Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN HB0 PADA BAYI BARU

LAHIR DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS LANJAS


MUARA TEWEH

PROPOSAL
SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Kebidanan

Oleh:
Nolla Riani
NIM: 11194862111177

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARIMULIA
BANJARMASIN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi virus hepatitis B (HBV) saat ini telah dikenal sebagai salah satu

masalah utama masyarakat di seluruh dunia. Telah diperkirakan sebesar 350 – 400

juta individu di seluruh dunia mengalami infeksi kronik virus hepatitis B. Selain

itu, yang cukup menarik perhatian adalah hampir 50% dari seluruh individu ini

mendapatkan penularan virus hepatitis B dari transmisi atau penularan perinatal

(Kesty & Bernolian, 2022).

Virus hepatitis ini sering ditemukan di daerah yang mempunyai iklim

tropis, karena pada daerah tersebut virus yang menyebabkan hepatitis dapat

berkembang dengan subur (Meutia et al., 2018). Penyakit hepatitis B tersebar luas

dengan tingkat endemisitas yang berbeda menurut geografi dan etnis. Tingkat

endemisitas di Indonesia tergolong sedang-tinggi dengan prevalensi HbsAg

bervariasi menurut geografis (Ginting et al., 2017).

Tahun 2019, World Health Organization memperkirakan 78.000 kematian

terjadi di seluruh dunia karena komplikasi infeksi hepatitis (WHO, 2022).

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi hepatitis B

terhadap anak usia di bawah lima tahun di Indonesia mencapai 1,3% pada 2020.

Persentase tersebut merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara (Rizaty, 2022).

Menurut hasil Riskesdas tahun 2018, Prevalensi hepatitis berdasarkan diagnosis

dokter di Indonesia tahun 2013 – 2018 yaitu sebesar 0,2 – 0,4%, berdasarkan
provinsi tertinggi dengan prevalensi hepatitis berdasarkan diagnosis dokter yaitu

Papua (0,7%), NTB (0,6%), Sulawesi Tengah (0,6%), Gorontalo (0,6%), Sulawesi

Barat (0,6%) dan Kalimantan Tengah (0,4%) (Kemenkes, 2019).

Masalah kesehatan anak di bawah lima tahun (balita) merupakan masalah

nasional yang perlu mendapat prioritas utama guna peningkatan kualitas sumber

daya manusia (Sampul et al., 2018). Usia neonatus (periode bayi) merupakan fase

yang sangat penting bagi tumbuh kembang serta sangat rentan untuk terjangkit

penyakit terurama infeksi karena daya tahan tubuh bayi belum terbentuk dan

berfungsi secara optimal upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut

adalah dengan melakukan imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan

tubuh pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh untuk

mencegah penyakit (Syatriawati & Sembiring, 2020).

Imunisasi merupakan salah satu investasi kesehatan masyarakat yang

paling efektif untuk mengurangi penyakit dan kematian dalam masyarakat

(Ruqaiyah, 2021). Imunisasi adalah upaya kesehatan warga yg sudah

diselenggarakan di Indonesia semenjak 1956. Program ini sudah terbukti paling

efektif dan efisien pada hadiah layanan kesehatan. Lewat acara ini Indonesia

dinyatakan bebas menurut penyakit cacar sejak tahun 1974. Sejak tahun 1977,

aktivitas imunisasi diperluas sebagai Program Pengembangan Imunisasi (PPI)

pada rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat

Dicegah menggunakan Imunisasi (PD3I), yaitu Tuberkolosis, Difteri, Pertusis,

Campak, Polio, Tetanus, Hepatitis-B, dan Pneumonia yang diberikan kepada tidak

hanya anak sejak masih bayi hingga remaja tetapi juga orang dewasa, maka
dengan dilakukannya pemberian imunisasi dasar lengkap diharapkan kejadian

penyakit menular dapat diminimalkan (Asmanto et al., 2021; Ruqaiyah, 2021).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12

Tahun (2017) tentang Penyelenggaraan Imunisasi dijelaskan bahwa bayi lahir di

institusi rumah sakit, klinik dan bidan praktik swasta diberikan vaksin imunisasi

hepatitis B kurang dari 24 jam pasca persalinan, dengan didahului suntikan

vitamin K1 antara 2-3 jam sebelumnya, pemberian imunisasi Hepatitis B masih di

perkenankan sampai kurang dari 7 hari. Pemerintah telah melakukan upaya agar

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 0 – 12 bulan tercapai yaitu dengan

mencukupi kebutuhan logistik vaksin sebagai bahan penunjang dengan cara

pemberian secara gratis atau tidak dipungut biaya dengan harapan masyarakat

tidak keberatan memberikan imunisasi pada bayinya (Mustika et al., 2020).

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Bayi baru lahir

diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Bayi

kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap

penyakit yang lain. Imunisasi atau vaksinasi adalah cara sederhana, aman, dan

efektif untuk melindungi seseorang dari penyakit berbahaya, sebelum bersentuhan

dengan agen penyebab penyakit (Situmorang & Susilawati, 2022). HB0 adalah

Imunisasi hepatitis B adalah vaksinasi untuk mencegah Infeksi hati dan dan

sirosis akibat virus hepatitis B. Vaksin HB adalah vaksin virus rekombinan yang

telah dinonaktivasikan dan bersifat non-infecious. Pemberian imunisasi ini

bertujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B (Kartika et

al., 2022).
Pentingnya pemberian imunisasi HB0 pada bayi yaitu memberikan

kekebalan pada tubuh bayi dari penularan virus Hepatitis B dari ibu dengan status

HbsAg positif. Virus Hepatitis B jika menyerang bayi akan berdampak pada

kerusakan organ hati pada bayi bahkan dapat menyebabkan kanker hati. Oleh

karena itu, pemberian imunisasi HB-0 pada bayi akan memberikan perlindungan

terhadap paparan virus Hepatitis B (Meutia et al., 2018). Program imunisasi HB0

diberikan pada bayi baru lahir 0 – 7 hari yang diberikan langsung di tempat

pelayanan ibu bersalin. Imunisasi HB0 penting diberikan karena antibodi spesifik

hepatitis B ini memberikan perlindungan langsung kepada bayi (Pertiwi, 2020).

Setiap tahun sekitar 85-95% bayi di negara-negara maju tersebut mendapat

imunisasi rutin, sedangkan sisanya belum terjangkau imunisasi karena menderita

penyakit tertentu, sulitnya akses terhadap layanan imunisasi, hambatan jarak,

geografis, keamanan, sosial ekonomi dan lain-lain (Rizki et al., 2022). World

Health Organitation tahun 2022, memberikan data kasus penyakit yang dapat

dicegah dengan vaksin (VPD) yang dilaporkan secara global dan dilaporkan setiap

tahun yang didapatkan melalui Formulir Pelaporan Bersama WHO/UNICEF

tentang Imunisasi didapatkan data cakupan imunisasi hepatitis B dosis lahir

(diberikan dalam 24 jam setelah lahir) sebesar 42% (WHO, 2022).

Berdasarkan Laporan Nasional Riskesdas pada tahun 2018 menunjukkan

bahwa 32,9% bayi di Indonesia tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan

9,2% bayi tidak melakukan imunisasi, proporsi imunisasi pada anak menurut jenis

imunisasi HB0 di Indonesia secara nasional sebesar 83,1% (Kemenkes, 2019).

Cakupan Imunisasi HB0 di Provinsi Kalimantan Tengah jika dilihat dari data
Riskesdas tahun 2018 cakupan imunisasi dasar pada HB0 sebesar 68,44% dan

Kabupaten Barito Utara memiliki cakupan imunisasi HB0 sebesar 23,13%

(Riskesdas, 2018).

Rendahnya cakupan imunisasi HB0 yang diberikan kurang dari 7 hari pada

bayi itu disebabkan karena sebagian masyarakat belum tahu manfaat imunisasi

HB0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir (Lamdayani & Wendra, 2017).

Banyak dari orang tua beranggapan apalagi beredar dimasyarakat mengenai

informasi yang tidak baik tentang imunisasi sehingga mengakibatkan orang tua

enggan untuk membawa anaknya imunisasi akan hal takut terhadap efek samping

yang akan ditimbulkannya nanti (Hardyani & Widyaningsih, 2022). Padahal

pemberian imunisasi HB pada bayi umur 0 – 7 hari dosis pertama, tinggal 23%

yang menjadi pengidap kronis dan 40% bila bayi diberi dosis pertama pada bulan

pertama kehidupannya maka yang menjadi pengidap kronis. Efektivitas proteksi

85% – 95% dalam mencegah infeksi virus hepatitis B dan kronisitas apabila

pemberian imunisasi dalam waktu 12 jam setelah lahir (Ginting et al., 2017).

Imunisasi hepatitis B merupakan salah satu imunisasi yang diwajibkan,

lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika

menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak

lahir telah terinfeksi virus hepatitis B dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang

dibawanya terus hingga dewasa. Sehingga sangat mungkin terjadi sirosis atau

pengerutan hati. Jika dibiarkan, penyakit ini akan semakin berat dan bisa menjadi

kanker hati. Sehingga manfaat imunisasi Hepatitis B akan meningkat jika

diberikan sejak dini, yang artinya jika tidak memberikan imunisasi bagi anak
dapat mengakibatkan sakit berat, kematian, cacat, bahkan menjadi sumber

penularan penyakit (Kartika et al., 2022; Susilawati et al., 2018).

Pencapaian target dan tingginya cakupan imunisasi HB0 tidak menjamin

tercapainya tujuan akhir program imunisasi dalam menurunkan angka kesakitan

dan kematian yang disebabkan oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Faktor yang tidak bisa diabaikan dalam pencapaian tujuan suatu

program adalah berkaitan dengan mutu/kualitas pelaksanaan program tersebut.

Penilaian pelaksanaan suatu program apakah sudah berjalan dengan baik sesuai

dengan perencanaan dan standar yang sudah ditetapkan dapat dilakukan suatu

kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap program yang sudah berjalan ataupun yang

sedang berjalan. (Afrizal et al., 2020).

Hasil penelitian Afrizal et al., (2020) evaluasi pelaksanaan program

imunisasi dasar di Puskesmas Lubuk Buaya, melalui penelitian kualitatif

didapatkan hasil bahwa bahwa ketenagaan untuk pelaksanaan imunisasi sudah

memadai namun tenaga pelaksana imunisasi belum pernah mengikuti pelatihan

khusus imunisasi, dana untuk pelaksanaan program sudah memadai, sarana dan

prasarana sudah mencukupi, SOP pelaksanaan imunisasi sudah tersedia.

Perencanaan imunisasi berdasarkan acuan dari Dinas Kesehatan, pelayanan

imunisasi dilakukan di dalam dan di luar gedung, masih ada petugas imunisasi

yang belum melaksanakan SOP. Pencatatan dan pelaporan dimulai dari pembina

wilayah ke Puskesmas kemudian dilanjutkan ke Dinas Kesehatan. Supervisi dan

bimbingan teknis sudah terlaksana dari Dinas Kesehatan ke Puskesmas, pimpinan


Puskesmas hanya supervisi secara berkala ke klinik/BPS dan belum terlaksana

supervisi ke posyandu. Cakupan imunisasi masih belum mencapai target karena

faktor pemahaman masyarakat, dan faktor teknis pelaksanaan program.

Hasil studi pendahuluan peneliti pada tanggal 29 November 2022 di UPT

Puskesmas Lanjas Kabupaten Muara Teweh diperoleh informasi bahwa jumlah

bayi baru lahir sejak awal November 2022 berjumlah 32 bayi, cakupan imunisasi

HB0 sebesar 87,5%, yang artinya ada 4 bayi baru lahir yang tidak diberikan

imunisasi HB0 dengan alasan dirujuk karena berat badan lahir rendah (BBLR) di

UPT Puskesmas Lanjas Kabupaten Muara Teweh.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang telah diuraikan, maka rumusan masalah adalah

“bagaimana program pemberian HB0 pada bayi baru lahir di wilayah kerja UPT

Puskesmas Lanjas Muara Teweh?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengevaluasi program pemberian HB0 pada bayi baru lahir di

wilayah kerja UPT Puskesmas Lanjas Muara Teweh.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui tenaga petugas pelaksanan imunisasi HB0 di wilayah

kerja UPT Puskesmas Lanjas Muara Teweh


b. Mengetahui sarana dan prasarana pelaksanaan imunisasi HB0 di

wilayah kerja UPT Puskesmas Lanjas Muara Teweh

c. Mengetahui SOP pelaksanaan imunisasi di wilayah kerja UPT

Puskesmas Lanjas Muara Teweh

d. Mengetahui pemberian HB0 pada bayi baru lahir di wilayah kerja

UPT Puskesmas Lanjas Muara Teweh.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

a. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan

teori yang telah didapat dari perkuliahan khususnya dalam ilmu

kebidanan pada program pemberian HB0 pada bayi baru lahir.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana dan bahan untuk

menyusun strategi pada penelitian selanjutnya serta pengembangan

sistem penilaian pelayanan yang berjalan mengenai program

pemberian HB0 pada bayi baru lahir.

1.4.2 Praktis

a. Bagi Puskesmas

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam

penatalaksanaan pada program pemberian HB0 pada bayi baru lahir

dan menjadikan tenaga kesehatan yang lebih profesional dalam

memberikan asuhan kebidanan sehingga meningkatkan kualitas

pelayanan terhadap pasien.


b. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Sarimulia Fakultas Kesehatan

Program Studi Sarjana Kebidanan

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

bidang kebidanan khususnya tentang program pemberian HB0 pada

bayi baru lahir.

c. Bagi Bidan

Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan atau masukan

bagi bidan dalam melakukan pengkajian asuhan kebidanan terkait

program pemberian HB0 pada bayi baru lahir.

1.5 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang

dilakukan peneliti adalah:

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian


No Judul Desain Hasil
1 Evaluasi Pelaksanaan Penelitian kualitatif Tenaga pelaksana program imunisasi sudah
Program Imunisasi dengan metoda cukup dari jumlah dan kualifikasi
Dasar di Puskesmas wawancara pendidikannya, namun belum adanya
Lubuk Buaya mendalam, FGD, pelatihan khusus imunisasi bagi tenaga
(Afrizal, Edison, & telaah dokumen dan pelaksana imunisasi. Ketersediaan sarana
Firdawati., 2020) observasi dan prasarana sudah mencukukupi sesuai
kebutuhan, tapi pada unit praktek swasta
tidak tersedia peralatan cold chain sesuai
standar.
Pembuatan perencanaan program imunisasi
di puskesmas dibuat berdasarkan acuan dari
dinas kesehatan. Masih ada masalah petugas
dalam memberikan pelayanan yang
berhubungan dengan sikap dan perilaku
dalam komunikasi, serta kedisiplinan
petugas dalam melaksanakan SOP.
Belum tercapainya cakupan imunisasi sesuai
target disebabkan oleh adanya isu-isu negatif
tentang vaksin, pemahaman dan pola pikir
masyarakat yang masih rendah tentang
imunisasi.
2 Analisis Implementasi Penelitian kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
Manajemen Program dengan pendekatan adanya petugas pengelola vaksin, pelatihan
Imunisasi Hepatitis B-0 deskriptif imunisasi belum dilaksanakan, perencanaan
di Wilayah Kerja kebutuhan alat suntik, safety box, dan cold
Puskesmas Rumbio chain tidak dilaksanakan oleh Puskesmas
Jaya Kabupaten Rumbio Jaya, tidak tersedianya tempat
Kampar pengeloaan limbah imunisasi dan pelaporan
(Asmanto, E., Syafrani, imunisasi tidak tepat waktu.
Kamal, Y., Hanafi, A.,
& Sambudi, D., 2021)
3 Faktor-Faktor yang 1. Penelitian 1. Hubungan variabel umur, pengalaman
Berhubungan dengan kuantitatif kerja, sikap, dan kunjungan neonatal
Pemberian Imunisasi observasional memiliki hubungan bermakna dengan
Hepatitis B0 Bayi 0-7 dengan pemberian imunisasi hepatitis B0 bayi
Hari pada Bidan rancangan umur 0-7 hari pada bidan delima di Kota
Delima di Kota Medan cross sectional Medan dengan nilai (p-value < 0,05).
(Ginting, B. B., Melva, 2. Analisis data 2. Pengetahuan bidan dan pelatihan
& Ningsih, T. M. S., menggunakan Imunisasi tidak memiliki hubungan
2017) uji chi-square bermakna dengan pemberian imunisasi
dan regresi hepatitis B 0 bayi umur 0-7 hari dengan
logistic nilai (p-value > 0,05).
3. Terdapat satu variabel bebas yaitu
kunjungan neonatal yang berhubungan
dengan pemberian imunisasi Hepatitis
B0 pada bayi 0-7 hari dengan nilai p-
value (0,004 < 0,05) OR (9,3).
4 Faktor yang 1. Penelitian 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Memengaruhi Kinerja kuantitatif dan ada pengaruh faktor kerja (p=0,022),
Bidan Desa Terhadap kualitatif sikap (p=0,046), motivasi (p=0,015), dan
Pemberian Imunisasi 2. Rancangan desain pekerjaan (p=0,035) terhadap
HB-0 Di Wilayah Sequential kinerja bidan dalam imunisasi HB-0
Kerja Dinas Kesehatan Explanatory 2. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
Subulussalam mixed method pengaruh faktor umur (p=0,065), dan
(Meutia, C. P., Utami, 3. Analisis data pengetahuan (p=0,456) terhadap kinerja
T. N., & Simanjorang, kuantitatif bidan dalam imunisasi HB-0
A., 2018) menggunakan 3. Analisis kualitatif bahwa imunisasi HB0
uji chi-square rendah disebabkan rendahnya faktor
4. Analisis data dukungan keluarga terutama suami yang
kualitatif tidak memberikan izin, takut bayi
menggunakan mengalami deman dan kasihan, persepsi
data reduction masyarakat yang menganggap vaksin
display dan HB0 haram, dan evaluasi tidak
conclusion ditindaklanjuti.
drawing /
verification

Persamaan dan perbedaan penelitian dengan yang peneliti laksanakan adalah:

1. Penelitian dilakukan pada tahun 2022.

2. Tempat penelitian di UPT Puskesmas Lanjas Kabupaten Muara Teweh.


3. Desain penelitian kuantitatif deskiptif dengan rancangan cross sectional.

Teknik sampel menggunakan Porpusive Sampling. Uji statistik

menggunakan uji analisis univariat.


DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, Edison, & Firdawati. (2020). Evaluasi Pelaksanaan Program Imunisasi


Dasar Di Puskesmas Lubuk Buaya. Human Care Journal, 5(3), 865–874.
https://doi.org/10.32883/hcj.v5i3.859
Asmanto, E., Syafrani, Kamal, Y., Hanafi, A., & Sambudi, D. (2021). Analisis
Implementasi Manajemen Program Imunisasi Hepatitis B-0 di Wilayah Kerja
Puskesmas Rumbio Jaya Kabupaten Kampar Tahun 2020. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 7(1), 24–32. https://doi.org/10.25311/keskom.vol7.iss1.622
Ginting, B. B., Melva, & Ningsih, T. M. S. (2017). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian imunisasi hepatitis B0 bayi 0-7 hari pada
bidan delima di kota medan tahun 2016. Jurnal Maternal Dan Neonatal,
2(2), 1–12.
Hardyani, & Widyaningsih, A. (2022). Gambaran Karakteristik Ibu Terhadap
Pemberian Imunisasi Hb 0 Pada Bayi Baru Lahir 0-24 Jam Di Wilayah Kerja
Puskesmas Melayu Muara Teweh. Jurnal Medika Usada, 5(1), 10–15.
https://doi.org/10.54107/medikausada.v5i1.114
Kartika, Y., Tambunan, L. N., & Lestari, R. M. (2022). Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Pemberian Imunisasi HB-0 pada Bayi Baru Lahir. Jurnal
Surya Medika, 8(1), 156–160. https://doi.org/10.33084/jsm.v8i1.3459
Kemenkes. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes. (2019). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kesty, C., & Bernolian, N. (2022). Hepatitis B dalam Kehamilan. Kementerian
Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/652/hepatitis-b-dalam-kehamilan
Lamdayani, R., & Wendra, A. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu
dalam Pemberian Imunisasi Hb-0 Pada Bayi Baru Lahir Di Rumah Bersalin
Citra Palembang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Abdurahman Palembang,
6(1), 16–23.
Meutia, C. P., Utami, T. N., & Simanjorang, A. (2018). Faktor yang
Memengaruhi Kinerja Bidan Desa Terhadap Pemberian Imunisasi HB-0 Di
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Subulussalam Tahun 2018. Jumantik, 3(2),
46–62.
Mustika, W. I., Dewi, R. S., & Prasetyaningati, D. (2020). Dukungan Hubungan
Keluarga Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan
(Di Puskesmas Sukosewu Kabupaten Bojonegoro). Publikasi Ilmiah. Stikes
Insan Cendekia Medika Jombang.
Pertiwi, M. D. (2020). Distribusi Kejadian Hepatitis B Menurut Cakupan
Imunisasi HB-0 dan Cakupan K4 di Jawa Timur. Ikesma, 16(1), 36–44.
https://doi.org/10.19184/ikesma.v16i1.15673
Riskesdas. (2018). Laporan Provinsi Kalimantan Tengah Riskesdas 2018. In
Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI.
Rizaty, M. A. (2022). Prevalensi Hepatitis B Anak di Indonesia Tertinggi di
Asean. Dataindonesia.Id. https://dataindonesia.id/ragam/detail/prevalensi-
hepatitis-b-anak-di-indonesia-tertinggi-di-asean
Rizki, H., Siagian, M., & Sirait, A. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keberhasilan Imunisasi Dasar Pada Bayi Baru Lahir di Ruangan Bayi RSU.
Bina Kasih Medan Sunggal. Journal of Healtcare Technology and Medicine,
8(2), 749–761.
Ruqaiyah. (2021). Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi
Dasar Pada Bayi 0-12 Bulan di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Tahun 2021. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, 5(1), 8–19.
Sampul, C. S., Rumampuk, J. L., & Tololiu, T. (2018). Hubungan Pengetahuan
Ibu dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B (0-7 Hari) pada Bayi Baru
Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lembeh Selatan. E-Jurnal
Sariputra, 5(3), 7–11.
Situmorang, S. R., & Susilawati. (2022). Pravalensi Jumlah Balita yang Mendapat
Imunisasi Menurut Jenisnya di Kabupaten Labuhanbatu Utara. PubHealth
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2), 125–129.
https://doi.org/10.56211/pubhealth.v1i2.51
Susilawati, Wardani, P. P., & Lathifah, N. S. (2018). Efek Pemberian Asi Dan
Perawatan Metode Kanguru Untuk Mengurangi Nyeri Setelah Imunisasi
Hepatitis B-0. Jurnal Kebidanan, 4(2), 79–83.
Syatriawati, & Sembiring, I. M. (2020). Pengaruh Metode 5’S (Swadding,
Stomach Position, Sushing, Swingging, Sucking) terhadap Respon Nyeri
Bayi Setelah Imunisasi HB-0. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB
Medan, 5(2), 141–148. https://doi.org/10.34008/jurhesti.v5i2.202
WHO. (2022a). Immunization Dashboard Global. Reported Cases of Vaccine-
Preventable Diseases (VPDs) Globally. World Health Organization.
https://immunizationdata.who.int/
WHO. (2022b). World Hepatitis Day 2022. World Health Organization.
https://www.who.int/indonesia/news/campaign/world-hepatitis-day/2022

Anda mungkin juga menyukai