Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS

B DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI 0-7


HARI DI PUSKESMAS VERA-CRUZ (SENTRU SAUDE
ENTRENAMENTO) KABUPATEN DILI TAHUN 2021

SKRIPSI

Oleh:
REFALINA DA COSTA RIBEIRO BERE
152201225

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

Artikel berjudul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS
B DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI 0-7
HARI DI PUSKESMAS VERA-CRUZ (SENTRU SAUDE
ENTRENAMENTO) KABUPATEN DILI TAHUN 2021

disusun oleh :

REFALINA DA COSTA RIBEIRO BERE

NIM. 152201225

Program Studi Kebidanan Program Sarjana

Fakultas Kesehatan

Universitas Ngudi Waluyo

Telah disetujukan dan disahkan oleh pembimbing skripsi,progam studi Kebidanan


program sarjana Universitas Nyudi Waluyo

Ungaran, Februari 2022

Dosen Pembimbing

Vistra Veftisia, S.SiT., MPH

NIDN. 0630108702
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS
B DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI 0-7
HARI DI PUSKESMAS VERA-CRUZ(CENTO SAUDE
INTERNAMENTO) MUNICIPIO DILI TIMOR LESTE

Refalina Bere,Vistra Veftisia,


Kebidanan Program Sarjana,Universitas Nyudi Waluyo Semarang
refaribeiro@gmail.com
Vistravef@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Imunisasi Hepatitis B adalah penyakit yang kerap di alami pada
bagian organ hati,dan intervensi yang paling efektif sebagai salah satu tindakan
pencegahan penyebaran penyakit menular.
Tujuan: dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi Hepatitis B Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi 0-7
hari Di Puskesmas Vera-Cruz. Dili Timor-Leste.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian survey yang mengunakan adalah
analitik kolerasi dengan pendekatan Cross Sectional,penelitian ini mengunakan
desain penelitian Descritif Corelation. Populasi target pada penelitian ini adalah
semua bayi baru lahir 0-7 hari dengan respondent ibu ada 35 ibu,teknik
pemgambilan sampel dengan mengunakan teknik rumus solvin. Data Primer di
peroleh dari kuesioner, Data Sekunder di peroleh dari KMS /Kartu Imunisasi atau
Catatan Imunisasi petugas. Analisa data menggunakan Analisa Univariat dan
Analisa Bivariat uji statistic Chi-Square.
Hasil: Dari penelitian didapatkan ibu dengan pengetahuan kurang sejumlah 33
orang (94,3%) , dari 35 bayi sebagian besar tidak mendapat imunisasi Hepatitis b-
0 dengan jumlah 20 orang (57,1%), bayi yang tidak mendapat imunisasi Hepatitis
b 0 adalah ibu dengan pengetahuan kurang sebanyak 19 orang (54,3%), bayi yang
mendapat imunisasi dengan ibu pengetahuan kurang sebanyak 14 orang (40%) .
sedangkan ibu yang pengetahuannya baik (2,85%) memberikan imunisasi
hepatitis B-0 pada bayinya.
Kesimpulan : Dari penelitian didapatkan tidak ada hubungan bermakna antara
pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi 0-7 hari
(p.value =0,352 > 0,05).
Kata Kunci : Imunisasi HB-0, Pengetahuan Ibu
ABSTRACT
Background: Hepatitis B Immunization is a disease that is often experienced in
the liver and is the most effective intervention as one of he measures to prevent the
spreadof infectious diseases.
Objective: From This study to determine the mother's knowledge about hepatitis
B immunization by giving hepatitis B immunization to infants 0-7 days at the
Vera-Cruz pubic health center.
Methods: This research is a survey research that uses correlation analytic with
cross sectional approach, this study uses a sectional discrete correlation research
design. The target population in this study were all newborns 0-7 days as many as
76 but only 35 mothers as were. The sam taken the sampling technique used
using the solvin formula technique. Primary data was obtained from
questionnaires, secondary data is obtained from Immunization Cards or officers
immunization record. Data analysis using Univariate Analysis and Bivariate
Analysis Chi-Square statistical test.
Results: From the study, it was found that there were 33 mothers with less
knowledge (94.3%), of the 35 infants mostly did not get hepatitis B 0
immunization with a total of 20 people (57.1%), babies who did not get hepatitis
B immunization were mothers. with s many as 19 people (54.3%), infants who
received immunization with mothers with less knowledge as many as 14 people
(40%). while mothers with good knowledge (2.85%) gave hepatitis B
immunization to infants.
Conclusion: From the study, there is no significant relationship between
maternal knowledge with hepatitis B immunization in infants 0-7 days (p.value
= 0.352 > 0.05).
Keywords: HB-0 Immunization, Mother's Knowle
PENDAHULUAN

Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi merupakan indikator


penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan Bangsa. Hal ini terlihat
dalam konsentrasi pemerintah untuk mencapai Sustainable Development
Goals (SDGs) khususnya goal ke 3. Timor Leste Dalam Survei Demografi dan
Kesehatan (TLDHS) tahun 2016 ditemukan bahwa angka kematian yang
dapat dicegah pada bayi baru lahir/ Neonatal (AKN) 30/1000 kelahiran hidup,
angka kematian bayi (AKB) 25/1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak-
anak dibawah 5 tahun (AKBA) 41/1000 kelahiran hidup penyebab kematian
bayi disebabkan dari berbagai penyakit seperti Ispa .asfiksia ,pneumonia dan
sebagian besar dari penyakit Hepatitis B akibat lewat darah atau cairan tubuh
sehingga menjadi kronik pada bayi dan sebagian bayi tidak mengikuti imunisasi.
Sedangkan untuk angka kesakitan bayi di Timor leste 30/1000 kelahiran hidup
penyebab kesakitan seperti ispa,asfiksia dan pneumonia,Bblr dan hepatitis B pada
bayi karena tidak mengikuti imunisasi.( MDS. Timor-Leste, 2016).

Salah satu program yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka


kematian yang dapat dicegah pada anak adalah Imunisasi. Imunisasi adalah
intervensi yang paling efektif sebagai salah satu tindakan pencegahan penyebaran
penyakit menular dan upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita
(Ranuh e. a., 2014)
Penyakit hepatitis B sering terjadi pada anak -anak akibat sistem imunitas
tubuh yang belum optimal, salah satunya adalah Hepatitis B. Hepatitis B adalah
penyakit yang kerap dialami pada bagian organ hati. Pengidap Hepatitis B
mengalami peradangan pada bagian hati yang disebabkan oleh paparan virus B
(HBV) Virus penyakit hepatitis B mudah menular melalui cairan yang
terkontaminasi virus hepatitis, darah pengidap hepatitis B dan cairan yang lain
seperti cairan Vagina dan cairan air mani. Tidak hanya orang dewasa, Hepatitis B
dapat ditularkan pada anak anak. Penularan dapat melalui ibu hamil yang
mengalami hepatitis B . Ibu pengidap hepatitis B menularkan (HBV) pada anak
ketika proses persalinan . Tentunya kondisi ini dapat diatasi dengan pemberian
vaksin hepatitis B agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut (WHO, Dasar-dasar
Keamanan Vaksin Pelatihan Melalui Elektronik, 2017)

Banyak jalan masuknya HB ke tubuh si kecil .yang potensial melalui jalan


lahir .bila sejak lahir dalam kandungan sudah tertular dari ibu yang mengidap
penyakit hepatitis B atau saat proses kelahiran cara lain melalui kontak dengan
darah penderita ,semisal transfusi darah bisa juga melalui alat alat medis yang
sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B ,seperti jarum
suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi atau bahkan lewat
sikat gigi atau sisir rambut yang di gunakan antar anggota keluarga. Menurut (
Marmi & Rahardjo, 2014.
Pada anak yang tidak di imunisasi memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena
komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan pada bayi bahkan kematian.
Karena tubuh tidak mendapatkan kekuatan dari sistem pertahanan khususà yang
bisa mendeteksi jenis-jenis penyakit berbahaya tertentu. Imunisasi tidak hanya
berfungsi sebagai benteng pertahanan bayi, tetapi juga berperan untuk mencegah
penularan penyakit dari orang ke orang Perlu dicatat bahwa dampak dari tidak
diimunisasi bukan mempengaruhi kesehatan bayi anda saja, Anak-anak yang lain
dan orang lain juga akan merugi jika program imunisasi tidak merata bahkan bisa
mengalami gangguan kesehatan pada bayi baru lahir. Jika bayi tidak mendapatkan
imunisasi, virus dan kuman dalam tubuh bisa dengan mudah menyebar ke orang
lain. Terlebih mereka juga belum atau tidak pernah imunisasi dan daya tahan
tubuhnya sedang lemah. Pada akhirnya penyebaran penyakit akan berubah
menjadi wabah penyakit dan akan menyebar ke lingkungan sehingga
menimbulkan kasus jangkitan penyakit dan kematian yang lebih banyak. Salah
satu penyakit menular yang mendapat perhatian besar di dunia adalah penyakit
hepatitis B karena memberi efek yang sangat besar terhadap sosial-ekonomi
dunia.
Penyakit ini telah menginfeksi populasi dalam skala dunia sehingga
harus direspon cepat untuk penanggulangannya. Diperkirakan 2 milyar manusia di
dunia telah terinfeksi hepatitis pada tahun 2015, 257 juta diantaranya mengidap
virus hepatitis B. Penyakit hepatitis B menginfeksi dengan berbagai varian
tampilan klinik, yaitu dalam bentuk hepatitis akut, hepatitis kronis tidak aktif,
hepatitis kronis aktif, Sirosis hati atau kanker hati (WHO, 2017).
Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada bayi di Timor – Leste cakupannya
mencapai 83 % pada tahun 2019 sedangkan pada tahun 2020 cakupan Hepatitis B
menjadi 70 %, jadi cakupan Hepatitis B di Negara Timor – Leste menurun dari
tahun 2020. 13 % dari 2019. Menurunnya cakupan Hepatitis B di Negara Timor-
Leste dikarenakan adanya Pandemi Covid-19 yang terjadi di berbagai Negara
termasuk Timor-Leste sehingga mempengaruhi menurunnya Cakupan Hepatitis B
pada bayi (MDS. Timor-Leste 2020).
Cakupan Imunisasi hepatitis B pada bayi untuk Kabupaten Dili pada tahun
2019 cakupan Hepatitis B menjadi 40 % dan pada tahun 2020 menjadi 20 % .pada
2020 adanya pandemia covid 19 maka kunjungan ibu hamil untuk melahirkan
sangat lah sedikit,sehingga menurunya cakupan imunisasi pada bayi 0-7 hari
(DHS. Dili,2020).
Berdasarkan data yang diambil di puskesmas Vera-cruz cakupan imunisasi
hepatitis B pada tahun 2019 yaitu meski sangat rendah dari cakupan sasaran yaitu
sebanyak 1168(20,1%) sedangkan tahun 2020 sampai baru mencukupi 710
(12,2%)dari data tersebut bisa dilihat cakupan imunisasi yang belum memenuhi
target tersebut sehingga menurunkan rendahnya cakupan imunisasi tidak sesuai
target 1725.

Faktor yang mempengaruhi rendahnya Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada bayi


baru lahir.(0-7 hari) adalah Factor Pengetahuan, Pendidikan ,pelayanan imunisasi
dan Informasi imunisasi.para peneliti ini juga telah melakukan riset terhadap
pemberian imunisasi hepatitis B (Triani Vivi, 2015).
Menurut ( Blandina Tri Novidade Laia, 2019) penelitiannya tentang faktor yang
berhubungan dengan pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari menyatakan
bahwa pentingnya pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada bayi yaitu menberikan
kekebalan pada tubuh bayi karna penularan ibu dengan status HBsAg positif virus
hepatitis jika terserang ke bayi akan berdampak pada kerusakan organ hati.
Berbagai factor pada alasan ibu tidak menbawa bayinya untuk mengikuti
imunisasi antara lain kerena masih ada bayi yang masih tertolong yang bukan
tenaga kesehatan (Dukun), kurangnya informasi, jarak kesehatan jauh, mininya
pengetahuan ibu. ( MDS 2021).
Teori L Green dalam (Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.,
2012) Menyatakan Determinan Perilaku kesehatantan Meliputi Faktor
predisposing meliputi Pengetahuan,sikap,kepercayaan,nilai, faktor pendukung
meliputi ketersediaan imunisasi, jarak tempat pelayanan, Faktor pendorong
meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan.
Hasil penelitian (Pontolawokang, Alwina, & dkk, 2016) Hubungan tingkat
pengetahuan dan cakupan imunisasi Hepatitis B dengan P Value sebesar
0,026<0,05. Berdasarkan hal tersebut pengetahuan ibu sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pemberian imunisasi hepatitis B 0.
Penelitian yang dilakukan oleh (Triani Vivi 2015) yang menyatakan bahwa
factor yang mempengaruhi pemberian vaksin Hepatitis B-1 pada bayi antara lain
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, orangtua, sikap, pelayanan kesehatan
motivasi dan sumber informasi para peneliti juga melakukan riset tentang
pengaruh karakteristik ibu terhadap kepatuhan pemberian imunisasi hepatitis b
pada bayi 0-7 hari.
Studi pendahuluan yang peneliti dapat pada tanggal 15 November 2021 di
Puskesmas Vera-Cruz sesuai dengan wawancara yang dilakukan peneliti pada 5
ibu yang memiliki bayi usia 0-7 hari, ada 3 ibu yang tidak tau tentang kontra
indikasi,manfaat dan efek sampang hepatitis B (HB 0-7 hari ) pada bayi baru lahir
dan tidak mau anaknya mengikuti vasinasi hepatitis B dan 2 orang ibu tidak tau
tentang keuntungan, efek samping kontra indikasi, Imunisasi hepatitis B yang
akan diberikan pada bayi tapi mau bayinya mengikuti vaksinasi hepatitis B.
Berdasarkan data dan fenomena diatas maka peneliti mengambil penelitian
dengan judul “Hubungan pengetahuan ibu tentang Imunisasi Hepatitis B dengan
pemberian imunisasi hepatitis pada bayi 0-7 hari di puskesmas Vera-Cruz
( Sentru Saude Entrenamento) Tahun 2022.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomenan itu terjadi survey yang mengunakan metode analitik
korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Suatu penelitian yang menpelajari
dinaika kolerasi antara factor-faktor resikodengan efek dengan cara
pendekatan(Notoatmodjo 2018)
Dalam penelitian ini penelitian mengunakan desain penelitian Deskritif
Corelation.Menurut Sugiyono (2017). penelitian Deskritif Corelation merupakan
penelitian yang bertujuan untuk melihat apakah antara dua variavel atau lebih
memiliki hubungan atau kolerasi atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden
a. Usia Ibu
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Usia Di
Puskesmas Vera-Cruz.

Usia Ibu Frekuensi Persentase

20 - 35 Tahun 32 91.4
15 - 19 Tahun 1 2.9
36 - 50 Tahun 2 5.7
Total 35 100.0

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa dari 35 responden paling banyak


adalah ibu dengan usia 20-35 tahun yang berjumlah 32 orang (91,4%), ibu
berusia 15-19 tahun berjumlah 1 orang (2,9%), lalu ibu dengan usia 36 tahu
keatas berjumlah 2 orang (5,7%).

b. Pendidikan Terakhir Ibu


Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan
Terakhir di Puskesmas Vera-Cruz.

Pendidikan Frekuensi Persentase


SD 4 11,4
SMP 7 20
SMA 21 60
Perguruan Tinggi 3 8,5
Total 35 100.0
Berdasarkan penelitian didapatkan distribusi responden dari 35 orang , 21
diantaranya (60%) adalah ibu dengan pendidikan terakhir SMA, 7 di antara
(20%) SMP , lalu ibu dengan pendidikan dibawah SD yaitu 4 orang (11,4%)
dan penguruan tinggi dengan terdapat 3 orang ( 8,5%) .

c. Pekerjaan Ibu
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan
di Puskesmas Vera-Cruz.

Pekerjaan Frekuensi Persentase


Tidak Bekerja 22 62.9
Bekerja 10 28.6
Pelajar 3 8.6
Total 35 100.0

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data pekerjaan responden dimana paling


banyak adalah ibu yang tidak bekerja dengan jumlah 22 orang (62,9%) , ibu yang
bekerja sehumlah 10 orang (28,6%), lalu ibu yang merupakan pelajar sejumlah 3
orang (8,6%).

d.Jumlah Anak
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jumlah
Anak di Puskesmas Vera-Cruz.

Jumlah Anak Frekuensi Persentase


1 - 2 Anak 17 48.6
> 2 Anak 18 51.4
Total 35 100.0

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa dari 35 responden paling


banyak memiliki anak lebih dari 2 anak dengan jumlah 18 orang (51,4%) lalu
ibu dengan jumlah anak 1- 2 sejumlah 17 orang (48,6%).
2. Analisa Univariat
a. Pengetahuan Ibu
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu di
Puskesmas Vera-Cruz.

Pengetahuan Frekuensi Persentase


Baik 1 2.9
Cukup 1 2.9
Kurang 33 94.3
Total 35 100.0

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ibu dengan pengetahuan kurang


sejumlah 33 orang (94,3%) dengan skor 13 – 19 , ibu dengan pengetahuan
cukup sebanyak 1 orang (2,9%) dengan skor 11 – 12 , lalu ibu dengan
pengetahuan baik sejumlah 1 orang (2,9%) dengan skor <11.

Dalam penelitian ini peneliti mengukur pengetahuan ibu tentang


imunisasi Hb 0 dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah soal 20
pertanyaan dimana 3 pertanyaan diawal untuk mengetahu sumber informasi
responden dan 17 pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
responden tentang imunisasi Hb 0 pada bayi usia 0 – 7 hari yang dilakukan
pada 35 ibu yang memiliki bayi 0-7 hari , dimana nilai paling rendah
didapatkan pada pertanyaan no 17 yaitu “ apa yang dimaksud dengan vaksin”
didapatkan total nilai dari 35 responden hanya 4 yang menjawab benar
dimana 3 diantaranya ada ibu dengan pendidikan terakhir SMA. Sementara
itu nilai terendah juga didapatkan pada soal no 8 nilai total adalah 7 dengan
pertanyaan “ apakah penyakit hepatitis B dapat menular?” dan soal no 9 nilai
total adalah 6 dengan pertanyaan “ dari manakah seorang bayi dapat terkena
penyakit hepatitis B ?” hal ini sejalan dengan penelitian (Efendi, Pradiptasiwi,
& dkk,2020) dimana terdapat perbedaan yang signifikan diantara anak yang
diberikan imunisasi dasar dengan yang tidak diberikan imunisasi dalam
beberapa factor diantaranya kurangnya pengetahuan dengan tingkat
pendidikan. Sehingga dalam hal ini petugas kesehatan bisa lebih
meningkatkan penyuluhan tentang imunisasi B dari cara penularan hepatitis
B, bahaya nya , dan apa itu vaksin.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa mayoritas responden masih
memiliki pengetahuan yang kurang tentang imunisasi Hb 0 disebabkan oleh
beberapa hal yaitu kurangnya informasi dari tenaga kesehatan , kurangnya
pengetahuan tentang bahaya jika tidak melakukan imunisasi, dan kurangnya
pengetahuan tenang apa itu imunisasi yang dipengaruhi oleh pendidikan ibu.
Berdasarkan penelitian didapatkan distribusi responden berdasarkan
pendidikan terakhir , 24 diantaranya (68,6%) adalah ibu dengan pendidikan
terakhir SMA – Perguruan Tinggi, lalu ibu dengan pendidikan dibawah SMA
yaitu 11 orang (31,4%).Menurut (Notoatmodjo, 2010) Semakin tinggi
pendidikan, semakin tinggi pengetahuan terhadap imunisasi. Dengan
demikian pendidikan akan berpengaruh terhadap pengetahuan karena semakin
tinggi pendidikan maka kemampuan menyerap informasi dan keingintahuan
untuk mencari tahu akan semakin tinggi
Hal ini yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi masih
rendahnya pengetahuan responden tentang pemberian imunisasi. hal yang
sama juga didapatkan (Pontolawokang, Korah, & Dompas., 2016) status
pemberian imunisasi hepatitis B-0 (46,3%) yang memberikan imunisasi
hepatitis B-0 (25,6%) dan tidak memberikan imunisasi Hepatitis B-O
(20,7%), tingkat pendidikan yang kurang baik sebanyak (53,7%) yang
melakukan pemberian hepatitis B-0 (30,5%) dan tidak melakukan imunisasi
shepatitis B-0 (23,2%). Hasil analisis yang diuji secara bivariat nilai p =
0,887 ( nilai p > 0,05 ) yang artinya tingkat pendidikan tidak ada hubungan
dengan status pemberian imunisasi hepatitis B-0 di Puskesmas Kombos
Kecamatan Singkil Kota Manado.
Hasil penelitian yang sudah dilakukan didapatkan dari 35 responden
paling banyak adalah ibu dengan usia 20-35 tahun (91,4%), ibu berusia 15-
19 tahun (2,9%), lalu ibu dengan usia 36 tahun(5,7%). Sehingga didapat data
terbanyak adalah ibu dengan usia produktif , biasanya ibu yang masih muda
dan berada di usia reproduktif akan lebih banyak memiliki informasi tentang
imunisasi sehingga mau anaknya diberikan imunisasi. Tetapi dalam penelitian
ini meskipun ibu memiliki pendidikan yang tinggi tetapi masih ada yang tidak
memberikan imunisasi Hb 0 pada bayinya dikareanakan pengaruh dari
lingkuhan keluarga dan orang sekitar. Hal ini didukung oleh penelitian
(Sembiring, Sentosa, & Suroyo, 2018) Hubungan umur dengan perilaku ibu
dalam pemberian imunisasi hepatitis B pada analisis bivariat diperoleh uji
chi-square yakni p-value=0,687. Nilai p-value itu secara statistik
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
perilaku ibu dalam pemberian imunisasi hepatitis B, dari 18 responden yang
berumur <20 tahun dan 56 orang berumur ≤20 tahun. Dari 18 responden yang
berumur <20 tahun (55,6%) responden berperilaku kurang baik dalam
pemberian imunisasi hepatitis B. Dari 56 orang responden yang berumur ≥ 20
tahun terdapat 46,4%)responden berperilaku kurang baik dalam pemberian
imunisasi hepatitis B. berdasarkan penelitian yang dilakukan (Purwanti &
Lestari, 2020) tentang jarajteristik ibu yang mempengaruhi pemberian
imunisasi HB-0 pada BBL, didapatkan hasil sebagian besar responden ialah
ibu dengan usia lebih dari sama dengan 20 tahun sebanyak 33 responden
(82,5%) dimana dari hasil uji bivariate ditemukan bahwa ada hubungan antara
umur ibu degna status pemberian imunisasi HB-0 dengan nilai p.value =
0,003.
Sehingga perlu dilakukan intervensi agar meningkatkan pengetahuan
ibu bahkan keluarga, pada ibu dengan pengetahuan yang cukup dan baik tetap
diberikan penyuluhan agar lebih memahami lagi dan mau membagi info ini
dengan orang sekitar . menurut (Muhammad,2008) Pengetahuan keluarga
mengenai imunisasi akan membentuk sikap positif terhadap kegiatan
imunisasi termasuk imunisasi dasar paa bayi. Hal ini juga merupakan faktor
yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan imunisasi, dengan pengetahuan
yang baik dan memiliki kesadaran untuk memberikan imunisasi bayi akan
meningkat. Pengetahuan tersebut akan menimbulkan kepercayaan ibu tentang
kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi bayinya. Sedangkan pada
penelitian ( Mulyani, Shafira,& Haris,2018) menemukan bahwa pengetahuan
seorang ibu tentang imunisasi dasar bayi dipengaruhi oleh informasi yang
diterima apakah cukup atau kurang, dan kemampuan ibu dalam memahami
informasi yang diberikan.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh (susanti, 2016)
dimana pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi diakibatkan karena
lokasi tempat itnggal di pedesaan sehingga ibu akan lebih sulit dan lambat
mendapatkan informasi kesehatan, informasi lain dari media sosial juga sulit
didapatkan karna sebagian ibu tidak mengerti tentang elektrinik. Hal
sebaliknya didapatkan oleh (Irhan,2010) dimana dari hasil uji statistic
didapatkaan nilai p.value = 0,879> 0,05 sehingga tidak ada hubungan antara
sumber informasi dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar, karena
ibu bisa mendapat informasi dar berbagai sumber tentang informasi baik dari
petugas kesehatan,media elektronik dan sosial, keluarga, dan teman,
sedangkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang
dikarenakan kurangnya minat dan sumber infotmasi tentang imunisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh ( Sitompul, Rumanpuk,& Tololilu,
2018) dalam penelitiannya menemukan bahwa pengetahuan ibu dengan
pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Puskesmas Kecamatan Lemberh
ada hubungannya, ditemukan ada factor lain yang mempengaruhi ketepatan
waktu pemberian imunisasi , dalam hal ini dibuktikan bahwa selain
pengetahuan juga diperlukan motivasi dari keluarga untuk mendorong
seorang ibu untuk membawa anakna ke fasilitas kesehatan
Pada penelitian ini bisa diambil kesimpulan bahwa pengetahuan ibu
sangat berperan penting , ibu dengan pengetahuan yang baik akan paham dan
mengerti mengenai pentingnya imunisasi HB-O pada bayinya sehingga
meskipun ada dorongan dari orang lain untuk tidak melakukan
imunisai,seperti yang ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh (Ranuh
& dkk, 2008) menemukan bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi bayi
sangatlah penting, karena pemakaian sarana dan fasilitas kesehatan berkaitan
erat dengan perilaku dan kepercayaan ibu tentang kesehatan dan
mempengaruhi status imunisasi bayinya, masalah antara pengertian dan
keikutsertaan orangtua dalam program imunisasi anak tidak akan menjadi
halangan jika pengetahuan ibu tentang imunisasi sudah baik .

a. Perilaku Imunisasi Hb-0


Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Imunisasi
Hb-0 di Puskesmas Vera-Cruz.
Perilaku Imunisasi Frekuensi Persentase
Mendapat Imunisasi 15 42.9
Tidak Mendapat Imunisasi 20 57.1
Total 35 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu dari 35


bayi sebagian besar tidak mendapat imunisasi Hb-0 (57,1%), sedangkan bayi yang
mendapat imunisasi Hb-0 (42,9%). Dimana pengetahuan ibu kurang tentang
imunisasi (94,3%). Dalam hal ini ditemukan bahwa responden yang tidak
memberikan imunisasi anaknya dikarenakan kurangnya informasi , dorongan dari
orang sekitar yang menimbulkan rasa takut untuk imunisasi pada anaknya.
Beberapa alasan bayi tidak mendapatkan imunisasi lengkap yaitu karena
alasan informasi, motivasi dan situasi. Alasan informasi berupa kurangnya
pengetahuan ibu tentang kebutuhan, kelengkapan dan jadwal imunisasi, ketakutan
akan imunisasi dan adanya persepsi salah yang beredar di masyarakat tentang
imunisasi. Karakteristik pekerjaan repsonden didapatkan hasil dimana paling
banyak adalah ibu yang tidak bekerja (62,9%) , ibu yang bekerja (28,6%), lalu
ibu yang merupakan pelajar (8,6%). Dalam hal ini didapatkan bahwa mayoritas
ibu tidak bekerja sehingga biasanya ibu akan memiliki wawasan yang lebih sempit
tentang hal yang baru seperti imunisasi pada bayi karena ibu yang bekerja akan
berjumpa dengan orang baru dan mendapat pengetahuan baru.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hardyani & Widyaningsih, 2021)
dengan judul “Gambaran Karakteristik Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Hb 0
Pada Bayi Baru Lahir 0-24 Jam Di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Muara
Teweh” didapatkan bahwa ibu yang melakukan imunisasi HB-0 pada anaknya
sebagian besar merupakan ibu rumah tangga (26,4%) dan pegawai swata (54%)
sedangkan ibu yang PNS (19,5%)
Selain faktor-faktor di atas terdapat juga permasalahan yang berkembang di
masyarakat diantaranya adalah seorang ibu beranggapan dan berkeyakinan bahwa
anaknya baru boleh dilakukan imunisasi setelah 40 hari(H.A,2017). Akan tetapi
yang paling berpengaruh adalah karena anak sakit, ketidaktahuan ibu akan
pentingnya imunisasi, ketidaktahuan ibu akan pentingnya imunisasi,
ketidaktahuan waktu yang tepat untuk mendapatkan imunisasi dan ketakutan akan
efek samping yang ditimbulkan imunisasi (RI K.K.,2020) imunisasi pada anak
sangatlah penting karena dapat meningkatkan kekebalan anak terhadap suatu
penyakit, seperti yang disampaikan oleh ( RI D.K.,2015) imuniasi ialah suatu
upaya untuk menimbulkan kekebalan secara aktif terhadapsuatu
penyakit,imunisasi melindungi anak terhadap berbagai macam penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). beberapa penyakit menular seperti TBC ,
difteri,tentanus, Hepatitis B, pertussis, campak,polio, dan radang selaput otak,
anak yang telah diberikan imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit yang
berbahaya yang dapat menimbulkan kecacatan hingga kematian.
Seperti yang disampaikan (Luthfia & ferry ,2021) bahwa manfaat dari
imunisasi pada anak untuk menghasilkan antibody atau system pertahanan tubuh
erhadap suatu virus atau bakteri yang bisa meyebabkan penyakit ,tidak hanya
mencegah seorang anak terkena penyait imunisasi juga menjadi upaya pemerintah
mencegah penyebaran penyakit.Sementara untuk imunisasi hepatitis B yang
diberikan pada saat baru lahir, usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan merupakan
imunisai yang dilakukan untuk memberi kekebalan aktif terhadap penyakit
hepatitis B yang dapat merusak hati. WHO merekomendasikan semua bayi
menerima vaksin HB-0 segera mungkin setelah lahir (Yano, 2016) dalam
penelitiannya berjudul “Hepatitis B Vaccines Efficacy and Necessity of Booster
Immunizations”.
Hal yang sama juga didapatkan oleh (Ninggsih & Dupriana,2017) dalam
penelitiannya dimana dari 43 orang ibu di wilayah kerja Puskesmas Kuala
Lempuing di Kota Bengkulu terdapat 37,2% yang tidak melakukan pemberian
imunisasi Hepatitis B0 pada bayinya dan 62,8% melakukan pemberian imunisasi
Hepatitis B0 pada bayinya.
Hal sebaliknya didapatkan oleh penelitian (mahdalena & sitti ,2019) dimana
dari hasil penelitian didapatkan cakupan imunisasi HB-0 0-7 hari di Kabupaten
puskesmas poasia adalah 71%, angka ini berasterdapat perbedaan cakupan
imunisasi HB-0 di kabupaten sifa aceh yaitu 76%

1. Analisa Bivariat
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pengetahuan Responden
Dengan Perilaku Imunisasi Hb-0 di Puskesmas Vera-Cruz.

Perilaku imunisasi

Mendapat Tidak Mendapat P.Value


Imunisasi Imunisasi Total
Pengetahuan F % F % F % 0,352
Baik 1 2,85% 0 0% 1 2,9%
Cukup 0 0% 1 2,9% 1 2,9%
Kurang 14 40% 19 54,3% 33 94,3%
Total 15 42,9% 20 57,1% 35 100%
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh data lalu dilakukan uji bivariate
dengan chi-square didapatkan hasil p.value (Asymp.Sig.(2-sided) = 0,352 > 0,05
sehingga Ho diterima dan Ha ditolah , dimana tidak ada hubungan bermakna
antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi 0-7
hari. Lalu kebanyakan bayi yang tidak mendapat imunisasi Hb 0 adalah ibu
dengan pengetahuan kurang sebanyak 19 orang (54,3%) tetapi bayi yang
mendapat imunisasi juga kebanyakan adalah ibu dengan pengetahuan kurang
sebanyak 14 orang (40%) . sedangkan ibu yang pengetahuannya baik (2,85%)
memberikan imunisasi HB-0 pada bayinya,
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa kebanyakan bayi yang
tidak mendapat imunisasi Hb 0 adalah ibu dengan pengetahuan kurang sebanyak
19 orang (54,3%) tetapi bayi yang mendapat imunisasi juga kebanyakan adalah
ibu dengan pengetahuan kurang sebanyak 14 orang (40%), sedangkan ibu yang
pengetahuannya baik (2,85%) memberikan imunisasi HB-0 pada bayinya. Lalu
dilakukan uji bivariate dengan chi-square didapatkan hasil p.value (Asymp.Sig.(2-
sided) = 0,352 > 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak , dimana tidak ada
hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi
hepatitis B pada bayi 0-7 hari. Sebagian besar ibu yang tidak memberika
imunisasi pada bayinya adalah ibu dengan pendidikan terakhir tinggi yaitu SMA-
Perguruan tinggi. Seperti yang didapatkan( BA, EO,JK & d,2015) dengan judul
“Influence of maternal education on child immunization and stunting in Kenya”
dalam penelitiannya menyatakan bahwa pendidikan yang tinggi memberikan
kesempatan bagi responden untuk memiliki jangkauan pengetahuan yang lebih
luas, termasuk masalah kesehatan, sehingga kesadaran akan pentingnya kesehatan
akan dieksekusi dengan mengunjungi fasilitas kesehatan. Hal ini bisa dilihat dari
73 sampel yang berpendidikan tinggi, 64 diantaranya memberikan imunisasi
secara lengkap kepada anaknya. Begitu pula sebaliknya pada ibu dengan kategori
berpendidikan rendah, dari 27 sampel penelitian sebanyak 14 ibu tidak
memberikan anaknya imunisasi dasar secara lengkap.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian (Siddiqi, siddiqi Nisar & Khan, 2010)
dengan judul “Mothers' knowledge about EPI and its relation with age-appropriate
vaccination of infants in peri-urban Karachi” dimana dalam penelitiannya
didapatkan bahwa pengetahuan ibu tidak berhubungan secara signifikan dengan
vaksinasi yang tepat untuk anaknya dengan p.value = 0,22
Selain itu bayi yang tidak diberikan imunisasi HB-0 sebagian dikarenakan
kurangnya peran ibu dalam kegiatan imunisasi seperti kurangnya memakai
fasilitas kesehatan yang ada,kurangnya pengetahuan tentang imunisasi, seperti
yang didapatkan oleh ( Baidah & Emawati, 2019 ) dalam penelitiannya bahwa ada
hubungan antara peran orangtua dalam kegiatan imunisasi dengan pemberian
imunisasi Hepatiti B pada usia 0-7 hari di kelurahan Kelayan Selatan
Banjarmasin.
Dengan demikian dalam hal ini petugas kesehatan perlu memperhatikan
kembali karakteristik responden saat memberikan pendidikan kesehatan tentang
imunisasi dasar dimana selain memberikan informasi tentang vaksin , petugas
juga dapat memberikan beberapa kata motivasi agar semakin banyak ibu yang
mau melakukan vaksin HB-0 pada bayinya. Dalam penelitian ini didapatkan ibu
yang pengetahuan kurang tetapi memberikan vaksin pada anaknya dikarenakan
dorongan dari keluarga untuk memberikan vaksin serta dukungan dari petugas
kesehatan ketika selesai melahirkan untuk memberikan vaksin pada bayinya.
Sedangkan pada ibu yang berpengetahuan kurang dan tidak memberikan vaksin
pada anaknya dikarenakan ketidaktahuannya mengenai bahaya dari Hepatitis B
dan tidak mengetahui apa itu vaksin. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh
(Kusumawati, Mulyani & Pramono, 2007) yang menemukan bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku pemberian imunisasi HB-0.
Dalam hal ini orangtua juga perlu lebih meningkatkan perhatiannya pada
kesehatan anak dengan mencari sendiri informasi tentang imunisasi HB-0 untuk
bayinya baik melalui orang sekitar ataupun dari media elektorik . seperti yang
didapatkan oleh (GebreEyesus, Tarekegn, Amlak, & dkk, 2021) Dalam
penelitiannya yang berjudul “Knowledge, Attitude, and Practices of Parents
About Immunization of Infants and Its Associated Factors in Wadla Woreda,
North East Ethiopia, 2019” dimana pada penelitian ini menunjukan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik tentang imunisasi bayi 4 kali lipt
cenderung memiliki sikap baik terhadap imunisasi bayi daripada responden yang
memiliki pengetahuan kurang , dimana responden mlebih memilih mendapatkan
informasi tentang vaksin dari media social, teman dan tetangga untuk
meningkatkan kesadaran mereka. Selain itu penelitian ini juga menemukan yang
mempengaruhi sikap imunisasi bayinya pada orangtua selain karena pengetahuan
juga dari factor usia orantua,jumlah anak, status pendidikan,tempat tinggal,waktu
perjalanan ke fasilitas denga p.value < 0,25 sehingga memiliki hubungan.

(Pontolawokang, Korah,& Dompas, 2016)dalam penelitiannya menghasilkan


tingkat pengetahuan yang baik dengan status pemberian imunisasi hepatitis B-
0(58,5%) Pengetahuan baik yang memberikan Imunisasi Hepatitis B-O (26,8%)
dan yang berpengetahuan baik tidak memberi Imunisasi (31,7%). Tingkat
pengetahuan yang kurang baik memberi Imunisasi Hepatitis B-O (41,5 %) yang
melakukan pemberian imunisasi Hepatitis B-O (29,3%) dan yang tidak melakukan
pemberian Imunisasi Hepatitis B-O (12,2%) setelah dilakukan analisis Bivariat
nilai p = 0,026 (P < 0,05 ) yang artinya ada hubungan tingkat pengetahuan dengan
status pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada bayi di Puskesmas Kombos
Kecamatan Singkil
Jika dalam penelitian ini didapatkan mayoritas ibu dengan pengetahuan yang
kurang maka hal sebaliknya didapatkan oleh (Utami, 2016) dalam penelitiannya
menghasilkan ibu yang berpengetahuan baik 62,5% dan diberikan imunisasi HB
0 pada bayinya sejumlah 48,5% dan tidak memberikan bayinya imunisasi
sebanyak 13,9%, lalu berdasarkan hasil uji bivariate didapatkan p.value = 0,015 <
0,05 sehingga dapat dinyatakan ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian
imunisasi hepatitis B-0 pada wilayah Puskesmas Kayu Kunyit Bengkulu Selatan,
Hal lain yang didapatkan adalah sebagian besar ibu yang memiliki pengetahuan
baik diperoleh dari hasrat rasa ingin tahu seorang ibu , semakin kuat hasrat
sesorang maka akan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki dimana
pengetahuan itu sendiri diperoleh dari pengalaman yang pernah dialami dan dari
lingkungan sekitarnya ( jalaluddin, 2013)

C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti hanya meneliti tentang hubungan pengetahuan dan pemberian hingga
pada pemberian imunisasi hepatitis B karna di lihat dari segi pengetahuan sangat
minin sehingga pada pemberian imunisasi kurang pada bayi 0-7 hari. sehingga
menjadi masalah yang harus di teliti lebih lanjut karena factor banyak yang harus
di teliti lebih dalam.

Kesimpulan
1.Dari penelitian yang sudah dilakukan didapatkan dari 35 ibu sebagian besar
adalah ibu dengan pengetahuan kurang sejumlah 33 orang (94,3%) dengan skor
13-19,ibu dengan pengetahuan cukup sebanyak 1orang (2,9%) dengan skor 11- 12
, lalu ibu dengan pengetahuan baik sejumlah 1 orang (2,9%) dengan skor <11.
2. Penelitian yang telah dilakukan didapatkan data dari 35 bayi sebagian besar
tidak mendapat imunisasi Hb-0 dengan jumlah 20 orang (57,1%), sedangkan bayi
yang mendapat imunisasi Hb-0 sejumlah 15 orang (42,9%).
3. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh data lalu dilakukan uji bivariate
dengan chi-square didapatkan hasil p.value (Asymp.Sig.(2-sided) = 0,352 > 0,05
sehingga Ho diterima dan Ha ditolah , dimana tidak ada hubungan bermakna
antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi 0-7
hari. Lalu kebanyakan bayi yang tidak mendapat imunisasi Hb 0 adalah ibu
dengan pengetahuan kurang sebanyak 19 orang (54,3%) tetapi bayi yang
mendapat imunisasi juga kebanyakan adalah ibu dengan pengetahuan kurang
sebanyak 14 orang (40%) . sedangkan ibu yang pengetahuannya baik (2,85%)
memberikan imunisasi HB-0 pada bayinya,

DAFTAR PUSTAKA
Andareto. (2015). Penyakit Menular di sekitar anda: mengetahui macam-macam
penyakit yang dapat menular.
BA, A.,EO, O., JK, K., & D, M. (2014).Influence of maternal education on child
immunization and stunting in Kenya. Matern Child Health J.
Baidah, & Emawati. (2019). hubungan peran orang tu adalam kegiatan imunisasi
dengan pemberian imunisasi hepatitis b pada usia dini 0-7 hari di
kelurahan kelayan selatan banjarmasin. Journal Nursing Army.
Efendi, Pradiptasiwi, F. &., & dkk. (2020). Factors associated with complete
immunizations coverage among Indonesian children aged 12–23
months. Children and Youth Services Review.
GebreEyesus, F. A., Tarekegn, T. T., Amlak, B. T., & dkk. (2021). Knowledge,
Attitude, and Practices of Parents About Immunization of Infants and
Its Associated Factors in Wadla Woreda, North East Ethiopia, 2019.
Pediatric health, medicine and therapeutics.
H.A, M. (2000). Imunisasi. Jakarta: PT Grapik Grapos Indonesia.
Hardyani, & Widyaningsih, A. (2021). GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU
TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU
LAHIR 0-24 JAM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELAYU
MUARA TEWEH. Universitas Ngudi Waluyo.
Indrayani, & M.E.U, D. (2013). Asuhan Persalinan dan bayi Baru Lahir. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Irham, R. (2010). Gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi campak di
puskesmas teladan medan tahun 2010. Naskah Publikasi.
JNPK-KR. (2007). Asuhan persalinan normal: asuhan esensial persalinan.
Makassar: JHPIEGO.
Kusumawati, L., Mulyani, N. S., & Pramono, D. (2007). faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari. Berita
Kedokteran Masyarakat.
Kusumawati, L., Mulyani, N. S., & Pramono, D. (2007). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari. Berita
Kedokteran Masyarakat.
Marhaento, H., & subur. (2007). FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG
BERPENGARUH TERHADAP VAKSINASI HEPATITIS B-1 PADA
BAYI UMUR 7 HARI . Jurnal Epidemiologi .
Marmi, & Rahardjo, K. (2014). Asuhan neonatus, bayi, balita, dan anak
prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Muhammad, A. (2008). Pengetahuan sikap dan perilaku ibu bekerja dan ibu tidak
bekerja tentang imunisasi. Universitas Sumatera Utara.
Mulyani, S., Shafira, N., & Haris, A. (2018). PENGETAHUAN IBU TENTANG
KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI. JAMBI
MEDICAL JOURNAL "Jurnal Kedokteran dan Kesehatan".
Ningsih, D. A., & Dupriana. (2017). HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN
PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI
HEPATITIS B0 PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KUALA LEMPUING KOTA BENGKULU. Jurnal Sains Kesehatan.
Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Notoatmodjo.(2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pontolawokang, A., Korah, B. H., & Dompas., R. (2016). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0. Jurnal Ilmiah
Bidan.
Pontolawokang, Alwina, & dkk. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0. urnal Ilmiah Bidan.
Prawirohardjo,S.(2005).ilmuKebidanan.Cetakan Keempat.Jakarta:Yayasan Bina
Pustaka.
Proverawati, A., & Andhini, C. (2010). Buku Imunisasi dan Vaksinasi. Edisi 2.
Jakarta: Nuha Medika.
Purwanti, E. A., & Lestari, P. (2020). KARAKTERISTIK IBU YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN IMUNISASI HB-0 PADA BAYI
BARU LAHIRDI PMB GRIYA RENI KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2020. Universitas Ngudi Waluyo.
Rachman, I., Handayani, M., & Ridwan, M. (2015). PENGETAHUAN, SIKAP
IBU DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN SEBAGAI FAKTOR
DALAM MENINGKATKAN CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B
DI KOTA JAMBI. JURNAL MKMI.
Ranuh, e. a. (2014). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi kelima. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ranuh, I., & dkk. (2008). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
RI, D. K. (2015). Buku Pendoman Kesehatan Jiwa. Jakarta: Derpatermen
kesehatan Republik Indonesia.
RI, K. K. (2010). Buku Ajar Imunisasi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan.
Rizani, A., Hakimi, M., & Ismail, D. (2018). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari di Kota
Banjarmasin. Berita Kedokteran Masyarakat.
Sa, T. (2013). Faktor Sosial Ekonomi Yang Berhubungan Dengan Ibu di daerah
Endemik Gaky. Yogyakarta: UGM.
Saifuddin, A. (2014). uku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Saleha. (2014). Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi Dan Balita. Makassar:
Alauddin University Press.
Sembiring, J. B., Sentosa, H., & Suroyo, B. (2018). HUBUNGAN FAKTOR
INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU IBU
DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B. Jurnal Kebidanan.
Siddiqi, N., Siddiqi, A.-e.-a., Nisar, N., & Khan, A. (2013). Mothers' knowledge
about EPI and its relation with age-appropriate vaccination of infants in
peri-urban Karachi. J Pak Med Assoc.
Sitompul, C. S., Rumampuk, J. L., & Tololilu, T. (2018). Hubungan pengetahuan
dengan oemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari) pada bayi baru lahir di
wilayah kerja puskesmas kecamatan lembeh selatan . E-Jurnal Sariputra.
Sondakh, J. (2017). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Malang:Erlangga.
Tando, & Marie., N. (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika.
Utami, G. R. (2016). hubungan pengetahuan ibu bayi 0-12 bulan dengan praktik
pemberian imunisasi hepatitis B-0 di wilayah puskesam kayu kunyit
bengkulu selata. Naskah Publikasi.
WHO. (2017). Dasar-dasar Keamanan Vaksin Pelatihan Melalui Elektronik.
WHO. (2021). Vaccine Safety Bassics (Dasar-Dasar. Keamanan Vaksin).
Kemenkes RI.
Williamson, & Crozier.(2013). Buku Ajar Asuhan Neonatus. Jakarta:Buku
Kedokteran EGC,.
Yano, Y. (2016). Hepatitis B Vaccines Efficacy and Necessity of Booster

Anda mungkin juga menyukai