ANTENATAL CARE
“Ibu Hamil dengan HBsAg Positif”
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Promosi
Kesehatan
Dosen : Jamila, S. SiT., M. Kes.
DISUSUN OLEH :
NAMA : ANNISA DWI PUSPITA SARI
NIM : PO 7124319040
TINGKAT : II B
ANTENATAL CARE
I. LATAR BELAKANG
Penyakit Hepatitis B merupakan peradangan atau infeksi pada sel-sel hati
yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Virus Hepatitis B ini dapat bersifat akut
maupun kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan
dengan penyakit hati yang lain, karena penyakit Hepatitis B ini tidak
menunjukkan gejala yang jelas, hanya sedikit warna kuning pada mata dan kulit
disertai lesu. Penyakit Hepatitis B dapat dideteksi salah satunya dengan
pemeriksaan HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) yang merupakan antigen
permukaan dari Virus Hepatitis B. Penderita sering tidak sadar bahwa dirinya
sudah terinfeksi virus Hepatitis B dan tanpa sadar pula dapat menularkan infeksi
Hepatitis B kepada orang lain.
Penularan virus hepatitis B pada saat kehamilan dapat menjadi risiko
tinggi kepada janin yang dikandungnya untuk tertular penyakit dari virus yang
membahayakan ini, khusunya ibu hamil trimester ketiga. Pada masa kehamilan,
terjadi beberapa perubahan yang dimulai setelah proses pembuahan sampai masa
kehamilan. Perubahan tersebut meliputi perubahan adaptasi anatomis, perubahan
fisiologis, dan perubahan biokimiawi.
Pada saat perubahan itu terjadi, jika ibu sehat maka janin yang
dikandungnya juga akan sehat, tetapi jika ibu sakit janin yang dikandungnya
juga akan sakit. Ibu yang mengidap penyakit Hepatitis B, janin yang
dikandungnya kemungkinan besar dapat terinfeksi virus tersebut. Selain janin
dapat terinfeksi selama masih dalam kandungan, janin tersebut juga dapat
terinfeksi pada saat proses persalinan. Oleh karena itu, sangat penting
melakukan pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil untuk mengetahui adanya
infeksi Hepatitis B pada ibu hamil dan untuk mengetahui risiko penularan
penyakit kepada janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang terinfeksi virus
hepatitis B di Indonesia berkisar 3 antara 1-5 %. Kehamilan tidak akan
memperberat infeksi virus hepatitis, akan tetapi, jika terjadi infeksi akut pada
kehamilan bisa mengakibatkan hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan
mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Jika terjadi penularan vertikal virus hepatitis
B 60-90 % akan menjadi pengidap kronik virus hepatitis B dan 30 %
kemungkinan akan menderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun
kemudian. Jika penularan virus hepatitis B dapat dicegah, berarti mencegah
terjadinya kanker hati secara primer.
Infeksi virus Hepatitis B pada ibu hamil trimester ketiga merupakan
masalah yang cukup serius. Karena tingginya penularan Hepatitis B secara
vertikal yaitu dari ibu ke anaknya saat melahirkan, yaitu sekitar 90% ibu yang
mengidap hepatitis B atau hasil HBsAg positif akan menurunkan infeksi virus
hepatitis B pada anaknya dan kemungkinan besar akan menjadi karier virus
hepatitis B. Persalinan ibu yang positif HBsAg juga merupakan risiko terjadinya
penularan Hepatitis B secara horizontal. Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil
sebelum melakukan persalinan merupakan skrining adanya penularan Hepatitis
B secara vertikal. Risiko penularan Hepatitis B dengan hasil pemeriksaan
HBsAg positif, berbahaya terhadap janin yang dikandung ibu karena dapat
mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Selain berbahaya terhadap ibu dan
bayinya, bahaya penularan infeksi Hepatitis B juga dapat mengancam tenaga
medis yang menolong ibu saat proses persalinan.
V. SASARAN
Ibu hamil trimester pertama
VI. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
VII. MEDIA
1. LCD
2. Microphone
3. Leaflet
VIII. EVALUASI
1. Peserta dapat memahami pengertian hepatitis
2. Peserta dapat memahami tujuan pemeriksaan darah pada ibu hamil
3. Peserta dapat memahami HBsAg
4. Peserta dapat memahami faktor presdiposisi hepatitis B
5. Peserta dapat memahami diagnosis hepatitis B
6. Peserta dapat memahami penularan hepatitis B
7. Peserta dapat memahami pengaruh kehamilan terhadap infeksi akut virus
hepatitis B
8. Peserta dapat memahami pengaruh infeksi virus hepatitis B terhadap
kehamilan dan janin
9. Peserta dapat memahami penatalaksanaan pada ibu hamil dengan HBsAg
positif
10. Peserta dapat memahami pencegahan infeksi virus hepatitis B
11. Peserta dapat memahami pengobatan virus hepatitis B
IX. PENGORGANISASIAN dan URAIAN TUGAS
1. Protokol/ Pembawa Acara
Uraian tugas:
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
c. Menutup acara penyuluhan.
2. Penyuluh/ Pengajar
Uraian tugas:
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahsa yang
mudah dipahami oleh peserta.
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya.
3. Fasilitator
Uraian tugas:
a. Ikut bergabung dan duduk bersama diantara peserta.
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/ hal-hal yang dirasa kurang
jelas bagi peserta.
4. Observer
Uraian tugas:
a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan.
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
c. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
d. Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
e. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan.
X. PROSES PELAKSANAAN
Menjelaskan tentang
HBsAg.
Menjelaskan tentang
diagnosis hepatitis B.
Menjelaskan tentang
penularan hepatitis B.
Menjelaskan tentang
pengaruh kehamilan
terhadap infeksi akut virus
hepatitis B
Menjelaskan tentang
pengaruh infeksi virus
hepatitis B terhadap
kehamilan dan janin.
Menjelaskan tentang
penatalaksanaan pada ibu
hamil dengan HBsAg
positif.
Menjelaskan tentang
pencegahan infeksi virus
hepatitis B.
Menjelaskan tentang
pengobatan infeksi virus
hepatitis B.
3 5 menit Evaluasi:
Menanyakan kepada ibu Menjawab dan
tentang materi yang menjelaskan pertanyaam.
diberikan dan reinforcement
kepada ibu bila ibu dapat
menjawab dan menjelaskan
kembali materi.
4 2 menit Terminasi:
Mengucapkan terimakasih
kepada peserta yang sudah Mendengarkan dan
hadir. menjawab salam.
Mengucapkan salam
XI. EVALUASI
Evaluasi Struktur
Kesiapan media meliputi : LCD, Microphone, AKBK.
Penentuan waktu : Pukul 09.00 WIB – 09.20 WIB
Penentuan tempat : Puskesmas Kecamatan Kertapati
Evaluasi Proses
Evaluasi Hasil
Ibu mengetahui tentang Hepatitis (pengertian hepatitis, tujuan pemeriksaan
darah pada ibu hamil, HBsAg, faktor presdiposisi hepatitis B, diagnosis
hepatitis B, penularan hepatitis B, pengaruh kehamilan terhadap infeksi akut
virus hepatitis B, pengaruh infeksi virus hepatitis B terhadap kehamilan dan
janin, penatalaksanaan pada ibu hamil dengan HBsAg positif, pencegahan
infeksi virus hepatitis B, dan pengobatan infeksi virus hepatitis B)
Penyaji meriview materi dan peserta dapat menjawab dengan benar.
SUMBER :
Kemenkes (“__”). Situasi dan Analisis Hepatitis. Diperoleh 31 Mei 2017, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-hepatitis.pdf
Nuraeni, Kiki Kania Puspa. 2016. Gambaran Hasil Pemeriksaan Hbsag Pada Ibu
Hamil Trimester 3 Di Uptd Puskesmas Ciamis. Ciamis. Program Studi D3 Analis
Kesehatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah.Diperoleh 02 Juni 2017,
darihttp://www.ejournal.stikesmucis.ac.id/file.php?
file=preview_mahasiswa&id=928&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13
DA277023.pdf
HEPATITIS VIRUS
1. Pengertian Hepatitis
Istilah “Hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel- sel
hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat- obatan
(termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit
autoimmune. Ada 5 jenis Hepatitis Virus yaitu Hepatitis A, B, C, D dan E.
Antara Hepatitis yang satu dengan yang lain tidak saling berhubungan.
Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A dan merupakan penyakit endemis di
beberapa negara berkembang. Selain itu merupakan hepatitis yang ringan,
bersifat akut, sembuh spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan tidak
menyebabkan infeksi kronik.
Penularannya melalui fecal oral. Sumber penularan umumnya terjadi karena
pencemaran air minum, makanan yang tidak dimasak, makanan yang
tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal hygiene rendah.
Diagnosis ditegakkan dengan dengan ditemukannya IgM antibodi dalam
serum penderita.
Gejalanya bersifat akut, tidak khas berupa demam, sakit kepala, mual dan
muntah sampai ikterus, bahkan dapat menyebabkan pembengkakan hati.
Tidak ada pengobatan khusus, hanya pengobatan pendukung dan menjaga
keseimbangan nutrisi.
Pencegahnnya melalui kebersihan lingkungan, terutama terhadap makanan
dan minuman dan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Hepatitis B
Hepatitis B merupakan infeksi menular serius pada hati yang disebabkan oleh
virus Hepatitis B. Infeksi akut dapat terjadi pada saat tubuh terinfeksi untuk
pertama kalinya. Infeksi akutini dapat berubah menjadi kronis setelah beberapa
bulan sejak injeksi pertama kali.
Hepatitis Akut
Etiologinya virus Hepatitis B dari golongan virus DNA
Masa inkubasi 60-90 hari
Penularannya vertikal 95% terjadi masa perinatal (saat persalinan) dan 5%
intra uterine. Penularan horizontal melalui transfusi darah, jarum suntik
tercemar, pisau cukur, tatto, transplantasi organ.
Gejala tidak khas seperti rasa lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan,
nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul ikterus, air kencing warna teh.
Diagnosis ditegakkan dengan test fungsi hati serum transaminase (ALT
meningkat), serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam serum.
Pengobatan tidak perlu dilakukan antiviral, pengobatan umumnya bersifat
simptomatis.
Pencegahannya:
- Imunisasi yang sudah masuk dalam program Nasional: HBO (<12 am
setelah lahir), DPT-HB-Hib 1 (2 bulan), DPT-HB-Hib 2 (3 bulan), DPT-
HB-Hib 3 (4 bulan).
- Menghindari faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penularan.
Hepatitis Kronik
Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut
Usia saat terjadinya infeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila
penularan terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi Hepatitis B kronik.
Sedangkan bila penularan terjadi pada usia balita, maka 20-30% menjadi
penderita Hepatitis B kronik.
Hepatitis B kronik ditandai dengan HBsAg (Hepatitis B surface Antigen)
positif (6 bulan). Selain HBsAg, perlu diperiksa HbeAg (Hepatitis B E-
Antigen, anti-Hbe dalam serum, kadar ALT (Alamin Amino Transferase)),
HBV- DNA (Hepatitis B Virus- Deoxybunukleic Acid) serta biopsi hati.
Biasanya tanpa gejala.
Sedangkan untuk pengobatannya saat ini telah tersedia 7 macam obat untuk
Hepatitis (Interferon alfa-2a, Peginteferon alfa-2a, Lamivudin, Adefovir,
Entecavir, Telbivudin dan Tenofovir).
Prinsip pengobatan tidak perlu terburu- buru tetapi jangan lambat.
Adapun tujuan pengobatan memperpanjang harapan hidup, menurunkan
kemungkinan terjadinya sirosis hepatitis atau hepatoma.
Hepatitis C
Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati
Etiologi virus Hepatitis C termasuk golongan virus RNA (Ribo Nucleic
Acid)
Masa inkubasi 2-24 minggu
Penularan Hepatitis C melalui darah dan cairan tubuh, penularan masa
perinatal sangat kecil, melalui jarum suntuk (IUDs, tatto), transpalantasi
organ, kecelakaan kerja (petugas kesehatan), hubungan seks dapat
menularkan tapi sangat kecil
Kronisitasnya 80% penderita akan menjadi kronik
Pengobatan Hepatitis C: Kombinasi pegylated interferon dan ribavirin
Pencegahan Hepatitis C dengan menghindari faktor risiko karena saat ini
belum tersedianya vaksin untuk Hepatitis C
Hepatitis D
Virus Hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling berbahaya
Hepatitis D, disebut juga virus delta, virus ini menularkan virus Hepatitis B
untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang telah
terinfeksi virus Hepatitis B
Tidak ada vaksin tetapi otomatis orang akan terlindungi jika telah diberikan
imunisasi Hepatitis B
Hepatitis E
Dahulu dikenal sebagai Hepatitis Non A-Nin B
Etiologi virus Hepatitis E termasuk virus RNA
Masa inkubasi 2-9 minggu
Penularan melalui fecal oral seperti Hepatitis A
Diagnosis dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV pada penderita
yang terinfeksi
Gejalanya ringan menyerupai gejala flu, sampai ikterus
Pengobatannya belum ada pengobatan antivirus
Pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama
kebersihan makanan dan minuman
Vaksinasi Hepatitis E belum ada
3. HBsAg
HBsAg atau Hepatitis B Surface Antigen merupakan antigen permukaan
hepatitis B yang ditemukan pada permukaan virus dan pada partikelnya serta
berbentuk tubular yang tidak melekat. Adanya antigen ini menunjukkan infeksi
akut atau karier kronik (didefinisikan sebagai >6 bulan ). Antibodi terhadap
antigen permukaan akan terjadi setelah infeksi alamiah atau dapat ditimbulkan
oleh imunisasi hepatitis B. HBsAg dapat terdeteksi setelah terinfeksi dan 1-6
minggu sebelum muncul gejala klinisnya. Uji untuk menunjukkan keberadaan
HBsAg merupakan cara standar yang digunakan untuk mengidentifikasi infeksi
awal oleh virus hepatitis B.
HBsAg merupakan salah satu bagian dari struktur Hepatitis B virus yang
sering dilakukan pemeriksaan sebagai skrining dari 8 penyakit virus hepatitis B.
Hepatitis B merupakan virus yang dapat bertahan pada suhu dan kelembapan
yang ekstrem.Oleh karena itu, darah dan cairan tubuh merupakan penularan
yang utama.
Virus hepatitis B 100 kali lebih infeksius, yakni lebih 9 berpotensi
menyebabkan infeksi dibandingkan virus HIV karena masa tunasnya cukup
pendek, yaitu sekitar 3 bulan. Virus hepatitis B dapat ditemukan di dalam darah,
air ludah, air susu ibu, cairan sperma, atau sekret vagina penderita.
5. Diagnosis Hepatitis B
Adanya infeksi kronik Hepatitis B ditentukan dengan hasil pemeriksaan
skrining HBsAg positif (+).
6. Penularan Hepatitis B
Ada 2 cara penularan infeksi virus hepatitis B yaitu penularan vertikal
dan penularan horizontal.
a. Vertikal
Virus hepatitis B adalah virus yang berukuran besar dan tidak dapat
melewati plasenta sehingga tidak menginfeksi janin kecuali jika telah ada
kerusakan atau kelainan pada barier maternal-fetal seperti pada
amniosintesis. Namun wanita hamil yang terinfeksi virus hepatitis B tetap
dapat menularkan penyakit kepada bayinya saat proses kelahiran. Dapat
terjadi pada masa sebelum kelahiran atau prenatal, selama persalinan atau
perinatal dan setelah persalinan atau postnatal. Penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar bayi yang tertular virus hepatitis B secara vertikal
mendapat penularan pada masa perinatal yaitu pada saat terjadi proses
persalinan. Karena itu bayi yang mendapat penularan vertikal sebagian besar
mulai terdeteksi HBsAg pada usia 3-6 bulan yang sesuai dengan masa tunas
infeksi virus hepatitis B yang paling sering didapatkan. Penularan yang
terjadi pada masa perinatal dapat terjadi melalui cara maternofetal micro
infusion yang terjadi pada waktu terjadi kontraksi uterus. Bila tidak
divaksinasi saat lahir akan banyak bayi yang seumur hidup terinfeksi virus
hepatitis B dan banyak yang berkembang menjadi kegagalan hati dan kanker
hati di masa mendatang.
b. Horizontal
Cara penularan horizontal terjadi dari seorang pengidap hepatitis B kepada
individu yang masih rentan. Penularan horizontal dapat terjadi melalui kulit
atau melalui selaput lendir.
Melalui Kulit
Ada dua macam penularan melalui kulit yaitu penularan melalui kulit
yang disebabkan tusukan yang jelas (penularan parenteral), misalnya
melalui suntikan, transfusi darah, atau pemberian produk yang berasal
dari darah dan tattoo. Kelompok kedua adalah penularan melalui kulit
tanpa tusukan yang jelas, misalnya masuknya bahan infektif melalui
goresan atau abrasi kulit dan radang kulit.
Melalui Selaput Lendir
Selaput lendir yang diduga menjadi jalan masuk virus hepatitis B ke
dalam tubuh adalah selaput lendir mulut, hidung, mata, dan selaput lendir
kelamin. Melalui selaput lendir mulut dapat terjadi pada mereka yang
menderita sariawan atau selaput lendir mulut yang terluka. Melalui
selaput lendir kelamin dapat terjadi akibat hubungan seks heteroseksual
maupun homoseksual dengan pasangan yang mengandung HBsAg positif
yang bersifat infeksius.
Infeksi virus hepatitis B kronis terjadi pada 90% janin yang terinfeksi saat
kelahiran, 25-50% anak-anak usia 1-5 tahun, dan 1-5% pada anak usia
lebih dari 5 tahun dan dewasa.