Anda di halaman 1dari 74

Osteomyelitis

OLEH :
Ns. Rudiyanto
STIKES banyuwangi 2017
Bagian – bagian Tulang
Osteomyelitis

Definisi :
Merupakan infeksi tulang dan
sum-sum tulang, yang dapat
terjadi secara akut atau kronik,
yang biasanya disebabkan oleh
bakteri
Etiologi

 Bakteri : staphylococcus aurius, infeksi


bakteri dalam darah (bakterimia)tulang
 Pernyebaran infeksi terdekat :
luka/trauma, prosedur operasi
 Sistem imun yang lemah
Organisme tersering pada tahapan
Usia

Infants (<1 year)


Group B streptococci
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Children (1 to 16 years)
S. aureus
Streptococcus pyogenes
Haemophilus influenzae
Adults (>16 years)
Staphylococcus epidermidis
S. aureus
Pseudomonas aeruginosa
Serratia marcescens
E. coli
Epidemiologi
 ♂>♀
 Akut  anak-anak (hematogen)
 Kontak  remaja dan dewasa (trauma)
Berdasarkan tulang yang terlibat
 Tibia (50 %)
 Femur (30 %)
 Fibula
 Humerus
 Radius
 ulna
Manifestasi Klinis

 Fase Akut
10-15 hari muncul gx,: Nyeri hebat,
panas tinggi, imobilisasi lokal, abses
dan nyeri tekan.
 Fase kronik
Nyeri tdk terlalu, abses disertai
kemerahan dan muncul fistel
Patofisiologi

 Merupakan penyebaran sekunder dari


focus primer ( yang hampir selalu dari
paru-paru)
 Penyebaran : hematogen dan limfogen
 Waktu : infeksi primer dan pasca primer
Cont,,,,
 Kuman  spongiosa(metafise) 
pus/abses  menjalar ke diafise dan
kortex  periosteal terangkat reaksi
periosteal
 Tulang-tulang nekrosis
 Bila a. nutrisia trombosisnekrosis
bertambah (sequester)
 Didalam tulang membentuk tulang baru
 pada cortex dan trabekula 
sklerotik (radioopaq)
Pemeriksaan Penunjang

Foto Rongent
 Kelainan tulang pada foto rontgen 
10-14 hari setelah infeksi
 Sebelumnya pembengkakan

 Perubahan pada anak-anaklebih


cepat
Pemeriksaan yang lain dengan :
 USG (ultrasonografi)
osteomyelitis akut
perubahan 1-2 hari
deteksi cairan , abses dan periostitis
 CT Scan (Tomografi komputer)
menggambarkan :
keadaan tulang dan jaringan lunak
kalsifikasi abnormal
baik untuk lokasi : vertebrae, pelvis,
sternum
CT Scan
 CT Scan dapat menilai intregitas tulang, disrupsi
kortikal dan keterlibatan jaringan lunak. Selain itu
CT Scan juga dapat memperlihatkan adanya
edema, fistula intraoseus, dan defek kortikal yang
mengarah ke traktus sinus jaringan lunak.10

 Peran utama teknik ini dalam osteomielitis adalah


mendeteksi sequestra pada osteomielitis kronik,
berupa nekrosis tulang yang pada foto polos bisa
tertutupi osseous abnormal disekitarnya.
Gambar 2.4 pasien laki – laki umur 43 tahun dengan infeksi Staphilococcus aureus dalam
pemberian kontras IV- CT Scan enhanced dari femur distal menunjukkan rim – enhancing
abses (tanda panah kecil) pada jaringan lunak dan peningkatan dari synovium (tanda panah
besar) pada suprapatellar bursa. Peningkatan attenuation pada ruang medular bersamaan
dengan lokasi infeksi.11
 MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
Lebih cepat mendeteksi dan menentukan
daerah yang akan dioperasi
Sensitif : 90-100%
MRI
 MRI dapat mendeteksi dini osteomielitis dan menilai
luasnya keterlibatan serta aktivitas penyakit dalam kasus
infeksi kronis tulang.
 MRI dapat memperlihatkan luas dan lokasi osteomielitis
sekaligus perubahan patologi sumsum tulang dan jaringan
lunak. MRI memungkinkan deteksi dini osteomielitis dan
menilai perluasan dari keterlibatan dan aktivitas penyakit
pada kasus kronik.
 MRI dipertimbangkan sebagai teknik pencitraan yang
paling bermanfaat untuk mengevaluasi pasien dengan
suspek osteomielitis karena kemampuannya untuk
memperlihatkan perubahan pada kandungan air di
sumsum tulang dengan resolusi struktur dan ruang yang
sangat baik.
 MRI sangat sensitif untuk mendeteksi osteomielitis secara
dini, 3 – 5 hari setelah onset infeksi.
Gambar 2.5 Osteomielitis Hematogen: Abses Brodie. (A, B) foto polos AP dan lateral dari tibia distal yang tampak
gambaran abses (tanda panah) berbentuk lingkaran, oval, dan lesi radiolusen dengan sklerosis disekelilingnnya
yang meluas hingga ke sendi terdekat. (C) T1 weighted axial pada MRI tampak lesi hipointens berlobulus di
intramedular dengan batas yang jelas. (D, E) T1 weighted coronal dan T2 fat suppressed menunjukkan
keterlibatan sumsum tulang. (F) T2 fat suppressed Sagital memperlihatkan lesi sirkular hiperintens dan berbatas
tegas.9
3 kategori utama penyebab

 Osteomyelitis hematogen akut


 Osteomyelitis kontak (direct
osteomyelitis)
 Osteomyelitis akibat insufisiensi
vaskuler
Osteomyelitis hematogen akut

 Melalui darah seperti streptococcus


 Anak-anak
 Bagian tulang yang tumbuh cepat dan
banyak pembuluh darah
Osteomyelitis kontak
(direct osteomyelitis)

 Etio :
kontak / langsung : trauma/ operasi 
kuman
Osteomyelitis akibat
insufisiensi vaskuler
Etio :
DM
tulang-tulang kecil
usia 35-70 tahun
didahului : ulserasi , selulitis
Diagnosis

 Diagnosis dini dari osteomielitis akut sangat


diperlukan karena dengan tatalaksana lebih awal
dengan pemberian antibiotik dapat mencegah
nekrosis tulang.
 Penegakkan diagnosis osteomielitis adalah
berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.9
 Open biopsi pada tulang dengan pemeriksaan
histopatologi dan kultur merupakan kriteria standar
untuk diagnosis mikrobiologi osteomielitis.
 Prosedur ini mungkin tidak dibutuhkan jika hasil
kultur darah positif dengan temuan radiologis sesuai.
Staging Osteomielitis

Stage 1 : Melibatkan medular tulang dan biasanya


disebabkan oleh satu organisme.
Stage 2 : Melibatkan permukaan tulang dan bisa
terjadi dengan ulkus jaringan lunak
dalam.
Stage 3 : Infeksi lokal tulang dan jaringan lunak
yang meluas yang sering
merupakan hasil dari infeksi
multimikrobial intramedular atau fraktur
terbuka.
Stage 4 : Menunjukkan keterlibatan tulang dan
lapisan jaringan lunak yang multipel.
Bentuk khusus osteomyelitis

 Sclerosing osteomyelitis of Garre


sklerosis hebat
tidak tampak destruksi tulang
 Abses Brodi dekat ujung tulang
panjang
Lokasi khusus Osteomyelitis
 Kepala  infeksi SPN
 Mandibula  fraktur/ dental traksi
 Tulang belakang :
Jarang < 10 %
Segala usia
sering dengan infeksi pada kulit atau
pelvis plexus vena Barton’s
 Pelvis  sacroiliaca joint
 Pubis  osteitis pubis
Septic Artritis

 Infeksi pada sendi


 Usia  terutama anak-anak
 Paling banyak : staphycoccus,
streptococcus, pneumococcus
 Mengenai sendi
 Pada neonatus  infeksi melalui p
darah umbilical
Pemeriksaan Radiologis

Radiografi Konvensional

 Evaluasi biasanya dimulai dengan foto polos pada


semua pasien yang dicurigai menderita osteomielitis.
Foto polos pada awalnya menunjukkan perubahan
jaringan lunak, pembengkakan otot, dan kaburnya
gambaran jaringan lunak.

 Temuan awal biasanya ringan dan perubahan bisa tak


tampak jelas sampai 5-7 hari pada anak dan 10 -14 hari
pada dewasa. Perubahan awal yang khas pada tulang
termasuk penebalan periosteal, lesi litik, osteopenia,
hilangnya struktur trabekular.2,9,10
 Dalam 3 hari setelah gejala muncul,
gambaran foto polos yang dapat
ditemukan hanyalah gambaran
jaringan lunak di sekitar metafisis yang
dikenai berupa pembengkakan
jaringan lunak setempat yang kecil
dan dalam, sedangkan struktur tulang
dan jaringan lunak lainnya masih
tampak normal pada foto polos.8
Gambaran radiologi
 Awal :
penebalan sinovial dan efusi  sela sendi
melebar

menghancurkan cartilago sendi menyempit

kasus berat

destruksi , subluxatio, dislokasi


Osteomyelitis Tuberculosis
 Yaitu suatu peradangan kronik dan
destruktif yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberkulosis yang
menyebar secara hematogen
 10 % kasus tuberkulosis  ekstra
pulmonal
 Daerah yang sering dikenai :
Tulang belakang 51 %
Pelvis 12 %
genu dan tibia 10 %
kepala 7%
shoulder
phalang/manus
 Tulang panjang : spongiosa metafise
Gambaran radiologi
 Terlihat setelah 2-3 minggu
 Daerah metafise (spongiosa / trabekula)
Focus bulat/oval
Tidak ada sklerotik
Meluas ke epifise
Sendi
Jaringan lunak abses
 Secara radiologi : sulit membedakan dengan
osteomyelitis pyrogen
Gambar 2.2 Osteomielitis akut. (A) Osteomielitis akut pada lutut kanan (B) Lutut kiri normal
 Abses radiolusen tunggal atau multipel
bisa ditemukan pada stadium sub akut
atau kronik osteomielitis.
 Abses Brodie ditemukan pada anak –
anak, biasanya muncul di metafisis.
Ciri khas pada osteomielitis kronik
adalah nekrosis tulang yang terbentuk
rata – rata dalam 10 hari.9,10
a b c

Gambar 2.3 Progres dari osteomielitis subakut yang tidak diterapi (Abses
Brodie) pada anak – anak (a) ketika pertama kali diperiksa; (b) 5 bulan
kemudian; dan (c) 5 tahun kemudian.
Spondilitis tuberkulosis

 Mengenai vertebrae : torakal, lumbal,


jarang servikal
 Bisa mengenai bagian :
sentral,
end plate superior dan inferior
anterior
Definisi

 Spondilitis tuberkulosa atau


tuberkulosis spinal adalah peradangan
granulomatosa yang bersifat kronis
destruktif oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang dikenal pula dengan
nama Pott’s disease of the spine atau
tuberculous vertebral osteomyelitis
Epidemiologi

 Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan


sumber morbiditas dan mortalitas utama
pada negara yang belum dan sedang
berkembang, terutama di Asia

 Di Asia dan Afrika sebagian besar


mengenai anak-anak (50% kasus terjadi
antara usia 1-20 tahun).
Epidemiologi

 Di Indonesia setiap tahunnya bertambah


kasus TB sebanyak seperempat juta
kasus baru TB dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya
disebabkan oleh TB, Indonesia
merupakan negara ketiga terbesar
dengan masalah TB di dunia. Sebagian
besar penderita TB adalah yang berusia
15-55 tahun, di Sumatera Barat
diperkirakan kasus TB dengan BTA (+)
baru adalah sebanyak160/100.000.
Epidemiologi

Kasus pasien dengan tuberkulosa,


keterlibatan tulang dan sendi terjadi
pada kurang lebih 10% kasus.Tulang
belakang merupakan tempat yang
paling sering terkena tuberkulosa
tulang. Diikuti kemudian oleh tulang
panggul, lutut dan tulang-tulang lain
di kaki, sedangkan tulang di lengan
dan tangan jarang terkena.
 Lebih dari /korpus vertebrae
 Kyposis/gibbus
 Skoliosis
 Abses jarang kalsifikasi
 Sklerotik  jarang
Foto AP Vetebra pada
pasien spondilitis TB

Penyempitan
celah sendi
Paraspinal
abses
Pedicle (-)
Foto lateral Vertebra
pada pasien
spondilitis TB
Tampak tanda obstruksi
tulang
Penyempitan celah sendi
Paraspinal abses
Pedicle (-)
Potongan foto lateral
vertebra
tampak penyempitan
diskus intervertebralis
dan erosi corpus
vertebrae anterior
(scalloping)
CT-Scan dengan spodilitis
Tb
Daktilitis tuberkulosis

 Mengenai phalang (manus)


 Lesi lusent, expansif
 Disebut spina ventosa
Artritis tuberkulosis
 Terutama : genu , coxae / hip joint
 Gambaran awal :
synovial efusi
osteoporosis
trabekula blurring
Selanjutnya : erosi, sela sendi menyempit
 Pada hip joint  tahap lanjut 
deformitas “bird’s beak apperance”
Penata Laksanaan
 Iv line
 Px biakan darah
 Antibiotik spektrum luas (gram +/-)
selama 3-6 minggu
 Imobilisasi
 Pembedahan jika => Abses, Nyeri
hebat, Skuester dan susp karsinoma
epidermoid.
Konsep Askep

Pengkajian
 Awitan gejala => 5 tanda infeksi

 Fx resiko => DM, tx steroid jangka


panjang, cidera, post pembedahan
 Px Fisik => ??

 Rx Psikososial
Diagnosa Keperawatan

 Nyeri
 G3 mobilitas

 Resiko penyebaran infrksi


Out come

 Meredakan Nyeri
 Perbaikan mobilitas Fisik
 Mengontrol proses infeksi
 Pendidikan Pasien dan Pertimbangan
Perawatan di Rumah
Case
A chronic osteomyelitis of 13 years duration. The patient had multiple
surgical procedures and treatments with antibiotics, but continued to have a
draining sinus in the lower leg. In the area adjacent to the draining sinus, soft
tissue swelling and signs of chronic infection and previous surgical treatment
can be seen. X-rays revealed the presence of chronic osteomyelitis in the tibia.
Areas of radiolucency are present at the base of the wound that are compatible
with erosion of bone due to infection. Although the bone is stable with no
evidence of fracture or non-union, the extent and chronic nature of the infection
may have required debridement that would weaken or destabilize the tibia.

A debridement was performed to remove the bulk of the surrounding


inflammatory tissue and infected bone. This left a defect of soft tissue and a
raw surface of tibia. Enough bone was still present to provide lower extremity
stability. Some scarring was left behind to minimize the size of the open wound
and to reduce post-operative discomfort. The bulk of the unstable and thin scar
would be excised at the flap procedure. A latissimus muscle flap was used to fill
the defect in the tibia and resurface the area of scar tissue that was removed.
The latissimus muscle has a long vascular leash and could reach proximal to
the point where the patient's anterior tibial artery showed evidence of injury.
Question !!

Buatlah ...
 Analisa data

 Diagnosa

 Intervensi
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai