Pembimbing :
dr. Tendi Novara, M.Si., M.Ed., Sp.An-KAO
Disusun Oleh:
Irma Nuraeni H G4A016009
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Irma Nuraeni H G4A016009
Mengetahui,
Pembimbing,
Pendahuluan
Pada tahun 1990, terdapat 532.000 kasus kematian ibu hamil di dunia.
Angka ini mengalami penurunan menjadi 289.000 kasus pada tahun 2013 dengan
58% diantaranya terjadi 10 negara yaitu India, Nigeria, Pakistan, Afghanistan,
Ethiopia, Republik Kongo, Tanzania, Kenya, China, dan Uganda. Dari 10 negara
tersebut, India dan Nigeria merupakan penyumbang angka kematian ibu terbesar.
Kematian ibu hamil di India mencapai 50.000 kasus per tahun atau 137 kasus per
hari. Angka kesakitan ibu dapat menyebabkan peningkatan kelahiran prematur
dan kematian perinatal sebesar 25%.
Pada tahun 2000, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyelenggarakan
pertemuan milenium dan menetapkan 8 target menuju perubahan perkembangan
utama dunia termasuk Millenium Development Goals (MDGs) 5 yang bertujuan
untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi 75% pada tahun 2015. Dengan
melakukan usaha untuk mencapai MDGs 5, India dapat menurunkan angka
kematian ibu sebesar 4% setiap tahunnya. Hal ini dapat terwujud oleh karena
adanya peningkatan kualitas tenaga kesehatan dalam menolong persalinan dan
kesadaran masyarakat untuk melakukan persalinan di fasilitas kesehatan. Seiring
dengan menurunnya angka kematian ibu, terjadi peningkatan kunjungan di
fasilitas kesehatan sehingga berisiko untuk terjadi kasus nearmiss maternal.
Pada tahun 2007, sebuah penelitian yang mencakup bidang anestesi,
kebidanan, dan kegawatdaruratan medis menunjukan hasil bahwa dokter
memiliki keterbatasan pengetahun mengenai resusitasi pada ibu hamil. Oleh
karena itu, dokter diharapkan dapat menguasai tentang status maternal dan
advanced cardiac life support (ACLS) sehingga diharapkan dapat mencegah
kejadian kematian ibu yang akan menurunkan tingkat kematian ibu secara umum.
Nearmiss / SAMM
Nearmiss didefinisikan sebagai keadaan pasien dengan disfungsi organ
secara akut, dimana apabila tidak dilakukan tatalaksana secara tepat dan tepat
dapat mengakibatkan kematian ibu. Nearmiss sering juga disebut sebagai Severe
Acute Maternal Morbidity (SAMM), yang didefinisikan sebagai kondisi wanita
hamil maupun wanita yang telah melahirkan yang mengalami penyakit yang berat
tanpa penanganan yang optimal. Pada tahun 2009, WHO mendefinisikan SAMM
sebagai wanita yang mengalami komplikasi dalam kehamilan, persalinan,
maupun masa nifas dalam kondisi hampir meninggal. Tujuan dari pemberian
istilah khusus ini agar dapat tercipta pelayanan maternal yang berkualitas dan
terstandarisasi.
Tingkat kejadian nearmiss sebesar lima kali lipat dari tingkat kematian
ibu. Angka kematian ibu di India yang tinggi disebabkan oleh kesalahan
penanganan kegawatdaruratan maternal dalam mekanisme merujuk antar
pelayanan kesehatan. Selama tahun 2000-2002, 46% dari angka kematian ibu
disebabkan oleh adanya pelayanan maternal yang tidak terstandarisasi dalam
menangani preeklamsia dan eklamsia. Peningkatan angka kematian ibu karena
preeklamsia berat disebabkan oleh karena keterlambatan dalam menegakan
diagnosis serta menangani hipertensi berat dan edema pulmo. Selain itu, adanya
hipertensi pulmonal postpartum, tromboemboli vena, dan emboli pulmonalis
yang terlambat mendapatkan antikoagulan merupakan penyebab kematian
ibuyang tidak bisa diremehkan.
Sebuah penelitian retrospektif pada wanita peripartum yang dirawat di
ruangan Intensive Care Unit (ICU) di Mumbai melaporkan angka kematian ibu
yang cukup tinggi yaitu sebesar 21,6%. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan
rujukan pasien ke ruangan ICU. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa durasi
keterlambatan selama 24 jam dari onset penyakit untuk merujuk ke ruangan ICU
berhubungan dengan angka kematian ibu.
Wanita hamil yang dalam keadaan sehat dapat mengaami kondisi serupa.
Hal ini disebabkan oleh adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome
(SIRS) yang diikuti dengan keterlibatan multiorgan, kegagalan fungsi organ, dan
kematian. Pasien yang mengalami kondisi yang mengancam jiwa dan tidak
mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat sehingga jatuh ke dalam
prognosis yang buruk dapat disebut sebagai nearmiss. Penegakan diagnosis
secara dini mengenai kondisi maternal dan penanganan berupa rujukan antar
fasilitas kesehatan dapat menurunkan tingkat kematian ibu.
Kesimpulan
Diperlukan pengetahuan mengenai kondisi yang berhubungan dengan
kegawatdarutan maternal untuk dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan
wanita hamil dengan melakukan beberapa hal berikut.
1. Pengorganisasian tim yang meliputi dokter, konsultan obstetrik-ginekologi,
konsultan anestesi, konsultan pediatrik, perawat ICU, bank darah, perawat
umum, radiologis, dan farmasi.
2. Wanita hamil diharapkan melakukan konsultasi dengan bagian anestesi
dalam antenatal care, terutama wanita hamil dengan risiko tinggi
3. Penerapan protokol
4. Penerapan komunikasi efeksi
5. Identifikasi faktor risiko
6. Identifikasi awal terhadap kondisi kritis
7. Stabilisasi
8. Proses rujukan setelah stabil
9. Rujukan ICU, kurang dari 24 jam