Anda di halaman 1dari 16

Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah episode


perdarahan saluran genital selama
kehamilan (setelah kehamilan 24
minggu) dan sebelum kelahiran bayi.

Menurut Obstetric Haemorrhage


Clinical Guideline tahun 2018,
perdarahan antepartum dibagi menjadi
tiga, yaitu
• Minor : < 500 ml
• Mayor : 500 – 2.000 ml
• Masif : > 2.000 ml
Plasenta Previa
• Plasenta previa adalah
plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh
atau sebagian dari ostium
uteri internum.
• Insiden plasenta previa Perdarahan uterus keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri.
adalah 4,0 per 1000 Pada palpasi abdomen, sering ditemui bagian terbawah janin
kehamilan. masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak
memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa
nyeri dan perut tidak tegang.
Patofisiologi Plasenta Previa

Pada usia kehamilan Dengan melebarnya


yang lanjut, umumnya isthimus uteri menjadi
Pada waktu waktu Terjadi laserasi dan
pada trimester ketiga segmen bawah rahim,
serviks mendatar terjadi terjadi
dan mungkin juga maka plasenta yang
(effacement) dan perdarahan yang
lebih awal, oleh berimplantasi di situ
membuka (dilatation) berasal dari sirkulasi
karena telah mulai sedikit banyak akan
ada bagian tapak maternal yaitu dari
terbentuknya segmen mengalami laserasi
plasenta yang ruangan intervillus
bawah rahim, tapak akibat pelepasan pada
terlepas. dari plasenta.
plasenta akan desidua sebagai tapak
mengalami pelepasan. plasenta.

3
Plasenta Previa
Diagnosis Komplikasi
• Anemia dan syok
• Secara klinis, perdarahan • Plasentasi abnormal, seperti
plasenta akreta
uterus keluar melalui • Kelainan letak janin
vagina tanpa rasa nyeri • Kelahiran prematur dan gawat janin
• Ultrasonografi transvaginal • Perdarahan postpartum
• Kematian maternal akibat
(gold standard) perdarahan
• Magnetic resonance • Disseminated intravascular
imaging coagulation

4
Solusio Plasenta
• Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta, baik sebagian atau
seluruhnya, dari tempat implantasinya sebelum persalinan dijelaskan
dengan istilah Latin abruptio placentae.
• Solusio plasenta terjadi pada 0,4% hingga 1,0% kehamilan, dan
insidensinya meningkat, khususnya di antara wanita Afrika-Amerika di
Amerika Serikat.
Klasifkasi Solusio Plasenta
Solusio • 25%
• Jumlah darah < 250 ml
• Gejala masih sulit dibedakan dengan plasenta previa kecuali warna darah
plasenta ringan yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.

Solusio • 25% - 50%


• Jumlah darah 250 - 1.000 ml
plasenta • Gejala dan tanda sudah jelas seperti rasa nyeri perut yang terus menerus,
denyut jantung janin menjadi cepat, hipotensi, dan takikardia.
sedang
• 50%
Solusio • Jumlah darah > 1.000 ml atau lebih
• Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum penderita buruk disertai syok,
plasenta berat dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan
gagal ginjal yang ditandai pada oliguri biasanya telah ada.

6
Solusio Plasenta
• Keadaan yang mampu memisahkan vili-vili koreialis plasenta dari tempat
implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan.
• Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah
desidua.
• Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel yang disebabkan
oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan
pembentukan thrombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vascular
vili dapat berujung pada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan
kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir.
(pasien korioamnioitis, Kelainan genetic berupa defisiensi protein C dan protein
S, penyakit trombofili, keadaan hyperhomocysteinemia, Nikotin dan kokain)
Solusio Plasenta

Diagnosis Komplikasi
• Perdarahan melalui vagina, nyeri pada • Komplikasi maternal: anemia, syok
uterus, kontraksi tetanik pada uterus, dan hipovolemik, insufisiensi fungsi
pada solusio plasenta yang berat terhadap
kelainan denyut jantung janin pada plasenta, gangguan pembekuan
pemerikasaan dengan KTG. darah, gagal ginjal.
• Diagnosis definitif hanya bisa ditegakan • Komplikasi fetal/neonatal:
secara retrospektif yaitu setelah partus Kematian janin, kelahiran prematur
dengan melihat adanya hematoma dan kematian perinatal merupakan
retroplasenta.
komplikasi yang paling sering
• Ultrasonografi terjadi pada solusio plasenta.
• Penggunaan color Doppler
Perdarahan Postpartum
• Primer : Perdarahan dari saluran genital dalam waktu 24 jam
setelah kelahiran bayi
• Sekunder : pendarahan yang tidak normal atau berlebihan dari
jalan lahir antara 24 jam dan hingga 12 minggu setelah melahirkan.

Menurut Obstetric Haemorrhage


Clinical Guideline tahun 2018,
perdarahan antepartum dibagi
menjadi tiga, yaitu
Minor : 500-1.000 ml
Mayor : 1.000 – 2.000 ml
Masif : > 2.000 ml
Atonia Uteri
• Keadaan lemahnya tonus/ kontraksi rahim yang menyebabkan uterus
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
• Penyebab paling umum dari perdarahan postpartum berat, terhitung
sekitar 80% dari kasus.
• Gambaran klinis:
• Fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang
lembek.
• Uterus yang lunak, berkontraksi buruk dan pendarahan vagina
Atonia Uteri
Hal-hal yang menyebabkan atonia
uteri adalah:
• Disfungsi uterus.
• Atonia uteri primer merupakan
disfungsi instrinsik uterus.
• Kelemahan akibat partus lama
bukan hanya rahim yang lemah,
cenderung berkontraksi lemah
setelah melahirkan, tetapi juga
ibu yang keletihan kurang berthan
terhadap kehilangan darah.
Retensio Plasenta
• Kegagalan untuk melahirkan plasenta sepenuhnya dalam waktu 30
menit setelah melahirkan bayi dan terjadi pada sekitar 3% dari
persalinan pervaginam.
• Faktor risiko dari retensio plasenta termasuk riwayat retensio
plasenta sebelumnya, kelahiran prematur, penggunaan oksitosin
selama persalinan, preeklampsia, dan nulliparitas.
Retensio Plasenta
Patifisiologi

• Penyebab terjadinya plasenta akreta adalah


plasenta previa, bekas seksio sesarea, pernah
kuret berulang, dan multiparitas
• Pada retensio plasenta selama plasenta belum
terlepas, maka tidak akan menimbulkan
perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas
dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak (perdarahan kala III) dan harus diantisipasi
dengan segeran melakukan placenta manual,
meskipun kala uri belum lewat setengah jam.
• Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung
tidak lancar, atau setelah melakukan plasenta
manual atau menemukan adanya kotiledon yang
tidak lengkap.
13
Tatalaksana
• Pendarahan ringan (100 - 1000 ml kehilangan darah, tidak ada gejala
klinis syok)
• Akses intravena (14 G kanula x1)
• Mulai infus kristaloid.
Tatalaksana
• Pada perdarahan masif (> 1000ml / kehilangan darah terus-menerus, atau pasien yang mengalami syok secara
klinis) ibu memerlukan resusitasi aktif. Faktor-faktor berikut perlu ditangani:
• Nilai jalan napas
• Nilai pernapasan
• Evaluasi sirkulasi
• Oksigen dengan masker 10-15 liter / menit
• Akses intravena - 14 G kanula x 2, kanulasi vena sentral pada pasien yang kolaps tidak hanya menyediakan akses
vaskular tetapi juga dapat membantu memantau tekanan vena sentral (CVP) dan memandu resusitasi cairan.
• Posisi datar (flat position)
• Jaga agar ibu tetap hangat menggunakan tindakan yang sesuai yang tersedia.
• Sampai darah tersedia, masukkan kristaloid hingga 3,5 liter (RL 2 liter, hindari larutan hipertonik) dan / atau
koloid (1-2 liter) secepat mungkin. Cairan harus dihangatkan secara memadai.
• Terapi faktor VIIa rekombinan harus didasarkan pada penilaian koagulasi.
Target :
• Hemoglobin> 8 g%
• Jumlah trombosit> 75 x
109 / liter
• Waktu protrombin (PT)
<1,5 x kontrol rata-rata
• Waktu protrombin aktif
(APTT) <1,5 x kontrol rata-
rata
• Fibrinogen> 1,0 g / l

Anda mungkin juga menyukai