Pembimbing :
Disusun Oleh :
Irawati Timur
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
LAPORAN KASUS
1. SUBYEKTIF
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MS
MRS : 22/04/2019
ANAMNESIS UMUM
a) Keluhan Utama
Demam
b) Keluhan Tambahan
Mual, muntah, nyeri kepala, batuk, diare, mimisan, gusi berdarah
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSAL DR. RAMELAN pada tanggal 22
April 2019 pukul 20.50 dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS,
demam mendadak tinggi yang terus-menerus, siang dan malam
demamnya dirasakan sama, disertai dengan keringat dingin,
demam hingga 39,5oC, tidak disertai kejang dan tidak menggigil dan
tidak sesak nafas dan juga batuk. Demam hanya turun sedikit saat
diberi obat penurun panas, tetapi kemudian demam naik kembali.
Saat ini pasien juga mengeluh adanya lemah badan dan sedikit
pusing.
Selain itu pasien juga mengeluh sakit kepala, pegal-pegal,
sakit pada otot badan dan sendi dirasakan pasien namun tidak
begitu hebat, serta batuk tidak disertai dengan dahak yang terjadi
hampir bersamaan dengan demam, pasien mengatakan nafsu
makan nya menurun,pasien tidak mengeluh sakit perut. Selain itu
pasien juga merasa mual bersamaan dengan demam, muntah
bercampur dengan makanan dan hanya sekali dihari yang sama
saat pasien dibawa ke IGD. Sehari saat timbuh panas, timbul bitnik-
bintik merah di kulit yang tidak terasa gatal pada kaki.Orang tua
pasien mengatakan pasien sempat mimisan 1 kali dan gusinya
berdarah satu hari sebelum dibawa ke IGD. Darah berwarna segar,
tidak ada riwayat kepala terkena benturan serta mengorek-ngorek
hidung. Pasien mengatakan sebelum dibawa ke IGD sudah BAB
sebanyak 3 kali, sehari sebelumnya pasien mengatakan BAB lebih
dari 6 kali cair,berwarna hitam, tidak berlendir ,tidak ada ampas.
BAK tidak ada keluhan.
h) Riwayat Alergi
Obat (-)
Makanan (-)
i) Riwayat Imunisasi
Lengkap sesuai usia
ANAMNESIS KHUSUS
A. Anamnesis Keluarga
Ibu dan ayah dalam keadaan sehat, tidak ada riwayat penyakit
lain, tidak ada yang demam atau batuk lama, ayah tidak merokok.
B. Anamnesis Antenatal
Saat hamil, Ibu ANC di rumah sakit dan dokter. Tidak ada
penyakit selama hamil. Tidak konsumsi obat atau jamu.
C. .Anamnesis Natal
Lahir cukup bulan, 9 bulan, dengan lahir spontan, BBL 3100
gram.
D. Anamnesis Neonatal
Anak mengonsumsi ASI hingga umur 1 tahun, sisanya berupa
kombinasi dengan makanan lain seperti susu formula hingga
sekarang.
E. Anamnesis Imunisasi
BCG (+), DTP (+), Hep B (+), Polio (+), Hib (+), MMR (+), Campak (+)
F. Review of System
Umum
Lemas (+)
Demam (+)
Kepala
Rambut mudah rontok (-)
Mata
Konjungtiva merah (-)
Sekret (-)
Icterus (-)
Anemia (-)
Mulut
Koplik’s spot (-)
Gusi berdarah (+)
Sistem Pendengaran
Pendengaran menurun (-)
Nyeri telinga (-)
Alat bantu dengar (-)
Sistem Pernapasan
Batuk (+)
Sesak nafas (-)
Dyspneu on Effort (-)
Sistem Cardiovascular
Nyeri dada (-)
Berdebar (-)
Edema tungkai (-)
Sistem Pencernaan
Mual (-)
Muntah (-)
Nafsu makan turun (+)
BAB cair (+) berwarna hitam (+) ampas (-)
konstipasi (-)
Sistem Urogenital
BAK (N)
Nyeri pinggang (-)
Hematuria (-)
Sistem Saraf
Kesemutan (-)
Hematologi
Ptekiae (+)
Mimisan (+)
Hematemesis (-)
Melena (+)
Gusi berdarah (+)
OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Saat pemeriksaan di Ruang P-5 RSAL Dr. Ramelan tanggal 23 April 2019 yang
lalu, didapatkan keadaan umum penderita :
1. Keadaan umum
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. GCS : 4-5-6
d. Gizi : Status Gizi Baik
Panjang Badan : 150 cm
Berat badan : 78 kg
e. Anemia/Icterus/Cyanosis/Dyspneu : -/-/-/-
2. Vital sign
a. Nadi : 100x / min, regular
b. Respiration rate : 20x / min, reguler
c. Suhu tubuh : 37,70c, axillar
d. Tekanan darah : 100/80 mmHg
3. Kepala
a. Rambut : Hitam
b. Alis : Simetris
c. Mata :Palpebra : Edema (-/-)
Conjungvita : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterus (-/-)
Pupil : Bulat isokor
Reflekcahaya (+/+)
Lensa : Keruh (-/-)
Mata cowong : (-/-)
d. Telinga : Daun telinga : Simetris
Pendengaran : Tidak dievaluasi
Sekret : Tidak ada
e. Hidung : Bentuk simetris
Deviasi septum nasi (-)
Polip (-)
Sekret (-)
f. Mulut : Sianosis bibir (-)
Gusi berdarah (-)
Papil atropi (-)
Lidah kotor (-)
Tonsil T1/T1, faring hiperemi (-)
Makula-papula eritem (-)
4. Leher
Kaku kuduk (-)
Pembesaran KGB (-)
Pembesaran thyroid (-)
Deviasi trakea (-)
5. Thorax
Normochest,
a. Pulmo
Inspeksi : Gerak nafas simetris
Retraksi intercostalis (-)
ICS normal
Palpasi : Gerak nafas simetris
Depan
Simetris Simetris
Simetris Simetris
Simetris Simetris
Belakang
Simetris Simetris
Simetris Simetris
Simetris Simetris
Perkusi
Depan
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Belakang
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi
Depan
Vesikular vesikular
Vesikular vesikular
Vesikular vesikular
Belakang
Vesikular vesikular
Vesikular vesikular
Vesikular vesikular
Suara tambahan
Wheezing
Depan
- -
- -
- -
Belakang
- -
- -
- -
Ronkhi
Depan
- -
- -
- -
Belakang
- -
- -
- -
b. Cor
Perkusi :
6. Abdomen
Inspeksi : Flat, Simetris
Auskultasi : Bising usus (+), 5x/menit
Palpasi : Soepel
Nyeri tekan :-
Hepar : tidak teraba pembesaran
Lien : tidak teraba pembesaran
Renal : tidak teraba pembesaran
Turgor kulit : normal
Perkusi : Tympani
7. Urogenital
Tidak ada kelainan
8. Ekstremitas
Ekstremitas atas Ekstremitas bawah
Akral hangat : -/- Akral hangat : -/-
Edema : -/- Edema: -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RESUME
1.1 ASSESMENT
1.4 PLANNING
Planning diagnosa :
Tes IgM dan IgG anti dengue pada hari ke >5 untuk diagnose etiologis
secara pasti
Tes Fungsi hati dan Foto thorax bila ditemukan perburukan klinis yang
mengarah ke komplikasi
Planning terapi :
Non medikamentosa :
Menilai dan memonitor penyakit
Edukasi pasien dan orang tua
Medikamentosa :
Infus RL 2000 cc/24 jam
Injeksi Antrain 3x 500 mg
Planning Monitoring :
Tanda-tanda vital
Keluhan pasien
Keadaan umum, tanda pendarahan, tanda syok
DL(HCT, Leukosit, trombosit)
Pemantauan cairan yang masuk dan keluar
Planning Edukasi :
Prognosis :
Dubia ad bonam
FOLLOW UP
25 april 2019
S: Demam sudah turun, batuk masih ada, sudah tidak mual, masih
pusing, sudah tidak lemas, makan minum mulai membaik, BAB dalam
batas normal, BAK dalam batas normal
Ekstremitas
- - - -
- - - -
Pemeriksaan Penunjang
Planning terapi :
Non medikamentosa :
Menilai dan memonitor penyakit
Edukasi pasien dan orang tua
Medikamentosa :
Infus RL 1250 cc/24 jam
Injeksi Antrain 3 x 400 mg
Ambroxol 3x ½ tab
B com 1x1 tab
Planning Monitoring :
Tanda-tanda vital
Keluhan pasien
Keadaan umum, tanda pendarahan, tanda syok
DL(HCT, Leukosit, trombosit)
Pemantauan cairan yang masuk dan keluar
Prognosis : Baik
LAMPIRAN
Status Gizi Pasien
2.1 Definisi
Demam berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus berbahaya karena dapat menyebabkan
penderita meninggal dalam waktu yang sangat singkat. Gejala klinis DBD berupa
demam tinggi yang berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari. Tanda dan gejala
perdarahan yang biasanya didahului dengan terlihatnya tanda khas berupa bintik-
bintik merah (petechia) pada badan penderita bahkan penderita dapat mengalami
syok dan meninggal (Sutanto, 2015)
2.2 Etiologi
Virus dengue merupakan bagian dari famili Flaviviridae.
Keempat serotipe virus dengue yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4 dapat dibedakan dengan metodologi serologi. Infeksi pada
manusia oleh salah satu serotipe menghasilkan imunitas sepanjang
hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama, tetapi hanya
menjadi perlindungan sementara dan parsial terhadap serotipe yang lain
(Soedarmo, 2012).
2.3 Patofisiologi
2.4 Diagnosa
2.6 Penatalaksanaan
Dasar penatalaksanaan penderita DBD adalah pengganti cairan yang
hilang sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan
peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain
itu, perlu juga diberikan obat penurun panas (Rampengan, 2007).
Secara umum Demam Berdarah Dengue (DBD) dibagi 4 derajat, terapi
yang biasa dilakukan, yaitu :
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD) Tanpa Syok
1. Penggantian volume cairan pada DBD
Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma yang terjadi pada
fase penurunan suhu sehingga dasar pengobatannya adalah
penggantian volume plasma yang hilang. Penggantian cairan awal
dihitung untuk 2–3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok lebih sering
sekitar 30–60 menit. Tetesan 24–48 jam berikutnya harus selalu
disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit dan jumlah volume urin.
Apabila terdapat kenaikan hemokonsentrasi 20% atau lebih maka
komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma.
Volume dan komposisi cairan yang diperlukan sesuai seperti cairan
dehidrasi untuk diare ringan sampai sedang yaitu cairan rumatan
ditambah defisit 6% (5-8%) seperti tertera tabel 2 di bawah ini.
2. Antipiretikum
3. Antikonvulsan
Apabila timbul kejang – kejang diatasi dengan pemberian antikonvulsan.
a. Diazepam: diberikan dengan dosis 0,5 mg/KgBB/kali secara intravena
dan dapat diulang apabila diperlukan.
b. Phenobarbital: diberikan dengan dosis, pada anak berumur lebih dari
satu tahun diberikan luminal 75 mg dan dibawah satu tahun 50 mg
secara intramuscular. Bila dalam waktu 15 menit kejang tidak berhenti
dapat diulangi dengan dosis 3mg/Kg BB secara intramuskular
(Anonim, 1985).
4. Pengamatan Penderita
Pengamatan penderita dilakukan terhadap tanda–tanda dini syok.
Pengamatan ini meliputi: keadaan umum, denyut nadi, tekanan darah, suhu,
pernafasan, dan monitoring Hb, Hct dan trombosit (Anonim, 1985).
(Hadinegoro, 2002)
Gambar Algoritma tatalaksana kasus DBD derajat I dan derajat II
tanpa peningkatan hematokrit (Hadinegoro, 2002)
Gambar Algoritma tatalaksana kasus DBD derajat I dengan
peningkatan Hct ≥ 20%(Hadinegoro, 2002)
Gambar Algoritma tatalaksana DBD Derajat III dan IV
(Hadinegoro, 2002)
b. Kelainan Ginjal
Kelainan ginjal akibat syok yang berkepanjangan dapat terjadi gagal
ginjal akut. Dalam keadaan syok harus yakin benar bahwa penggantian
volume intravascular telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila
diuresis belum mencukupi 2 ml/kgbb/jam, sedangkan cairan yang
diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furosemid 1
mg/kgbb dapat diberikan. Pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah
diuresis, kadar ureum, dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum
mencukupi, pada umumnya syok juga belum dapat dikoreksi dengan
baik, maka pemasangan CVP (central venous pressure) perlu dilakukan
untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya (Novie Homenta, 2011).
c. Edema paru
Edema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit
ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak
akan menyebabkan edema paru oleh karena perembesan plasma masih
terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskular, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila
hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa
memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,
disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran
edem paru pada foto roentgen dada. Gambaran edem paru harus
dibedakan dengan perdarahan paru (Novie Homenta, 2011).
2.9 Pencegahan
Achmadi, Umar Fahmi. 2010. BULETIN JENDELA EPIDEMIOLOGI. Pusat Data dan
Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI. ISSN – 2087 – 1546.
Vol 2.
Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2002). Diagnosis dan Tata Laksana
Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics
Problem. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72
Purnomo, S. Gede. 2010. Pengendalian Vektor DBD. Denpasar : Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.
Rampengan. T.H. (2007). Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC.
Singhi, S., N. Kissoon, and A. Bansal, Dengue and dengue hemorrhagic fever:
management issues in an intensive care unit. J Pediatr (Rio J), 2007. 83(2
Suppl): p. S22-35.
Soedarmo, S.S.P., Garna, H. & Hadinegoro, S.R., 2012, Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak : Infeksi & penyakit tropis, edisi II. Jakarta: IDAI, hlm 338-345
Sudulagunta, S.R., et al., Dengue shock syndrome. Oxford Medical Case Reports,
2016. 2016(11).
Suhendro, dkk. 2009. Demam berdarah dengue.dalam buku ilmu penyakit dalam.
Badan penerbit FKUI. Jakarta.
Sutanto, I. 2015. Buku ajar parasitologi kedokteran (ke empat ed.). (I. Sutanto,
penyunting) Jakarta: Badan penerbit FK UI.
WHO, Regional Office for South East Asia (2011). Comprehensive Guidelines for
Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever:
Revised and expanded edition. SEARO Technical Publication Series No. 60.
India
WHO, 2009. Dengue guideline for diagnosis, treatment, prevention and control.
2009.hlm.3-4:14-6:25-8:33-41.
Whitehorn, J. and J. Farrar, Dengue. British Medical Bulletin, 2010. 95(1): p.161-
173.
WHO. Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue and Dengue
Hemmorhagic Fever, Revised and Expanded Edition. 2011; Available from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/204894/B4751.pdf?
sequence=1 Gould, E.A. and T. Solomon, Pathogenic flaviviruses. Lancet,
2008. 371(9611): p. 500-9.