Anda di halaman 1dari 10

TUTORIAL PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA

KELOMPOK 3A

NAMA : TRIA JULIANA PERANGIN-ANGIN

NIM : 191101177

KELAS : A / SEMESTER IV

PEMICU:

Seorang laki-laki berusia 35 tahun, pendidikan SMA, suku Batak, agama Kristen, pekerjaan
petani mengeluh perutnya sakit, terasa gembung dan mengeras dalam sebulan ini. Klien juga
merasakan sakit pada bagian pundak dan punggung, mata kuning dan tidak napsu makan disertai
dengan penurunan berat badan. Klien mempunyai kebiasaan minum tuak dan kamput. Klien
tidak mau dibawa berobat. Untuk memperbaiki kondisinya, keluarga memberikan rebusan daun
cemplukan. Karena menurut kepercayaan keluarga, rebusan daun cemplukan dapat mengobati
penyakit yang dialami klien. Klien percaya bahwa dengan tetap minum rebusan daun cemplukan
dapat menyembuhkan segala macam penyakit termasuk sakit yang dideritanya. Dan dengan
istirahat yang cukup di rumah klien tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Klien dan keluarga
belum terdaftar sebagai peserta BPJS.

7 jump

1. Klarifikasi Istilah
 Kamput : minuman alkohol khas batak yang terbuat dari fermentasi buah
 Rebusan daun cemplukan : memiliki efek anti inflamasi dan analgesic mampu
menenangkan sekaligus mempercepat penyembuhan. Salah satu kandungan dari
daun ini adalah asamoleat dan linoleat pada buah ciplukan terbukti ampuh dalam
menurunkan kolesterol jahat (LDL) sekaligus meningkatkan kadar kolesterol baik
(HDL).

2. Identifikasi masalah
 Mengeluh perut sakit
 Perut gembung dan mengeras dalam waktu sebulan
 Merasakan sakit pada bagian Pundak dan punggung
 Mata kuning
 Penurunan berat badan
 Kebiasaan meminum tuak dan kamput
 Tidak mau dibawa berobat karna kepercayaan keluarganya

3. Hipotesa
 Jaundice/ penyakit kuning
 Hepatitis alkoholik
 Transcultural nursing
 Gastritis
 Angina
 Kelelahan
 Defisit Pengetahuan Kesehatan
4. Analisa masalah
 Transcultural Nursing
5. More Info
6. We don’t know
7. Learning Issue
A. Pengertian Transkultural nursing
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan.
Ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia(Leininger,2002).
Asumsi mendasari dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal.

B. PARADIGMA TRANSCULTURAL NURSING

Paradigma keperawatan transcultural Leininger (1985) diartikan sebagai cara pandang,


keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsepsentral keperawatan yaitu : manusia, sehat,
lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilainilaidan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan. Menurut Leininger
(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang
sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehatsakit yang adaptif (Andrew
and Boyle, 1995).

3. Lingkungan.

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,


kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana
klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial
dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
yang bermanfaat untuk mempertahankan kehidupan. Misalnya: pemakaian obat-obatan untuk
kesehatan, membuat rumah sesuai iklim dan geografis lingkungan. Lingkungan sosial adalah
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas yang mempengaruhi kehidupan .

4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan atau memberdayakan
individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien.

C. Tujuan Transkultural nursing

Leininger 1985) mendefinisikan keperawatan transkultural sebagai area studi dan


praktik substantif yang berfokus pada budaya komparatif. Nilai (kepercayaan),
kepercayaan, dan praktik perorangan atau kelompok budaya yang sama atau berbeda.
Tujuan utama dari Transkultural Nursing yaitu untuk melihat dari budaya maupun
etis dalam mempengaruhi komunikasi dan juga diagnosa keperawatan serta
pengambilan keputusan dalam pengobatan yang dilakukan. Selain itu tujuan
keperawatan Transkultural, yaitu memberikan budaya yang spesifik dan praktik
keperawatan universal dalam mempromosikan kesehatan atau kesejahteraan dan
untuk membantu orang menghadapi kondisi manusia, penyakit, atau penyakit yang
tidak menguntungkan.
Selain itu praktik keperawatan transkultural membahas dinamika budaya untuk
mempengaruhi hubungan perawat-pasien. Spesifikasi dari keperawatan transkultural
adalah mempelajari dan menjelaskan hasil dari jenis perawatan berbasis kebudayaan.
Dalam pelakasanaan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu
memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya.
Keberhasilan seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan bergantung
pada kemampuan menyintesis konsep atropologi, sosiologi, dan biologi dengan
konsep caring, proses keperawatan, dan komunikasi interpersonal kedalam konsep
asuhan keperawatan transkultural. Budaya yang telah menjadi kebiasaan tersebut
diterapkan dalam asuhan keperawatan transkultural, menegosiasi, dan
merestrukturisasi budaya.

D. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Transcultural Nursing

Dimensi budaya dan struktur sosial meliputi faktor teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor
sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum, ekonomi serta
pendidikan. Semua faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area sesuai, sesuai dengan
kondisi masing-masing daerah dan akan mempengaruhi pola dan cara praktik perawatan
kesehatan. Ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya terhadap pencapaian kesehatan secara
holistik atau kesejahteraan manusia baik pada level individu, keluarga, kelompok, komunitas
maupun institusi, di berbagai sistem kesehatan (Asmadi, 2008).

- Faktor Teknologi
Meliputi teknologi apa saja yang dimanfaatkan atau digunakan oleh keluarga untuk
mengatasi masalah kesehatannya. Mengenai persepsi tentang penggunaan teknologi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, persepsi
sehat sakit, kebiasaan berobat dan mengatasi masalah kesehatan.

- Faktor Agama dan Filosofis


Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Agama yang dianut,
kebiasaan pemeluk agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, kebiasaan yang
berdampak positif terhadap kesehatan, upaya mencari bantuan kesehatan, konsep diri
yangg utuh, status pernikahan, persepsi klien terhadap kesehatan, cara beradaptasi
terhadap situasi saat ini, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dan cara penularan terhadap orang lain.

- Faktor Kekerabatan dan Sosial


Nama lengkap dan nama panggilan, marga, usia atau tenpat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, tumbuh kembang keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota
keluarga, hubungan klien dengan KK, kebiasaan rutin yang dilakukan oleh keluarga.

- Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup


Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait.

- Faktor Politis dan Legal


Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995). Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah
anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

- Faktor Ekonomi
Pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, kebiasaan menabung dan jumlah tabungan
sebulan. Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.

- Faktor Pendidikan
1. Tingkat pendidikan terakhir
2. Pelatihan yang pernah didapat
3. Jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan
klien biasanya didukung oleh bukti bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut
dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
- Strategi dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada transcultural nursing

Strategi dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Transcultural Nursing

Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada individu sesuai dengan latar belakang budaya.
Strategi yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan menurut Leininger (dalam Putri,
2017 : 35) antara lain :

1. Mempertahankan budaya (Culture Care Preservation and/or Maintenance)


Mempertahankan budaya dilakukan apabila budaya yang dianut individu tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai nilai-nilai yang relevan sehingga indivisu dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya. Misalnya budaya minum air putih setiap bangun
tidur atau menggunakan obat-obat tradisional berupa obat herbal.

2. Negosiasi atau mengakomodasi budaya (Culture Care Accommodation and/or


Negotiation)
Negosiasi budaya dilakukan untuk membantu individu beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu individu untuk dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatann kesehatan,
misalnya pada pasien setelah operasi yang pantang makan makanan yang berbau amis,
maka dapat diganti dengan memakan sumber protein hewani lain seperti putih telur.

3. Mengganti atau mengubah budaya individu (Culture Care Repatterning and/or


Restructuring)
Melibatkan proses pengambilan keputusan bersama/mengubah tindakan keperawatan
untuk mencapai hasil modifikasi keperawatan yang lebih baik Mengganti atau
restrukturisasi budaya dilakukan bila budaya yang dianut merugikan bagi kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup pasien yang tidak baik menjadi baik
seperti budaya merokok menjadi tidak merokok
E. Evaluasi Hasil Asuhan Keperawatan pada Transcultural Nursing

Manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan kognitif dan mampu cenderung
akan mempertahankan budayanya dimanapun ia berada.Maka dari itu,akan sangat
sulit untuk mengugah perasaan klien menghapuskan kebudayaanya.Dalam hal ini
perawat dituntut untuk menjadi perawat kongruen secara budaya yang terjadi dalam
hubungan perawat dan pasien dalam mengeksplorasi kebudayaan pasien yang
baertentangan dengan kesehatannya. Dalam mensintesis informasi yang terdapat
dalam syarat dan asumsi yang menentukan hanya untuk hal dengan rasa kasihan dan
kejelasan tanyakan kepada masing- masing pasien tentang praktik budaya dan
preferensi mereka. Klien yang mengalami asuhan keperawatan yang gagal kongruen
dengan kepercayaan dan nilai budaya klien akan menunjukkan tanda-tanda adanya
stress,konflikbudaya,ketidakpatuhan,dan masalah moral etis. Menggabungkan
masalah pribadi ,sosial,lingkungan,budaya/kepercayaan pasien kedalam rencana
perawatan sedapat mungkin ,menghormati keragaman budaya,dan berusaha
meningkatkan pengetahuan dan kepekaan yang terkait dengan masalah keperawatan
yang penting ini.Perawat yang memahami dan menilai praktik keampuan yang
kompeten secara budaya dapat mempengaruhi perubahan positif pada praktik
kesehatan untuk klien dari budaya yang ditunjuk.Setiap buaya manusia memiliki
pengobatan tradisional,pengetahuan profesional,dan praktik perawatan professional
yang bervariasi.Perawat harus mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor ini secara
sadar dengan setiap klien untuk memberikan perawatan jasmani dan budaya yang
sesuai.
Pelayanan keperawatan yang profesional harus dapat dibuktikan dan disarakan
dampak positifnya oleh klien. Dampak dari pelayanan keperawatan tervalidasi dengan
indikator yang jelas dan terukur. Indikator dalam memberikan pelayanan keperawatan
yang berkwalitas adalah sebagai berikut: 1) Jaminan keamanan dan perlindungan
klien dari tindakan perawat (Patient safety), 2) Kenyamanan, 3) Penambahan
Pengetahuan, 4) Kepuasan akan pelayanan keperawatan, 5) memberdayakan klien
sesuai potensi yang dimiliki (Self care), 5) Jaminan terhadap intervensi keperawatan
yang diberikan sehingga mengurangi kecemasan
Evaluasi hasil strategi dalam melaksanakan asuhan keperawatan transkultural nursing
yang harus dilakukan terhadap :
1. Keberhasilan pasien dalam mempertahankan budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya
2. Negoisasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan terhadap kondisi
kesehatannya
3. Restruktuasi budaya yang bertentangan dengan kondisi kesehatannya.

Kesimpulan

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan.

Paradigma keperawatan transcultural Leininger (1985) diartikan sebagai cara pandang,


keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsepsentral keperawatan yaitu : manusia, sehat,
lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).

Tujuan dari Transkultural Nursing yaitu untuk melihat dari budaya maupun etis dalam
mempengaruhi komunikasi dan juga diagnosa keperawatan serta pengambilan keputusan dalam
pengobatan yang dilakukan, memberikan budaya yang spesifik dan praktik keperawatan
universal dalam mempromosikan kesehatan atau kesejahteraan dan untuk membantu orang
menghadapi kondisi manusia, penyakit, atau penyakit yang tidak menguntungkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi transkultural nursing diantaranya: teknologi, agama dan


falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum,
ekonomi serta pendidikan. Semua faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area sesuai,
sesuai dengan kondisi masing-masing daerah dan akan mempengaruhi pola dan cara praktik
perawatan kesehatan.
Strategi yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan menurut Leininger (dalam Putri,
2017 : 35) antara lain :

1) Mempertahankan budaya (Culture Care Preservation and/or Maintenance)


2) Negosiasi atau mengakomodasi budaya (Culture Care Accommodation and/or Negotiation)
3) Mengganti atau mengubah budaya individu (Culture Care Repatterning and / or
Restructuring)

Evaluasi hasil strategi dalam melaksanakan asuhan keperawatan transkultural nursing yang
harus dilakukan terhadap :

1. Keberhasilan pasien dalam mempertahankan budaya yang sesuai dengan kondisi


kesehatannya
2. Negoisasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan terhadap kondisi
kesehatannya
3. Restruktuasi budaya yang bertentangan dengan kondisi kesehatannya.

Daftar Pustaka

Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing: Concepts, Theories, Research and
Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies.

Parawansah. Nanlohy, Muhammad Ikhsan Fadli. Rangki, La. Junuda. (2018). PENGARUH PENDEKATAN
TRANSKULTURAL NURSING TERHADAP PRILAKU PENGGUNA PIL PARACETAMOL, CAFEIN, DAN
CARISOPRODOL DI KOTA KENDARI. SEMINAR NASIONAL. Vol: 1(1).

Putri, Dewi Murdiyanti Prihatin. (2018). Keperawatan Transkultural: Pengetahuan dan Praktik
Berdasarkan Budaya (Cetakan I). Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Rejeki, S. (2012) HERBAL Dan KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN Suatu Pendekatan Transkultural
Dalam Praktik Keperawatan Maternitas. Jurnal Unimus.

Wulandari, Ade. (2016). MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA UNTUK MEMPERTAHANKAN,


MENEGOSIASI DAN MERESTRUKTURISASI PRAKTIK KEPERAWATAN NEONATUS YANG BERBASIS
BUDAYA BIMA MELALUI PENERAPAN SUNRISE MODEL DI PKM ASAKOTA KOTA BIMA : ACTION
RESEARCH. Jurnal Kesehatan Prima Vol: 10(1).

Anda mungkin juga menyukai