Anda di halaman 1dari 4

Termi :

1. Squster : adalah segmen tulang yang mengalami kematian karena luka iskemik yang disebabkan proses inflamasi ataupun infeksi
tertentu yang menjadi salah satu tanda khas osteomyelitis.(sisi) 
2. Involucrum : adalah proses yang di tandai dengan pembentukan formasi tulang baru

Rm :
1. Apa yg menyebabkan keluar cairan kuning dari luka yg tidak mau sembuh (mera)
Jawaban :
adanya invasi dan multiplikasi mikroorganisme pathogen di jaringan sehingga mengakibatkan luka pada jaringan dan
berlanjut menjadi penyakit, melalui berbagai mekanisme seluler dan umumnya disebabkan oleh salah satu kuman
piogenik, sehingga menyebabkan infeksi piogenik. Infeksi piogenik merupakan infeksi yang ditandai dengan terjadinya
peradangan local yang parah dan biasanya dengan pembentukan nanah (pus). Terbentuknya pus dapat terjadi akibat infeksi
oleh bakteri staphylococcus.

Nanah umumnya terbentuk dalam abses, yaitu rongga atau ruang yang terbentuk karena kerusakan jaringan. Abses dapat
terbentuk di permukaan kulit atau di dalam tubuh. 
Nanah muncul sebagai reaksi alami tubuh ketika melawan infeksi atau respons peradangan terhadap infeksi bakteri. Nanah
terbentuk ketika terjadi infeksi bakteri melalui kulit yang terluka, terhirup saat batuk atau bersin, atau karena kebiasaan yang
tidak higienis.
Ketika terjadi infeksi di bagian tubuh tertentu, sel darah putih (neutrofil) akan berkumpul pada bagian tubuh tersebut dan
berperang melawan bakteri penyebab infeksi.
Selama proses tersebut, banyak sel darah putih dan jaringan tubuh lain di sekitarnya yang mati. Akumulasi dari sel darah putih
dan jaringan tubuh yang mati inilah kemudian disebut nanah.
Nanah terjadi akibat suatu jaringan tubuh manusia mengalami proses infeksi dan peradangan. Proses infeksi menyebabkan
kerusakan dan kematian jaringan. Jaringan yang mati akan mengalami likuifaksi (mencair) akibat denaturasi komponen
penyusun jaringan. Cairan tersebut bercampur dengan mikroorganisme dan sel imun, membentuk nanah.

2. Selain keluarnya cairan kekuningan, apa tanda bahwa luka tersebut tidak mengalami penyembuhan dengan baik? (Abi)
Jawaban :
 Luka memburuk atau tidak ada perubahan dalam rasa nyeri. Beberapa luka bisa tetap nyeri pada awal
penyembuhan. Namun, jika luka cenderung memburuk selama beberapa hari, bisa jadi luka tersebut tidak sembuh;
 Luka berbau busuk. Bau aneh pada luka dapat menandakan jaringan mati atau nekrosis. Jika sudah dilakukan
pengobatan tapi tak juga mengurangi bau, kemungkinan luka mengalami infeksi atau komplikasi luka lainnya;
 Keluar cairan kental dari luka. Anda mungkin melihat adanya cairan bening yang berasal dari luka pada awal proses
penyembuhan luka. Hal tersebut umumnya normal. Namun, jika luka mengeluarkan cairan kental dan kekuningan,
kemungkinan cairan tersebut menandakan suatu infeksi. Segera bersihkan cairan yang keluar dengan air hangat dan
sabun dengan hati-hati dan konsultasikan dengan dokter;
 Pembengkakan atau kemerahan yang signifikan. Luka biasanya membengkak atau memerah sedikit pada awal
penyembuhan, tetapi kemudian akan membaik setelah beberapa hari. Pembengkakan atau kemerahan yang memburuk
biasanya disertai dengan rasa nyeri, yang menunjukkan proses penyembuhan tidak berjalan dengan baik;
 Demam yang berkepanjangan. Demam lebih dari 37,7 derajat Celsius yang berlangsung lebih dari 4 jam
mengindikasikan komplikasi yang lebih serius.

3. Apakah ada hubungan keluhan yang di alami pasien tsb dg riwayat kecelakaan 1 tahun yang lalu?
Jawaban :
Adaa hubungannya.

4. Bagaimana cara mengedukasi pasien agar mau dilakukan operasi? (Naila)


Jawaban :
Banyak pasien yang akan menjalani operasi terjadi penundaan atau pembatalan operasi karena peningkatan tekanan darah
juga ketakutan, sehingga dibutuhkan peran perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan untuk pasien. Pemberian
pendidikan pre operasi merupakan standar perawatan pre operatif yang mana ini merupakan tugas perawat untuk
memenuhi kebutuhan pasien, sehingga pemberian informasi yang tepat dapat menurunkan kecemasan pasien juga dapat
meningkatkan pengetahuan terhadap tindakan yang akan dijalani.

5. Apa interpretasi dari pemeriksaan rontgen femur pada pasien tersebut? (Aqla)
Jawaban:
 Sequester : tulang mati yang menjadi pusat infeksi. Setelah terjadi iskemia (keadaan kurangnya aliran darah ke organ tubuh
tertentu, yang mengakibatkan organ tersebut kekurangan oksigen) tulang yang terinfeksi menjadi nekrotik dan akan
terbentuk sequester yang merupakan tanda klasik dari osteomyelitis. Gambaran radiologi terbanyak yang ditemukan pada
pasien dengan diagnosis osteomielitis kronis yaitu sequester sebanyak 46,8%.
 Involucrum : . Ditemukannya involucrum dalam pemeriksaan rontgen femur berarti menandakan adanya infeksi pada tulang
femur. Involucrum merupakan area yang hidup diselimuti oleh jaringan tulang yang mati dan diselubungi oleh jaringan
lunak. Involucrum berkembang selama proses infeksi. Involucrum berisi sequester, sumsum yang nekrotik, dan tulang
endosteal. Involucrum menyebabkan kontinuitas tulang tetap terjaga dan sangat berperan selama fase penyembuhan. Tujuan
pada proses ini adalah melokalisirpus, sehingga dapat mencegah terjadinya penyebaran infeksi.

6. Mengapa dapat timbul squester dan involucrum pada hasil pemeriksaan rontgen pasien? (doli)
Nekrosis pada tulang disertai dengan pembentukan jaringan tulang yang baru dan ekstensif pada bagian dalam periosteum
sepanjang diafisis sehingga terbentuk sequesterum dan involucrum.

7. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus tersebut?(haya)


Jawaban :
1. Laboratorium
- Peningkatan laju endap eritrosit.
- Lukosit dan LED meningkat.
2. Rontgen
Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua minggu kemudian tampak bintik-bintik dekalsifikasi pada batang
tulang, yang kemudian dapat meluas dan diikuti oleh tanda-tanda pembentukan involukrom.
3. Scan tulang, biasanya sebelum rontgen.
4. Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab.

Rontgen Polos Tulang:


Foto polos merupakan pemeriksaan konvensional yang biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan nyeri tulang. Pada
osteomyelitis akut, terlihat gambaran periosteal yang meningkat dan menebal, serta gambaran kortikal tulang yang menebal,
ireguler, dan mengalami sklerosis.[1,4]
Selain itu, terlihat hilangnya arsitektur trabekular, osteolisis, dan pembentukan tulang baru. Gambaran osteolisis akan terlihat bila
matriks tulang telah rusak hingga 50–70%. Gambaran ini biasanya tampak pada pasien anak setelah 5–7 hari infeksi dan pada
pasien dewasa setelah 10–14 hari infeksi. Karena itu, foto polos perlu diulang pada 10–14 hari setelah pemeriksaan awal.[1,4]
Gambaran osteomyelitis pada foto polos kadang sulit dibedakan dengan gambaran fase penyembuhan fraktur, kanker, dan tumor
jinak pada tulang.[1,4]
CT Scan Tulang:
Computed tomography (CT) bersifat lebih sensitif daripada rontgen polos, serta dapat melihat area edema. Namun, gambaran CT
dapat tersamarkan apabila alat logam ortopedi berada di dekat area peradangan. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk
memandu biopsi jarum pada infeksi tertutup. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk perencanaan sebelum operasi untuk
mendeteksi kelainan integritas tulang, benda asing, osteonekrosis, serta keterlibatan jaringan lunak.[1,4]
MRI Tulang:
Magnetic resonance imaging (MRI) tulang merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas tinggi dan resolusi spasial yang sangat
baik, sehingga dapat menilai luas dan lokasi osteomyelitis lengkap dengan perubahan patologis pada sumsum tulang dan jaringan
lunak. MRI merupakan modalitas yang sangat berguna dalam mendeteksi osteomyelitis serta mengukur keberhasilan terapi.[4]
USG Tulang:
Ultrasonography tulang dapat melihat kumpulan cairan di sekitar tulang tanpa intervensi jaringan lunak. Dokter mungkin
menemukan peningkatan dan penebalan periosteum. USG tulang berguna pada pasien dengan alat logam ortopedi atau pasien
lainnya yang tidak dapat menjalani MRI.[4]
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah pada kebanyakan kasus osteomyelitis akan menemukan laju endap darah (LED) dan C-reactive
protein (CRP) yang meningkat. Bila penanda inflamasi ini ditemukan normal terus menerus, dokter dapat menyingkirkan
diagnosis osteomyelitis. Pemeriksaan CRP juga berkorelasi dengan respons klinis terhadap obat, sehingga bisa digunakan untuk
memonitor terapi. Selain itu, pada infeksi kronis, pemeriksaan darah dapat menemukan leukositosis dan anemia normokromik
normositer.[1,3,4]
Biopsi Tulang
Diagnosis definitif osteomyelitis adalah dengan isolasi patogen langsung dari lesi tulang. Biopsi tulang harus dilakukan sebelum
pemberian antibiotik atau dilakukan >48 jam setelah penghentian antibiotik. Biopsi tulang bisa melalui insisi terbuka atau
melalui injeksi perkutan.[2,4]
Prosedur ini dilakukan untuk pemeriksaan histopatologis dan kultur, tetapi mungkin tidak diperlukan jika telah ada temuan
radiologis yang konsisten yang dilengkapi hasil kultur darah positif. Untuk mendapatkan hasil kultur yang akurat, biopsi tulang
harus dilakukan melalui jaringan yang tidak terinfeksi. Kultur saluran sinus tulang mungkin berguna jika infeksi disebabkan oleh
spesies S. aureus dan Salmonella diisolasi.[2,4]
Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologis berupa kultur darah dapat digunakan untuk membantu diagnosis osteomyelitis. Apabila kultur darah
tidak memberikan hasil yang positif tetapi pemeriksaan lain tetap mencurigai adanya osteomyelitis, maka dokter dapat
melakukan kultur dari biopsi tulang.[1,4]

8. Apa diagnose dan dd pasien?


Jawaban :
Diagnosis :Osteomyelitis
DD : Diagnosis banding osteomyelitis adalah osteonekrosis, infeksi jaringan lunak, gout, tumor tulang, dan fraktur.

9. Bagaimana patofisiologi dari penyakit yang di alami pasien ? (sakinah )


Jawaban :
Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus. Organisme penyebab yang lain yaitu salmonella,
streptococcus, dan pneumococcus. Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri
melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau scara langsung selama pembedahan. Reaksi inflamasi awal
menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang. Pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau
menyebabkan abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk. Pembentukan tulang baru dibawah perioteum
yang terangkan diatas dan disekitar jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar.

10. Bagaimana tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien?


Jawaban :
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi.
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit beberapa kali sehari.
2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme dan memilih antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3 bulan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan terapi antibiotik tambahan.

11. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien tersebut apabila menolak untuk dilakukan tindakan operasi ? (Sisi)
Jawaban :
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus tersebut diantaranya adalah berupa Septic Artritis yaitu penyebaran Infeksi oleh
bakteri ke jaringan dan sendi yang lebih luas dan lebih jauh dari area tulang paha nya yang Patah tersebut , Osteonekrosis juga
dapat terjadi pada kasus tersebut apabila ia mendapatkan penanganan yang lama sehingga apabila setelah dengan tata laksana
tidak berhasil maka kemungkinan harus di amputasi.

12. Bagaimana prognosis dari penyakit yang dialami pasien?


ada orang dewasa, tingkat kekambuhan osteomyelitis kronis adalah sekitar 30% dalam 12 bulan, tetapi dalam kasus yang
melibatkan P. aeruginosa, tingkat kekambuhan dapat mencapai 50%. Kasus yang melibatkan perangkat prostetik lebih sulit
diobati, menyebabkan peningkatan morbiditas karena kebutuhan akan prosedur pembedahan yang lebih banyak dan pemberian
antibiotik yang lebih lama yang diperlukan untuk pengobatan. Berbagai langkah yang digunakan untuk mencegah infeksi pasca
operasi termasuk persiapan pra operasi yang baik jika memungkinkan dan penggunaan ruang bedah dengan aliran udara laminar.
Direkomendasikan juga adalah penggunaan pengobatan antibiotik praoperasi profilaksis yang diberikan secara parenteral 30
menit sebelum insisi kulit dengan sefalosporin generasi pertama (cefazolin) atau generasi kedua (cefuroxime). Semua tindakan
ini telah terbukti menurunkan tingkat infeksi pasca operasi dari 0,5% menjadi 2%, sehingga meningkatkan hasil pasien.

osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya
awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat
dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik.
Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%). Organisme penyebab yang lain adalah salmonela
streptococcus dan pneumococcus (Overdoff, 2002:571).

Osteomyelitis kronik dapat terjadi beberapa bulan setelah onset penyakit, keberadaan kortek masih terlihat. Tanda-tanda Hallmark
menyatakan bahwa osteomyelitis kronik ditemukan involucrum yaitu area yang hidup diselimuti oleh jaringan tulang yang mati dan
diselubungi oleh jaringan lunak. Involucrum berisi sequester, sumsum yang nekrotik, dan tulang endosteal. Beberapa jaringan kortek
yang mati selalu memisahkan diri dari tulang yang masih hidup maupun sequester. Setelah memisahkan diri (sequeatration) tulang
yang mati berubah menjadi jaringan granulasi, dan rusak. Proses penyerapan ini bersifat inadequat, dan menyebabkan pembentukan
involucrum. Involucrum menyebabkan kontinuitas tulang tetap terjaga dan sangat berperanan selama fase penyembuhan. Tampak
jaringan yang irreguler dan lubang yang terisi pus. Pus ini dapat keluar ke jaringan lunak maupun kulit permukaan membentuk lubang
sinus. Tujuan pada proses ini adalah melokalisir pus, sehingga dapat mencegah terjadinya penyebaran infeksi. Involucrum
berkembang selama proses infeksi , pertama-tama terbentuk jaringan fibrous, dan sebukan sel radang kronik disekitar jaringan
granulasi dan tulang yang mati. Tulang yang baru hasil dari reaksi vaskuler dari infeksi terbentuk periosteum, endosteum dan kortek.
Involukrum berkembang dan menebal selama beberapa minggu sampai bulan dan terjadi pembentukan terowongan tulang yang baru.
Pembentukan involucrum dalam proses infeksi menyebabkan penurunan fungsi vaskuler dan turunnya tekanan oksigen. Tulang yang
mati merupakan daerah yang mati dan tempat perkembangan bakteri dan pembentukan biofilm. Bentukan proses infeksi berhubungan
dengan kemampuan host untuk menyerap tulang yang mati. Debridemen merupakan terapi yang efektif.

OSTEOMYELITIS KRONIS :
Sering mrp lanjutan dari osteomyelitis akut, sering pada tibia prox dan femur distal,
Klinis : luka , fistel, atau pus produktif.
X ray :
Sequester : tulang mati yang menjadi pusat infeksi
Involucrum : Tulang baru menyelubungi sequester tsb (spt Peti mati)
Sinus : saluran keluarnya nanah
Cloaca : lubang /sinus yang mengeluarkan nanah dan serpihan tulang mati infeksi
Tx : Op Debridement Guttering sequestrectomi
Bila perlu antibiotic local (Gentamycin beads ditanamkan disitu)
Bila daerah tulang mati luas perlu di bonegrafting atau perlu dengan prosedur Bone
lengthening/ transportation metode Illizarov

Anda mungkin juga menyukai