Oleh
Sarah Ummah Muslimah, S.Ked 04054821820100
Fitri Az-Zahrah, S.Ked 04054821820105
Pembimbing :
dr. Rose Mafiana, SpAn, KNA, KAO, MARS
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2019
1
Outline
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Kesimpulan
2
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Perdarahan
Obstetri
Preeklampsia
Sepsis
-Eklampsia
Penyebab
Obstetri yang
memungkinkan
masa kritis
4
Epidemiologi
5
Epidemiologi
6
Pendahuluan
Komplikasi
• Misalnya pada preeklampsia, komplikasi
maternal yang didapatkan dapat berupa
perdarahan postpartum, abruption plasenta,
dan gagal jantung. Komplikasi fetal antara
lain; BBLR, asfiksia perinatal, atau kematian
janin intrauterine dan kematian janin
intrapartum dapat terjadi pada preeklamsia
dengan gejala berat dan sindrom HELLP.
7
TINJAUAN PUSTAKA
PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM TUBUH
Berat badan rata-rata meningkat selama kehamilan kira-kira 17% dari BB sebelum
hamil atau kira-kira 12 kg. Penambahan BB normal selama trimester pertama adalah
1-2 kg dan masing-masing 5-6 kg pada trimester 2 dan 3.
9
PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM TUBUH
Terdapat kenaikan konsumsi oksigen sebesar 60% selama kehamilan. Peningkatan yang progresif
ini disebabkan terutama oleh kebutuhan metabolik fetus, uterus, dan plasenta dan sekunder oleh
kenaikan kerja jantung dan paru. Produksi CO2 menunjukkan perubahan yang sama dengan
konsumsi oksigen.
10
PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM TUBUH
11
PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM TUBUH
12
Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi
Preeklampsia
Gestasional
Eklampsia
13
Hipertensi pada Kehamilan
Hipertensi
• tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan/ tekanan darah diastolik > 90 mmHg pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak minimal 4 jam.
Hipertensi gestasional
• hipertensi terjadi pada usia kehamilan > 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensi,
tidak terdapat sindrom preeklampsia dan hipertensi menghilang setelah 12 minggu post
partum.
Hipertensi kronik
• Hipertensi yang ditemukan sebelum kehamilan 20 minggu.
Hipertensi postpartum
• wanita yang sebelumnya normotensif, mengalami hipertensi (biasanya ringan) pada periode 2
minggu – 6 bulan postpartum. Tekanan darah akan tidak stabil dalam beberapa bulan, dan
normal setelah 1 tahun.
14
Tatalaksana
Tatalaksana
16
Preeklampsia-Eklampsia
• Preeklampsia
• Preeklampsia superimposed
• Eklampsia
17
Preeklampsia-Eklampsia
18
Preeklampsia-Eklampsia
Preeklampsia superimposed
hipertensi kronik jika wanita dengan hipertensi hanya
pada usia gestasi sebelum 20 minggu, yang mengalami
proteinuria setelah 20 minggu, dan wanita dengan
proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu yang;
Eklampsia
Kejadian preeklampsia dengan
gejala berat dan sindrom HELLP
Preeklampsia terjadi pada 3-4% mencapai 9,5 dalam 1000
kehamilan di United States. persalinan.
Akumulasi rotein
plasma dan makrofag
berbentuk busa
dibawah endotel.
Disrupsi endotel
Insudasi konstituen
plasma ke dalam Proliferasi sel Nekrosis medial dan Terbentuklah
dinding pembuluh miointimal akumulasi lipid Atherosis
darah
22
Penatalaksanaan
Terminasi 37 minggu pada wanita dengan hipertensi gestasional atau preeklamsi
tanpa gejala berat.
Kehamilan • Mulai induksi kelahiran
Antihipertensi • Tunda kelahiran 24 sampai 48 jam untuk pemberian kortikosteroid untuk memfasilitasi
maturitas paru fetus dan transfer ke pasien ke rumah sakit dengan fasilitas terapi intensif
maternal dan neonatal.
Profilaksis • Terminasi kehamilan sesegera mungkin tanpa melihat adanya pemberian kortikosteroid
atau tidak
Kejang Hipertensi berat ulang setelah pemberian agen antihipertensi dosis
maksimum atau gejala cerebral persisten setelah menerima
magnesium sulfat,
• Terminasi kehamilan sesegera mungkin dilakukan dalam waktu 24-48 jam, tanpa
memperhatikan usia gestasi atau pemberian kortikosteroid.
23
Penatalaksanaan
Terminasi Pofilaksis Kejang
Kehamilan
• Penggunaan rutin magnesium
sulfat untuk profilaksis kejang
Antihipertensi pada wanita dengan preeklamsia
berat sudah banyak diterima.
Mekanisme antikonvulsan dari
Profilaksis magnesium sulfat tidak terlalu
Kejang jelas, namun diduga jika kejang
eklamsi terjadi akibat
vasospasme cerebral.1
24
Pemberian Antihipertensi
Lini pertama Lini kedua
Labetalol
25
Penatalaksanaan
26
Penatalaksanaan
27
Komplikasi
Komplikasi Maternal
Korioamnionitis Endometritis
29
Korioamnionitis
Insiden
Faktor Risiko
30
Korioamnionitis
Pada banyak kasus, bakteri dapat mencapai kavitas
amnion dan fetus dengan mekanisme ascending ke
cervix setelah rupture membrane. (KPD)
Diagnosis
• Gejala klinis yang mungkin muncul,
antara lain:
Korioamnionitis sering disebabkan flora normal seperti, • Temperatur di atas 380C
Bacteroides sp,, Streptococci group B, Mycoplasma sp., • Takikardi maternal dan atau fetal
Ureaplasma sp., Escherichia coli. • Nyeri tekan uterus
• Cairan amniotik berbau tidak sedap
• Pada pemeriksaan laboratorium, tidak
terlalu sensitif ataupaun spesifik dan
dapat tidak berkorelasi dengan gejala
klinis yang ditunjukan.4
Mekanisme lain; agen infeksius yang berada pada
sirkulasi maternal dapat berpindah secara transplasental
dan mendapat akses ke kavitas amnion.
31
Endometritis
Endometritis
Diagnosis
• Demam (temperatur oral 380C atau lebih
• Endometritis dapat dibagi menjadi endometritis pada 10 hari pertama post-partum atau
berhubungan kehamilan dan endometritis yang tidak 38,70C dalam 24 jam pertama
berhubungan dengan kehamilan. postpartum) yang terjadi dalam kurun
• Endometritis yang berhubungan dengan kehamilan waktu 36 jam setelah persalinan
memiliki insidensi sebanyak 1-3% setelah persalinan per- • Nyeri perut bawah
vaginam, . Setelah persalinan Caesar, insidensi sebesar • Nyeri tekan uterus
13-90%. • Nyeri tekan adneksa (tanda salpingitis)
• Endometritis yang tdak berhubungan dengan • foul-smelling
kehamilan, terjadi pada 70-90% wanita dengan • lochia
salpingitis. Endometritis tidak berhubungan dengan
kehamilan, yang dimaksud adalah PID (Pelvis
Inflammatory Disease).
32
Komplikasi
Endometritis
uterin, perdarahan thrombophlebitis septik
postpartum, histerektomi pelvis Salpingitis dapat
peripartum, sepsis, dan menyebabkan terjadinya
kematian. dismotilitas tuba dan
• Komplikasi fetal dan adhesi yang menyebabkan
neonatal termasuk infertilitas, insiden lebih
pneumonia, meningitis, tinggi untuk kehamilan
sepsis, dan kematian. ektopik dan nyeri pelvis
kronik.
33
Sepsis dan Syok Septik
Sepsis adalah infeksi yang Sepsis adalah disfungsi
memperberat systemic organ yang mengancam
inflammatory response jiwa yang berasal dari
syndrome (SIRS), dengan disregulasi respon host
karakteristik 2 atau lebih terhadap infeksi
kriteria berikut,
hipertermia, hipotermia,
takikardia, takipneu, atau
leukosistosis.
Third International Consensus Definition for Sepsis and Septic Shock. 2016 34
Sepsis dan Syok Septik
35
Sepsis dan Syok Septik
Insiden
36
SOFA score
• Untuk menilai derajat disfungsi organ
• Sespsi ditandai dengan adanya infeksi ditambah dengan perubahan akut pada skor
SOFA 2 poin atau lebih (dengan baseline dianggap 0 pada pasien yang sebelumnya
tidak diketahui memiliki disfungsi organ.
37
quick SOFA
• Kriteria untuk mengidentifikasi pasien di rumah sakit yang terkena infeksi untuk
memiliki prolonges stay di ICU atau risiko tinggi kematian.
• Menilai risiko pasien terkena sepsis
• Lebih spesifik namun tidak lebih sensitif dibandingkan kriteria SIRS
qSOFA
Kriteria Temperature of >38 °C or <36 °C
SIRS
Heart rate of >90 beats per minute
White blood cell count of >12,000 per ml or RR > 22x/menit SBP < 100 mmHg
<4,000 per ml, or >10% immature (band) forms
Curigai sepsis jika ≥2
38
Sepsis dan Syok Septik
Patofisiologi
39
Tatalaksana (1 hour bundle)
11%
33%
38% Pseudomonas Luka Bakar + Sepsis
Aeruginosa
Klebsiella pneumonia Luka Bakar + Sepsis (Meninggal
Yang lain 28% Dunia)
Luka Bakar dengan isolasi
61% bakteri
29%
Insiden
• Perdarahan uterus keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. • Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
• Pada palpasi abdomen, sering ditemui bagian terbawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
janin masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat
ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang.
44
Patofisiologi Plasenta Previa
45
Plasenta Previa
Komplikasi
Diagnosis • Anemia dan syok
• Plasentasi abnormal, seperti
• Secara klinis, perdarahan plasenta akreta
uterus keluar melalui • Kelainan letak janin
vagina tanpa rasa nyeri • Kelahiran prematur dan gawat
janin
• Ultrasonografi transvaginal • Perdarahan postpartum
(gold standard) • Kematian maternal akibat
• Magnetic resonance perdarahan
• Disseminated intravascular
imaging coagulation
46
Solusio Plasenta
Definisi
Insiden
48
Solusio Plasenta
Keadaan yang mampu memisahkan vili-vili koreialis plasenta dari tempat implantasinya pada desidua
basalis sehingga terjadi perdarahan.
Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia.
Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan pembentukan thrombosis dalam pembuluh darah desidua
atau dalam vascular vili dapat berujung pada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan
kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. (pasien korioamnioitis,
Kelainan genetic berupa defisiensi protein C dan protein S, penyakit trombofili, keadaan
hyperhomocysteinemia, Nikotin dan kokain)
Solusio Plasenta
Diagnosis Komplikasi
Perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, Komplikasi maternal: anemia, syok
kontraksi tetanik pada uterus, dan pada solusio hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta,
plasenta yang berat terhadap kelainan denyut gangguan pembekuan darah, gagal ginjal.
jantung janin pada pemerikasaan dengan KTG.
Komplikasi fetal/neonatal: Kematian janin,
Diagnosis definitif hanya bisa ditegakan secara
kelahiran prematur dan kematian perinatal
retrospektif yaitu setelah partus dengan melihat
merupakan komplikasi yang paling sering
adanya hematoma retroplasenta.
terjadi pada solusio plasenta.
Ultrasonografi
Penggunaan color Doppler
Perdarahan Postpartum
Primer : Perdarahan dari saluran genital dalam waktu 24 jam setelah kelahiran bayi
Sekunder : pendarahan yang tidak normal atau berlebihan dari jalan lahir antara 24 jam dan
hingga 12 minggu setelah melahirkan.
52
Atonia Uteri
Definisi
53
Atonia Uteri
Diagnosis
54
Atonia Uteri
Patofisiologi
• Disfungsi uterus.
• Atonia uteri primer merupakan disfungsi instrinsik uterus.
• Kelemahan akibat partus lama bukan hanya rahim yang lemah,
cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga
ibu yang keletihan kurang berthan terhadap kehilangan darah.
55
Retensio Plasenta
Definisi
56
Retensio Plasenta
Patifisiologi
57
Tatalaksana
Pendarahan ringan (100 - 1000 ml kehilangan darah, tidak ada gejala klinis syok)
Akses intravena (14 G kanula x1)
Mulai infus kristaloid.
Tatalaksana
Nilai jalan napas
Nilai pernapasan
Evaluasi sirkulasi
Oksigen dengan masker 10-15 liter / menit
Akses intravena - 14 G kanula x 2, kanulasi vena sentral pada pasien yang kolaps tidak hanya menyediakan akses vaskular
tetapi juga dapat membantu memantau tekanan vena sentral (CVP) dan memandu resusitasi cairan.
Posisi datar (flat position)
Jaga agar ibu tetap hangat menggunakan tindakan yang sesuai yang tersedia.
Sampai darah tersedia, masukkan kristaloid hingga 3,5 liter (RL 2 liter, hindari larutan hipertonik) dan / atau koloid (1-2
liter) secepat mungkin. Cairan harus dihangatkan secara memadai.
Terapi faktor VIIa rekombinan harus didasarkan pada penilaian koagulasi.
Target :
Hemoglobin> 8 g%
Jumlah trombosit> 75 x 109 / liter
Waktu protrombin (PT) <1,5 x kontrol
rata-rata
Waktu protrombin aktif (APTT) <1,5 x
kontrol rata-rata
Fibrinogen> 1,0 g / l
Infeksi
Korioamnionitis Endometritis
61
Korioamnionitis
Insiden
Faktor Risiko
62
Korioamnionitis
Pada banyak kasus, bakteri dapat mencapai kavitas
amnion dan fetus dengan mekanisme ascending ke
cervix setelah rupture membrane. (KPD)
Diagnosis
• Gejala klinis yang mungkin muncul,
antara lain:
Korioamnionitis sering disebabkan flora normal seperti, • Temperatur di atas 380C
Bacteroides sp,, Streptococci group B, Mycoplasma sp., • Takikardi maternal dan atau fetal
Ureaplasma sp., Escherichia coli. • Nyeri tekan uterus
• Cairan amniotik berbau tidak sedap
• Pada pemeriksaan laboratorium, tidak
terlalu sensitif ataupaun spesifik dan
dapat tidak berkorelasi dengan gejala
klinis yang ditunjukan.4
Mekanisme lain; agen infeksius yang berada pada
sirkulasi maternal dapat berpindah secara transplasental
dan mendapat akses ke kavitas amnion.
63
Endometritis
Endometritis
Diagnosis
• Demam (temperatur oral 380C atau lebih
• Endometritis dapat dibagi menjadi endometritis pada 10 hari pertama post-partum atau
berhubungan kehamilan dan endometritis yang tidak 38,70C dalam 24 jam pertama
berhubungan dengan kehamilan. postpartum) yang terjadi dalam kurun
• Endometritis yang berhubungan dengan kehamilan waktu 36 jam setelah persalinan
memiliki insidensi sebanyak 1-3% setelah persalinan per- • Nyeri perut bawah
vaginam, . Setelah persalinan Caesar, insidensi sebesar • Nyeri tekan uterus
13-90%. • Nyeri tekan adneksa (tanda salpingitis)
• Endometritis yang tdak berhubungan dengan • foul-smelling
kehamilan, terjadi pada 70-90% wanita dengan • lochia
salpingitis. Endometritis tidak berhubungan dengan
kehamilan, yang dimaksud adalah PID (Pelvis
Inflammatory Disease).
64
Komplikasi
Endometritis
uterin, perdarahan thrombophlebitis septik
postpartum, histerektomi pelvis Salpingitis dapat
peripartum, sepsis, dan menyebabkan terjadinya
kematian. dismotilitas tuba dan
• Komplikasi fetal dan adhesi yang menyebabkan
neonatal termasuk infertilitas, insiden lebih
pneumonia, meningitis, tinggi untuk kehamilan
sepsis, dan kematian. ektopik dan nyeri pelvis
kronik.
65
Sepsis dan Syok Septik
Definisi
Insiden
66
Sepsis dan Syok Septik
Patofisiologi
67
Tatalaksana (1 hour bundle)
69
Peripartum Kardiomiopati
Definisi
• Disfungsi ventrikel kiri dan gagal jantung yang muncul saat periode peripartum
dan dapat mengancam nyawa.5
Insiden
• Insidensi PPCM di Amerika Serikat berkisar 1 pada 1000 sampai 4000 kelahiran
hidup.
• Prevalensi di Jepang berkisar 1 dalam 6000 persalinan hidup, 1 kasus per 1000
persalnan hidup di Afrika Selatan, dan 1 kasus dalam 350-400 kelahiran di Haiti.
Kejadian PPCM berhubungan kuat dengan usia. Walaupun penyakit ini dapat
mengenai wanita usia berapapun, >50% kasus terjadi pada wanita usia lebih
dari 30 tahun.
• Insidensi PPCM di Amerika Serikat lebih banyak terjadi pada kulit hitam. Lebih
dari 40% kasus penelitian menyatakan lebih banyak terjadi pada wanita kulit
hitam dan setenghanya terjadi pada bagian Selatan Amerika Serikat. Penelitian
populasi di California menunjukan insidensi PPCM pada kulit hitam 1 : 1421
sedangkan pada kulit putih 1 : 4075.
• Studi meta-analisis menunjukkan, 22% pasien dengan PPCM mengalami
preeklamsi. Studi lain menunjukkan penyakit hipertensi pada kehamilan
apapun (preeklamsia, hipertensi gestasional, atau hipertensi kronik) ada pada
37% wanita dengan PPCM.
70
PPCM
Diagnosis
Diagnosis Echocardiography
• Menurut National Heart, Lung, • Disfungsi sistolik ventrikel kiri
and Blood Institute and the Office yang dibuktikan dengan kriteria
of Rare Diseases, kriteria echocardiografi klasik, yaitu
diagnosis kardiomiopati menurunnya
diinduksi kehamilan adalah: • fraksi ejeksi ventrikel kiri <45%,
• Adanya gagal jantung pada • pemendekan fraksi <30%,
bulan terakhir kehamilan atau 5 • volume end-diastolic ventrikel
bulan setelah persalinan kiri ≥27 mm/m2.
• Tidak adanya penyebab lain
dari gagal jantung
• Tidak adanya penyakit jantung
yang diketahui sebelum bulan
terakhir kehamilan
71
Peripartum Kardiomiopati
Hipotesis Vasculo-hormonal (Prolaktin)
Peptidasi
HIlangnya STAT3
cathepsin D akan
pada jantung
Gen ini membelah
Model mencit mencit
menetralisasi Peningkatan prolaktin
PPCM (yang menyebabkan
superoksida yang species oksigen (hormon yang
dibuat dengan Ekspresi STAT3 di berkurangnya
diubah oleh reaktif akan spesifik pada
membuang ventrikel kiri ekspresi gen
aktivitas menghasilkan kehamilan akhir)
faktor transkripsi dikurangi pada yang melindungi
mitokondrial di sekresi cathepsin menjadi fragmen
STAT3 terutama jantung dari
jantung yang D 16-kDa yang
di kardiomiosit species oksigen
berdetak membantu
reaktif (misal
apoptosis pada
MnSOD)
sel-sel endotelial
PPCM perrama kali diduga merupakan penyakit vascular yang diakibatkan perubahan hormonal
pada kehamilan akhir. Namun, penelitian yang mendukung hipotesis tersebut masih kurang.
72
Peripartum Kardiomiopati
Hipotesis Vasculo-hormonal (Prolaktin)
Hormon
Di dalam peripartum
Sehingga, Fragmen 16-kDa Sel endothelial
kardiomiosit, (prolactin)
hilangnya STAT3 yang dipecah dari mengemas miR-
miR0146a ditambah adanya
knockout secara prolactin akan 146a dalam
menekan kondisi jantung
signifikan membuat exosom, lalu
neuregulin/ErbB, lain (missal tidak
menyebabkan kerusakan disekresikan dan
lalu mendukung adanya STAT 3)
PPCM diinduksi endothelial dan diambil
apoptosis dapat men-trigger
kehamilan. kardiomiosit. kardiomiosit
kardiomiosit vaskulopati dan
PPCM
73
Hipotesis Vasculo-hormonal (Prolaktin)
74
Peripartum Kardiomiopati
Hipotesis Vasculo-hormonal (Soluble Fms-
Like Tyrosine Kinase 1)
75
76
Tatalaksana PPCM
77
Komplikasi
Komplikasi fetal
78
KESIMPULAN
KESIMPULAN
• Beberapa penyakit pada ibu hamil yang dapat jatuh dalam masa kritis antara lain preeklampsia-eklampsia,
sepsis, dan perdarahan obstetri, yang dapat menyebabkan kondisi seperti penurunan kesadaran, syok septik,
syok hemoragik, dan komplikasi maternal dan fetal lain yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan bayi.
• Hipertensi pada kehamilan dapat meningkatkan risiko eklampsia ataupun stroke maternal pada ibu.
Selanjutnya, jika terjadi preeklampsia, risiko perdarahan postpartum, abruption plasenta serta gagal jantung
juga dapat terjadi. BBLR, asfiksia perinatal, kematian janin intrauterine atau intrapartum dapat terjadi jika ibu
hamil telah mengalami preeklampsia atau telah progresif menjadi preeklampsia berat atau sindrom HELLP.
• Perdarahan obstetrik dapat menyebabkan anemia dan syok pada ibu, kelahiran prematur dan gawat janin,
kematian maternal akibat perdarahan, dan disseminated intravascular coagulation.
80
KESIMPULAN
• Korioamnionitis dapat meningkatkan risiko kelahiran premature, abrupsio plasenta, atonia uteri,
kematian, ataupun infertilitas pada endometritis. Komplikasi lain adalah berujungnya penyakit
menjadi kondisi sepsis, dan lebih parah lagi, syok septik. Risiko pneumonia, meningitis, sepsis, dan
kematian pada neonatus juga meningkat jika lahir dari ibu yang mengalami infeksi prenatal.
• Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dengan PPCM adalah hipoksia, tromboembolisme, gagal
jantung progresif, dan aritmia. Komplikasi fetal yang dapat terjadi antara lain; distress karena
hipoksia maternal, distress karena hipoperfusi plasental sebagai akibat dari cardiac output yang
buruk, hypovolemia maternal kibat diuresis yang berlebihan, atau hipotensi karena reduksi
afterload yang agresif.
• Penatalaksanaan secara umum pasien yang memerlukan perawatan intensif adalah mulai dari
mengamankan airway (jalan napas), breathing, dan circulation selanjutnya adalah pemeriksaan
lainnya seperti pemeriksaan laboratorium dan radiologi, penatalaksanaan sesuai penyebab,
monitoring, selain itu juga penatalaksanaan untuk kesehatan janinnya.
81
THANK YOU