Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 3

1. DEBI KRISTIANI BULAGE


2. FRISKA MANDIKE
3. SELVIDA MASUKU
4. RIA JELITA
5. NUHDY ARDIANTI
6. NUR ISTITHA
• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer,
2002).
• Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik. (Price, 2006).
• Fraktur adalah pemecahan suatu bagian,
khususnya tulang; pecahan atau rupture pada
tulang (Dorland, 1998).
Insiden fraktur terbuka sebesar 4% dari seluruh
fraktur dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan sebesar 3,64 berbanding 1, dengan
kejadian terbanyak pada kelompok umur decade
kedua dan ketiga yang relative mempunyai aktivitas
fisik dan mobilitas yang tinggi
1. Trauma
2. Kondisi patologi : kekurangan mineral sampai batas
tertentu pada tulang dapat menyebabkan patah tulang:
contohnya osteoporosis, tumor tulang (tumor yang
menyerap kalsium tulang)
3. Mekanisme Cedera : Pada lansia biasanya adalah cedera
tulang belakang
4. Cedera Torakolumbal : Penyebab tersering cedera
torakolumbal adalah jatuh dari ketinggian serta
kecelakaan lalulintas
a. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan
garis traktur meliputi:
1. Fraktur komplit
2. Fraktur inkomplit
a. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur
berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:
1. Fraktur tertutup
2. Fraktur terbuka
1. Nyeri
2. Bengkak /edema
3. Memar / ekimosis
4. Spasme otot
5. Penurunan sensasi
6. Gangguan fungsi
7. Mobilitas abnormal
8. Krepitasi ; Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika
bagian-bagian tulang digerakkan.
9. Deformitas ; Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil
dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang
mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan
menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
1. Pemeriksaan Rontgen: menentukan lokasi/luasnya
fraktur/luasnyatrauma, skan tulang, temogram, scan CI:
memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
2. Hitung darah lengkap : HB mungkin meningkat/menurun.
3. Kreatinin : traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk
ginjal.
4. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah, transfusi multiple, atau cederah hati.
Perawat harus mewaspadai faktor-faktor
praoperasi dan pascaoperasi yang jika tidak
dikenali dapat menjadi faktor penentu yang
berdampak kurang baik terhadap klien.
Praoperasi
Perawat harus mengajarkan klien untuk melatih
kaki yang tidak mengalami cidera dan kedua
lengannya.
Pascaoperasi
Perawat memantau tanda vital serta memantau asupan
dan keluaran cairan, mengawasi aktivitas pernapasan,
seperti napas dalam dan batuk, memberikan
pengobatan untuk menghilangkan rasa nyeri, dan
mengobservasi balutan luka terhadap tanda-tanda
infeksi dan perdarahan. Sesudah dan sebelum reduksi
fraktur, akan selalu ada resiko mengalami gangguan
sirkulasi, sensasi, dan gerakan.
Komplikasi Awal
1. Kerusakan Arteri
2. Kompartement Syndrom
3. Fat Embolism Syndrom
4. Infeksi
5. Avaskuler Nekrosis
6. Shock Komplikasi Dalam Waktu Lama
1. Delayed Union
2. Nonunion
3. Malunion
Pengkajian
Kaji tingkat kesadaran pasien dengan GCS.
(Doenges, 2000:761)
Aktifitas/ Istirahat
• Tanda: keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari
pembengkakan jaringan, nyeri)
Sirkulasi
• Tanda: hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/
ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah), Takikardi (respon stress,
hipovolemia), Penurunan/ tak ada nadi pada bagian distal yang cedera;
pengisisa kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena, Pembengkakan
jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera
Neurosensori
1. Gejala: hilang gerakan/ sensasi, spasme otot, Kebas/
kesemutan (parestesis)
2. Tanda: deformitas local: angulasi abnormal, pemendekan,
rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang
fungsi.
3. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas atau
trauma lain).
Nyeri/ Kenyamanan
1. Gejala: Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin
terlokalisasi pada area jaringan/ kerusakan tulang; dapat
berkurang pada imobilisasi); tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf.
2. Spasme/ kram otot (setelah imobilisasi).
3. Penilaian nyeri PQRST
Keamanan
1. Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan,
perdarahan, perubahan warna
2. Pembengkakan local (dapat meningkat secara
bertahap atau tiba-tiba)
Pre operasi:
1. Perubahan perfusi jaringan peerifer berhubungan dengan
trauma pembuluh darah atau kompresi pada pembuluh darah
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur
terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
4. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan
fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak
5. Resiko ketidakseimbangan cairan elektrolit berhubungan
dengan pendarahan
6. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan
Post operasi:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi,
pemasangan gips
3. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan
fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak,
prosedur invasif/traksi tulang)
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur
terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
6. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan
pada anggota tubuh pasca post operasi
No Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1.
Perubahan Setelah diberikan a. Kaji adanya / kualitas nadi perifer a. Penurunan/tidak adanya nadi dapat
perfusi jaringan tindakan keperawatan, distal terhadap cidera melalui menggambarkan cidera vaskuler dan
perifer diharapkan tidak terjadi palpasi / doopler perlunya evaluasi medik segera terhadap
berhubungan perubahan perfusi b. Kaji aliran kapiler, warna kulit dan status sirkulasi
dengan trauma jaringan, dengan kriteria kehangatan distal pada fraktur b. Kembalinya warna harus cepat (3-5 detik)
pembuluh hasil : c. Lakukan pengkajian neuromuskuler, warna kulit putih menunjukkan gangguan
darah atau a. Individu akan perhatikan perubahan fungsi motor arterial, sianosis diduga ada gangguan venal.
kompresi pada mengidentifikasi / sensori. Minta pasien untuk c. Gangguan perasaan kebas, kesemutan,
pembuluh factor-faktor yang melokalisasi nyeri peningkatan/ penyebaran nyeri bila terjadi
darah meningkatakan d. Kaji jaringan sekitar akhir gips untuk sirkulasi pada syaraf, tidak adekuat atau
sirkulasi perifer, titik yang kasar / tekanan selidiki syarat pusat.
melaporkan keluhan “rasa terbakar”dibawah d. Mengindikasikan tekanan jaringan/iskimeal
penurunan dalam gips menimblkan kerusakan/nekrosis.
nyeri e. Awasi posisi / lokasi cincin e. Alat traksi dapat menyebabkan tekanan
penyokong berat pada pembuluh darah/ syaraf
f. Selidiki tanda iskemis ekstremitas f. Dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut) dapat
tiba-tiba,contoh penurunan suhu menyebabkan kerusakan arteri yang
kulit,dan peningkatan nyeri berdekatan dengan akibat hilangnya aliran
g. Awasi tanda – tanda vital darah ke distal.
g. Ketidakadekuatan volume sirkulasi
2 Resiko Setelah diberikan a. Rencanakan tujuan a. Diteksi dini
ketidakseimba tindakan keperawatan masukan cairan untuk memungkinkan
ngan cairan (…x…) jam diharapkan setiap pergantian terapi pergantian
elektrolit kebutuhan volume (misal 1000ml selama cairan segera untuk
berhubungan cairan pasien yang siang hari,800ml memperbaiki deficit
dengan adekuat. selama sore
pendarahan Kriteria Hasil: hari,300ml selama a. Informasi yang jelas
Cairan dalam tubuh klien malam hari ) akan meningkatkan
kembali normal b. Jelaskan tentang kerja sama klien
alasan-alasan untuk untuk terapi
mempertahankan
cairan yang adekuat
dan metoda-metoda
untuk mencapai tujuan
masukan cairan
1
Intoleransi Setelah dilakukan a. Rencanakan a. Mengurangi aktivitas yang
aktivitas tindakan keperawatan periode istirahat tidak diperlukan, dan energi
berhubung diharapkan pasien yang cukup. terkumpul dapat digunakan
an dengan memiliki cukup energi b. Berikan latihan untuk aktivitas seperlunya
imobilisasi untuk beraktivitas, aktivitas secara secar optimal.
, dengan kriteria hasil : bertahap. b. Tahapan-tahapan yang
pemasang - Klien menampakan c. Bantu pasien diberikan membantu proses
an gips kemampuan untuk dalam memenuhi aktivitas secara perlahan
memenuhi kebutuhan kebutuhan sesuai dengan menghemat tenaga
diri. kebutuhan. namun tujuan yang tepat,
- Pasien mengungkapkan mobilisasi dini.
mampu untuk a. Setelah latihan c. Mengurangi pemakaian
melakukan beberapa dan aktivitas kaji energi sampai kekuatan
aktivitas tanpa dibantu. respons pasien pasien pulih kembali.
- Koordinasi otot, tulang d. Menjaga kemungkinan
dan anggota gerak adanya respons abnormal
lainya baik dari tubuh sebagai akibat
dari latihan.
Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi
Evaluasi
Pre operasi:
Dx 1 : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
Dx 2 : Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan
perilaku tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan
penyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan luka sesuai
waktu/penyembuhan lesi terjadi.
Dx 3 : Klien dapat menerima situasi dengan realitas
Dx 4 : Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
Dx 5 : Kebutuhan volume cairan pasien yang adekuat.
Dx 6 : Cemas pasien berkurang.
Post Operasi:
Dx 1 : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas
pada tingkat paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan
posisi fungsional
Dx 2 : Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas
Dx 3 : Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
Dx 4 : Tidak terjadi infeksi
Dx 5 : Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan
perilaku tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan
penyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan luka sesuai
waktu/penyembuhan lesi terjadi.
Dx 6 : Mulai menunjukan adaptasi dan menyatakan
penerimaan pada situasi diri
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muttaqin, Skep. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem.
Muskuloskeletal. Jakarta: EG
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan). Alih bahasa : Yayasan Ikatan alumsi Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung. Cetakan I.
Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius.
PriceS.A., Wilson L. M. 2006. Buku Ajar Ilmu. Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 3
volume 8. Jakarta: EGC.
Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC
Uantox. 2012. Fraktur Torakolumbal.
http://www.scribd.com/doc/33615745/fraktur-
torakolumbal.html Diakses tanggal: 19-09-2012. Jam: 21.19 WITA

Anda mungkin juga menyukai