DAFTAR ISI........................................................................................................ 1
BAB I
PENDAHULUAN
tiga tahap, yakni tahap gigi susu (primary dentition), tahap gigi bercampur, dan
tahap gigi permanen (secondary dentition), dimana akhir tahap ini ditandai dengan
perawatan ortodonti interseptif adalah salah satu aspek penting dalam bidang
1
ortodonti. Banyak hal yang dapat menjadi masalah pada tahap gigi bercampur
salah satunya maloklusi. Beberapa maloklusi yang sering terjadi pada anak-anak
dengan gigi bercampur diantaranya adalah crossbite anterior dan posterior, serta
openbite anterior. Selain itu, pada anak-anak dengan gigi bercampur seringkali
persisten.1
Pertumbuhan kraniofasial dan abnormalitas oklusal seringkali dipengaruhi
oleh interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan
menggunakan botol susu dan sebagainya. Maloklusi yang dapat terjadi tergantung
maloklusi pada tahap gigi bercampur, salah satunya adalah penelitian mengenai
hubungan antara kebiasaan buruk dengan maloklusi yang terjadi pada tahap gigi
gangguan pada anak antara lain gangguan pada saat menghisap, menelan, dan
gangguan salivasi.2
Meskipun telah banyak dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor
etiologi dari maloklusi pada gigi bercampur, namun perlu dilakukan klarifikasi
dan pustaka untuk dapat mengetahui hubungan antara kebiasaan buruk dengan
2
BAB II
KEBIASAAN BURUK
2.1. Definisi
Kebiasaan buruk pada anak memiliki hubungan dengan
Pada tahap inisial kebiasaan buruk biasanya terjadi secara sadar, kemudian
yang disebabkan disfungsi otot selama periode gigi susu dan gigi bercampur
tidak dapat terkoreksi dengan baik dan dapat menjadi lebih buruk pada usia
3
Wajah manusia adalah organ yang secara anatomis dan fungsional
dan pencernaan, serta memiliki fungsi penting seperti artikulasi dan ekspresi
contohnya meliputi posisi bibir normal dan selama berbicara, serta posisi
lidah normal dan posisinya selama pengunyahan. Pola yang abnormal dari
pola perkembangan wajah. Hal ini tentu harus dibedakan dengan kebiasaan
adalah bernafas melalui mulut (mouth breathing), mengisap ibu jari atau jari
tangan (thumb or finger sucking), mengisap bibir atau menggigit bibir (lip
postur rahang, lidah, dan kepala. Oleh karena itu, bernafas melalui mulut
4
dapat mengubah postur rahang dan lidah yang dapat mengubah
orang bernafas melalui mulut ketika mereka melakukan latihan fisik atau
menyebabkan maloklusi.4
Klasifikasi orang yang bernafas melalui mulut terbagi menjadi tiga tipe:
Obstruksi
Obstruksi nasal lengkap atau sebagian dapat terjadi karena adanya
Habitual
Orang yang terbiasa bernafas melalui mulut dapat terus
karena itu, kebiasaan ini dapat menjadi kebiasaan buruk yang terjadi
Anatomis
Secara anatomis, morfologi bibir atas yang pendek dapat
5
Tipe maloklusi yang sering dikaitkan dengan kebiasaan buruk
bernafas melalui mulut antara lain wajah yang panjang (dolikofasial) dan
klinis berupa:4
Hidung serta saluran napas pada hidung yang sempit
Bibir atas yang pendek dan hipotonus otot bibir.
Rahang atas kontriksi mengakibatkan terjadinya posterior crossbite.
Wajah blank face (tanpa ekspresi).
Overjet meningkat sebagai akibat dari incisor flaring.
Gingivitis margin gingiva di daerah anterior.
Mulut kering yang merupakan faktor predisposisi karies
Open bite anterior
B. Menghisap/menggigit jari
Hasil penelitian telah menunjukan bahwa kebiasaan menghisap jari
Gambar 1. a-c Keparahan open bite dan overjet, diskrepansi A-B, crossbite bilateral,
sempit, palatum dalam, dan maloklusi Kelas II sebagai hasil menghisap jari.
6
Gambar 2. a-c. Efek dentoskeletal akibat kebiasaan menghisap jari antara lain, open
bite yang parah, overjet meningkat, kontriksi maksila, crossbite bilateral, maloklusi
Kelas II.
Etiologi
Menurut Sigmon Freud dalam teorinya, seorang anak akan melewati
berbagai fase perkembangan psikologis dimana fase oral dan fase anal
terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan. Berdasarkan teori Freud, pada
fase oral yaitu pada saat anak berusia 0-3 tahun, mulut merupakan oro-
erotic zone. Pada fase ini, anak cenderung menempatkan jari atau objek
7
Adanya kebiasaan menghisap jari pada fase ini merupakan indikasi
Jika kebiasaan ini tetap ada sampai gigi I permanen mulai erupsi,
8
Open bite anterior dapat terjadi sebagai hasil dari erupsi insisif dan
crossbite.
baik berupa proklinasi maupun openbite. Jari tangan anak juga harus
9
Pendekatan Psikologis:
Selain itu juga diperlukan motivasi orang tua dan dokter gigi terhadap
Pendekatan Mekanis:
berfungsi sebagai habits breaker, dan digunakan pada anak yang mau
a) Alat lepasan yang terdiri dari crib dan dipasang cengkram pada gigi
Pendekatan Kimiawi:
yang memiliki rasa pahit atau bau yang tidak enak pada jari yang biasa
lain.
10
C. Tongue Thrust
1. Genetik
menjulurkan lidah selama menelan. Contoh dari variasi ini antara lain
3. Maturasi
Kebiasaan menjulurkan lidah hadir merupakan kebiasaan normal
11
menyebabkan kebiasaan menjulurkan lidah berlanjut melewati batas
usia normalnya.
4. Retriksi mekanis
Adanya kondisi tertentu sepeti makroglosia dapat menyebabkan,
menelan.
5. Gangguan neurologis
Gangguan neurologis seperti palatum yang hipersensitif dan
12
Open bite anterior, bisa tidak ada sama sekali atau open bite ringan.
Tidak ada kontraksi otot temporal selama penelanan.
Kontraksi otot-otot sirkumoral selama penelanan.
Hubungan oklusi yang buruk.
Gambar 5. Posterior bilateral tongue thrust sebagai hasil ankilosis dari semua gigi M1.
terjadi.4
13
Intersepsi Kebiasaan Buruk4
Perawatan Ortodontik4
D. Lip Biting
gigit dan menghisap bibir bawah, sehingga bibir bawah tertarik kedalam
Gigi anterior rahang atas yang proklinasi dan gigi anterior rahang
14
Hipertrofi bibir bawah.
Bibir pecah-pecah.
berupa piranti dengan lip bumper. Penggunaan lip bumper ini tidak hanya
gigit bibir bawahnya, tetapi juga untuk memperbaiki inklinasi gigi anterior
bawah.
E. Menggigit Kuku
F. Bruksisme
15
Occlusal interference atau diskrepansi antara relasi sentris dan oklusi
sentris.
Mobilitas gigi.
satu sisi pengunyahan akan mengalami kerja berat dan terus menerus, hal
ditandai dengan adanya abrasi pada cusp gigi posterior pada sisi yang
16
dipakai akan terjadi akumulasi kalkulus dan kerusakan jaringan
2.3.1. Definisi
Kebiasaan menghisap non-nutiritif merupakan salah satu
etiologi maloklusi open bite anterior dan crossbite posterior yang dapat
mainan, dot dan jari. Kebiasaan mengisap jari dikenal sebagai masalah
ini berhenti pada umur dua tahun.8 Kebiasaan mengisap jari yang sudah
17
Freud menyatakan bahwa mengisap jari yang persisten adalah
teori belajar oleh Palermo, mengisap jari adalah bentuk respon yang
pernyataan Sears dan Wise dalam teori oral drive bahwa kebiasaan
18
menghasilkan kebiasaan menjulurkan lidah yang berhubungan dengan
Maloklusi Kelas II, overjet rahang atas bertambah besar dan openbite.10
BAB III
MALOKLUSI
3.1 Definisi
penyimpangan letak gigi atau malrelasi lengkung rahang di luar batas nilai
normal yang dapat diterima baik dari segi estetik maupun fungsi. 1 Maloklusi
19
terjadi pada kondisi ketika terdapat kebutuhan bagi subjek untuk melakukan
pada jaringan lunak mulut, terdapatnya gigi berjejal, penampilan diri yang
kurang baik akibat posisi gigi dan keadaan posisi gigi yang menghalangi
fusngsional.6
dalam tiga arah yaitu sagital, vertikal dan transversal. Pada arah sagital
berupa tinggi wajah dan pada arah transversal berupa rahang sempit
20
Pada tahun 1890 Angle membagi oklusi ke dalam tiga kategori
yaitu klas I, klas II, dan klas III dengan memperhatikan hubungan
rahang, serta hubungan gigi molar pertama permanen rahang bawah dan
rahang atas sebagai kunci oklusi. Oklusi normal menurut Angle adalah
mesiobuccal cusp molar satu rahang atas sejajar dengan buccal groove
beberapa tipe.6
A. Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle
1. Klasifikasi Maloklusi Kelas I Menurut Angle.
Sebagian besar maloklusi Kelas I memiliki hubungan gigi
21
Gambar 6. Oklusi Normal
b. Kelas II Divisi 2
labioversi.
c. Kelas II Subdivisi
22
rahang bawah. Lengkung gigi mandibula memiliki hubungan lebih
adalah maloklusi yang hanya memiliki gejala maloklusi klas III yang
ke mesial.15
23
Gambar 8. Klasifikasi Maloklusi Kelas I Dewey:
keadaan normal.15
24
c. Klas III : Tepi insisal insisif rahang bawah berada di depan
terbalik.
BAB IV
PEMBAHASAN
Laporan Kasus
Bercampur
25
John J. Warren, DDS, MS. Rebecca L. Slayton, DDS, PhD. Takuro Yonezu, DDS,
PhD. Samir E. Bishara, BDS, DOrtho, DDS, MS. Steven M. Levy, DDS, MPH.
menghisap nonnutritif.
tetap, penelitian pada gigi bercampur ketika perawatan. Penelitian pada masa
gigi bercampur pada 116 anak Australia dari usia 2 sampai 8 tahun
26
tidak berhubungan dengan anak dengan riwayat menggunakan dot atau
dengan maloklusi kelas II, peingkatan overjet rahang atas, dan open bite.
nonnutritif.
Metode
mengumpulkan anak-anak usia 6 minggu, 3, 6, 9, 12, 16, 20, 24, 30, 36, 42,
Secara khusus, pertanyaan apakah anak dan dengan demikian, orang tua
27
Pada beberapa kasus, durasi kebiasaan buruk kurang dari 12 bulan
dan orang tua secara konsisten menghisap dot dan menggigit jari. Pada kasus
kebiasaan buruk.
cara analisis. Kategori utama kurang dari 36 bulan, 36-59 bulan, atau 60
bulan ke atas. Oleh karena distribusi durasi menghisap dot lebih dari 60
bulan.
menggunakan metode cohort pada usia 4 atau 5 tahun, dan pada masa gigi
bercampur 8 atau 9 tahun. Pada saat yang sama, rahang dicetak dengan
kehadiran satu atau lebih gigi permanen di mana pada gigi bercampur.
wafer wax bite pada gigi rahang atas pada oklusi sentris. Setelah bahan cetak
dibuat, model dituangkan dental stone, diberi label, dan ditrim untuk
tangan menggunakan wax bite dan dilihat ada tidaknya open bite anterior,
28
Data dari studi model dibuat dengan analisis SPSS. Masing-masing
jari antara 1 atau lebih maloklusi dengan anak-anak yang tidak memiliki
dengan perawatan orto aktif, 29 dengan bahan cetak atau tidak lengkap, dan 9
model rusak. Dari 524 model yang digunakan, 454 data longitudinal cukup
sebelumnya, sehingga sampai akhir hanya 444 anak dengan penelitian cohort.
tahun. Rata-rata usia adalah 8.6 tahun. 51 % anak memiliki kebiasaan buruk
dengan durasi rata-rata (P=0.001, t-test) untuk kebiasaan menghisap jari (33
29
Tabel 1 menunjukan prevalensi maloklusi sehubungan kebiasaan
lama. Prevalensi overjet yang berlebihan dan Kelas II bilateral kurang dari
36 bulan dan 36-59 bulan, dan lebih dari 60 bulan, meskipun perbedaan ini
maloklusi yang signifikan dan dramatis jika tetap ada setelah lima tahun.
30
Tabel 2 dan 3 menunjukan kebiasaan menghisap dot dan jari.
jari, open bite anterior lebih prevalen. Di antara kebiasaan buruk selama 60
bulan atau lebih lama (P<0.001). Kondisi lain secara umum lebih prevalen
pada subjek dengan atau tanpa tipe maloklusi yang spesifik dengan
31
data statistik yang signifikan terdapat pada mereka yang memiliki anterior
Pembahasan
dot berhubungan dengan open bite anterior dan maloklusi Kelas II,
pada anak yang dievaluasi. Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya untuk
32
Penelitian akhir-akhir ini mendukung penelitian pada gigi susu
sampai gigi depan permanen siap tumbuh. Sama halnya dengan American
buruk nonnutritif yang tidak berlanjut ada usia 3 sampai 5 taun dapat
lebih baik dihentikan pada usia 3 tahun untuk mengurangi resiko maloklusi.
4mm atau lebih meningkat sebanyak 10% pada gigi susu dan 30% pada gigi
33
ditampilkan dalam masa gigi bercampur, terutama untuk kebiasaan
menggigit jari.
anak pada masa gigi susu. Perbedaan pola open bite anterior menyarankan
bahwa beberapa tipe open bite pada masa gigi susu dapat terkoreksi dengan
sendirinya setelah kebiasaan buruk selesai tetapi pada kasus lain dapat
terjadi pada masa gigi bercampur saat kebiasaan buruk yang berkepanjangan
anak pada penelitian cohort yang sama karena anak-anak . Oleh karena itu,
jawabannya tidak sah secara individu. Oleh karena itu, beberapa orang tua
untuk mewakili populasi yang lebih besar dari yang didefinisikan. Sebagai
34
beberapa saat, sampel secara umum menyangkut mereka yang dapat diakui
buruk yang secara relatif rendah, kebiasaan buruk menghisap dot di atas 48
Kesimpulan:
menghisap dot.
35
3. Secara umum, prevalensi maloklusi meningkat seiring dengan durasi
4. Pada beberapa kasus, kebiasaan buruk yang terlambat selesai pada masa
gigi bercampur.
BAB V
KESIMPULAN
terjadinya maloklusi salah satunya adalah oleh karena kebiasaan buruk. Durasi,
36
intensitas, dan frekuensi dari kebiasaan buruk merupakan faktor yang dapat
maloklusi tetap ada. Salah satu kebiasaan buruk yang sering dijumpai pada anak-
nutritif dengan maloklusi dan hasilnya menunjukkan terjadinya maloklusi kelas II,
peningkatan overjet rahang atas, openbite dan crossbite posterior. Selain itu
sebaiknya kebiasaan buruk dihentikan pada usia 3 tahun. Terapi yang dapat
dilakukan pada anak dengan kebiasaan buruk ini antara lain yaitu dengan
pendekatan secara psikologis, alat mekanis seperti piranti pasif berisi crib dan
DAFTAR PUSTAKA
Elsevier. 2011.
37
2. Oliviera AC dkk., Feeding and kebiasaan menghisap non-nutritif habits
Mosby: 2007
7. Singh Gurkeerat. Text Book of Orthodontics. Third Edition. New Delhi:
1993 : 176-180
14. Mitchell Laura. An Introduction of Orthodontics. Fourth Edition.
38
15. Phulari BS. Orthodontics Principles and Practice. New Delhi: Jaypee
39