Anda di halaman 1dari 46

MANAJEMEN HEPATITIS B DAN C

Tim Kerja Hepatitis dan PISP


DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT
1
Global Health Sector Strategy KEBIJAKAN PROGRAM P2 HEPATITIS DI INDONESIA

1.Eliminasi Hepatitis B
PPIA  prevalensi
Hepatitis B pada anak
sebesar 0,1% (2030)
2.Vaksinasi Hepatitis B (3
dosis)  sebesar > 90%
2030)
3.PPIA melalui HB0 <24
jam dan HBIg pada bayi
berisiko >90%(2030) PERMENKES NO 53/2015 PERMENKES NO 52/2017 tentang
4.Eliminasi Hepatitis C  Eliminasi Penularan Hepatitis B,
orang terinfeksi Hepatitis Tentang Penanggulangan
HIV, Sifilis dari ibu ke anak PPIA
C diobati sebesar 80% Hepatitis Virus secara
(2030) komprehensif melalui
pendekatan Promosi,
Pencegahan, Deteksi Dini
dan Penatalaksanaan

ELIMINASI HEPATITIS B DAN C TAHUN 2030


Kanker hati sebagai penyebab kematian ketiga tertinggi, terbanyak
(80%)
disebabkan hepatitis B kronik dan hepatitis C kronik

5-10% hepatitis kronik


langsung menjadi kanker
 Hepatitis B kronis setidaknya menyebabkan
Hepatitis B
54%
• Indonesia
7.1% prevalensi pada populasi dari semua kasus kanker hati
umum1
 Orang dengan hepatitis B kronis 100 kali
• Estimasi 18 juta orang terinfeksi1
lebih mungkin terkena kanker hati daripada
• 4.2% prevalensi pada umur yang tidak terinfeksi
<5 tahun1
 Orang dengan hepatitis B kronis 25-40%
• 51,000 kematian per tahun2
berisiko
• 144 kematian per hari 2 terkena kanker hati selama hidup mereka
 Orang dengan hepatitis C memiliki risiko 34%
Hepatitis C Indonesia lebih besar mengalami kanker hati daripada
yang tidak terinfeksi, bahkan setelah dinyatakan
• 1% prevalensi pada populasi
sembuh
umum1
• Estimasi 2.5 juta orang  Dalam 10-20 tahun ke depan, kejadian
terinfeksi 1 kanker hati akibat hepatitis C diperkirakan
meningkat dan berpotensi menjadi 2x lipat
• 5,942 kematian per tahun2
• 16 kematian per hari2

1. Riskesdas 2013

2 https://cdafound.org/polaris-countries-dashboard/
PEMBERIAN ANTIVIRUS PADA IBU HAMIL
DALAM RANGKA PPIA HEPATITIS B

5
Penularan vertikal dari ibu ke anak
 Penularan hepatitis B dari ibu ke bayi sebanyak 95%
pada masa perinatal dan 5% melalui intra uterin.

 Hepatitis B dengan muatan virus yang tinggi dengan viral


load HBV DNA ≥200.000 IU/mL (≥5,3 log10 IU/ml)
meningkatkan risiko penularan perinatal ( >10%)
walaupun sudah diberikan imunisasi hepatitis B dan HBIg
sehingga pemberian antivirus hepatitis B pada ibu
diperlukan.

6
PPIA

8
TARGET INDIKATOR ELIMINASI 2030

0,1%
Prevalensi HBsAg pada balita

2 per 100.000
Insiden Hepatitis B per tahun

9
a. Penularan hepatitis B dari ibu ke anak  salah
satu penyebab tingginya prevalensi hepatitis B di
Indonesia

b. Selain imunisasi hepatitis B, diperlukan upaya


tambahan untuk mencegah penularan hepatitis B
dari ibu ke anak

c. Upaya tambahan  pemberian antivirus Tenofovir


Disoproxil Fumarat (TDF) yang telah terbukti
aman dan efektif

d. Dilakukan melalui kegiatan percontohan pada RS


dan Puskesmas di beberapa provinsi dan
Kab/Kota  introduksi

10
Peta jalan percontohan (introduksi) dan perluasan implementasi
2023 – 2030

Introduksi dan studi implementasi Scale up Scale up


30 kab/kota 65 kab/kota 150 kab/kota 250 kab/kota

2023 2024 2025 2026

2030 2029 2028 2027

Eliminasi PPIA Scale up Scale up Scale up


514 kab/kota 514 kab/kota 450 kab/kota 350 kab/kota

15
PETUNJUK TEKNIS
Pemberian Antivirus Pada Ibu Hamil untuk
Pencegahan Penularan Hepatitis B Dari Ibu
ke Anak

KMK No. HK. 01.07/MENKES/15/2023


Tujuan Sasaran
Sebagai panduan berbasis bukti • Seluruh tenaga kesehatan dan
tentang pelaksanaan pemberian pemegang program yang
antivirus khususnya TDF pada terlibat dalam pengelolaan
wanita hamil dengan HBsAg- infeksi VHB pada bumil dan
reaktif untuk pencegahan bayinya
penularan VHB dari ibu ke anak. • Pembuat kebijakan di
lingkungan pemerintah,
fasyankes, institusi pendidikan,
serta kelompok profesi terkait
Program Pencegahan Penularan Hepatitis B dari Ibu ke Anak di Indonesia
Dimulai pada 10 kab/kota di 6 provinsi

Pemberian Tenofovir pada Ibu hamil reaktif HBsAg dilakukan pemeriksaan lebih lanjut atau
bumil dengan VL tinggi dirujuk untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

HBIg HBIg diberikan kepada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg

Pemeriksaan pada ibu Semua ibu hamil harus melakukan ANC terpadu dan Deteksi Dini
hamil, pelayanan antenatal, Hep B (DDHB) serta bayinya dilakukan pemantauan
dan pemantauan bayi

Pemberian HB0 untuk mengurangi Pemberian HB0 <24 jam (birth-dose) diberikan wajib
transmisi dari ibu ke bayi kepada semua bayi baru lahir

Pemberian Imunisasi Hepatitis B (3 Imunisasi wajib hepatitis B (3


dosis) untuk mengurangi insiden dosis) diberikan kepada semua
bayi (bersama DPT + Polio)
Pencegahan transmisi vertikal Hepatitis B
• Pelayanan antenatal
Selama kehamilan • Skrining Hepatitis B
• Pemberian antivirus sesuai indikasi

• Pelayanan persalinan
Saat persalinan • Antivirus dihentikan atau dilanjutkan sesuai pedoman
• Pemberian HB0 dan HBIg pada bayi (<24 jam)

• Imunisasi lengkap pada bayi (HB1,HB2,HB3) sesuai jadwal


• Evaluasi hasil vaksinasi
Sesudah persalinan • Pemberian ASI pada bayi

19
Kriteria Fasyankes dan Tim Kerja
FASYANKES YANG DAPAT MEMBERIKAN ANTIVIRUS PADA BUMIL HEPATITIS B

FKTP FKRTL
 Dapat melakukan pemeriksaan HBsAg pd bumil  Dapat melakukan pemeriksaan
 Memiliki dokter yang terlatih, dapat melakukan
HBsAg pada bumil
pemeriksaan DNA VHB dengan mesin TCM atau
 Memiliki fasilitas TCM, HBeAg, ALT,
pemeriksaan HBeAg
 Dapat melakukan pemeriksaan ALT, AST, dan AST, darah lengkap, dan USG
darah lengkap

Tim Kerja Tim Kerja


Dokter, Bidan, Perawat, Laboran, Farmasi, Dokter spesialis penyakit dalam, Dokter spesialis
Pemegang program hepatitis, Pengelola obsgin, Dokter spesialis anak, Dokter Umum,
Program GIKIA Bidan, Perawat, Laboran, Farmasi, Petugas
Catpor
SKRINING
Untuk mengetahui status infeksi seseorang sehingga dapat melakukan upaya
pencegahan penularan, dan upaya pengobatan yang tepat agar risiko sirosis
serta kanker hati dapat diminimalisir

Deteksi dini/skrining menggunakan HBsAg reaktif  pemeriksaan

rapid tes HBsAg wajib dilakukan bagi diagnostic: anamnesis, pemeriksaan

seluruh bumil fisik, pemeriksaan penunjang (viral


load DNA VHB atau tes HBeAg)
Pemeriksaan Lanjutan

Bumil dengan HBsAg reaktif dilanjutkan pemeriksaan DNA VHB atau


HBeAg:
 DNA VHB  tanda viremia dan status infeksi virus hepatitis B.
 Dideteksi dengan teknik real-time PCR atau Tes Cepat Molekuler
 Terdeteksi 2-3 minggu sebelum munculnya HBsAg
 HBeAg  tanda virus sedang aktif replikasi, biasanya sejalan
dengan peningkatan DNA VHB. Serokonversinya menjadi anti-HBe
menunjukkan penurunan kadar DNA VHB
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hati: SGOT (AST) dan SGPT (ALT), dapat
ditambahkan bilirubin, albumin, globulin serum sesuai dengan indikasi.
 Penilaian kondisi sirosis dengan skor APRI. Sirosis ditandai dengan skor APRI > 2.

 USG atau transient elastography 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑆𝑇


 Fibrosis signifikan (METAVIR ≥ F2) pada 7.9 kPa 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝐴𝑆𝑇
𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑨𝑷𝑹𝑰 =
( )
 Fibrosis lanjut (METAVIR ≥ F3) pada ≥ 8.8 kPa 10
9
𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒𝑙𝑒𝑡
 Sirosis (METAVIR ≥ F4) pada ≥ 11.7 kPa 𝐿 × 100 ¿
¿
 Ureum dan Kreatinin, utamanya untuk monitoring efek samping pemberian tenofovir
jangka Panjang.
Alur Tatalaksana di FKTP
Tes HBsAg pada bumil di Layanan ANC

HBsAg Reaktif HBsAg Non Reaktif


PUSKESMAS/ FKTP

Tes Viral Load DNA VHB atau HBeAg, serta pemeriksaan klinis dan ALT (SGPT)*
pada usia kehamilan 24-26 minggu *Jika terdapat kenaikan ALT atau
kelainan klinis ke arah penyakit
DNA VHB<200.000 IU/ml ATAU DNA VHB≥200.000 IU/ml ATAU liver, rujuk ibu hamil ke FKRTL
HBeAg negatif HBeAg positif #Rujuk ke FKRTL 1 bulan pasca
melahirkan untuk tatalaksana
hepatitis B
Tidak dibutuhkan tenofovir. Pemberian tenofovir mulai minggu ke 28
Pasien tetap dimonitor sebagai kasus hepatitis B selama kehamilan sampai saat melahirkan, - Dukungan Program : Obat
kehamilan. dilanjutkan 1 bulan post partum Tenofovir, Cartridge DNA VHB atau
Pasca persalinan, dilanjutkan penatalaksanaan hepatitis B# Dilanjutkan penatalaksanaan hepatitis B* HBeAg selama kehamilan
- Tes Viral Load DNA VHB
dilaksanakan di Puskesmas yang
Bayi lahir dari ibu positif HBsAg memiliki mesin TCM

Pemberian Hb0 & HBIg < 24 jam pada bayi

Pemeriksaan HBsAg dan anti HBs pada bayi 9-12 bulan


Alur Tatalaksana di FKRTL
Tes HBsAg pada bumil di Layanan ANC

HBsAg Reaktif HBsAg Negatif


RUMAH SAKIT / FKRTL

Tes Viral Load DNA VHB atau HBeAg, serta pemeriksaan klinis dan ALT (SGPT)* pada usia
kehamilan 24-26 minggu

DNA VHB <200.000 IU/ml ATAU DNA VHB≥200.000 IU/ml ATAU HBeAg
HBeAg negatif, tanpa sirosis positif dengan/tanpa sirosis

Tidak dibutuhkan TDF Pemberian TDFmulai minggu ke 28 kehamilan sampai saat


Pasien tetap dimonitor sebagai kasus hepatitis B selama melahirkan, dilanjutkan 1 bulan post partum.
kehamilan. Dilanjutkan penatalaksanaan hepatitis B*
Pasca persalinan, dilanjutkan penatalaksanaan hepatitis B*

Bayi lahir dari ibu positif HBsAg *Sesuai PNPK atau PPK di RS masing-
masing
#Monitor Ibu dan tatalaksana sebagai
Pemberian Hb0 & HBIg < 24 jam pada bayi kasus hepatitis B (oleh SpPD/KGEH)

Pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs pada bayi 9-12 bulan Pemberian Tenofovir untuk Bumil di RS
25
dibiayai melalui Skema JKN
Skema Rujukan

RUMAH SAKIT

Bumil Hepatitis B dengan


peningkatan ALT atau klinis
penyakit liver

PUSKESMAS HANYA MAMPU PUSKESMAS MAMPU


DETEKSI DINI, DIAGNOSTIK, DAN
DETEKSI DINI PEMBERIAN ANTIVIRUS
PERSIAPAN PELAKSANAAN

• Peserta: dokter SPPD, dokter umum di Puskesmas, perawat, bidan, laboran, petugas
farmasi, pengelola program hepatitis, pengelola GKIA, dan petugas pencatatan dan
pelaporan.
1. Peningkatan Kapasitas
SDM • Materi: kebijakan PPIA hepatitis B pada ibu hamil, tatalaksana hepatitis B pada ibu
hamil, pemeriksaan penunjang hepatitis B, tatalaksana pada bayi dari ibu reaktif
HBsAg, manajemen pelaksanaan, pengelolaan logistik, pencatatan dan pelaporan,
serta pemantauan dan evaluasi

• Untuk membentuk jejaring kerja dan rujukan internal ataupun eksternal.


2. Koordinasi Lintas • Koordinasi lintas program: antara tim hepatitis dan tim TB, Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Program dan Lintas Sektor Anak, pelayanan kesehatan primer dan rujukan, farmasi.
Kesehatan
• Koordinasi lintas sektor yaitu antara Dinas Kesehatan, BPJS, dan organisasi profesi
dan masyarakat

• Dilakukan di fasyankes.
3. Pembentukan Tim • Tim terdiri dari: dokter yang memberikan pengobatan, bidan, perawat, laboran, farmasi,
dan petugas pencatatan dan pelaporan

27
PERSIAPAN PELAKSANAAN

• Pemetaan TCM dilakukan oleh Dinkes Kab/Kota dengan berkoordinasi tim TB.
• Pemetaan meliputi fasyankes yang memiliki TCM dan utilitasnya. Dinkes Kab/Kota
4. Pemetaan Alat TCM dan
menentukan fasyankes yang memenuhi kriteria pemeriksaan HBV DNA.
Pemeriksaan ALT
• Dinkes melakukan pemetaan fasyankes yang mampu dan memiliki pemeriksaan ALT
sebagai fasyankes rujukan.

5. Instalasi Alat TCM untuk • Fasyankes yang memenuhi kriteria rujukan pemeriksaan HBV DNA, dilakukan instalasi
Pemeriksaan HBV DNA alat TCM dan pelatihan penggunaan alat.

• Pengelolaan logistik meliputi perencanaan, alur distribusi, penyimpanan, dan


6. Pengelolaan Logistik
penggunaan logistik.

28
PERSIAPAN PELAKSANAAN

• Dinkes Kab/Kota membuat surat pemberitahuan deteksi dini dan tatalaksana hepatitis B
7. Membuat Surat pada ibu hamil kepada semua fasyankes
Pemberitahuan • Surat pemberitahuan menjelaskan alur tatalaksana hepatitis B, daftar fasyankes rujukan
diagnosis dan pengobatan, serta alur rujukan.

•Sosialisasi dilakukan oleh Dinkes Kab/Kota kepada semua fasyankes, tentang:


•Peningkatan deteksi dini hepatitis B (membangun jejaring DDHB),
8. Sosialisasi
•informasi tatalaksana hepatitis B pada ibu hamil,
•alur rujukan diagnosis dan pengobatan.

• Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan pada seluruh komponen masyarakat


9. Pemberdayaan
dengan cara, membentuk kelompok sebagai sumber informasi akses layanan, serta
Masyarakat
pendamping (caregiver) pada ibu hamil hepatitis B yang diberikan obat antivirus.

29
Indikator output kegiatan Hepatitis B

Indikator DO Cara menghitung Deskripsi Sumber


data
Persentase ibu hamil Proporsi ibu hamil Jumlah ibu hamil HBsAg Angka ini SIHEPI
HBsAg reaktif yang reaktif yang mendapat menggambar
mendapat profilaksis mendapatkan profilaksis hepatitis B kan kinerja
Hepatitis B trimester 3 Antivirus hepatitis trimester 3 dibagi jumlah ibu PPIA
B pada trimester 3 hamil yang memenuhi
kriteria profilaksis hepatitis
B dikali 100%

RAN Pengendalian Hepatitis 2020-2024 30


PEMANTAUAN DAN EVALUASI

1. Ketersediaan dan distribusi logistik sesuai dengan target sasaran


2. Ketersedian alat dan sarana diagnosis
3. Semua sasaran bumil dilakukan tes HBsAg
4. Memastikan bumil reaktif HBsAg yang harus dirujuk mengakses FKRTL rujukan
5. Semua bumil yang reaktif HBsAg dilakukan diagnosis dan pemeriksaan penunjang
6. Semua bumil yang masuk dalam kriteria pengobatan, telah mendapatkan TDF
7. Memonitor perkembangan pengobatan bumil
8. Memantau mekanisme rujukan berjalan dengan baik
9. Semua bayi dari ibu reaktif HBsAg mendapatkan HB-0 dan HBIg <24 jam dan
melakukan pemeriksaan HBsAg
10. Memantau capaian indikator program
31
PPIA

Bayi lahir dari


• ANC standar Ibu HBsAg
(HBsAg, HIV, sifilis) reaktif:
Beri HB0 dan Imunisasi
• Edukasi hepatitis B 3
HBIg

Periode
Periode Kehamilan
persalinan
BAYI
Tm1 M24-26 M 28 – 1 Bulan post partum

Ibu HBsAg Ibu reaktif HBsAg: Bayi 9-12 Bulan


reaktif: VL HBV DNA ≥200.000 IU/mL Cek HBsAg dan anti-
Cek HBV DNA (≥5,3 log10 IU/ml) atau HBeAg HBs
positif
atau HBeAg
Pemberian antivirus
(tenofovir 1 x 300mg 32
HEPATITIS C
PENGOBATAN HEPATITIS C DI
INDONESIA
Sebelum 2017 Sesudah 2017

Menggunakan DAA 
Simeprevir, Sofosbufir, Ribavirin,
Daclastavir, Elba-Grazo
Menggunakan Pegylated
Interferon
Kesembuhan >95%
Durasi 12-24 minggu
Murah
Kesembuhan 50-60%
Durasi 48 minggu
Mahal
RUMAH SAKIT PENGOBATAN HEPATITIS C
DI PROVINSI JAWA BARAT

RSUD GUNUNG JATI


(KT CIREBON)
RS HASAN SADIKIN RSUD KOTA BOGOR
RS R. SYAMSYUDIN, SH
(KOTA SUKABUMI)
+RSUD KOTA BANDUNG
SASARAN PRIORITAS PENEMUAN
KASUS HEPATITIS C
Penasun (dan eks penasun)

Orang dengan HIV (Skrining anti-HCV dilakukan pada semua pasien HIV, PNPK
Tatalaksana HIV 2019 dan SE Kolaborasi Program P2 Hepatitis C dan HIV, 2021 )

• Pasien Hemodialisa (HD)

• Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP)
Pemetaan Sasaran Hepatitis C

Pemetaan sasaran sesuai RAN :

Jumlah Orang dengan HIV Estimasi Jumlah Pengguna


(dan ODHIV on ART) Narkotika Suntik (Penasun)

Estimasi Warga Binaan Estimasi Pasien Hemodialisis


Permasyarakatan (WBP) (HD) untuk RS

Prevalensi Hepatitis C di
wilayah tersebut (jika ada)

25
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
Pemetaan Jejaring Rujukan

Rujukan untuk
pemeriksaan Viral Load
(VL) HCV-RNA

Rujukan untuk
pengobatan dengan
Direct Acting Antiviral
(DAA)

HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


Pemetaan Jejaring Rujukan

* Puskesmas atau Fasyankes lainnya seperti UTD PMI, Klinik Lapas/Rutan, Klinik Swasta dan lain-lain.
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
Pemetaan Jejaring dengan Komunitas

Komunitas atau LSM penjangkau/


pendamping Orang dengan HIV

Komunitas atau LSM penjangkau/


pendamping penasun

Komunitas atau LSM pendamping


WBP

Komunitas Pasien HD (RS/Klinik)

Komunitas Pemerhati Hepatitis (jika


ada)
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
Pertemuan Koordinasi / Sosialisasi

• Internal
• Kepala Puskesmas
• Layanan PDP (PP HIV)
• Layanan LASS/PTRM Anggaran Logistik
• Layanan TB DOTS
(Puskesmas yang
memiliki TCM)
• Laboratorium
• Layanan lainnya (jika Kolaborasi
Program
diperlukan)

HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


Pertemuan Koordinasi / Sosialisasi

• Eksternal :
• Institusi pemerintah yang
terkait (Contoh: Camat,
Lurah) Penjangkauan Rujukan Tes
• Komunitas atau LSM DDHC VL HCV-
RNA
penjangkau/pendamping
populasi beresiko
• Kader Kesehatan
• Mitra lainnya Pendampingan
Pengobatan DAA
hingga SVR12

HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


Deteksi Dini (Skrining) – Mengapa Penting?
Pintu masuk untuk terapi HCV  menuju eliminasi Hepatitis
C

Untuk bisa memberikan hasil reaktif yang tinggi diperlukan


skrining terfokus  SKRINING PADA POPULASI RISIKO TINGGI
HCV
Pentingnya Skrining Hepatitis C Terfokus
 Skrining terfokus dapat meningkatkan capaian hasil skrining reaktif dan memaksimalkan sumber daya yang ada

Skrining Tidak Terfokus Skrining Terfokus

Skrining Skrining
Anti-HCV Anti-HCV

Anti HCV
Reaktif Anti HCV
Reaktif

VL Terdeteksi VL Terdeteksi
Sekilas Alur Pengobatan Hep C
Pasien

Tes Anti HCV


(RDT)

Negatif Positif

Tes VL HCV

Tidak
Terdeteksi
Terdeteksi Tes VL utk
menentukan
kesembuhan

+ Pengobatan 3 – 6 bln terapi


minum obat
3 bln
Pasca terapi
Pemeriksaan lain
Hep C 45
Implementasi
• Skrining/ Deteksi Dini Hepatitis C (DDHC) terfokus dilakukan secara teratur
dan berkelanjutan terhadap:
• Orang dengan HIV
• Penasun
• WBP (jika ada)
• Pasien HD (RS)
• Semua pasien dengan hasil anti-HCV reaktif (positif) dipastikan agar
dilakukan pemeriksaan HCV-RNA (jumlah Virus Hepatitis C)
 Komunikasi dengan fasyankes rujukan/ Kerjasama dengan komunitas/LSM pendamping
• Semua pasien dengan HCV-RNA Terdeteksi dipastikan agar diberikan
pengobatan DAA
 Komunikasi dengan fasyankes rujukan/ Kerjasama dengan komunitas/LSM pendamping
• Semua hasil pemeriksaan harus dilakukan pencatatan dan pelaporan ke
dalam Sistem Informasi (SIHEPI) secara rutin setiap bulannya

HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


Tersedia pedoman pelayanan kesehatan neonatal esensial dan pelatihan bagi bidan
Tersedia Petunjuk Teknis
Manajemen Program
Hepatitis B dan C
Tersedia orientasi online hepatitis
Dapat diakses di www.sihepi.kemkes.go.id
Tersedia video edukasi hepatitis
Dapat diakses di www.sihepi.kemkes.go.id
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai