1.Eliminasi Hepatitis B
PPIA prevalensi
Hepatitis B pada anak
sebesar 0,1% (2030)
2.Vaksinasi Hepatitis B (3
dosis) sebesar > 90%
2030)
3.PPIA melalui HB0 <24
jam dan HBIg pada bayi
berisiko >90%(2030) PERMENKES NO 53/2015 PERMENKES NO 52/2017 tentang
4.Eliminasi Hepatitis C Eliminasi Penularan Hepatitis B,
orang terinfeksi Hepatitis Tentang Penanggulangan
HIV, Sifilis dari ibu ke anak PPIA
C diobati sebesar 80% Hepatitis Virus secara
(2030) komprehensif melalui
pendekatan Promosi,
Pencegahan, Deteksi Dini
dan Penatalaksanaan
1. Riskesdas 2013
2 https://cdafound.org/polaris-countries-dashboard/
PEMBERIAN ANTIVIRUS PADA IBU HAMIL
DALAM RANGKA PPIA HEPATITIS B
5
Penularan vertikal dari ibu ke anak
Penularan hepatitis B dari ibu ke bayi sebanyak 95%
pada masa perinatal dan 5% melalui intra uterin.
6
PPIA
8
TARGET INDIKATOR ELIMINASI 2030
0,1%
Prevalensi HBsAg pada balita
2 per 100.000
Insiden Hepatitis B per tahun
9
a. Penularan hepatitis B dari ibu ke anak salah
satu penyebab tingginya prevalensi hepatitis B di
Indonesia
10
Peta jalan percontohan (introduksi) dan perluasan implementasi
2023 – 2030
15
PETUNJUK TEKNIS
Pemberian Antivirus Pada Ibu Hamil untuk
Pencegahan Penularan Hepatitis B Dari Ibu
ke Anak
Pemberian Tenofovir pada Ibu hamil reaktif HBsAg dilakukan pemeriksaan lebih lanjut atau
bumil dengan VL tinggi dirujuk untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut
HBIg HBIg diberikan kepada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg
Pemeriksaan pada ibu Semua ibu hamil harus melakukan ANC terpadu dan Deteksi Dini
hamil, pelayanan antenatal, Hep B (DDHB) serta bayinya dilakukan pemantauan
dan pemantauan bayi
Pemberian HB0 untuk mengurangi Pemberian HB0 <24 jam (birth-dose) diberikan wajib
transmisi dari ibu ke bayi kepada semua bayi baru lahir
• Pelayanan persalinan
Saat persalinan • Antivirus dihentikan atau dilanjutkan sesuai pedoman
• Pemberian HB0 dan HBIg pada bayi (<24 jam)
19
Kriteria Fasyankes dan Tim Kerja
FASYANKES YANG DAPAT MEMBERIKAN ANTIVIRUS PADA BUMIL HEPATITIS B
FKTP FKRTL
Dapat melakukan pemeriksaan HBsAg pd bumil Dapat melakukan pemeriksaan
Memiliki dokter yang terlatih, dapat melakukan
HBsAg pada bumil
pemeriksaan DNA VHB dengan mesin TCM atau
Memiliki fasilitas TCM, HBeAg, ALT,
pemeriksaan HBeAg
Dapat melakukan pemeriksaan ALT, AST, dan AST, darah lengkap, dan USG
darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hati: SGOT (AST) dan SGPT (ALT), dapat
ditambahkan bilirubin, albumin, globulin serum sesuai dengan indikasi.
Penilaian kondisi sirosis dengan skor APRI. Sirosis ditandai dengan skor APRI > 2.
Tes Viral Load DNA VHB atau HBeAg, serta pemeriksaan klinis dan ALT (SGPT)*
pada usia kehamilan 24-26 minggu *Jika terdapat kenaikan ALT atau
kelainan klinis ke arah penyakit
DNA VHB<200.000 IU/ml ATAU DNA VHB≥200.000 IU/ml ATAU liver, rujuk ibu hamil ke FKRTL
HBeAg negatif HBeAg positif #Rujuk ke FKRTL 1 bulan pasca
melahirkan untuk tatalaksana
hepatitis B
Tidak dibutuhkan tenofovir. Pemberian tenofovir mulai minggu ke 28
Pasien tetap dimonitor sebagai kasus hepatitis B selama kehamilan sampai saat melahirkan, - Dukungan Program : Obat
kehamilan. dilanjutkan 1 bulan post partum Tenofovir, Cartridge DNA VHB atau
Pasca persalinan, dilanjutkan penatalaksanaan hepatitis B# Dilanjutkan penatalaksanaan hepatitis B* HBeAg selama kehamilan
- Tes Viral Load DNA VHB
dilaksanakan di Puskesmas yang
Bayi lahir dari ibu positif HBsAg memiliki mesin TCM
Tes Viral Load DNA VHB atau HBeAg, serta pemeriksaan klinis dan ALT (SGPT)* pada usia
kehamilan 24-26 minggu
DNA VHB <200.000 IU/ml ATAU DNA VHB≥200.000 IU/ml ATAU HBeAg
HBeAg negatif, tanpa sirosis positif dengan/tanpa sirosis
Bayi lahir dari ibu positif HBsAg *Sesuai PNPK atau PPK di RS masing-
masing
#Monitor Ibu dan tatalaksana sebagai
Pemberian Hb0 & HBIg < 24 jam pada bayi kasus hepatitis B (oleh SpPD/KGEH)
Pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi 9-12 bulan Pemberian Tenofovir untuk Bumil di RS
25
dibiayai melalui Skema JKN
Skema Rujukan
RUMAH SAKIT
• Peserta: dokter SPPD, dokter umum di Puskesmas, perawat, bidan, laboran, petugas
farmasi, pengelola program hepatitis, pengelola GKIA, dan petugas pencatatan dan
pelaporan.
1. Peningkatan Kapasitas
SDM • Materi: kebijakan PPIA hepatitis B pada ibu hamil, tatalaksana hepatitis B pada ibu
hamil, pemeriksaan penunjang hepatitis B, tatalaksana pada bayi dari ibu reaktif
HBsAg, manajemen pelaksanaan, pengelolaan logistik, pencatatan dan pelaporan,
serta pemantauan dan evaluasi
• Dilakukan di fasyankes.
3. Pembentukan Tim • Tim terdiri dari: dokter yang memberikan pengobatan, bidan, perawat, laboran, farmasi,
dan petugas pencatatan dan pelaporan
27
PERSIAPAN PELAKSANAAN
• Pemetaan TCM dilakukan oleh Dinkes Kab/Kota dengan berkoordinasi tim TB.
• Pemetaan meliputi fasyankes yang memiliki TCM dan utilitasnya. Dinkes Kab/Kota
4. Pemetaan Alat TCM dan
menentukan fasyankes yang memenuhi kriteria pemeriksaan HBV DNA.
Pemeriksaan ALT
• Dinkes melakukan pemetaan fasyankes yang mampu dan memiliki pemeriksaan ALT
sebagai fasyankes rujukan.
5. Instalasi Alat TCM untuk • Fasyankes yang memenuhi kriteria rujukan pemeriksaan HBV DNA, dilakukan instalasi
Pemeriksaan HBV DNA alat TCM dan pelatihan penggunaan alat.
28
PERSIAPAN PELAKSANAAN
• Dinkes Kab/Kota membuat surat pemberitahuan deteksi dini dan tatalaksana hepatitis B
7. Membuat Surat pada ibu hamil kepada semua fasyankes
Pemberitahuan • Surat pemberitahuan menjelaskan alur tatalaksana hepatitis B, daftar fasyankes rujukan
diagnosis dan pengobatan, serta alur rujukan.
29
Indikator output kegiatan Hepatitis B
Periode
Periode Kehamilan
persalinan
BAYI
Tm1 M24-26 M 28 – 1 Bulan post partum
Menggunakan DAA
Simeprevir, Sofosbufir, Ribavirin,
Daclastavir, Elba-Grazo
Menggunakan Pegylated
Interferon
Kesembuhan >95%
Durasi 12-24 minggu
Murah
Kesembuhan 50-60%
Durasi 48 minggu
Mahal
RUMAH SAKIT PENGOBATAN HEPATITIS C
DI PROVINSI JAWA BARAT
Orang dengan HIV (Skrining anti-HCV dilakukan pada semua pasien HIV, PNPK
Tatalaksana HIV 2019 dan SE Kolaborasi Program P2 Hepatitis C dan HIV, 2021 )
• Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP)
Pemetaan Sasaran Hepatitis C
Prevalensi Hepatitis C di
wilayah tersebut (jika ada)
25
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
Pemetaan Jejaring Rujukan
Rujukan untuk
pemeriksaan Viral Load
(VL) HCV-RNA
Rujukan untuk
pengobatan dengan
Direct Acting Antiviral
(DAA)
* Puskesmas atau Fasyankes lainnya seperti UTD PMI, Klinik Lapas/Rutan, Klinik Swasta dan lain-lain.
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
Pemetaan Jejaring dengan Komunitas
• Internal
• Kepala Puskesmas
• Layanan PDP (PP HIV)
• Layanan LASS/PTRM Anggaran Logistik
• Layanan TB DOTS
(Puskesmas yang
memiliki TCM)
• Laboratorium
• Layanan lainnya (jika Kolaborasi
Program
diperlukan)
• Eksternal :
• Institusi pemerintah yang
terkait (Contoh: Camat,
Lurah) Penjangkauan Rujukan Tes
• Komunitas atau LSM DDHC VL HCV-
RNA
penjangkau/pendamping
populasi beresiko
• Kader Kesehatan
• Mitra lainnya Pendampingan
Pengobatan DAA
hingga SVR12
Skrining Skrining
Anti-HCV Anti-HCV
Anti HCV
Reaktif Anti HCV
Reaktif
VL Terdeteksi VL Terdeteksi
Sekilas Alur Pengobatan Hep C
Pasien
Negatif Positif
Tes VL HCV
Tidak
Terdeteksi
Terdeteksi Tes VL utk
menentukan
kesembuhan