I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat mengakibatkan penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminan sampai karsinoma
hepatoselular. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B, dan 360 juta
orang sebagai pengidap (carrier) HBsAg, dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia. Lima ratus ribu
hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis hepatis atau berkembang menjadi kanker hati.
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5-10% dari total penduduk, setara
dengan 13,5 juta penderita. Indonesia termasuk daerah endemis sedang sampai tinggi (3-17%), dan menjadi
negara ketiga di Asia dengan penderita hepatitis B kronik paling banyak.
Masalah hepatitis yang paling rawan adalah pada wanita hamil, karena VHB dapat menginfeksi bayi
melalui jalan lahir ibunya sehingga dianjurkan agar wanita hamil melakukan pemeriksaan hepatitis B pada
trimester pertama kehamilan. Sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal, kurang lebih sebesar 90% anak tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun
pertama kehidupannya. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih
dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.
Setelah vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan untuk menilai
konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs
dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk memaksimalkan deteksi infeksi HBV. Imunisasi Hepatitis B
untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir ).
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif; bayi yang dilahirkan dari ibu yang
hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran,
diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional. Dan setelah bayi berusia
di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.
Dari kegiatan ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test HBsAg untuk bayi
berumur 9-12 bulan. Selain pemeriksaan petugas juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut
bahwa pentingnya mengetahui apa saja virus yang dapat ditularkan pada bayi khusunya HBsAg, pentingnya vaksin
Hepatitis B dan juga pentingnya skrinning pemeriksaan HBsAg dan bagaimana mencegah penyakit ini agar tidak
tertular pada ibu maupun pada bayi.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Pentingnya untuk terus mengingatkan maupun juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut,
dengan memberikan informasi bahwa pentingnya ibu hamil untuk datang ke podyandu, melakukan skrining
berbagai pemeriksaan seperti penyakit radang pada organ hati atau Hepatitis B khususnya pada bayi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. Ibu tersebut juga harus tahu
bagaimana mencegah, bagaimana terjadinya penularan dari Hepatitis B dan juga pentingnya imunisasi untuk bayi
setelah lahir. Untuk itu petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada ditiap desa berperan penting untuk
selalu memotivasi para ibu hamil untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dengan pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
HBsAg ini kita dapat bersama-sama Memutus penularan HBsAg khusunya dari ibu ke anak. Kegiatan
Pemeriksaan HBsAg ini sangat diharapkan masyarakat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HBsAg,
apalagi penularan dari ibu ke anak sangat penting diketahui masyarakat sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan dan bahkan meniadakan infeksi HBsAg di masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat mengakibatkan penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminan sampai karsinoma
hepatoselular. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B, dan 360 juta
orang sebagai pengidap (carrier) HBsAg, dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia. Lima ratus ribu
hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis hepatis atau berkembang menjadi kanker hati.
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5-10% dari total penduduk, setara
dengan 13,5 juta penderita. Indonesia termasuk daerah endemis sedang sampai tinggi (3-17%), dan menjadi
negara ketiga di Asia dengan penderita hepatitis B kronik paling banyak.
Masalah hepatitis yang paling rawan adalah pada wanita hamil, karena VHB dapat menginfeksi bayi
melalui jalan lahir ibunya sehingga dianjurkan agar wanita hamil melakukan pemeriksaan hepatitis B pada
trimester pertama kehamilan. Sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal, kurang lebih sebesar 90% anak tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun
pertama kehidupannya. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih
dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.
Setelah vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan untuk menilai
konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs
dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk memaksimalkan deteksi infeksi HBV. Imunisasi Hepatitis B
untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir ).
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif; bayi yang dilahirkan dari ibu yang
hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran,
diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional. Dan setelah bayi berusia
di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.
Dari kegiatan ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test HBsAg untuk bayi
berumur 9-12 bulan. Selain pemeriksaan petugas juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut
bahwa pentingnya mengetahui apa saja virus yang dapat ditularkan pada bayi khusunya HBsAg, pentingnya vaksin
Hepatitis B dan juga pentingnya skrinning pemeriksaan HBsAg dan bagaimana mencegah penyakit ini agar tidak
tertular pada ibu maupun pada bayi.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Pentingnya untuk terus mengingatkan maupun juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut,
dengan memberikan informasi bahwa pentingnya ibu hamil untuk datang ke podyandu, melakukan skrining
berbagai pemeriksaan seperti penyakit radang pada organ hati atau Hepatitis B khususnya pada bayi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. Ibu tersebut juga harus tahu
bagaimana mencegah, bagaimana terjadinya penularan dari Hepatitis B dan juga pentingnya imunisasi untuk bayi
setelah lahir. Untuk itu petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada ditiap desa berperan penting untuk
selalu memotivasi para ibu hamil untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dengan pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
HBsAg ini kita dapat bersama-sama Memutus penularan HBsAg khusunya dari ibu ke anak. Kegiatan
Pemeriksaan HBsAg ini sangat diharapkan masyarakat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HBsAg,
apalagi penularan dari ibu ke anak sangat penting diketahui masyarakat sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan dan bahkan meniadakan infeksi HBsAg di masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat mengakibatkan penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminan sampai karsinoma
hepatoselular. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B, dan 360 juta
orang sebagai pengidap (carrier) HBsAg, dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia. Lima ratus ribu
hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis hepatis atau berkembang menjadi kanker hati.
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5-10% dari total penduduk, setara
dengan 13,5 juta penderita. Indonesia termasuk daerah endemis sedang sampai tinggi (3-17%), dan menjadi
negara ketiga di Asia dengan penderita hepatitis B kronik paling banyak.
Masalah hepatitis yang paling rawan adalah pada wanita hamil, karena VHB dapat menginfeksi bayi
melalui jalan lahir ibunya sehingga dianjurkan agar wanita hamil melakukan pemeriksaan hepatitis B pada
trimester pertama kehamilan. Sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal, kurang lebih sebesar 90% anak tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun
pertama kehidupannya. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih
dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.
Setelah vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan untuk menilai
konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs
dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk memaksimalkan deteksi infeksi HBV. Imunisasi Hepatitis B
untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir ).
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif; bayi yang dilahirkan dari ibu yang
hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran,
diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional. Dan setelah bayi berusia
di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.
Pentingnya untuk terus mengingatkan maupun juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut,
dengan memberikan informasi bahwa pentingnya ibu hamil untuk datang ke podyandu, melakukan skrining
berbagai pemeriksaan seperti penyakit radang pada organ hati atau Hepatitis B khususnya pada bayi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. Ibu tersebut juga harus tahu
bagaimana mencegah, bagaimana terjadinya penularan dari Hepatitis B dan juga pentingnya imunisasi untuk bayi
setelah lahir. Untuk itu petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada ditiap desa berperan penting untuk
selalu memotivasi para ibu hamil untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dengan pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
HBsAg ini kita dapat bersama-sama Memutus penularan HBsAg khusunya dari ibu ke anak. Kegiatan
Pemeriksaan HBsAg ini sangat diharapkan masyarakat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HBsAg,
apalagi penularan dari ibu ke anak sangat penting diketahui masyarakat sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan dan bahkan meniadakan infeksi HBsAg di masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat mengakibatkan penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminan sampai karsinoma
hepatoselular. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B, dan 360 juta
orang sebagai pengidap (carrier) HBsAg, dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia. Lima ratus ribu
hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis hepatis atau berkembang menjadi kanker hati.
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5-10% dari total penduduk, setara
dengan 13,5 juta penderita. Indonesia termasuk daerah endemis sedang sampai tinggi (3-17%), dan menjadi
negara ketiga di Asia dengan penderita hepatitis B kronik paling banyak.
Masalah hepatitis yang paling rawan adalah pada wanita hamil, karena VHB dapat menginfeksi bayi
melalui jalan lahir ibunya sehingga dianjurkan agar wanita hamil melakukan pemeriksaan hepatitis B pada
trimester pertama kehamilan. Sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal, kurang lebih sebesar 90% anak tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun
pertama kehidupannya. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih
dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.
Setelah vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan untuk menilai
konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs
dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk memaksimalkan deteksi infeksi HBV. Imunisasi Hepatitis B
untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir ).
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif; bayi yang dilahirkan dari ibu yang
hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran,
diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional. Dan setelah bayi berusia
di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.
Dari kegiatan ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test HBsAg untuk bayi
berumur 9-12 bulan. Selain pemeriksaan petugas juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut
bahwa pentingnya mengetahui apa saja virus yang dapat ditularkan pada bayi khusunya HBsAg, pentingnya vaksin
Hepatitis B dan juga pentingnya skrinning pemeriksaan HBsAg dan bagaimana mencegah penyakit ini agar tidak
tertular pada ibu maupun pada bayi.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Pentingnya untuk terus mengingatkan maupun juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut,
dengan memberikan informasi bahwa pentingnya ibu hamil untuk datang ke podyandu, melakukan skrining
berbagai pemeriksaan seperti penyakit radang pada organ hati atau Hepatitis B khususnya pada bayi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. Ibu tersebut juga harus tahu
bagaimana mencegah, bagaimana terjadinya penularan dari Hepatitis B dan juga pentingnya imunisasi untuk bayi
setelah lahir. Untuk itu petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada ditiap desa berperan penting untuk
selalu memotivasi para ibu hamil untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dengan pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
HBsAg ini kita dapat bersama-sama Memutus penularan HBsAg khusunya dari ibu ke anak. Kegiatan
Pemeriksaan HBsAg ini sangat diharapkan masyarakat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HBsAg,
apalagi penularan dari ibu ke anak sangat penting diketahui masyarakat sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan dan bahkan meniadakan infeksi HBsAg di masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat mengakibatkan penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminan sampai karsinoma
hepatoselular. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B, dan 360 juta
orang sebagai pengidap (carrier) HBsAg, dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia. Lima ratus ribu
hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis hepatis atau berkembang menjadi kanker hati.
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5-10% dari total penduduk, setara
dengan 13,5 juta penderita. Indonesia termasuk daerah endemis sedang sampai tinggi (3-17%), dan menjadi
negara ketiga di Asia dengan penderita hepatitis B kronik paling banyak.
Masalah hepatitis yang paling rawan adalah pada wanita hamil, karena VHB dapat menginfeksi bayi
melalui jalan lahir ibunya sehingga dianjurkan agar wanita hamil melakukan pemeriksaan hepatitis B pada
trimester pertama kehamilan. Sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal, kurang lebih sebesar 90% anak tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun
pertama kehidupannya. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih
dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.
Setelah vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan untuk menilai
konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs
dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk memaksimalkan deteksi infeksi HBV. Imunisasi Hepatitis B
untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir ).
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif; bayi yang dilahirkan dari ibu yang
hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran,
diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional. Dan setelah bayi berusia
di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.
Pentingnya untuk terus mengingatkan maupun juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut,
dengan memberikan informasi bahwa pentingnya ibu hamil untuk datang ke podyandu, melakukan skrining
berbagai pemeriksaan seperti penyakit radang pada organ hati atau Hepatitis B khususnya pada bayi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. Ibu tersebut juga harus tahu
bagaimana mencegah, bagaimana terjadinya penularan dari Hepatitis B dan juga pentingnya imunisasi untuk bayi
setelah lahir. Untuk itu petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada ditiap desa berperan penting untuk
selalu memotivasi para ibu hamil untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dengan pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
HBsAg ini kita dapat bersama-sama Memutus penularan HBsAg khusunya dari ibu ke anak. Kegiatan
Pemeriksaan HBsAg ini sangat diharapkan masyarakat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HBsAg,
apalagi penularan dari ibu ke anak sangat penting diketahui masyarakat sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan dan bahkan meniadakan infeksi HBsAg di masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat mengakibatkan penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminan sampai karsinoma
hepatoselular. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B, dan 360 juta
orang sebagai pengidap (carrier) HBsAg, dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia. Lima ratus ribu
hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis hepatis atau berkembang menjadi kanker hati.
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5-10% dari total penduduk, setara
dengan 13,5 juta penderita. Indonesia termasuk daerah endemis sedang sampai tinggi (3-17%), dan menjadi
negara ketiga di Asia dengan penderita hepatitis B kronik paling banyak.
Masalah hepatitis yang paling rawan adalah pada wanita hamil, karena VHB dapat menginfeksi bayi
melalui jalan lahir ibunya sehingga dianjurkan agar wanita hamil melakukan pemeriksaan hepatitis B pada
trimester pertama kehamilan. Sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal, kurang lebih sebesar 90% anak tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun
pertama kehidupannya. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih
dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.
Setelah vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan untuk menilai
konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs
dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk memaksimalkan deteksi infeksi HBV. Imunisasi Hepatitis B
untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir ).
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif; bayi yang dilahirkan dari ibu yang
hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran,
diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional. Dan setelah bayi berusia
di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.
Dari kegiatan ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test HBsAg untuk bayi
berumur 9-12 bulan. Selain pemeriksaan petugas juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut
bahwa pentingnya mengetahui apa saja virus yang dapat ditularkan pada bayi khusunya HBsAg, pentingnya vaksin
Hepatitis B dan juga pentingnya skrinning pemeriksaan HBsAg dan bagaimana mencegah penyakit ini agar tidak
tertular pada ibu maupun pada bayi.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Pentingnya untuk terus mengingatkan maupun juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut,
dengan memberikan informasi bahwa pentingnya ibu hamil untuk datang ke podyandu, melakukan skrining
berbagai pemeriksaan seperti penyakit radang pada organ hati atau Hepatitis B khususnya pada bayi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. Ibu tersebut juga harus tahu
bagaimana mencegah, bagaimana terjadinya penularan dari Hepatitis B dan juga pentingnya imunisasi untuk bayi
setelah lahir. Untuk itu petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada ditiap desa berperan penting untuk
selalu memotivasi para ibu hamil untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dengan pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
HBsAg ini kita dapat bersama-sama Memutus penularan HBsAg khusunya dari ibu ke anak. Kegiatan
Pemeriksaan HBsAg ini sangat diharapkan masyarakat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HBsAg,
apalagi penularan dari ibu ke anak sangat penting diketahui masyarakat sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan dan bahkan meniadakan infeksi HBsAg di masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat mengakibatkan penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminan sampai karsinoma
hepatoselular. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B, dan 360 juta
orang sebagai pengidap (carrier) HBsAg, dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia. Lima ratus ribu
hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis hepatis atau berkembang menjadi kanker hati.
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5-10% dari total penduduk, setara
dengan 13,5 juta penderita. Indonesia termasuk daerah endemis sedang sampai tinggi (3-17%), dan menjadi
negara ketiga di Asia dengan penderita hepatitis B kronik paling banyak.
Masalah hepatitis yang paling rawan adalah pada wanita hamil, karena VHB dapat menginfeksi bayi
melalui jalan lahir ibunya sehingga dianjurkan agar wanita hamil melakukan pemeriksaan hepatitis B pada
trimester pertama kehamilan. Sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal, kurang lebih sebesar 90% anak tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun
pertama kehidupannya. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih
dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.
Setelah vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan untuk menilai
konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs
dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk memaksimalkan deteksi infeksi HBV. Imunisasi Hepatitis B
untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir ).
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif; bayi yang dilahirkan dari ibu yang
hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran,
diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional. Dan setelah bayi berusia
di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.
Dari kegiatan ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test HBsAg untuk bayi
berumur 9-12 bulan. Selain pemeriksaan petugas juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut
bahwa pentingnya mengetahui apa saja virus yang dapat ditularkan pada bayi khusunya HBsAg, pentingnya vaksin
Hepatitis B dan juga pentingnya skrinning pemeriksaan HBsAg dan bagaimana mencegah penyakit ini agar tidak
tertular pada ibu maupun pada bayi.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Pentingnya untuk terus mengingatkan maupun juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut,
dengan memberikan informasi bahwa pentingnya ibu hamil untuk datang ke podyandu, melakukan skrining
berbagai pemeriksaan seperti penyakit radang pada organ hati atau Hepatitis B khususnya pada bayi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. Ibu tersebut juga harus tahu
bagaimana mencegah, bagaimana terjadinya penularan dari Hepatitis B dan juga pentingnya imunisasi untuk bayi
setelah lahir. Untuk itu petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada ditiap desa berperan penting untuk
selalu memotivasi para ibu hamil untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dengan pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
HBsAg ini kita dapat bersama-sama Memutus penularan HBsAg khusunya dari ibu ke anak. Kegiatan
Pemeriksaan HBsAg ini sangat diharapkan masyarakat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HBsAg,
apalagi penularan dari ibu ke anak sangat penting diketahui masyarakat sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan dan bahkan meniadakan infeksi HBsAg di masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat mengakibatkan penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminan sampai karsinoma
hepatoselular. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B, dan 360 juta
orang sebagai pengidap (carrier) HBsAg, dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia. Lima ratus ribu
hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis hepatis atau berkembang menjadi kanker hati.
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5-10% dari total penduduk, setara
dengan 13,5 juta penderita. Indonesia termasuk daerah endemis sedang sampai tinggi (3-17%), dan menjadi
negara ketiga di Asia dengan penderita hepatitis B kronik paling banyak.
Masalah hepatitis yang paling rawan adalah pada wanita hamil, karena VHB dapat menginfeksi bayi
melalui jalan lahir ibunya sehingga dianjurkan agar wanita hamil melakukan pemeriksaan hepatitis B pada
trimester pertama kehamilan. Sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal, kurang lebih sebesar 90% anak tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun
pertama kehidupannya. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih
dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.
Setelah vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan untuk menilai
konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs
dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk memaksimalkan deteksi infeksi HBV. Imunisasi Hepatitis B
untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir ).
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif; bayi yang dilahirkan dari ibu yang
hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran,
diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional. Dan setelah bayi berusia
di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.
Dari kegiatan ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test HBsAg untuk bayi
berumur 9-12 bulan. Selain pemeriksaan petugas juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut
bahwa pentingnya mengetahui apa saja virus yang dapat ditularkan pada bayi khusunya HBsAg, pentingnya vaksin
Hepatitis B dan juga pentingnya skrinning pemeriksaan HBsAg dan bagaimana mencegah penyakit ini agar tidak
tertular pada ibu maupun pada bayi.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Pentingnya untuk terus mengingatkan maupun juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut,
dengan memberikan informasi bahwa pentingnya ibu hamil untuk datang ke podyandu, melakukan skrining
berbagai pemeriksaan seperti penyakit radang pada organ hati atau Hepatitis B khususnya pada bayi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. Ibu tersebut juga harus tahu
bagaimana mencegah, bagaimana terjadinya penularan dari Hepatitis B dan juga pentingnya imunisasi untuk bayi
setelah lahir. Untuk itu petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada ditiap desa berperan penting untuk
selalu memotivasi para ibu hamil untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dengan pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
HBsAg ini kita dapat bersama-sama Memutus penularan HBsAg khusunya dari ibu ke anak. Kegiatan
Pemeriksaan HBsAg ini sangat diharapkan masyarakat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HBsAg,
apalagi penularan dari ibu ke anak sangat penting diketahui masyarakat sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan dan bahkan meniadakan infeksi HBsAg di masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat mengakibatkan penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminan sampai karsinoma
hepatoselular. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B, dan 360 juta
orang sebagai pengidap (carrier) HBsAg, dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia. Lima ratus ribu
hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis hepatis atau berkembang menjadi kanker hati.
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5-10% dari total penduduk, setara
dengan 13,5 juta penderita. Indonesia termasuk daerah endemis sedang sampai tinggi (3-17%), dan menjadi
negara ketiga di Asia dengan penderita hepatitis B kronik paling banyak.
Masalah hepatitis yang paling rawan adalah pada wanita hamil, karena VHB dapat menginfeksi bayi
melalui jalan lahir ibunya sehingga dianjurkan agar wanita hamil melakukan pemeriksaan hepatitis B pada
trimester pertama kehamilan. Sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal, kurang lebih sebesar 90% anak tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun
pertama kehidupannya. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih
dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.
Setelah vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan untuk menilai
konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs
dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk memaksimalkan deteksi infeksi HBV. Imunisasi Hepatitis B
untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir ).
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif; bayi yang dilahirkan dari ibu yang
hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran,
diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional. Dan setelah bayi berusia
di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.
Dari kegiatan ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test HBsAg untuk bayi
berumur 9-12 bulan. Selain pemeriksaan petugas juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut
bahwa pentingnya mengetahui apa saja virus yang dapat ditularkan pada bayi khusunya HBsAg, pentingnya vaksin
Hepatitis B dan juga pentingnya skrinning pemeriksaan HBsAg dan bagaimana mencegah penyakit ini agar tidak
tertular pada ibu maupun pada bayi.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Pentingnya untuk terus mengingatkan maupun juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut,
dengan memberikan informasi bahwa pentingnya ibu hamil untuk datang ke podyandu, melakukan skrining
berbagai pemeriksaan seperti penyakit radang pada organ hati atau Hepatitis B khususnya pada bayi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. Ibu tersebut juga harus tahu
bagaimana mencegah, bagaimana terjadinya penularan dari Hepatitis B dan juga pentingnya imunisasi untuk bayi
setelah lahir. Untuk itu petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada ditiap desa berperan penting untuk
selalu memotivasi para ibu hamil untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dengan pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
HBsAg ini kita dapat bersama-sama Memutus penularan HBsAg khusunya dari ibu ke anak. Kegiatan
Pemeriksaan HBsAg ini sangat diharapkan masyarakat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HBsAg,
apalagi penularan dari ibu ke anak sangat penting diketahui masyarakat sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan dan bahkan meniadakan infeksi HBsAg di masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat mengakibatkan penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminan sampai karsinoma
hepatoselular. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B, dan 360 juta
orang sebagai pengidap (carrier) HBsAg, dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia. Lima ratus ribu
hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis hepatis atau berkembang menjadi kanker hati.
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5-10% dari total penduduk, setara
dengan 13,5 juta penderita. Indonesia termasuk daerah endemis sedang sampai tinggi (3-17%), dan menjadi
negara ketiga di Asia dengan penderita hepatitis B kronik paling banyak.
Masalah hepatitis yang paling rawan adalah pada wanita hamil, karena VHB dapat menginfeksi bayi
melalui jalan lahir ibunya sehingga dianjurkan agar wanita hamil melakukan pemeriksaan hepatitis B pada
trimester pertama kehamilan. Sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal, kurang lebih sebesar 90% anak tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun
pertama kehidupannya. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih
dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.
Setelah vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan untuk menilai
konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs
dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk memaksimalkan deteksi infeksi HBV. Imunisasi Hepatitis B
untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir ).
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif; bayi yang dilahirkan dari ibu yang
hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran,
diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional. Dan setelah bayi berusia
di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.
Dari kegiatan ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test HBsAg untuk bayi
berumur 9-12 bulan. Selain pemeriksaan petugas juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut
bahwa pentingnya mengetahui apa saja virus yang dapat ditularkan pada bayi khusunya HBsAg, pentingnya vaksin
Hepatitis B dan juga pentingnya skrinning pemeriksaan HBsAg dan bagaimana mencegah penyakit ini agar tidak
tertular pada ibu maupun pada bayi.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Pentingnya untuk terus mengingatkan maupun juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut,
dengan memberikan informasi bahwa pentingnya ibu hamil untuk datang ke podyandu, melakukan skrining
berbagai pemeriksaan seperti penyakit radang pada organ hati atau Hepatitis B khususnya pada bayi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. Ibu tersebut juga harus tahu
bagaimana mencegah, bagaimana terjadinya penularan dari Hepatitis B dan juga pentingnya imunisasi untuk bayi
setelah lahir. Untuk itu petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada ditiap desa berperan penting untuk
selalu memotivasi para ibu hamil untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dengan pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
HBsAg ini kita dapat bersama-sama Memutus penularan HBsAg khusunya dari ibu ke anak. Kegiatan
Pemeriksaan HBsAg ini sangat diharapkan masyarakat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HBsAg,
apalagi penularan dari ibu ke anak sangat penting diketahui masyarakat sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan dan bahkan meniadakan infeksi HBsAg di masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat mengakibatkan penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminan sampai karsinoma
hepatoselular. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B, dan 360 juta
orang sebagai pengidap (carrier) HBsAg, dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia. Lima ratus ribu
hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis hepatis atau berkembang menjadi kanker hati.
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5-10% dari total penduduk, setara
dengan 13,5 juta penderita. Indonesia termasuk daerah endemis sedang sampai tinggi (3-17%), dan menjadi
negara ketiga di Asia dengan penderita hepatitis B kronik paling banyak.
Masalah hepatitis yang paling rawan adalah pada wanita hamil, karena VHB dapat menginfeksi bayi
melalui jalan lahir ibunya sehingga dianjurkan agar wanita hamil melakukan pemeriksaan hepatitis B pada
trimester pertama kehamilan. Sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal, kurang lebih sebesar 90% anak tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun
pertama kehidupannya. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih
dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.
Setelah vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan untuk menilai
konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs
dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk memaksimalkan deteksi infeksi HBV. Imunisasi Hepatitis B
untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir ).
Penanganan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif; bayi yang dilahirkan dari ibu yang
hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran,
diikuti vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional. Dan setelah bayi berusia
di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.
Pentingnya untuk terus mengingatkan maupun juga memberikan edukasi kepada ibu dari anak-anak tersebut,
dengan memberikan informasi bahwa pentingnya ibu hamil untuk datang ke podyandu, melakukan skrining
berbagai pemeriksaan seperti penyakit radang pada organ hati atau Hepatitis B khususnya pada bayi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. Ibu tersebut juga harus tahu
bagaimana mencegah, bagaimana terjadinya penularan dari Hepatitis B dan juga pentingnya imunisasi untuk bayi
setelah lahir. Untuk itu petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada ditiap desa berperan penting untuk
selalu memotivasi para ibu hamil untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dengan pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
HBsAg ini kita dapat bersama-sama Memutus penularan HBsAg khusunya dari ibu ke anak. Kegiatan
Pemeriksaan HBsAg ini sangat diharapkan masyarakat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HBsAg,
apalagi penularan dari ibu ke anak sangat penting diketahui masyarakat sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan dan bahkan meniadakan infeksi HBsAg di masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Molompar.
03 April 2023
Desa Molompar Satu
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN KASUS HEPATITIS B (HBsAg REAKTIF) PADA
BAYI 9-12 BULAN DI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN APRIL 2023
04 April 2023
Desa Molompar
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN KASUS HEPATITIS B (HBsAg REAKTIF) PADA
BAYI 9-12 BULAN DI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN APRIL 2023
05 April 2023
Desa Molompar Atas
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN KASUS HEPATITIS B (HBsAg REAKTIF) PADA
BAYI 9-12 BULAN DI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN APRIL 2023
06 April 2023
Desa Molompar Dua Selatan
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN KASUS HEPATITIS B (HBsAg REAKTIF) PADA
BAYI 9-12 BULAN DI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN APRIL 2023
11 April 2023
Desa Molompar Dua
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN KASUS HEPATITIS B (HBsAg REAKTIF) PADA
BAYI 9-12 BULAN DI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN APRIL 2023
12 April 2023
Desa Molompar Dua Utara
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN KASUS HEPATITIS B (HBsAg REAKTIF) PADA
BAYI 9-12 BULAN DI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN APRIL 2023
13 April 2023
Desa Mundung Satu
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN KASUS HEPATITIS B (HBsAg REAKTIF) PADA
BAYI 9-12 BULAN DI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN APRIL 2023
17 April 2023
Desa Mundung
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN KASUS HEPATITIS B (HBsAg REAKTIF) PADA
BAYI 9-12 BULAN DI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN APRIL 2023
18 April 2023
Desa Esandom
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN KASUS HEPATITIS B (HBsAg REAKTIF) PADA
BAYI 9-12 BULAN DI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN APRIL 2023
27 April 2023
Desa Esandom Satu
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN KASUS HEPATITIS B (HBsAg REAKTIF) PADA
BAYI 9-12 BULAN DI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN APRIL 2023
28 April 2023
Desa Esandom Dua