. penentuan kebutuhan
NOC :
cairan pada klien.
Fluid balance d. Monitor jumlah darah d. membantu menentukan
yang keluar. rehidrasi cairan dan
mencegah perdarahan
lebih lanjut
e. Monitor status nutrisi e. Kebutuhan cairan pasien
juga di dapat dari
makanan
f. Kolaborasikan f. membantu memenuhi
pemberian terapi cairan yang kebutuhan cairan pada
tepat pada klien. klien.
DAFTAR PUSTAKA

NANDA International. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Andrson.1995. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter
Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Sunarka. 2002. Hematuria pada anak. Cermin Dunia Kedokteran no.134. 27-31

Anda mungkin juga menyukai