Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA

NAMA : ARNOLDUS KOEN


NIM :191111003
PRODI :KEPERAWATAN A
SEMESTER : II
1. Penjelasan 2 budaya di daerah saya Timor (Soe) yang berkaitan dengan
sehat sakit yaitu :
a. Budaya Sifon atau Sunat
Selain agama dan kesehatan, sunat juga dilakukan dengan latar belakang
budaya Salah satu tradisi sunat  yang dilakukan sebagai bagian dari adat
adalah Sifon yang berasal dari daerah Timor Tengah Selatan (TTS), provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT). Sunat ini biasanya dimulai saat musim panen
jagung dan diwajibkan agar si pria harus berumur 18 tahun.
Sifon tergolong tidak biasa jika dibandingkan dengan sunat di tempat lain.
Pada puncaknya, prosesi dari ritual ini adalah si pria diwajibkan untuk
melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita yang telah disiapkan
secara adat ataupun yang bersedia untuk hal tersebut. Wanita yang dipilih
untuk menjalani ritual sifon bukanlah wanita sembarangan, melainkan
seorang janda atau wanita yang sudah pernah menikah sebelumnya. Jika
wanita yang dipilih adalah istrinya, maka hal ini dianggap akan
mendatangkan kesialan bagi keluarga tersebut.
Pemotongan dalam sunat ini tidaklah menggunakan alat-alat medis,
melainkan bambu yang sudah dipertajam. Ujung kulit penis kemudian dijepit
dengan  bambu lalu dipotong. Untuk mengurangi pendarahan, biasanya luka
ditutupi dengan daun mahang damar. setelah sunat ketika luka belum
sepenuhnya kering, sang pria tersebut diwajibkan untuk melakukan
hubungan seksual dengan seorang wanita tidak bersuami yang bukan
istrinya, atau wanita yang sudah disiapkan sendiri oleh sang pria. Proses
inilah yang disebut dengan sifon. Jika semuanya telah berjalan dengan baik
tanpa ada pantangan yang dilanggar, maka  sang pria dianggap menjadi
lebih 'jantan' dan lebih sehat dari sebelumnya
Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi sifon sudah banyak
ditinggalkan oleh banyak orang karena tidak sesuai dengan nilai -nilai agama
dan dilarang oleh pemerintah. Walaupun demikian, tradisi ini masih
dilakukan, terutama di daerah pedesaan dan juga segelintir orang di
perkotaan. Jika beberapa masyarakat di NTT mau membuka sedikit matanya,
maka mungkin mereka sadar bahwa efek nyata yang dapat ditimbulkan dari
sunat ini adalah penyakit kelamin yang berujung kematian,

b. TB Paru
Kurangnya Pengetahuan sebagian masyarakat Timor mengenai tanda-
tanda penyakit TB paru sehingga sebagian masyarakat lainnya masih
beranggapan bahwa penyebab penyakit TB Paru adalah berkaitan dengan
hal-hal yang ghaib/magic dan karena keturunan. Persepsi sebagian
masyarakat bahwa penyakit yang dialaminya adalah bukan penyakit
berbahaya, melainkan penyakit batuk biasa, temyata berpengaruh pada
munculnya sikap kurang peduli dari masyarakat terhadap akibat yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit TB Paru. Perilaku dan kesadaran sebagian
masyarakat untuk memeriksakan dahak dan menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan masih kurang, karena mereka malu dan takut divonis
menderita TB Paru.

2. Pengertian Keperawatan Trankultural


Keperawatan Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang
berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya
(Leininger, 1978). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis,
yang difokuskan pada perilaku individu ataukelompok, serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat
atau perilaku sakit secara fisik dan
psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leininger, 1984)
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
3. Dasar-dasar keperawatan Transkultural
a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan 
mengambil keputusan.
b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu
tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk
yangoptimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger,
1985).
d. Etnosentris, diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah
persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik
e. Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f.  Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia
g.  Etnografi, adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
h. Care, adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring, adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok
pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia.
j.  Cultural Care, berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Culturtal imposition, berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang
lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.

4. Trend dan issu yang berkaitan dengan keperawatan transkultural


a. Kolostrum
ada mitos yang salah disebutkan bahwa ASI pertama atau kolostrum (yang
berwarna kekuningan) tidak baik bagi bayi, karena ASI pertama atau
kolostrum adalah susu basi. Mitos tersebut sangat tidak benar. Kolostrum
adalah zat terbaik bagi bayi. Kolostrum adalah cairan yang kaya dengan zat
kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi. Bayi menyusui
langsung akan merangsang ASI cepat keluar.
b. Telur
Ibu hamil dilarang mengkonsumsi telur, karena dikhawatirkan ASI-nya berbau
amis. Mitos tersebut tidak benar. Telur mengandung protein hewani yang
sangat dibutuhkan ibu hamil. Selain itu, seiring dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan bahaya kolesterol, selain daging, kuning telur
kini termasuk makanan yang dihindari. Padahal, para ahli kini menyimpulkan
bahwa telur tidak mempengaruhi kadar kolesterol secara signifikan. Bukan
kolesterol yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah, tetapi lemak
jenuh. Telur diketahui hanya mengandung sedikit lemak jenuh.
Mengkonsumsi telur bisa memperbaiki kadar lipid (kolesterol) seseorang
yang kolesterolnya naik saat mengkonsumsi makanan kaya kolesterol.
c. Makanan laut
Mungkin kita sering mendengar ungkapan bahwa ibu hamil dilarang
mengkonsumsi ikan laut karena menyebabkan ASI berbau amis dan luka
jahitan sulit kering. Mitos tersebut tidak benar. Justru ikan laut mengandung
protein yang sangat dibutuhkan ibu hamil untuk mengganti sel – sel rusak.
Ada juga pernyataan bahwa salah satu cara menurunkan kolesterol dengan
pantang makanan laut. Tidak perlu menghindari makanan laut sama sekali.
Kuncinya adalah konsumsi dalam jumlah wajar karena makanan laut
memang mengandung kolesterol. Kadar kolesterol dalam tubuh sebagian
besar dipengaruhi oleh lemak jenuh dan trans fatty acid. Keduanya ini
terdapat dalam daging merah dan makanan kemasan olahan. Trans fatty acid
terdapat di snack kemasan, gorengan, atau margarin yang berisi minyak
hydro genated.

5. Definisi Teori Leininger’s

Madeleine Leininger (13 Juli 1925 di Sutton , Nebraska, Amerika Serikat )


adalah perintis teori keperawatan , pertama kali diterbitkan pada tahun 1961 [1] .
kontribusi nya untuk teori keperawatan melibatkan diskusi tentang apa itu peduli.
Terutama, ia mengembangkan konsep keperawatan transkultural , membawa
peran faktor budaya dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi tentang
bagaimana terbaik hadir untuk mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan .
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care
dipengaruhi oleh elemen-elemen berikut yaitu : Struktur sosial seperti teknologi,
kepercayaan dan factor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai cultural, politik dan factor-
faktor legal, factor-faktor ekonomi, dan factor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini
berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-
masing sistem ini merupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok
masyarakat; pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan
praktek-praktek. Yang merupakan bagian integral dari aspek-aspek struktur
sosial (Leininger dan MC Farland 2002). Dalam model Sunrisenya Leininger
menampilkan visualisasi hubungan antara beberapa konsep yang disignifikan.

6. Teori Sunrise Model


 Latar Belakang Teori
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan
seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan
keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat
professional pertama yang meraih pendidikan doktor dalam ilmu
antropologi sosial dan budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan
memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma di
“St. Anthony’s School of Nursing” di Denver.
 Asumsi Dasar
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku caring. Caring adalah
esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring dikatakan
sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan
kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring
secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human
caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur
dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat
lainnya.
 Komponen dalam Sunrise Model
Terdapat 7 komponen dalam sunrise model yaitu:
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji lebih dalam tentang persepsi
sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan,
alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini.
b.   Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas
segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama
yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c.     Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social
factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis
kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d.  Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkann
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-
norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu
dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e.  Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan
denganjam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.  
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh
buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali.
7. Peran Teori Leininger/sunsrise model dalam proses perawatan

Penerapan teori Leineger (Sunrise Model) pada proses keperawatan dapat


dijelaskan sebagai berikut :
Proses Sunrise Model
Keperawatan
Pengkajian dan Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi :
Diagnosis Level satu : World view and Social system level
Level dua : Individual, Families, Groups communities   and  Institution in
diverse health system
Level tiga :Folk system, professional system and nursing
Perencanaan Level empat : Nursing care Decition and Action
dan  Culture Care Preservation/maintanance
Implementasi  Culture Care Accomodation/negotiations
 Culture Care Repatterning/restructuring                     
Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai