Triple Eliminasi
(HIV, Sifilis dan Hepatitis B)
KEBIJAKAN
1. Eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak dilaksanakan di seluruh
kabupaten/kota Indonesia dengan pendekatan standar pelayanan minimal bidang kesehatan
2. Pelayanan Antenatal di setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus terpadu ‘triple’ Eliminasi
3. Penerapan Standar Prosedur Operasional Pelayanan Antenatal Terpadu untuk Eliminasi
sebagai MAKLUMAT PELAYANAN
4. Daerah menetapkan penugasan, pelimpahan wewenang dan task shifting
5. Ketersediaan sumber daya, sistem informasi dan logistik dalam sistem kesehatan
6. Layanan Komprehensif Berkesinambungan berkualitas bagi perempuan, bayi baru lahir,
anak dan keluarganya
7. Peran serta masyarakat, tidak terbatas pada swasta, LSM, warga peduli dan kelompok
dukungan
STRATEGI
1. meningkatkan akses dan kualitas layanan bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi / anak
sesuai standar program;
2. meningkatkan peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam sistem kesehatan, deteksi dan
penatalaksanaan yang diperlukan untuk Eliminasi Penularan;
3. meningkatkan penyediaan sumber daya di bidang kesehatan;
4. meningkatkan jaringan kerja, jejaring kerja, dan kemitraan serta kerja sama lintas program
dan lintas sektor;
5. meningkatkan manajemen program yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan
berhasilguna.
6. meningkatkan peran serta masyarakat
ROADMAP
2018 - • Akses Terbuka
ELIMINASI PENULARAN
2019 HIV, SIFILIS & HEPATITIS B
DARI IBU KE ANAK
Di INDONESIA
2020- • Pra Eliminasi
2021
2022 • Eliminasi
2023- • Pemeliharaan
2025
Target
a. Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke
anaknya
b. Menurunkan hingga meniadakan masalah kesehatan terkait HIV, Sifilis dan Hepatitis B;
c. Mendorong perilaku hidup bersih dan sehat bebas risiko kesehatan
d. Meningkatkan kualitas pengetahuan, kebiasaan dan praktik petugas pelaksana,
institusi, dan manajemen pelayanan kesehatan berorientasi pada standar prosedur
e. Menghilangkan dampak sosial ekonomi pada individu, keluarga dan masyarakat.
Integrasi dalam Layanan KIA
Tentuk sTatus Tes Kehamilan,
an DJJ Imunisasi Tablet Gol. Darah
ANAMNESIS TFU Fe
Hemoglobin
GlukoProteinurin
status Sifilis,
gizi Test HIV,
Hep B,
Malaria (pada
TINDAK LANJUT
Integrasi dalam Layanan KIA
Penanganan bagi ibu 100% ibu hamil diobati ARV, 100% ibu hamil diobati 100% kasus hepatitis B
hamil dengan hasil berupa Kombinasi Dosis dengan Benzatin Penicilin G pada ibu hamil dalam
positif Tetap (KDT) (Tenofovir 300mg 2,4 juta IU IM sebagai pengawasan, dirujuk ke
+ Lamivudin 300mg + program dosis tunggal pada puskesmas atau rumah
Efavirens 600mg) setiap hari fase dini, diulang 2 kali dgn sakit yang mampu
sekali (tiap 24jam) seumur selang waktu 1 minggu tatalaksana profilaksis
hidup atau dirujuk hepatitis B
Ibu bersalin di 100% bersalin di fasyankes 100% bersalin di fasyankes 100% bersalin di
fasyankes oleh nakes oleh nakes fasyankes oleh nakes
Indikator dan Target Bayi dari Ibu
terinfeksi dalam Eliminasi Penularan
Indikator HIV Sifilis Hepatitis B
Penanganan anak dari 100% mendapat pelayanan 100% mendapat pelayanan 100% mendapat
ibu positif standar standar pengobatan pelayanan standar
profilaksis ARV dalam 24 jam, Benzatin Penicilin G 50.000 imunisasi HB0 <24 jam
pemeriksaan EID (virologis IU/kgBB IM dosis tunggal, dan
kualitatif dgn DBS) saat mulai pemeriksaan titer RPR usia HBIg <24 jam;
6 minggu, dilanjutkan dengan 3 bulan dibandingkan titer pemeriksaan serologis
kotrimoksazol profilaksis ibunya, atau pemeriksaan HBsAg dan atau
atau pemeriksaan serologis lain atau pemantauan klinis virologis Hepatitis B
pada usia 18 bulan sampai 2 tahun saat bayi usia 9-12
bulan.
Anak negatif 100% hasil DBS EID negatif, 100% titer RPR negatif atau 100% pemeriksaan
(keberhasilan program anak sehat tanpa ARV sama dengan titer ibu anak serologis HBsAg
3E) sehat, tanpa cacat atau negatif.
kematian
Sasaran yang diharapkan
Setiap ibu hamil dan bayi yang dikandungnya terpenuhi hak kesehatannya,
terlindungi dan tidak seorangpun terlewatkan untuk menghentikan penularan
dari ibu ke anak
Mengimplementasikan program eliminasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan,
pencatatan-pelaporan, diseminasi informasi, advokasi, pemantauan, evaluasi,
pembinaan dan pengawasan.
Menjadi tim teaching pelatihan di jenjang di provinsi masing-masing bersama tim
berikutnya.
Memperkuat berbagai subsistem kesehatan nasional dan daerah yang
terintegrasi
SKRINING IBU HAMIL
Pemeriksaan pada ibu Semua ibu hamil harus melakukan ANC terpadu dan Deteksi Dini Hep B
hamil, pelayanan antenatal,
(DDHB) serta bayinya dilakukan pemantauan
dan pemantauan bayi
Pemberian HB0 untuk mengurangi Pemberian HB0 <24 jam (birth-dose) diberikan
transmisi dari ibu ke bayi wajib kepada semua bayi baru lahir
Tes Viral Load HBV DNA atau HBeAg, serta pemeriksaan klinis dan ALT (SGPT)*
PUSKESMAS/ FKTP
HBV DNA<200.000 IU/ml ATAU HBeAg negatif HBV DNA≥200.000 IU/ml ATAU HBeAg positif
Tidak dibutuhkan tenofovir. Pemberian tenofovir mulai minggu ke 28 kehamilan sampai saat
Pasien tetap dimonitor sebagai kasus hepatitis B selama kehamilan. melahirkan, dilanjutkan 1 bulan post partum**
Pasca persalinan, dilanjutkan penatalaksanaan hepatitis B**
19
Alur Tatalaksana Pemberian Antivirus pada Ibu Hamil Hepatitis B di Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
Tes Viral Load HBV DNA atau HBeAg, serta pemeriksaan klinis dan ALT (SGPT)*
RUMAH SAKIT / FKRTL
HBV DNA<200.000 IU/ml ATAU HBeAg negatif, tanpa HBV DNA≥200.000 IU/ml ATAU HBeAg positif dengan/tanpa
sirosis sirosis
Tidak dibutuhkan tenofovir. Pemberian tenofovir mulai minggu ke 28 kehamilan sampai saat melahirkan,
Pasien tetap dimonitor sebagai kasus hepatitis B selama kehamilan. dilanjutkan 1 bulan post partum.
Pasca persalinan, dilanjutkan penatalaksanaan hepatitis B** Dilanjutkan penatalaksanaan hepatitis B**
RUMAH SAKIT
FKRTL
Tim Tenofovir
FKTP
TATALAKSANA HEPATITIS B
PADA BAYI BARU LAHIR
Status HBs Ag Ibu BBLR < 2000 Gram BBLR ≥ 2000 Gram
HBsAg Positif Berikan HBIg dan HB0 < 24 Jam Berikan HBIg dan HB0 < 24 Jam
Vaksinasi HB0 tidak dihitung, lanjutkan Sesuai jadwal imunisasi
dengan :
1. Vaksin Monovalen : 3x vaksinasi serial
pada usia kronologis 1,2-3 dan 6 bulan
2. Vaksin DTPw : 3x vaksinasi serial pada
usia kronologis 2,3,4 bulan
3. Vaksin DTPa : 3x vaksinasi serial pada
usia kronologis 2,3,6 bulan
Periksa HBs Ag dan anti HBs pada usia 9-12 Periksa HBs Ag dan anti HBs pada usia 9-12
bulan, Bila : bulan, Bila :
1. Bila HBsAg negatif dan anti HBs ≥10 1. Bila HBsAg negatif dan anti HBs ≥10
mIU/mL, anak terlindungi mIU/mL, anak terlindungi
2. Bila HBsAg negatif dan anti HBs <10 2. Bila HBsAg negatif dan anti HBs <10
mIU/mL harus diberikan vaksinasi ulang mIU/mL harus diberikan vaksinasi ulang
23
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
TATALAKSANA HEPATITIS B
PADA BAYI BARU LAHIR
Status HBs Ag Ibu BBLR < 2000 Gram BBLR ≥ 2000 Gram
HBsAg Negatif Tunda pemberian HB0 sampai usia 1 HB0 < 24 Jam
bulan atau BB 2000 gram
Lanjutkan dengan : Sesuai jadwal imunisasi
1. Vaksin Monovalen : pada usia 2 dan
7 bulin
2. Vaksin DTPw : 3x vaksinasi serial
pada usia kronologis 2,3,4 bulan
3. Vaksin DTPa : 3x vaksinasi serial
pada usia kronologis 2,3,6 bulan
Periksa HBs Ag dan anti HBs tidak Periksa HBs Ag dan anti HBs tidak
diperlukan diperlukan
24
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
TATALAKSANA HEPATITIS B
PADA BAYI BARU LAHIR
Status HBs Ag Ibu BBLR < 2000 Gram BBLR ≥ 2000 Gram
HBsAg Tidak Diketahui Periksa status HBsAg Ibu segera setelah HBIg dan HB0 < 24 Jam
persalinan
Vaksinasi HB0 < 24 Jam
Berikan bayi HBIg < 24 jam Bila status ibu Berikan bayi HBIg < 24 jam Bila status ibu
HBsAg positif atau belum diketahui juga HBsAg positif atau belum diketahui juga
statusnya. statusnya
Lanjutkan vaksinasi sesuai rekomendasi Lanjutkan vaksinasi sesuai jadwal
25
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
ASI DAN HEPATITIS B
• Didapatkan jumlah kecil virus dalam ASI
• Banyak penelitian ttg ASI dihubungkan dengan kejadian hepatitis B
penelitian :
tidak terbukti meningkatkan resiko penularan hepatitis
tidak ada perbedaan bermakna bayi diberi ASI / tidak
sehingga ASI bisa tetap diberikan ekslusif 6 bulan
• Penelitian di taiwan, 147 bayi baru lahir dg ibu HBsAg +
dibagi 2 ( ASI dan susu formula ) tidak terdapat perbedaan kejadian
hepatitis pada kedua kelompok
• Penting diperhatikan :
- pencegahan terjadinya luka pada putting
-bimbingan menyusui ( posisi menyusui yg baik mencegah luka ) ( buku Indonesia Menyusui )
SIFILIS
VDRL & TPHA Reaktif
IBU
• Cek RPR Titer.
• Titer ½ - ¼ : laten
• Titer > 1/8 : dini
• Laten Suntik Penicilin Benzatin 1x2.4 juta unit IM, 3 minggu
berturut-turut dengan interval maksimal 14 hari
• Dini Suntik Penicilin Benzatin 1x2.4 juta unit IM, dosis tunggal.
• Monitoring bulan pertama, ke-tiga, enam, 12 dan 24 bulan
Sifilis Kongenital
• Definisi WHO:
• Lahir mati, lahir hidup atau janin mati pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu atau lebih dari 500 g, dari seorang ibu seropositif sifilis tanpa
pengobatan yang adekuat.
• Lahir mati, lahir hidup, atau anak usia kurang dari 2 tahun dengan bukti
terinfeksi sifilis secara klinis atau mikrobiologik
• Sifilis kongenital dengan bukti secara mikrobiologis:
• Mikroskop lapangan gelap: pada preparat tali pusat, plasenta, cairan hidung atau lesi
kulit tampak T.pallidum
• IgM spesifik T.pallidum (TPHA) reaktif
• Titer serologi non treponema (RPR) reaktif 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan titer ibu.
• Pemeriksaan fisik sesuai Sifilis Kongenital • Aqueous crystalline penisilin G 100.000- • Analisis cairan serebrospinal: VDRL,
• Titer serologi nontreponema kuantitatif 150.000 unit/kg/hari, injeksi IV 50.000 protein dan hitung sel
lebih tinggi sampai 4x lipat titer Ibu unit/kg/dosis IV setiap 12 jam dalam 7 • DPL, hitung jenis
• Tes lain sesuai indikasi klinis: rontgent
• Hasil positif pada pemeriksaan hari pertama dilanjutkan dengan setiap tulang panjang, rontgent toraks, tes
mikroskopis lapangan gelap dari cairan 8 jam selama total 10 hari; atau fungsi hati, USG kepala, pemeriksaan
tubuh • Prokain penisiin G 50.000 unit/kg/dosis, oftalmologi, respons pendengaran
injeksi IM sekali suntik per hari selama
10 hari
Catatan: bila ada ada pengobatan yang tidak
diberikan lebih dari satu hari, maka
pengobatan diulang dari awal
Bayi Dengan Klinis Normal dan Titer Anjuran Terapi Anjuran Evaluasi
Serologi Nontreponema Kuantitatif Sama
atau Tidak Melebihi 4x Titer Ibu
• Ibu belum diobati, pengobatan tidak • Aqueous crystalline penisilin G 100.000-150.000 Analisis cairan serebrospinal: VDRL,
adekuat, tidak ada catatan pernah unit/kg/hari, injeksi IV 50.000 unit/kg/dosis IV protein dan hitung sel
diobati setiap 12 jam dalam 7 hari pertama dilanjutkan DPL, hitung jenis
Rontgent tulang panjang
• Ibu diobati dengan eritromisin atau obat dengan setiap 8 jam selama total 10 hari; atau
bukan penisilin lain • Prokain penisiin G 50.000 unit/kg/dosis, injeksi
• Ibu diobati kurang dari 4 minggu IM sekali suntik per hari selama 10 hari, atau
sebelum partus • Benzatin penisilin G 50.000 unit/kg/dosis IM
sekali suntik
• Ibu sudah diobati saat hamil, • Benzatin penisilin G 50.000 unit/kg/dosis IM Tidak ada
pengobatan adekuat sesuai stadium, sekali suntik
diobati lebih dari 4 miggu sebelum • Pendapat lain: tidak mengobati bayi, tetapi
partus pengamatan ketat serologi bayi bila si Ibu titer
• Tidak ada bukti ibu mengalami relaps serologi nontreponema menurun 4x lipat
atau reinfeksi sesudah terapi adekuat untuk sifilis dini atau
tetap stabil atau rendah pad sifilis lanjut
• Ibu pengobatan adekuat sebelum hamil • Tidak perlu tetapi Tidak ada
• Ibu titer serologi nontreponema tetap • Dapat diberikan terapi Benzatin penisilin G
rendah dan stabil, sebelum dan selama 50.000 unit/kg/dosis IM sekali suntik, terutama
kehamilan atau saat partus (VDRL <1:2; bila follow up meragukan
RPR <1:4)
HIV
Tata Laksana Bayi Lahir dari Ibu Terinfeksi
HIV
Penanganan bayi
Pilihan nutrisi ARV profilaksis
saat persalinan
Diagnosis dini
Profilaksis
bayi (Early infant Imunisasi
kotrimoksazol
diagnosis/EID)
Penanganan bayi saat persalinan
• Universal precaution
• Gunakan sarung tangan saat terpapar dengan darah atau cairan tubuh
• Jepit dan potong tali pusat dengan hati-hati untuk mengurangi
kontaminasi percikan darah
• Keringkan dan bersihkan kulit bayi dengan kain hangat untuk
mengurangi kontaminasi darah atau cairan tubuh ibu sebelum pindah
ke ruang perawatan
• Hindari penggunaaan gastric tube yang tidak perlu untuk mencegah
trauma mukosa
• Berikan vitamin K dan vaksinasi rutin
Pilihan Nutrisi
ASI
Susu formula
Keuntungan vs Kerugian
Faktor Risiko Penularan HIV melalui ASI
• Jumlah virus dalam darah (> 1000 kopi)
• Integritas usus
Bayi • Pilihan nutrisi
Konsekuensi Pemberian ASI dari Ibu Terinfeksi
HIV
Kesehatan Ibu dan Anak
Safe Sustainable
Pentingnya konseling!!
AFASS
• Ibu & keluarga tidak mengalami hambatan dalam
Acceptable memberikan PASI. Hambatan: budaya, sosial, ketakutan
akan stigma atau diskriminasi
• Ibu dan keluarga mampu secara benar & higienis menyimpan &
menyiapkan peralatan yg bersih:
• Memiliki akses terhadap penyediaan air bersih
• Menyiapkan PASI dengan gizi cukup dan bebas mikroba
Safe • Mampu mencuci tangan dan peralatan dengan sabun dan secara
teratur mensterilkan peralatan dgn merebus
• Dapat merebus air untuk menyiapkan PASI
• Dapat menyimpan formula yang belum dipakai dalam wadah yang
bersih dan tertutup dan terlindungi dari tikus, serangga dan
binatang lain
Profilaksis ARV untuk bayi
• Diberikan pada semua bayi terekspos HIV (bayi lahir dari ibu HIV)
dari usia 6 minggu (termasuk atau tidak dalam program PMTCT)
• Diberikan sampai infeksi HIV sudah disingkirkan DAN ibu sudah
tidak memberikan lagi ASI
• Mencegah pneumonia Pneumocystis Jirovecii dan juga efektif
mencegah toxoplasmosis dan beberapa infeksi bakteri seperti
Salmonella, Haemophilus, Staphylococcus
18 bulan:
6 minggu: 4-6 bulan:
Antibodi
PCR HIV PCR HIV
HIV
+ + +
R1 (+), R2 (+), R3 (+) TP Rapid Rapid Hep B
Hasil
ARV Benzatin Penisilin
ANC KDT 1 tab/24jam
seumur hidup
G 2,4 juta IU
boka-boki
Pengawasan
ketat