Anda di halaman 1dari 13

1.

Klasifikasi MTBS dan penangannya :

a. Batuk
b. Diare
a) Rencana terapi A

b) Rencana terapi B
c) Rencana Terapi C
c. Demam
d. Masalah Telinga

(Kementrian Kesehatan RI,2015)

2. HIV
Provider-Initiated Testing and Counselling (PITC) adalah konseling dan tes HIV yang
disarankan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan kepada seseorang yang datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan sebagai suatu komponen standard dari pelayanan medis.

Prinsip diagnosis infeksi HIV pada bayi dan anak


a. Uji Virologis
a) Uji virologis digunakan untuk menegakkan diagnosis klinik (biasanya setelah umur 6
minggu), dan harus memiliki sensitivitas minimal 98% dan spesifisitas 98% dengan
cara yang sama seperti uji serologis.
b) Uji virologis direkomendasikan untuk mendiagnosis anak berumur < 18 bulan.
c) Uji virologis yang dianjurkan: HIV DNA kualitatif menggunakan darah plasma
EDTA atau Dried Blood Spot (DBS), bila tidak tersedia HIV DNA dapat digunakan
HIV RNA kuantitatif (viral load, VL) mengunakan plasma EDTA.
d) Bayi yang diketahui terpajan HIV sejak lahir dianjurkan untuk diperiksa dengan uji
virologis pada umur 4 – 6 minggu atau waktu tercepat yang mampu laksana
sesudahnya.
e) Pada kasus bayi dengan pemeriksaan virologis pertama hasilnya positif maka terapi
ARV harus segera dimulai; pada saat yang sama dilakukan pengambilan sampel
darah kedua untuk pemeriksaan uji virologis kedua.
f) Hasil pemeriksaan virologis harus segera diberikan pada tempat pelayanan, maksimal
4 minggu sejak sampel darah diambil. Hasil positif harus segera diikuti dengan
inisiasi ARV.
b. Uji Serologis
a) Uji serologis yang digunakan harus memenuhi sensitivitas minimal 99% dan
spesifisitas minimal 98% dengan pengawasan kualitas prosedur dan standardisasi
kondisi laboratorium dengan strategi seperti pada pemeriksaan serologis dewasa.
Umur 18 bulan – digunakan sebagai uji diagnostik konfirmasi
b) Anak umur < 18 bulan terpajan HIV yang tampak sehat dan belum dilakukan uji
virologis, dianjurkan untuk dilakukan uji serologis pada umur 9 bulan. Bila hasil uji
tersebut positif harus segera diikuti dengan pemeriksaan uji virologis untuk
mengidentifikasi kasus yang memerlukan terapi ARV. Jika uji serologis positif dan
uji virologis belum tersedia, perlu dilakukan pemantauan klinis ketat dan uji serologis
ulang pada usia 18 bulan.
c) Anak umur < 18 bulan dengan gejala dan tanda diduga disebabkan oleh infeksi HIV
harus menjalani uji serologis dan jika positif diikuti dengan uji virologis.
d) Pada anak umur< 18 bulan yang sakit dan diduga disebabkan oleh infeksi HIV tetapi
uji virologis tidak dapat dilakukan, diagnosis ditegakkan menggunakan diagnosis
presumtif.
e) Pada anak umur < 18 bulan yang masih mendapat ASI, prosedur diagnostik
dilakukan tanpa perlu menghentikan pemberian ASI.
f) Anak yang berumur > 18 bulan menjalani tes HIV sebagaimana yang dilakukan pada
orang dewasa.
Tatalaksana bayi dengan ibu HIV positif
Profilaksis kotrimoksasol dapat dihentikan bila:
1. Untuk bayi dan anak yang terpajan HIV saja dan tidak terinfeksi (dibuktikan
dengan pemeriksaan laboratorium, baik PCR 2 kali atau antibodi pada usia sesuai),
profilaksis dapat dihentikan sesudah status ditetapkan (sesingkatnya umur 6 bulan
atau sampai umur 1 tahun)
2. Untuk anak yang terinfeksi HIV:
a. Umur < 1 tahun profilaksis diberikan hingga umur 5 tahun atau diteruskan seumur
hidup tanpa penghentian
b. Umur 1 sampai 5 tahun profilaksis diberikan seumur hidup.
c. Umur > 5 tahun bila dimulai pada stadium berapa saja dan CD4< 350 sel, maka
dapat diteruskan seumur hidup atau dihentikan bila CD4>350 sel/ml setelah minurm
ARV 6 bulan. Bila dimulai pada stadium 3 dan 4 maka profilaksis dihentikan jika
CD4 > 200 sel/ml. (Kemenkes,2014)

3. Hepatitis
a. Windows period hepatitis :
 Hepatitis A : 15 – 50 hari ( Rata-rata 28 hari)
 Hepatitis B : 45 – 160 hari (Rata-rata 120 hari)
 Hepatitis C : 14-180 hari (Rata-rata 45 hari)
b. Algoritma diagnostik hepatitis B

Diagnosis Hepatitis B ditegakkan dengan pemeriksaan biokimia dan serologi. Pada infeksi akut,
kadar AST danALT akan meningkat hingga 3-10 kali batas atas normal. HBsAg merupakan petanda
serologis pertama yang terdeteksi 2-12 minggu setelah pejanan. HBeAg akan muncul bersamaan atau
beberapa saat setelah munculnya HBsAg dalam darah. Antibodi terhadap HBeAg akan segera muncul
setelah hilangnya HBeAg. Pada Hepatitis B akut, anti-HBc akan muncul 2 minggu setelah HBsAg
terdeteksi. Pada infeksi virus Hepatitis B kronik didefinisikan sebagai ditemukannya HBsAg
dalam serum selama lebih dari 6 bulan. Terdeteksinya HBeAg menunjukkan infektivitas yang
tinggi.Konsentrasi DNA VHB juga digunakan sebagai salah satu prediktor respons pada pasien yang
menerima terapi antiviral. HBsAg adalah kepanjangan dari Hepatitis B surface
Antigen, yang merupakan antigen permukaan virus hepatitis B. Pemeriksaan HBsAg
dilakukan untuk memastikan diagnosis hepatitis B. Jika hasil pemeriksaan HBsAg positif,
berarti Anda terinfeksi virus hepatitis B (VHB) dan berisiko menularkan penyakit ini ke
orang lain melalui darah atau cairan tubuh (Kemenkes,2015).
c. Pemberian Imunisasi Hepatitis
Pemberian imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk melakukan pencegahan
terjadinya penularan Hepatitis Virus. Pemberian imunisasi hanya dilaksanakan untuk
Hepatitis A dan Hepatitis B.
1. Imunisasi Hepatitis A dilakukan dengan cara pemberian vaksin Hepatitis A sebanyak
dua kali dengan jarak 6 sampai 12 bulan terhadap masyarakat di atas usia 2 tahun.
Imunisasi hepatitis A dilakukan secara sukarela.
2. Imunisasi Hepatitis B untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status
HBsAg ibu tidak diketahui diberikan vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat
dianjurkan imunissai Hepatitis B pada bayi baru lahir diberikan pada bayi usia < 24 jam
sesudah kelahiran (HB-0) bersamaan dengan pemberian vit K1). Pemberian imunisasi ini
kemudian dilanjutkan sesuai program nasional, yaitu usia bayi 2 bulan, 3 bulan, dan 4
bulan. Imunisasi Hepatitis B mampu memberikan perlindungan terhadap infeksi Hepatitis
B selama lebih dari 20 tahun.Keberhasilan imunisasi dinilai dari terdeteksinya antiHBs di
serum penderita setelah pemberian imunisasi Hepatitis B lengkap (3-4 kali).
3. Apabila bayi lahir dari ibu dengan HBsAg positif maka imunisasi dengan
immunoglobulin harus diberikan < 24 jam dari kelahirannya, bersamaan dengan HB-0,
dilanjutkan sesuai program nasional, yaitu usia bayi 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
Selanjutnya pada saat bayi berusia 9-12 bulan dilakukan pemeriksaan HBsAg dan titer
anti HBs. Dosis HbIg yang digunakan pada bayi adalah 0,5 mL secara IM pada paha sisi
lain dari pemberian HB-0. Diberikan 12 jam pertama kehidupan, boleh bersamaan
dengan HB-0 setelah pemberian vit K dengan selang waktu minimal 30 menit
d. ibu dengan Hepatitis B boleh menyusui

Ibu penderita hepatitis B tetap memberikan ASI kepada bayinya dengan ketentuan
mengikuti program Nasional yaitu memberikan vaksinasi hepatitis B kepada bayinya
segera setelah lahir sebelum berusia 24 jam. Pencegahan terjadinya luka pada puting
sangat dianjurkan pada awal kehidupan bayi sehingga penularan dapat dicegah.
Bimbingan menyusui khususnya posisi menyusui yang baik dan pelekatan mulut bayi
yang betul dapat mencegah terjadinya puting lecet. Banyak penelitian tentang ASI
dihubungkan dengan kejadian hepatitis B telah banyak dilakukan di dunia dan
membuktikan bahwa ASI tidak meningkatkan risiko penularan hepatitis B (IDAI,2013).

4. Imunisasi Lanjutan
bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan
Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5
SD/madrasah/sederajat diberikan (Td) (Kemenkes RI, 2018).

5. Cara membuat Larutan Asam asetat untuk Pemeriksaan IVA


a. Cuka dapur/ asam asetat/ asam etanoat ( mengandung asam asetat 20%)
b. Asam asetat untuk IVA (3-5%)
c. Untuk membuat asam asetat 5 % dengan cara mengambil 1 bagian cuka dapur + 4
bagian air
d. Untuk membuat asam asetat 3 % dengan cara mengambil 2 bagian cuka dapur + 11
bagian air

DAFTAR PUSTAKA
IDAI. 2013. Menyusui Pada Ibu Penderita Hepatitis. Available at :
dai.or.id/artikel/klinik/asi/menyusui-pada-ibu-penderita-hepatitis-b. Accesed 10
Oktober 2019.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Penerapan Terapi Hiv Pada Anak. Jakarta :
Kemenkes RI. Available at :
http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2015/06/Pedoman-Penerapan-Terapi-HIV-
pada-Anak.pdf. Accessed 10 Oktober 2019.

________. 2015. Pedoman Pelayanan Laboratorium Pemeriksaan Hepatitits. Available at :


https://www.academia.edu/38554831/Pedoman_Pelayanan_Laboratorium_Pemeriksaan
_Hepatitis. Accesed 10 Oktober 2019.

________. 2015. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Available at :
file:///C:/Users/user/Downloads/BAGAN-MTBS_8-Juni-2015.pdf. Accessed 10
Oktober 2019.

________. 2018. Berikan Anak Imunisasi Rutin Lengkap, Ini Rinciannya. Available at :
http://www.depkes.go.id/article/view/18043000011/berikan-anak-imunisasi-rutin-
lengkap-ini-rinciannya.html. Accesed 10 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai