Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN STATUS PEMBENGKAKAN

OSTEOMYELITIS MANDIBULA DEXTRA

DISUSUN OLEH :

ERIKA ASRI N (2015-16-076)

FELICIA NONISHA (2015-16-077)

PEMBIMBING :

drg. M. Toto Sugiharto, Sp. BM

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT

RS. BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi Osteomyelitis

Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada

tulang dan struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik.1

Dalam kepustakaan lain dinyatakan bahwa osteomielitis adalah radang tulang

yang disebabkan oleh organism piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain

juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar

melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa dan periosteum.2

1.2 Etiologi

Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan

bakteri, dapat menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh

bakteri piogenik tertentu dan mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik

adalah kuman Staphylococcus aureus (89-90%), Escherichia coli,

Pseudomonas, dan Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus

influenzae dan kelompok B streptokokus seringkali bersifat patogen.2

1.3 Gejala klinis

Osteomielitis hematogeneus biasanya memiliki progresivitas gejala

yang lambat.osteomielitis langsung (direct osteomyelitis) umumnya lebih

terlokalisasi dengan tanda dan gejala yang menonjol.


1.4 Patogenesis

Patogenesis dari osteomielitis telah dieksplorasi pada berbagai

hewan percobaan; pada studi ini ditemukan bahwa tulang yang

normal sangat tahan terhadap infeksi, yang hanya bisa terjadi sebagian

besar diakibatkan oleh inokulum, trauma, atau adanya benda asing.3

Kuman bisa masuk tulang dengan berbagai cara, termasuk beberapa cara

dibawah ini :

 Melalui aliran darah.

Kuman di bagian lain dari tubuh misalnya, dari pneumonia atau infeksi

saluran kemih dapat masuk melalui aliran darah ke tempat yang melemah

di tulang. Pada anak-anak, osteomielitis paling umum terjadi di

daerah yang lebih lembut, yang disebut lempeng pertumbuhan,di kedua

ujung tulang panjang pada lengan dan kaki.

 Dari infeksi di dekatnya.

Luka tusukan yang parah dapat membawa kuman jauh di

dalam tubuh. Jika luka terinfeksi, kuman dapat menyebar ke tulang di

dekatnya.

 Kontaminasi langsung

Hal ini dapat terjadi jika terjadi fraktur sehingga terjadi kontak langsung

tulang yang fraktur dengan dunia luar sehingga dapat terjadi


kontaminasi langsung. Selain itu juga dapat terjadi selama operasi untuk

mengganti sendi atau memperbaiki fraktur.3

1.5 Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan darah lengkap:

Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal. Adanya

pergeseran ke kiri biasanya disertai dengan peningkatan jumlah leukosit

polimorfonuklear. Tingkat C-reaktif protein biasanya tinggi

dan nonspesifik; penelitian ini mungkin lebih berguna

daripada laju endapan darah (LED) karena menunjukan adanya

peningkatan LED pada permulaan. LED biasanya meningkat (90%),

namun, temuan ini secara klinis tidak spesifik. CRP dan LED memiliki

peran terbatas dalam menentukan osteomielitis kronis seringkali

didapatkan hasil yang normal.

 Kultur :

Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak

berkorelasi dengan bakteri yang menyebabkan osteomielitis dan

memiliki penggunaan yang terbatas. Darah hasil kultur, positif pada

sekitar 50% pasien dengan osteomielitis hematogen.

Bagaimanapun, kultur darah positif mungkin menghalangi kebutuhan

untuk prosedur invasif lebih lanjut untuk mengisolasi organisme. Kultur

tulang dari biopsi atau aspirasi memiliki hasil diagnostik sekitar 77% pada

semua studi.
 Radiografi

Bukti radiografi dari osteomielitis akut pertama kali diusulkan oleh

adanya edema jaringan lunak pada 3-5 hari setelah terinfeksi. Perubahan

tulang tidak terlihat untuk 14-21 hari dan pada awalnya bermanifestasi

sebagai elevasi periosteal diikuti oleh lucencies kortikal atau meduler.

Dengan 28 hari, 90% pasien menunjukkan beberapa kelainan. Sekitar 40-

50% kehilangan fokus tulang yang menyebabkan terdeteksinya lucency

pada film biasa.

 MRI

MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi osteomyelitis.

Penelitian telah menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan

radiografi polos, CT, dan scanning radionuklida dan

dianggap sebagai pencitraan pilihan. Sensitivitas berkisar antara 90-100%.

Tomografi emisi positron (PET) scanning memiliki akurasi yang mirip

dengan MRI.

 CT scan

CT scan dapat menggambarkan kalsifikasi abnormal, pengerasan,

dan kelainan intracortical. Hal ini tidak direkomendasikan untuk

penggunaan rutin untuk mendiagnosis osteomyelitis tetapi sering menjadi

pilihan pencitraan ketika MRI tidak tersedia.


 Ultrasonografi

Teknik sederhana dan murah telah menjanjikan, terutama pada

anak dengan osteomielitis akut. Ultrasonografi dapat menunjukkan

perubahan sejak 1-2 hari setelah timbulnya gejala. Kelainan

termasuk abses jaringan lunak atau kumpulan cairan dan elevasi periosteal.

Ultrasonografi memungkinkan untuk petunjuk ultrasound aspirasi. Tidak

memungkinkan untuk evaluasi korteks tulang.

1.6 Diagnosis banding

Osteomielitis mudah didiagnosis secara klinis, pemeriksaan radiologis dan

tambahan seperti CT dan MRI jarang diperlukan. Namum demikian, seringkali

osteomielitis memiliki gejala klinis yang hampir sama dengan yang lain.

Khususnya dalam keadaan akut, gejala klinis yang muncul sama seperti pada

histiocytosis sel Langerhans atau sarkoma Ewing. Perbedaan pada setiap masing-

masing kondisi dari jaringan lunak. Pada osteomielitis, jaringan lunak terjadi

pembengkakan yang difus. Sedangkan pada sel langerhan histiocytosis tidak

terlihat secara signifikan pembengkakan jaringan lunak atau massa. Sedangkan

pada ewing sarkoma pada jaringan lunaknya terlihat sebuah massa. Durasi gejala

pada pasien juga memainkan peranan penting untuk diagnostik. Untuk sarkoma

ewing dibutuhkan 4-6 bulan untuk menghancurkan tulang sedangkan osteomielitis

4-6 minggu dan histiocytosis sel langerhans hanya 7-10 hari.3

1.7 Indikasi dilakukannya pembedahan

 Adanya sequester.
 Adanya abses.

 Rasa sakit yang hebat.

 Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma

Epidermoid).

1.8 Komplikasi

 Kematian tulang (osteonekrosis)

Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam

tulang, menyebabkan kematian tulang. Jika terjadi nekrosis pada area yang

luas, kemungkinan harus diamputasi untuk mencegah terjadinya

penyebaran infeksi.

 Gangguan pertumbuhan

Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi osteomielitis adalah

pada daerah yang lembut, yang disebut lempeng epifisis, di kedua ujung

tulang panjang pada lengan dan kaki. Pertumbuhan normal dapat

terganggu pada tulang yang terinfeksi.

 Kanker kulit

Jika osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuka yang

menyebabkan keluarnya nanah, maka kulit disekitarnya berisiko tinggi

terkeba karsinoma sel skuamosa.

Dalam kepustakaan lain, disebutkan bahwa osteomielitis juga dapat

menimbulkan komplikasi berikut ini4 :


o Abses tulang

o Bakteremia

o Fraktur

o Selulitis
BAB II

LAPORAN KASUS

No RM : 833836
Nama Pasien : Ny. Suparti
Tanggal Lahir : 22 Februari 1966
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Ruang Rawat Inap :
Alamat : Vila Anggrek 4 C3 No 18, Bekasi
Tanggal Operasi : 9 September 2016
Dokter Operator : drg. M. Toto Sugiharto, Sp. BM

ANAMNESA
Pasien datang ke RS Bhayangkara Tk. I. R. Said Sukanto dengan keluhan merasa

bengkak dan sakit pada bagian bawah rahang sebelah kanan.

STATUS UMUM

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran Pasien : Compos Mentis

Tanda – tanda vital :

 Tensi darah : 110/70 mmHg

 Suhu : 36,5o

 Frek. Nadi : 87x/menit

 Frek. Pernafasan : 20x/menit


Kelainan Sistemik :

 Jantung :(-)

 Diabetes Melitus :(-)

 Hemophilia :(-)

 Hepatitis :(-)

 Alergi Obat :(-)

 Alergi Makanan :(-)

 Penyakit Lain :(-)

STATUS LOKALIS

a. Pemeriksaan Ekstra Oral

Inspeksi

 Lokasi / regio : submandibula dextra

 Bentuk kelainan : pembengkakan

 Warna : kemerahan disertai warna putih di tengah

lesi

Palpasi

 Suhu : 36,5

 Batas : Jelas

 Mudah digerakan/tidak: Tidak bisa digerakan

 Permukaan : Kasar

 Konsistensi : Keras

 Nyeri tekan : (+)

 Fluktuasi : (+)
 Ukuran : P (4cm) x L (3cm)

 Kelenjar getah bening : Tidak teraba

b. Pemeriksaan Intra Oral

Inspeksi

 Trismus :-

 Kelainan : Sequester

 Lokasi : Regio 43 – 45

 Warna : Merah

Palpasi

 Suhu :

 Batas : Jelas

 Mudah digerakan/tidak: Tidak

 Permukaan : Keras

 Konsistensi : Keras

 Nyeri tekan : (+)

 Fluktuasi : (-)

 Ukuran : P (3cm) x L (2cm)

Keterangan

 Bibir atas : Normal

 Bibir bawah : Normal

 OH : Buruk

 Gingiva : Kemerahan, oedem

 Oklusi : Normal
 Palatum : Normal

 Mukosa pipi ka ki : Normal

 Lidah : Normal

 Dasar mulut : Normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Laboratorium :

a. Hematologi

 Hemoglobin : 12,1 g/dl

 Leukosit : 8700 u/l

 Laju Endap Darah : 85 mm/jam

 Basofil :-

 Eosinofil :1%

 Batang :-

 Segmen : 61 %

 Limfosit : 31 %

 Monosit :7%

 Masa perdarahan : 2 menit

 Masa pembekuan : 11 menit

b. Kimia Klinik

 SGOT/AST : 10,3 u/L

 SGPT : 6,7 u/L

 Ureum : 34 mg/dl
 Creatinine : 0,7 mg/dl

 Glukosa darah sewaktu : 86 mg/dl

DIAGNOSIS

Osteomielitis Mandibula Dextra

RENCANA TERAPI

Pembedahan squerektomi dan ekstraksi gigi 46 dengan anastesi umum


LAPORAN KASUS

No RM : 833836
Nama Pasien : Suparti Binti Sumarto
Tanggal Lahir : 22 Februari 1966
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Vila anggrek 4 C3 No. 18
Tanggal operasi : 9 september 2016
Dokter operator : drg. M. T. Sugiharto, Sp.BM
Asisten 1 : Nur Rizki
Asisten 2 : Femita Rya G.

I. Data Dasar:
1. Keluhan Utama :
Nyeri dan bengkak pada gusi.
2. Pengobatan saat ini : (-)
II. Riwayat Kesehatan:
1. Riwayat penyakit terdahulu : Lain-lain: Tidak
2. Operasi yang pernah dialami : Tidak
3. Alergi : Tidak
4. Riwayat penyakit keluarga : Tidak
5. Ketergantungan terhadap : Tidak
III. Pemeriksaan Fisik:
1. Airway : Bersih
2. Breathing : Ada
3. Circulation : Kuat
4. Kesadaran : Normal
5. GCS :4 E:6 M:5 V:15 Pupil ka/ki: 3/3
Refleks ka/ki: +/+
6. Tekanan Darah : 132/78 mmhg
7. Nadi : 70 x/menit
8. Suhu : 36,7 oC
9. Pernafasan : 20 x/menit
IV. Nyeri :
1. Nyeri : (+)

V. Status Fungsional:
1. Penggunaan alat bantu: (-)
2. Cacat tubuh : (-)

VI. Diagnosa : Osteomyelitis Mandibula Dextra

IV. Pemeriksaan Penunjang :


1) Foto Panoramik

2) Laboratorium :
a. Hematologi
a) Darah Rutin
 Hemoglobin 12,1 g/dl
 Leukosit  87 10^3/µl
 Laju endap darah  85* mm/jam
b) Hitung Jenis
 Basofil  -
 Eosinofil  1 %
 Neutrofil batang  -
 Neutrofil segmen  61%
 Limfosit  31%
 Monosit  7%
c) Masa pendarahan : 2’ menit
d) Masa pembekuan : 11’ menit

b. Kimia Klinik
 SGOT : 10,3 u/l
 SGPT : 6,7 u/l
 Ureum : 34 mg/d
 Creatinine : 0,7 mg/d
 Glucosa darah sewaktu : 86 mg/d

VII. Laporan pre-operasi (rawat inap)


Pasien datang ke poli gigi dan mulut pada tanggal 7 September 2016 pukul
13.00
Pasien dipindahkan ke ruang rawat inap VIP Pamen 4 tanggal 7 September
2016 pukul 13.29
Pasien rawat inap sampai tanggal 7 September 2016 sebelum operasi
tanggal 9 September 2016

VIII. Laporan Operasi


Tanggal Operasi : 9 September 2016
 Tindakan : Reseksi dan rekonstruksi
 Tahapan :
1) Persiapan alat dan bahan.

2) Pasien masuk ke ruang OK dan dipindahkan ke atas meja operasi


dalam keadaan terlentang.
3) Pasien dibius umum melalui inhalasi nasal.
4) Asepsis daerah kerja dengan menggunakan povidone iodine.

5) Penyuntikan infiltrasi serta penyuntikan daerah ekstra oral pada


bagian jaringan yang mengalami nekrosis.
6) Insisi triangular pada bagian intra oral, kemudian flap dibuka
dengan rasparatorium.

7) Setelah itu melakukan pengangkatan pada bagian gigi yang


terinfeksi.
8) Pengeburan pada daerah yang terdapat sequerter, dengan bur low
speed dan membuang tulang.

9) Pengangkatan sequester dengan teknik sequesteroktomi.


10) Irigasi daerah kerja
11) Kemudian lakukan insisi pada bagian ekstra oral, untuk
mengangkat jaringan nekrosis.

12) Kauterasi jaringan.


13) Lakukan pengangkatan jaringan nekrosis

14) Debridement daerah kerja.

15) Berikan fiksasi interna (wire) agar terjadi pertumbuhan tulang


baru.

16) Kuretase, spooling dengan NaCl 3%


17) Suturing pada bagian ekstra oral dan intra oral dengan penjahitan
simple interupted.

18) Kemudian pasang soufratul dan kasa untuk menutupi daerah


operasi

19) Operasi selesai

20) Terapi obat :


 infus RL
 inj. Ceftriaxone 2x1 gr
 inj. Metronidazole 3x500 gr
 inj. Ketorolac 3x1
 inj. Transamin 2x500mg
21) Instruksi post-operasi:
 Awasi TTV dan pendarahan.
 Diet cair 24 jam post operasi.
 Tidak boleh menyedot dan menghisap.
 Ajarkan teknik relaksasi.
22) Kontrol 1 tanggal 9 september 2016
S: Pasien masih merasa nyeri
O: TD: 110/70, N: 88x/m, R: 20x/m. S: 36.6
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Observasi TTV
DAFTAR PUSTAKA

1. Randall W King, MD, FACEP; Chief Editor: Rick Kulkarni. Osteomyelitis in


Emergency Medicine. Available

from: http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview#showall

2. Robin, Cotrans. Pathologic Basis of Disease 7th Edition. 2007


3. Daniel, Lew, et al. 2012. “Review Article Current Concepts
OSTEOMYELITIS”available from
:“http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/nejm199704033361406”
4. Hidyaningsih, Referat Osteomielitis. Jakarta:2012. h : 10-24.

Anda mungkin juga menyukai