Anda di halaman 1dari 54

Kelainan Kelenjar

Sebasea & Ekrine

KKM SMF KULIT & KELAMIN


RSUP SANGLAH
2016
OUTLINE

Acne Hidradenitis Dermatitis


Miliaria
Vulgaris 1 Supurativa 2 Perioral 3 4
Acne Vulgaris
Penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang
umumnya terjadi pada masa remaja dan bersifat self-
limiting.
Etiologi
Inflamasi kronik dari folikel kelenjar sebasea,
yang mungkin disebabkan oleh :
• Perubahan pola keratinisasi dalam folikel,
• Produksi sebum yang meningkat,
• Terbentuknya fraksi asam lemak bebas,
• Peningkatan jumlah flora folikel,
• Terjadinya respon hospes,
• Peningkatan kadar hormon androgen, anabolic,
kortikosteroid, gonadotropin, serta ACTH,
• Stres psikis.
• Faktor lain : Usia, ras, familial, makanan,
cuaca/musim
Patofisiologi
Patogenesis dari acne vulgaris adalah multifaktorial, 4 yang utama
adalah :

1. Hiperploriferasi folikel epidermal

2. Produksi kelenjar sebacea yang berlebihan

3. Inflamasi

4. Keberadaan dan aktivitas dari


Propionibacterium acne.
Hiperploriferasi folikel epidermal

Epitel dari folikel sumbatan


atas rambut : hiperkeratotik + Î kohesi pada ostium
infundibulum dari keratinosit folikel

Mikro keratin, sebum, dan


dilatasi folikel rambut
komedo bakteri berakumulasi di
atas
dalam folikel

 Stimulus : stimulasi androgen seperti dihidrotestosteron (DHT), penurunan asam


linoleic, peningkatan aktifitas IL-1 dan 5-  reductase, dan berlebihnya bakteri P
acnes.
Produksi kelenjar sebacea berlebihan

 Kuantitas produksi sebum lebih banyak daripada


normal, namun kualitas sebum sama.

Komponen asam lemak


kolonisasi P. komedo
sebum : bebas (o/ P.
acnes
inflamasi
genik.
trigliserida acnes)

Komponen produksi sitokin peningkatan Semakin


pro-inflamasi ,
sebum : aktivasi jalur produksi banyak
Lipoperoksida PPAR sebum trigliserida
Stimulus :
• Hormon androgen meningkatkan proliferasi
dan diferensiasi sebosit
• Hormon estrogen dapat menurunkan
produksi hormon androgen dan menurunkan
aktivitas kelenjar sebaceous
• Stress  peningkatan kortikotropin releasing
hormone  meningkatkan aktivitas sebosit
dan keratinosit.
• Terlalu banyak mengonsumsi makanan
dengan indeks glikemik tinggi 
meningkatkan IGF-1  meningkatkan
aktivitas androgen  proacne.
Inflamasi

 Dulunya diduga inflamasi mengikuti


pembentukan komedo, namun terdapat
butki terbaru bahwa inflamasi dermal
dapat mendahului oleh formasi komedo.
Keberadaan dan aktivitas dari
Propionibacterium acne.
 P. Acne adalah bakteri gram
positif, anaerobik yang
ditemukan pada folikel
kelenjar sebacea normal.

Pasien dengan acne memiliki konsentrasi p. Acne lebih


tinggi daripada orang normal
Namun jumlah dari p. Acne tidak menentukan
keparahan dari penyakit ini. Respon inflamasi
tergantung dari strain p. Acne yang dominan terdapat
pada folikel dan imunitas host.
 Dinding bakteri P. acne mengandung antigen karbohidrat
yang menstimulasi perkembangan antibodi. Antibodi
antipropiobakterium  inflamasi
 Peningkatan respon inflamasi tipe IV
 Peningkatan produksi lipase, protease, hyalurodinase,
faktor kemotaktik  meningkatkan kinerja neutrofil 
meningkatkan inflamasi
Epidemiologi

Hampir setiap orang pernah menderita penyakit


ini, sehingga sering dianggap sebagai kelainan
kulit yang fisiologis

Umumnya insiden terjadi pada :

• Umur 14-17 tahun pada wanita,


• Umur 16-19 tahun pada pria

Dapat menetap hingga usia 30 tahun/lebih


Klasifikasi
(pillsburry)

Grade 3 : Komedo,
Grade 2 : Komedo,
papul, pustul, dan
Grade 1 : Komedo di papul, pustul, dan
peradangan lebih
muka peradangan lebih
dalam di wajah,
dalam di wajah
dada, dan punggung.

Grade 4 : Akne
konglobata
Anamnesis

 Keluhan adanya bintik hitam pada daerah


wajah yang diikuti dengan munculnya
bintik-bintik lainnya.
 Kebiasaan makan-makanan berlemak
 Adanya faktor resiko psikologis spt stress,
dan banyak tekanan
DIAGNOSIS

1. Gambaran klinis :
• Lesi polimorfi  papul, pustul, nodul, dan jaringan parut
(hipotrofik/hipertrofik)
• Lesi beradang : postul, nodul, kista
• Lesi tidak beradang : komedo terbuka, tertutup, papul.
• Komedo tertutup : bintik berwarna putih
• Komedo terbuka : bintik berwarna hitam, menutupi pori-pori
wajah
• Predileksi : wajah, leher, lengan, dada dan punggung.

2. Pemeriksaan Ekskohleasi sebum (pengeluaran


sumbatan sebum dengan ekstraktor)
• Massa padat spt lilin
• Massa lunak seperti nasi dengan ujung berwarna hitam
DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis
3. Histopatologis cukup dengan
gambaran klinis
• Sel radang kronis di
sekitar folikel
polisebasea dengan
massa sebum di
dalam folikel
Diagnosis Banding

Lesi • S. Aureus folliculitis,


• pseudofolliculitis barbae
pada rosacea,
wajah : • perioral dermatitis.

• Malassezia folliculitis,
• “hot-tub” pseudomonas
Tubuh : folliculitis,
• S. Aureus folliculitis
TERAPI
SISTEMIK
1. Antibiotika :
•Eritromisin 4x250 mg/hari
•Doksisiklin 50 mg/hari
•Tetrasiklin 250 mg – 1 gr/hari
•Trimetropin 3x100 mg/hari
2. Hormonal :
•Estrogen 50 mg/hari

3. Isonetinoin 0.5 -1 mg/kgBB/hari


4. Kortikosteroid sistemik
•Prednison 7.5 mg/hari
•Dexametason 0.25 – 0.5 mg/hari
TERAPI

TOPIKAL
• Bahan iritan penglupas kulit
• Antibiotika topical
• Anti radang topical  hidrokortison 1-2.5%
• Lainnya  etil laktat 10%
BEDAH
• Bedah scalpel, listrik, kimia, beku,
dermabrasi
Algoritma Terapi
Ringan Sedang
Comedonal Papular/pustular
Pertama Retinoid Retinoid topical/antimikroba
topical/kombinasi topical/kombinasi
Kedua Dapsone topical/ Dapsone topical/ asam azelaic/ asam
asam azelaic/ asam salisilat
salisilat
Perempuan - -
Tambahan Ekstraksi komedo Terapi laser/cahaya, terapi fotodinamik

Tidak sembuh Cek kepatuhan Cek kepatuhan pengobatan, singkirkan


dengan pengobatan kemungkinan folikulitis,
penanganan pada wanita singkirkan kemungkinan POS,
tumor ovary/adrenal, pada laki – kali
singkirkan hyperplasia adrenal kongenital

Maintenance Retinoid topical ± Retinoid topical ± benzoyl peroxide


benzoyl peroxide
Berat
Papular/pustular Nodular Conglobata/
fulminans
Pertama Antibiotik oral + Antibiotik oral + retinoid Isotretinoin oral ±
retinoid topical ± topical ± BPO kortikosteroid oral
BPO
Kedua - Isotretinoin Antibiotik oral dosi
oral/antibiotic oral + tinggi + retinoid
retinoid topical ± topical BPO
BPO/asam azelaic/
kombinasi
Perempuan Kontraseptif oral / antiandrogen
Tambahan Ekstraksi Ekstraksi komedo, kortikosteroid
komedo, terapi kortikosteroid intra lesi, intra lesi, terapi
laser/cahaya, terapi laser/cahaya, laser/cahaya,
terapi terapi fotodinamik terapi fotodinamik
fotodinamik
Tidak sembuh Cek kepatuhan pengobatan, singkirkan kemungkinan folikulitis,
dengan pada wanita singkirkan kemungkinan POS, tumor ovary/adrenal,
penanganan pada laki – kali singkirkan hyperplasia adrenal kongenital
Maintenance Retinoid topical ± benzoyl peroxide
Hidradenitis Supurativa

Penyakit kelenjar apokrin yang ditandai dengan


adanya supurasi.
Etiologi

Etiologi :
 kelainan struktut adneksa,
 genetic,
 infeksi bakteri,
 obesitas.

Bakteri : Staphylococcus Aureus


Anamnesis

 Keluhan munculnya benjolan pada daerah lipatan kulit


seperti ketiak.
 Nyeri
 Dimulai pada masa pubertas
 Wanita > pria
Gejala klinis

Predileksi : aksila, daerah payudara, region anogenital, &


inguinal

Lesi awal : abses/nodul eritema dengan cairan


purulent/seropurulen disertai gejala nyeri yang intermitten

Gejala khas : komedo terbuka

Lesi lanjut :
• fibrosis,
• sinus tract,
• skar hipertropik

DDx : Skrofuloderma, furunkel, karbunkel


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Bakteriologis : Histopatologis :

 S. Aureus, Lesi awal :


sumbatan keratin pada folikel rambut,
 Streptococci, dilatasi duktus, tanda-tanda radang
 E.coli, Lesi lanjut :
 Proteus mirabilis, dan Kerusakan kelenjar apokrin, fibrosis, dan
hyperplasia sinus
 Pseudomonas aeruginosa
TERAPI

Lesi awal
 Nodul : triamcinolone intralesi (3-5 mg/ml)
 Abses : insisi & drainase

Lesi lanjut
 Antibiotik oral : eritromisin, tetrasiklin, minosiklin
 Kortikosteroid oral untuk kasus yang berat
Dermatitis Perioral
Etiologi

 Akibat pemakaian obat-obatan steroid topical, krim


wajah, faktor hormonal dan lingkungan.
 Obat – obatan : steroid topikal
Anamnesis

 Keluhan berupa bintik-bintik pada daerah bibir.


 Riwayat menggunakan obat-obatan ataupun krim wajah
sebelum munculnya gejala.
 Cenderung ditemukan pada wanita usia muda dan anak :
7 bulan hingga 13 tahun
GEJALA KLINIS

 Berupa papul dan pustule yang eritema


 Lokasi : daerah dagu ataupun bibir atas dan mulut. Dapat juga di
periorbital dan perinasal
 Ukuran +1-3 mm
 Tanpa disertai komedo
 Batas bibir dengan ruam kulit dipisahkan oleh daerah kulit yang
normal.
 Ada sensasi terbakar.
DIAGNOSIS BANDING

 Acne vulgaris
 Dermatitis kontak iritan
 Dermatitis kontak alergi
 Rosacea
 Folikulitis
TERAPI

Topikal
 Penghentian penggunaan steroid topikal
 Immunomodulator topical
 Mosturizer

Sistemik
Antibiotik :
 Tetrasiklin/ eritromisin 1 gr/hari dosis dewasa
 Doksisiklin 100 mg/hari
Prognosis

 Dapat terjadi selama beberapa minggu sampai bulan


 Bersifat rekuren
Miliaria
Kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan
adanya vesikel milier. Sering juga disebut biang keringat,
keringat buntel, liken tropikus, atau prickle heat.
Etiologi

 Penyumbatan pada saluran keringat sehingga cairan dari


kelenjar ekrin tertahan di lapisan epidermis maupun
dermis.

Predileksi :
Daerah yang tertutup pakaian, tempat tekanan, atau
geseka dengan pakaian.
Anamnesis

Keluhan :
 Gatal yang disertai vesikel atau bintil,
 terutama muncul saat berkeringat,
 pada lokasi predileksi, kecuali miliaria profunda.
Faktor resiko :
 Tinggal di daerah tropis, panas, kelembaban tinggi
 Pemakaian pakaian yang ketat, tidak menyerap keringat

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaaan fisik
KLASIFIKASI

 Miliaria Kristalina
 Miliaria Rubra
 Miliaria Profunda
 Miliaria Pustulosa
1. Miliaria kristalina
 Obstruksi superfisial di stratum korneum
 Vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal
tanpa tanda inflamasi, mudah pecah
dengan garukan, dan deskuamasi dalam
beberapa hari.
 Predileksi pada badan yang tertutup
pakaian.
 Gejala subjektif ringan dan tidak
memerlukan pengobatan. Cukup dengan
menghindari panas yang berlebihan,
mengusahakan ventilasi yang baik,
pakaian tipis dan menyerap keringat.
Miliaria Kristalina
2. Milaria rubra
 Jenis tersering, vesikel miliar atau
papulo vesikal di atas dasar eritematosa
sekitar lubang keringat, tersebar diskret.
 Tatalaksana cukup dengan menghindari
panas yang berlebihan, mengusahakan
ventilasi yang baik, pakaian tipis dan
menyerap keringat.
 Gejala subjektif gatal dan pedih pada di
daerah predileksi.

Miliaria Rubra
3. Miliaria profunda
 Merupakan kelanjutan miliaria rubra,
berbentuk papul putih keras berukuran
1-3 mm, mirip folikulitis, dapat disertai
pustul.
 Predileksi pada badan dan ekstremitas.

Miliaria Profunda
4. Miliaria pustulosa
 Berasal dari miliaria rubra, dimana
vesikelnya berubah menjadi pustul.

Miliaria Pustula
Diagnosis Banding

 Campak / morbili.
 Folikulitis.
 Varisela.
 Kandidiasis kutis.
 Erupsi obat morbiliformis.

Komplikasi : Infeksi sekunder


Penatalaksanaan
Komprehensif
Prinsip:
Mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan membuka
retensi keringat.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah:


 Melakukan modifikasi gaya hidup, yaitu:
 Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap
keringat.
 Menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan
 Menjaga kebersihan kulit
 Mengusahakan ventilasi yang baik
Farmakoterapi

a. Topikal
 Bedak kocok: likuor faberi atau bedak kocok yang mengandung kalamin
dan antipruritus lain (mentol dan kamfora) diberikan 2 kali sehari selama 1
minggu.
 Lanolin topikal atau bedak salisil 2% dibubuhi mentol ¼-2 % sekaligus
diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu. Terapi berfungsi sebagai
antipruritus rubra untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya miliaria
profunda.

b. Sistemik (bila gatal dan bila diperlukan)


 Antihistamin sedatif: hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama 7 hari, atau
 Antihistamin non sedatif: loratadin 1x 10 mg per hari selama 7 hari.
Pada umumnya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang.
Konseling & Edukasi Edukasi dilakukan dengan memberitahukan keluarga agar dapat
membantu pasien untuk:
 Menghindari kondisi hidrasi berlebihan atau membantu pasien untuk pakaian yang
sesuai dengan kondisinya.
 Menjaga ventilasi udara di dalam rumah.
 Menghindari banyak berkeringat.
 Memilih lingkungan yang lebih sejuk dan sirkulasi udara (ventilasi) cukup.
 Mandi air dingin dan memakai sabun.
Sarana dan Prasarana Lup
Prognosis umumnya bonam, pasien dapat sembuh tanpa komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai