Anda di halaman 1dari 41

Laporan kasus

LOW BACK PAIN

Oleh:

Elizza Stella Beladina, S.Ked 04054821820087


Indah Dian Pratiwi, S.Ked 04084851820001

Pembimbing:

dr. Nyimas Fatimah, Sp.KFR

DEPARTEMEN REHABILITASI MEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

LOW BACK PAIN

Oleh:

Elizza Stella Beladina, S.Ked 04054821820087


Indah Dian Pratiwi, S.Ked 04084851820001

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan


Klinik Senior di Departemen Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 28 Maret– 14 April
2019.

Palembang, April 2019

Pembimbing

dr. Nyimas Fatimah, Sp.KFR

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Low Back Pain”.

Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Rehabilitasi Medik di RSMH Palembang. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Nyimas
Fatimah, Sp.KFR atas bimbingan yang telah diberikan.

Dalam menyelesaikan penulisan ini, penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan baik dari segi materi dan bahasa yang disajikan. Untuk itu penulis
memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan, serta mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan tulisan ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya, serta semua pihak yang membutuhkan.

Palembang, April 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS ....................................................................................3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................37

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang
kurang baik.1 Low back pain merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat
praktek sehari-hari dan diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri
punggung, paling kurang sekali semasa hidupnya.2
Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk pernah mengeluh nyeri
punggung bawah. LBP terhitung hampir mengurangi produktivitas hingga 20 juta
USD atau setara dengan 200 milyar rupiah setiap tahunnya di Amerika. Lebih dari
80 juta USD dihabiskan setiap tahunnya untuk mengatasi LBP di Amerika
Serikat. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara
industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode
ini selama hidupnya. Prevalensi pertahunnya bervariasi dari 15-45%, dengan point
prevalence rata-rata 30%.3 Kira-kira 80% penduduk Indonesia pernah sekali
merasakan nyeri punggung bawah. Dalam penelitian multisenter di 14 rumah sakit
pendidikan Indonesia yang dilakukan kelompok studi nyeri PERDOSSI pada
bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 (25% dari
total kunjungan), dimana 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala
dan 819 orang (18,37%) adalah penderita nyeri punggung bawah.4
Nyeri punggung bawah (LBP) merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat mobilisasi yang salah. LBP
menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman pada daerah lumbal dan sacrum.
Walaupun LBP jarang fatal, namun nyeri yang dirasakan menyebabkan pasien
mengalami disabilitas yaitu keterbatasan fungsional dalam aktifitas sehari-hari
dan banyak kehilangan jam kerja terutama pada usia produktif, sehingga
merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan. Tulang punggung
menerima beban lebih besar sebagai konsekuensi tugasnya untuk menjaga posisi
tegak tubuh, dan beban ini akan lebih banyak terkonsentrasi di bagian bawah dari
tulang punggung tersebut.5

1
Etiologi low back pain dapat bervariasi dari yang paling ringan (misalnya
kelelahan otot) sampai yang paling berat (misalnya tumor ganas) tetapi sebagian
besar low back pain pada masyarakat adalah akibat adanya faktor mekanik hal ini
terjadi karena kekakuan dan spasme otot punggung akibat aktivitas tubuh yang
kurang baik serta tegangnya postur tubuh. Selain itu berbagai penyakit juga dapat
menyebabkan LBP seperti osteomielitis, osteoporosis, sclerosis, rematik dan lain-
lain.5
Dari aspek rehabilitasi medik, LBP menyebabkan nyeri pada tulang
belakang (impairment), keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari
(disabilitas), dan keterbatasan dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas sosial
(handicap). Dengan demikian, penanganan dari segi rehabilitasi medik dengan
tujuan agar penderita dapat kembali kepada kondisi semula atau mendekati
keadaan sebelum sakit, menghindari semaksimal mungkin timbulnya cacat
sekunder, mengusahakan sedapat mungkin penderita cepat kembali ke pekerjaan
semula atau pekerjaan baru, serta psikologi penderita menjadi lebih baik.5

2
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. MH
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Palembang
Agama : Islam
Status : Kawin
No. MedRec : 1034251
Pemeriksaan : 5 April 2019

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah sebelah kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak + 3 minggu SMRS, penderita mengalami nyeri punggung bawah
sebelah kanan secara tiba tiba saat pasien sedang duduk. Nyeri dirasakan hilang
timbul pasien mengaku nyeri dirasakan seperti tulang tulang saling bergesekan.
Tidaj ada keluhan nyeri menjalar sampai ke tungkai. Nyeri dirasakan terutama
saat pasien membungkuk, memutar badan, naik tangga. Nyeri dirasakan leibh
berat saat pasien mengangkar air galon yang beratnya +/- 12 kg. Pasien
mengangkat galon dengan cara langsung membungkuk tanpa jongkok terlebih
dahulu. Nyeri dirasakan berkurang dan bisa hilang bila pasien duduk dan
berbaring terlentang. Saat batuk dan mengedan pasien tidak merasa nyeri pada
punggung bawah. Keluhan kelemahan sisi tubuh disangkal, keluhan kram,
kesemutan, dan kekakuan pada pagi hari disangkal. BAB dan BAK dalam batas
normal

3
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat asma : ada, sejak 8 tahun, terkontrol
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat operasi tumor : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal

Riwayat Pekerjaan
Riwayat mengangkat air galon 12 kg langsung membungkuk tanpa jongkok
terlebih dahulu.
Riwayat mengangkat cucian baju langsung membungkuk tanpa jongkok terlebih
dahulu.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang ibu rumah tangga tinggal bersama suami dan tiga orang
anaknya. Pasien tinggal di rumah permanen berlantai dua. Kbiaya hidup sehari
hari tercukupi.

4
C. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis GCS : 15
Tanda Vital : Tekanan darah = 110/80 mmHg; Nadi = 80 x/menit;
Respirasi = 22 x/menit; Suhu = 36,8 oC
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 55 Kg
IMT : 20,20 kg/m2 (Normal)

VAS score :

vas score saat istirahat: 3

Vas score saat kambuh: 8

Cara Berjalan/Gait
Antalgik gait : tidak ada
Hemiparese gait : tidak ada
Steppage gait : tidak ada
Parkinson gait : tidak ada
Tredelenburg gait : tidak ada
Waddle gait : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

Bahasa/Bicara
Komunikasi verbal : normal
Komunikasi nonverbal: normal

5
Kulit : normal
Status Psikis :
- Sikap : kooperatif - Orientasi : normal
- Ekspresi wajah : wajar - Perhatian : normal

B. Saraf-saraf Kepala (Nervus Kranialis)

Nervus Kanan Kiri

I N. Olfaktorius Tidak dilakukan Tidak dilakukan

II N. Optikus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

III N. Occulomotorius Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV N. Trochlearis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

V N. Trigeminus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

VI N. Abducens Tidak dilakukan Tidak dilakukan

VII N. Facialis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

VIII N. Vestibulocochlearis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IX N. Glossopharyngeus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

X N. Vagus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

XI N. Accesorius Tidak dilakukan Tidak dilakukan

XII N. Hypoglossus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

C. Kepala
Bentuk : normal
Ukuran : normocephali
Posisi
Mata : normal

6
Hidung : normal, simetris
Telinga : normal, simetris
Mulut : simetris
Wajah : simetris
Gerakan abnormal : tidak ada

D. Leher
Inspeksi: statis, simetris, struma (-), trakea di tengah
Palpasi: tidak teraba pembesaran KGB, kaku kuduk (-), tumor (-), JVP 5-2cmH2O
Luas Gerak Sendi
Ante /retrofleksi(n 65/50) : 65/50
Laterofleksi (D/S)(n 40/40) : 40/40
Rotasi (D/S) (n 45/45) : 45/45
Tes Provokasi
Lhermitte test/ Spurling : tidak dilakukan
Test Valsava : negatif
Distraksi test : tidak dilakukan
Test Nafziger : tidak dilakukan

E. Thorax
Bentuk : simetris
Pemeriksaan Ekspansi Thoraks : Eks. & Ins. Maksimum (tidak dilakukan)

Paru-paru
Inspeksi : statis dan dinamis simetris, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan=kiri, pelebaran sela iga (-)
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi: vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba

7
Perkusi : batas-batas jantung normal
Auskultasi: BJ I & II (+) normal, HR 80x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)

F. Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal

G. Trunkus
Inspeksi
Simetris : simetris
Deformitas : tidak ada
Lordosis : tidak ada
Scoliosis : tidak ada
Gibbus : tidak ada
Hairy spot : tidak ada
Pelvic tilt : tidak ada

Palpasi
Spasme otot-otot para vertebrae: ada
Nyeri tekan (lokasi) : (+) Punggung bawah L2-L5

Luas gerak sendi lumbosakral


Ante/retro fleksi (95/35) : 85/30
Laterofleksi (D/S) (40/40) : 40/40
Rotasi (D/S) (35/35) : 35/35

Test provokasi :
Valsava test :- - Tes Laseque : -/-

8
Baragard dan Sicard : -/- - Niffziger test : tidak dilakukan
Test SLR : tidak dilakukan - Test: O’Connell: tidak dilakukan
- FNST : tidak dilakukan - Test Patrick : -/-
- Test Kontra Patrick : -/- - Tes gaernslen: tidak dilakukan
- Test Thomas : tidak dilakukan - Test Ober’s : tidak dilakukan
- Nachalasknee flexion test : tidak dilakukan
- Yeoman’s hyprextension : tidak dilakukan
- Mc.Bride sitting test : tidak dilakukan
- Mc. Bridge toe to mouth sitting test : tidak dilakukan
- Test schober : tidak dilakukan
H. Anggota Gerak Atas
Inspeksi kanan kiri
Deformitas tidak ada tidak ada
Edema tidak ada tidak ada
Tremor tidak ada tidak ada
Nodus herbenden tidak ada tidak ada
Palpasi: tidak dilakukan

Neurologi
Motorik Dextra Sinistra
Gerakan Luas Luas
Kekuatan
Abduksi lengan 5 5
Fleksi siku 5 5
Ekstensi siku 5 5
Ekstensi wrist 5 5
Fleksi jari-jari tangan 5 5
Abduksi jari tangan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Tropi Eutropi Eutropi
Refleks Fisiologis

9
Refleks tendon biseps Normal Normal
Refleks tendon triseps Normal Normal
Refleks Patologis
Hoffman Tidak ada Tidak ada
Tromner Tidak ada Tidak ada
Sensorik
Protopatik Normal
Proprioseptik Normal
Vegetatif Tidak ada kelainan

Penilaian fungsi tangan Kanan Kiri

Anatomical normal normal


Grips normal normal
Spread normal normal
Palmar abduct normal normal
Pinch normal normal
Lumbrical normal normal

Luas Gerak Sendi Aktif Aktif Pasif Pasif

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Abduksi Bahu 0-180 0-180 0-180 0-180

Adduksi Bahu 180-0 180-0 180-0 180-0

Fleksi bahu 0-180 0-180 0-180 0-180

Extensi bahu 0-60 0-60 0-60 0-60

Endorotasi bahu (f0) 90-0 90-0 90-0 90-0

Eksorotasi bahu (f0) 0-90 0-90 0-90 0-90

Endorotasi bahu (f90) 90-0 90-0 90-0 90-0

10
Eksorotasi bahu (f90) 0-90 0-90 0-90 0-90

Fleksi siku 0-150 0-150 0-150 0-150

Ekstensi siku 150-0 150-0 150-0 150-0

Ekstensi pergelangan 0-70 0-70 0-70 0-70


tangan

Fleksi pergelangan 0-80 0-80 0-80 0-80


tangan

Supinasi 0-90 0-90 0-90 0-90

Pronasi 0-90 0-90 0-90 0-90

Fleksi jari-jari tangan 0-90 0-90 0-90 0-90

Test Provokasi kanan kiri


Yergason test : tidak dilakukan tidak dilakukan
Apley scratch test : tidak dilakukan tidak dilakukan
Moseley test : tidak dilakukan tidak dilakukan
Adson maneuver : tidak dilakukan tidak dilakukan
Tinel test : tidak dilakukan tidak dilakukan
Phalen test : tidak dilakukan tidak dilakukan
Prayer test : tidak dilakukan tidak dilakukan
Finkelstein : tidak dilakukan tidak dilakukan
Promet test : tidak dilakukan tidak dilakukan

I. Anggota Gerak Bawah


Inspeksi kanan kiri
Deformitas : tidak ada tidak ada
Edema : tidak ada tidak ada
Tremor : tidak ada tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan (lokasi) : nyeri tekan pada L2-L5

11
Diskrepansi : tidak ada tidak ada

Neurologi
Motorik Kanan Kiri

Gerakan Normal Normal

Kekuatan

Fleksi paha 4 4

Ekstensi paha 5 5

Ekstensi lutut 5 5

Fleksi lutut 5 5

Dorsofleksi pergelangan kaki 5 5

Motorik Kanan Kiri

Dorsofleksi ibu jari kaki 5 5

Plantar fleksi pergelangan kaki 5 5

Tonus Eutoni Eutoni

Tropi Eutropi Eutropi

Refleks Fisiologis

Refleks tendo patella Normal Normal

Refleks tendo Achilles Normal Normal

Refleks Patologis

Babinsky Tidak ada Tidak ada

Chaddock Tidak ada Tidak ada

Sensorik

Protopatik Normal

12
Proprioseptik Normal

Vegetatif Tidak ada Kelainan

Luas Gerak Sendi

Luas Gerak Sendi Aktif Aktif Pasif Pasif

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Fleksi paha 0- 30 0-30 0-30 0-30

Ekstensi paha 0-30 0-30 0-30 0-30

Endorotasi paha 0-35 0-35 0-35 0-35

Adduksi paha 0-15 0-15 0-15 0-15

Abduksi paha 0-45 0-45 0-45 0-45

Fleksi lutut 0-90 0-90 0-90 0-90

Ekstensi lutut 0-120 0-120 0-120 0-120

Dorsofleksi pergelangan 0-15 0-15 0-15 0-15


kaki

Plantar fleksi pergelangan 0-45 0-45 0-45 0-45


kaki

Inversi kaki 0-35 0-35 0-35 0-35

Eversi kaki 0-20 0-20 0-20 0-20

Tes Provokasi Sendi Lutut kanan kiri


Stes test tidak dilakukan tidak dilakukan
Drawer’s test tidak dilakukan tidak dilakukan
Test tunel pada sendi lutut tidak dilakukan tidak dilakukan
Test homan tidak dilakukan tidak dilakukan
Test lain-lain tidak dilakukan tidak dilakukan

13
III. Pemeriksaan-pemeriksaan lainnya

Pemeriksaan refleks – refleks primitive pada anak –anak dengan gangguan SSP

Righting reaction : tidak dilakukan

Reaksi keseimbangan : tidak dilakukan

Pemeriksaan lainnya : tidak dilakukan

Bowel test / Bladder test

Sensorik peri anal : tidak dilakukan

Motorik sphincter ani eksternus : tidak dilakukan

BCR( Bulbocavernosis Refleks) : tidak dilakukan

Fungsi luhur
Afasia : tidak ada
Apraksia : tidak ada
Agrafia : tidak ada
Alexia : tidak ada

D. RESUME
Pasien perempuan usia 52 Tahun dengan keluhan utama nyeri punggung
bawah kanan. Nyeri seperti tulang tulangnya bergesekan, nyeri bertambah berat
saat mengangkat benda yang berat dan hilang atau berkurang saat pasien duduk
atau berbaring terlentang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital baik,
adanya spasme otot pada L2-L5. VAS Skor pada saat istirahat 3 saat kambuh 8.

E. EVALUASI
No Level ICF Kondisi saat ini Sasaran

1 Struktur dan Nyeri punggung bawah Mengurangi rasa nyeri


fungsi tubuh sebelah kanan. punggung bawah sebelah

14
kanan

2 Aktivitas Nyeri bertambah parah saat Mengembalikan kemampuan


berubah posisi (tidur ke duduk, pasien untuk dapat beraktivitas
duduk ke berdiri) secara normal sehari-hari.

3 Partisipasi Pekerjaan sehari-hari saat Mengembalikan kemandirian


mengerjakan pekerjaan rumah dan partisipasi aktif pasien
tangga menjadi terganggu. dalam lingkungan sosialnya.

F. DIAGNOSA
Diagnosis klinis: LBP e.c osteoporosis

G. PROBLEM REHABILITASI MEDIK


1. Nyeri pada punggung bawah (VAS 3)
2. Gangguan AKS : membungkuk, berjalan lama, duduk lama, dan berdiri
3. Kecemasan karena penyakit yang sudah lama dan mudah kambuh.

H. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Natrium diclofenac 2x25 mg p.o

Non medikamentosa :
Fisioterapi
Evaluasi: spasme muskulus paravertebra Lumbal L2-L5
Terapi panas: SWD lumbal
Terapi dingin: tidak ada
Stimulasi listrik: TENS lumbal
Terapi latihan: Traksi lumbal

15
Okupasi Terapi
Evaluasi: -Nyeri Punggung bawah (VAS 3 )
- Gangguan aktivitas kehidupan sehari (jalan).
Program: - Edukasi
- Back leg flexion-extension

Ortotik Prostetik
Evaluasi: - Nyeri punggung bawah (VAS 3).
- Gangguan aktivitas sehari terutama saat berpindah posisi
Program: LSO (Lumbosacral orthose) saat ini belum diperlukan.

Psikologi
Evaluasi:
Program: Dukungan mental pada penderita dan edukasi untuk melakukan
proper back

Sosial Medik
Evaluasi:
 Menilai kasur yang digunakan dan kursi.
 Menilai cara penderita menggangkat dan membawa barang.
Program:
 Edukasi penderita untuk menggunakan kasur yang padat dan datar.
 Edukasi penderita untuk menggunakan kursi dengan punggung kursi
berbentuk huruf S.
 Edukasi penderita cara sebelum shalat, mengangkat dan membawa
barang tanpa menimbulkan nyeri dengan proper back mechanism
Edukasi
Waktu beraktivitas:
 Dianjurkan pada saat beraktivitas penderita jangan dulu mengangkat
barang terlalu berat.
Waktu berdiri:

16
 Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode duduk sebentar.
 Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi jongkoklah
pada lutut.
Waktu berjalan:
 Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa.
Waktu duduk:
 Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih rendah dari
paha.
 Bila duduk seluruh punggung sebanyak mungkin kontak dengan
punggung kursi.
Waktu tidur:
 Sebaiknya menggunakan alas yang padat.
 Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping dan angkat tubuh anda
dengan tangan, lutut ditekuk disamping tempat tidur sehingga kaki
menyentuh lantai, bangunlah dengan menggunakan kekuatan kaki.

Gambar 11. Posisi tidur dan cara bangun tidur 12

17
Gambar 12. Posisi memakai kaus kaki dan sikat gigi 12

I. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINSI
Sindroma “Low Back Pain” adalah suatu sindroma klinik yang ditandai
dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan yang tidak enak di daerah tulang
punggung bagian bawah dan sekitarnya. Nyeri ini terasa di antara sudut iga
terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral
dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.5

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Untuk dapat memahami bagaimana rasa nyeri timbul pada low back pain
maka harus dipahami anatomi dan fisiologi tulang belakang pada umumnya dan
tulang lumbosakral pada khususnya.
1. Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari:
a. Segmen anterior, yang berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh
korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh diskus
intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal
posterior dan ligamen longitudinal anterior. Ligamen longitudinal
posterior mempunyai arti penting dalam patofisiologi penyakit justru
karena bentuknya yang unik. Sejak dari oksiput, ligamen ini menutup
seluruh permukaan belakang diskus intervertebra. Mulai L1 ligamen ini
menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligamen hanya tinggal
separuh asalnya. Dengan demikian pada daerah ini terdapat daerah
lemah, yakni bagian posterolateral kanan dan kiri diskus intervertebra,
daerah tak terlindung oleh ligamen longitudinal posterior. Akan nyata
terlihat, bahwa tingkat L5-S1 merupakan daerah paling rawan.6

19
Gambar 1. Segmen Anterior Kolumna Vertebrata7
b. Segmen posterior, bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus
dan prosesus spinosus. Satu dengan yang lainya dihubungkan oleh
sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari
sudut kinetika tubuh (di luar kepala dan leher), maka akan tampak bahwa
gerakan yang paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi, kemudian
ekstensi. Dalam kenyataannya gerakan fleksi-ekstensi merupakan tugas
persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini
dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital. Lain
halnya dengan bidang sendi daerah torakal yang terletak frontal, bidang
sendi ini hanya memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit latero-fleksi.6

Anterior column posterior column


Gambar 2. Segmen Anterior Dan Posterior Columna Vertebralis7

20
2. Diskus Intervertebra
Struktur lain yang tidak kalah penting peranannya dalam persoalan low
back pain adalah diskus intervertebra. Disamping berfungsi sebagai
penyangga beban, diskus intervertebra berfungsi pula sebagai peredam kejut.
Diskus intervertebra dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman
serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas
dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra sedemikian rupa
hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus
suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air.
Menjelang usia dekade kedua, mulailah terjadi perubahan-perubahan, baik
menyangkut nukleus pulposus maupun anulus fibrosus. Pada beberapa tempat
serat-serat fibroelastik terputus, sebagian rusak, dan sebagian diganti jaringan
ikat. Proses ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus
terbentuk rongga-rongga.1,6

Gambar 3 Diskus Intervertebra 8

C. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya, Low Back Pain dibagi dalam 4 kelompok :5
1. LBP oleh faktor mekanik (berdasarkan kelainan muskuloskeletal)
a. Mekanik akut : biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan
mendadak, melakukan gerakan melampaui batas kemampuan sendi dan
otot (range of motion) atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu lama.

21
b. Mekanik kronik (menahun) : disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek
(membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit). Sikap
tubuh yang demikian mendorong Titik Berat Badan (TBB) tergeser ke
arah depan.
2. LBP oleh faktor organik (proses patologik primer berada di tulang vertebra,
diskus intervertebra atau dalam kanalis spinal) :
a. Osteogenik : radang, trauma (fraktur, osteoporosis), keganasan,
kongenital.
b. Diskogenik : spondilosis (proses degenerasi progresif diskus
intervertebra dan menimbulkan nyeri yang bersumber dari osteoartritis
dan radikulitis jebakan), Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yang terbagi
menjadi hernia posterosentral (penekanan ligamen longitudinal
posterior) dan hernia posterolateral yang mungkin melibatkan radix,
spondilitis ankilosa (dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas
daerah leher).
c. Neurogenik : neoplasma arakhnoiditis, stenosis kanal (akibat proses
degenerasi, timbul penyempitan kanal spinal).
3. Nyeri rujukan
4. Nyeri psikogenik

Etiologi nyeri punggung bawah dapat dihubungkan dengan hal-hal sebagai


berikut:9
1. Proses degeneratif
Meliputi spondilosis, hernia nucleus pulposus (HNP), stenosis spinalis,
osteoarthritis. Perubahan degeneratif pada vertebrata lumbosakralis dapat
terjadi pada korpus vertebra berikut arkus dan prosesus artikularis serta
ligament yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu
dengan yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai osteoartrosis deforman,
tapi kini dinamakan spondilosis. Perubahan degeneratif ini juga dapat
menyerang anulus fibrosis diskus intervertebralis yang bila robek dapat
disusul dengan protusio diskus intervertebralis yang akhirnya

22
menimbulkan hernia nucleus pulposus (HNP). Unsur tulang belakang lain
yang sering mengalami proses degeneratif ini adalah kartilago artikularis
yang dikenal dengan osteoarthritis.
2. Penyakit Inflamasi
Low Back Pain akibat inflamasi terbagi dua yaitu arthritis rheumatoid
yang sering timbul sebagai penyakit akut dengan ciri terkenanya
persendian keempat anggota gerak secara serentak atau selang beberapa
hari/minggu, dan yang kedua adalah pada spondilitis angkilopoetika,
dengan keluhan sakit punggung dan sakit pinggang yang sifatnya pegal-
kaku dan pada waktu dingin dan sembab terasa ngilu.
3. Osteoporotik
Sakit pinggang pada orang tua terutama pada wanita, seringkali
disebabkan oleh osteoporosis. Sakit bersifat pegal, tajam atau radikular.
4. Kelainan kongenital
Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari
vertebra lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP meskipun
tidak selamanya benar. Contohnya adalah lumbalisasi atau adanya 6
korpus vertebra lumbalis yang merupakan variasi anatomik yang tidak
mengandung arti patologik. Demikian pula pada sakralisasi.
5. Gangguan Sirkulatorik
Aneurisma aorta abdminalis dapat mebangkitkan LBP yang hebat dan
dapat menyerupai HNP. Gangguan sirkulatorik yang lain adalah
thrombosis aorta terminalis yang perlu mendapat perhatian karena mudah
didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya disebut sindrom Lerichie. Nyeri dapat
menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai kedua kaki.
6. Tumor
Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget,
osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas
yang primer seperti myeloma multiple maupun sekunder seperti macam-
macam metastasis.
7. Toksik

23
Keracunan logam berat, seperti radium.
8. Infeksi
Infeksi akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafilokokus, streptokokus)
dan infeksi kronik contohnya pada spondilitis tuberculosis (penyakit Pott),
jamur, osteomielitis kronik.
9. Problem Psikoneurotik
Histeria atau depresi, malingering, LBP kompensatorik, LBP yang tidak
mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau
batas-batas anatomis.

D. KLASIFIKASI
Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu:5,9
a) Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya
sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat
hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik
seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian.
Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen
dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal
dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
b) Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.

24
E. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan buruk,
masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor
(kurvatura >80%), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan
pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri
berjam-jam (posisi tubuh yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban,
menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.10

F. PATOFISIOLOGI
Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai sistem nosiseptif. Sensitifitas dari komponen sistem nosiseptif
dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak
semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas
nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa
bagi orang lain. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit
yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak,
dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri
merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat
dekat dengan serabut asalnya pada kulit (serabut kutaneus) dan mengirimkan
cabangnya ke pembuluh darah lokal. Serabut kutaneus terletak lebih kearah
sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis
paravertebra sistem saraf dan dengan organ internal yang lebih besar.11
Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri
meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan prostaglandin. Substansi lain dalam
tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin
dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam sistem saraf
pusat. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem assenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal.11

25
Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan
sensasi nyeri. Patofisiologi pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini
kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang
tersusun atas banyak unit vertebra dan unit diskus intervertebra yang diikat satu
sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara,
disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-
sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan
vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas
mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur
pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan
berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung. Diskus
intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stres paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.1,11).

G. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum
dan neurologis serta pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Untuk mendapatkan diagnosis low back pain seawal mungkin, perlu adanya
anamnesis yang terarah yaitu:12
Awitan
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah
posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan

26
fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul
bertahap.

Lama dan frekuensi serangan

LBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.
Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya.
Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan
eksaserbasi selama 2-4 minggu.

Lokasi dan penyebaran

Kebanyakan LBP akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di


daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di
tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai
juga dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak
mempunya pola penyebaran yang tetap.

Faktor yang memperberat / memperingan

Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat
aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri.
Batuk, bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita
tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.

Kualitas/intensitas

Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat


membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara LBP
dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari masing-
masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada
tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan 80% menunjukkan adanya
radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP
lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya
suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.

27
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa
gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.

Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang
biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP,
namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan
yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang ringan.

Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan


bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri
biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa
menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah
nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.

Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada
malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan
adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun
infeksi.

Penyakit penyerta lain


Adakah keluhan nyeri di bagian tubuh lain, gangguan libido, jika penderita
seorang wanita ditanyakan adakah gangguan dalam siklus haid, atau memakai
IUD (kemungkinan inflamasi).
Riwayat penyakit yang dahulu dan keluarga
Diabetes Melitus, Hipertensi, penyakit jantung, hati, ginjal, paru dll

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang
meliputi pemeriksaan fisik umum, evaluasi sistem neurologi dan
muskuloskeletal.5,13
a. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Penderita HNP biasanya tertatih-
tatih, tungkai yang sakit dalam posisi fleksi lutut dan panggul untuk

28
mengurangi nyeri. Inspeksi daerah kolumna vertebralis (thorako-lumbal
dan lumbosakral), meliputi lurus tidaknya tulang belakang, apakah
terdapat lordosis, kiphosis, gibus, ataupun deformitas. Perhatikan pula
apakah ada kemiringan pelvis, biasanya disebabkan oleh panjang tungkai
yang tidak sama. Serta kedua tungkai apakah terdapat atrofi atau tidak.
b. Palpasi
Palpasi sepanjang kolumna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada
salah satu prosessus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba
pada palpasi atau adanya spasme otot para vertebral).
c. Pemeriksaan neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri
punggung bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena
sebab yang lain.
Motorik
Apakah terdapat kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Kalau ada kelumpuhan
segmen mana yang terganggu. Kemudian dilakukan pemeriksaan kekuatan
otot, tonus otot, pemeriksaan gerakan aktif dan pasif. Pemeriksaan harus
dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan
memperhatikan miotom yang mempersarafinya.13
Sensorik
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang jika terjadi kekeliruan, tapi tetap
penting arti diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi
HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna
dalam menunjukkan informasi lokalisasi disbanding motoris.13
Refleks
Refleks yang harus diperiksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,
respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi
terjadinya lesi pada saraf spinal.13
Tes Provokasi

29
- Tes Laseque (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap
lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan
iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang
perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.5

Gambar 4. Test Laseque 14

- Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti
tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki. Bila nyeri punggung
dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.15

Gambar 5. Tes Bragard 15

- Tes Sicard

30
Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jari kaki.
Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan
dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai
ujung kaki.15
- Tes Patrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki diletakkan
pada sendi lutut tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan
pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri,
maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya
coxitis. Tes ini dilakukan pada kedua kaki.16

Gambar 6. Tes Patrick16

- Tes Kontra Patrick


Tes kontra patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang, sama halnya
dengan melakukan tes patrick akan tetapi kaki dirotasi kedalam
(internal). Tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan bagian
lateral dari lutut. Setelah itu lakukan penekanan pada sendi lutut ke
rotasi dalam. Apabila nyeri timbul (+) menunjukkan sumber nyeri di
sacroiliaka.
- Tes Valsalva

31
Pasien disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup sekuat-
kuatnya. Tes positif apabila ada nyeri radikuler sesuai dermatomnya,
seperti pada hernia nukleus pulposus (HNP).

Gambar 7. Tes Valsava17

3. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk
memastikan penyebab low back pain:18,19
a. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang bermanfaat
untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik.
b. Pemeriksaan elektromiografi (EMG), merupakan diagnosis pasti untuk
membuktikan adanya keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu. EMG
dapat memberikan informasi tentang adanya kerusakan saraf, lama terjadinya
kerusakan saraf, lokasi, tingkat keparahan maupun memantau proses
penyembuhan dari kerusakan saraf.
c. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu)
Merupakan pemeriksaan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal.
Mielografi merupakan tindakan invasif, yaitu cairan yang berwarna medium
disuntikan ke kanalis spinalis sehingga struktur bagian dalamnya dapat
terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar x-ray. Mielogram digunakan untuk
diagnose pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis,
tumor spinalis, atau untuk abses spinal.
d. Computed Tornografi Scan (CT-Scan)

4. Penatalaksanaan

32
Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari :5,18,19
a. Obat-obatan (medikamentosa)
Medikamentosa (obat-obatan untuk mengurangi nyeri tanpa menghiraukan
penyebab dasar LBP) :
- Analgetika (analgetik antipiretik dan analgetik narkotik, NSAID)
- Transquilizer minor (menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri.
Disamping itu untuk mengurangi kegelisahan dan untuk relaksasi otot)
b. Rehabilitasi medik
- Terapi Panas
Menurut penetrasinya, dibedakan 2 jenis:
Terapi panas superficial. Pada jenis terapi ini, panas hanya mengenai
kutis atau subkutis saja seperti Infra Red, hot pack, kompres air hangat,
paraffin bath.
Terapi panas dalam. Pada jenis ini, panas dapat menembus sampai ke
jaringan yang lebih dalam (otot, tulang, sendi). Ada 3 jenis diatermi yaitu
Micro Wave Diathermy, Short Wave Diathermy, dan Ultra Sound
Diathermy.
- Terapi Dingin
Paling sering digunakan pada cedera musculoskeletal akut. Teknik terapi
dingin yaitu dengan cara masase es, kompresi es selama 20 menit,
menggunakan vapocoolant spray dan cryokinetics.
- Traksi
Traksi adalah suatu teknik penerapan kekuatan tarikan pada salah satu
bagian tubuh untuk meregangkan jaringan lunak dan melebarkan ruang
sendi. Kekuatan tarikan dapat ditimbulkan secara manual, dengan beban
dan sistem kontrol, maupun secara elektromekanis.
- Stimulasi Listrik
Yang banyak digunakan adalah TENS (Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation) untuk menghilangkan nyeri dan spasme otot.
- Terapi Exercise / Latihan

33
Beberapa latihan yang dapat diberikan pada penderita Low Back Pain
yaitu sebagai berikut :
1. Lying supine hamstring stretch
2. Knee to chest exercise
3. Pelvic tilt
4. Sitting leg stretch
5. Hip and quadriceps stretch

Gambar 8. Latihan low back pain12


c. Pembedahan
Operatif bila ada indikasi :
1. Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi)
2. Adanya gangguan neurologis yang progresif (kelemahan otot)
d. Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien-pasien dengan Low Back Pain
yaitu:
1. Kurangi berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan seperti
menjongkok
2. Kurangi membawa beban berat
3. Kurangi duduk terlalu lama
4. Hindari posisi menulis sambil membungkuk terlalu lama

34
5. Hindari tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras atau
menggunakan kasur yang terlalu empuk
6. Gunakan sepatu yang nyaman
7. Jika ingin duduk dengan jangka waktu yang lama, istirahatkan kaki
dilantai atau apa saja yang menurut anda nyaman
8. Hindari berat badan yang berlebihan

Gambar 9. Posisi duduk yang benar12

Gambar 10. Cara mengangkat barang yang benar12

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Andini, F. 2015. Risk Factory of Low Back Pain in Workers. J Majority. Vol.4
No.1. Januari 2015
2. Arya, RK. 2014. Low back pain – Signs, symptoms, and management. Journal
Indian Academy of Clinical Medicine. Vol. 15, No. 1.
3. Cadwell, E & Hegner, B R. (2003). Asisten Keperawatan: Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC
4. Eriksen W., Bruusgaard D., Knardahl S. 2004. Work factors as predictors of
intense or disabling low back pain; a prospective study of nurses’ aides.
Occupational Environment Medicine. Vol.61 No.5 :398–404
5. Gilbovsky A, 2006. Impaired and Disabled Patients, In: American College of
Legal Medicine Textbook Committee, 3rd ed. St.Louis: Mosby, pp: 531-3.
6. Harsono S, 2007. Nyeri Punggung Bawah, dalam Kapita Selekta Neurologi,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, pp : 265-85.
7. Humantech. 2003. Applied Ergonomics Training Manual. Humantech Inc :
Berkeley Australia.
8. Idyan, Z. 2007. Hubungan Lama Duduk Saat Perkuliahan Dengan Keluhan
Low Back Pain.
9. Koesyanto, H. 2013. Masa Kerja dan Sikap Kerja terhadap Nyeri Punggung.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 9 No. 1: 9-14.
10. Maher, S & Pellino. (2002). Aktivitas Tubuh penyebab LBP. Diambil 22
Januari 2014 dari healtcare.uiowa.edu.
11. Meliala A., 2003, Nyeri Punggung Bawah, Dalam: Assesmen NPB, Perdossi,
pp : 37 – 49.
12. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2014. Low Back Pain.
13. Priharjo, R. (1993). Perawatan Nyeri: Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien.
Jakarta: EGC.
14. Santosa, LW. 2014. Kiat Atasi Nyeri Punggung Bagian Bawah.
15. Setyohadi, B. (2005). Etiopatogenesis Nyeri Pinggang, Temu Ilmiah
Rematologi Dan Kursus Nyeri. Jakarta: IRA.
16. Sorock Y, Aprill C, Laslett M. 2003. Corelation of Clinical Examination
Characteristics with Three Sources of Cronic Low Back Pain. The Spin Journal
Vol.3 No.6 :460-465.

36
17. Suharto. 2005. Penatalaksanaan fisioterapi pada nyeri pinggang bawah
spesifik akibat joint block thoracal dan lumbal. Makassar: Universitas
Hasanuddin. hlm 15.
18. The American Academy of Pain Medicine. 2011. Fact and Figure of Pain.
19. Wagiu, S.A. 2012. Pendekatan Diagnostik Low Back Pain (LBP). Jakarta : FK
Universitas Indonesia

37

Anda mungkin juga menyukai