Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ANTENATAL CARE
“Ibu Hamil dengan HBsAg Positif”
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Promosi
Kesehatan
Dosen : Jamila, S. SiT., M. Kes.

DISUSUN OLEH :
NAMA : ANNISA DWI PUSPITA SARI
NIM : PO 7124319040
TINGKAT : II B

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI D III KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2020-2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ANTENATAL CARE

“Ibu Hamil dengan HBsAg Positif”

Topik : Ibu hamil dengan HBsAg Positif

Sasaran : Ibu hamil

Target : Ibu hamil trimester I

Hari/ Tanggal : Senin, 7 Juni 2021

Waktu : 09.00 WIB s/d selesai

Tempat : Puskesmas Kecamatan Kertapati

Penyuluh : Annisa Dwi Puspita Sari

I. LATAR BELAKANG
Penyakit Hepatitis B merupakan peradangan atau infeksi pada sel-sel hati
yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Virus Hepatitis B ini dapat bersifat akut
maupun kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan
dengan penyakit hati yang lain, karena penyakit Hepatitis B ini tidak
menunjukkan gejala yang jelas, hanya sedikit warna kuning pada mata dan kulit
disertai lesu. Penyakit Hepatitis B dapat dideteksi salah satunya dengan
pemeriksaan HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) yang merupakan antigen
permukaan dari Virus Hepatitis B. Penderita sering tidak sadar bahwa dirinya
sudah terinfeksi virus Hepatitis B dan tanpa sadar pula dapat menularkan infeksi
Hepatitis B kepada orang lain.
Penularan virus hepatitis B pada saat kehamilan dapat menjadi risiko
tinggi kepada janin yang dikandungnya untuk tertular penyakit dari virus yang
membahayakan ini, khusunya ibu hamil trimester ketiga. Pada masa kehamilan,
terjadi beberapa perubahan yang dimulai setelah proses pembuahan sampai masa
kehamilan. Perubahan tersebut meliputi perubahan adaptasi anatomis, perubahan
fisiologis, dan perubahan biokimiawi.
Pada saat perubahan itu terjadi, jika ibu sehat maka janin yang
dikandungnya juga akan sehat, tetapi jika ibu sakit janin yang dikandungnya
juga akan sakit. Ibu yang mengidap penyakit Hepatitis B, janin yang
dikandungnya kemungkinan besar dapat terinfeksi virus tersebut. Selain janin
dapat terinfeksi selama masih dalam kandungan, janin tersebut juga dapat
terinfeksi pada saat proses persalinan. Oleh karena itu, sangat penting
melakukan pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil untuk mengetahui adanya
infeksi Hepatitis B pada ibu hamil dan untuk mengetahui risiko penularan
penyakit kepada janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang terinfeksi virus
hepatitis B di Indonesia berkisar 3 antara 1-5 %. Kehamilan tidak akan
memperberat infeksi virus hepatitis, akan tetapi, jika terjadi infeksi akut pada
kehamilan bisa mengakibatkan hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan
mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Jika terjadi penularan vertikal virus hepatitis
B 60-90 % akan menjadi pengidap kronik virus hepatitis B dan 30 %
kemungkinan akan menderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun
kemudian. Jika penularan virus hepatitis B dapat dicegah, berarti mencegah
terjadinya kanker hati secara primer.
Infeksi virus Hepatitis B pada ibu hamil trimester ketiga merupakan
masalah yang cukup serius. Karena tingginya penularan Hepatitis B secara
vertikal yaitu dari ibu ke anaknya saat melahirkan, yaitu sekitar 90% ibu yang
mengidap hepatitis B atau hasil HBsAg positif akan menurunkan infeksi virus
hepatitis B pada anaknya dan kemungkinan besar akan menjadi karier virus
hepatitis B. Persalinan ibu yang positif HBsAg juga merupakan risiko terjadinya
penularan Hepatitis B secara horizontal. Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil
sebelum melakukan persalinan merupakan skrining adanya penularan Hepatitis
B secara vertikal. Risiko penularan Hepatitis B dengan hasil pemeriksaan
HBsAg positif, berbahaya terhadap janin yang dikandung ibu karena dapat
mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Selain berbahaya terhadap ibu dan
bayinya, bahaya penularan infeksi Hepatitis B juga dapat mengancam tenaga
medis yang menolong ibu saat proses persalinan.

II. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu dan keluarga mengerti
tentang kehamilan dengan HBsAg positif

III. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mendapatkan penjelasan tentang Hepatitis ibu dapat:
1. Memahami pengertian hepatitis
2. Memahami HBsAg
3. Memahami tujuan pemeriksaan darah pada ibu hamil
4. Memahami faktor presdiposisi hepatitis B
5. Memahami diagnosis hepatitis B
6. Memahami penularan hepatitis B
7. Memahami pengaruh kehamilan terhadap infeksi akut virus hepatitis B
8. Memahami pengaruh infeksi virus hepatitis B terhadap kehamilan dan janin
9. Memahami penatalaksanaan pada ibu hamil dengan HBsAg positif
10. Memahami pencegahan infeksi virus hepatitis B
11. Memahami pengobatan infeksi virus hepatitis B

IV. MATERI PELAJARAN


1. Pengertian hepatitis
2. HBsAg
3. Tujuan pemeriksaan darah pada ibu hamil
4. Faktor presdiposisi hepatitis B
5. Diagnosis hepatitis B
6. Penularan hepatitis B
7. Pengaruh kehamilan terhadap infeksi akut virus hepatitis B
8. Pengaruh infeksi virus hepatitis B terhadap kehamilan dan janin
9. Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan HBsAg positif
10. Pencegahan infeksi virus hepatitis B
11. Pengobatan infeksi virus hepatitis B

V. SASARAN
Ibu hamil trimester pertama

VI. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi

VII. MEDIA
1. LCD
2. Microphone
3. Leaflet

VIII. EVALUASI
1. Peserta dapat memahami pengertian hepatitis
2. Peserta dapat memahami tujuan pemeriksaan darah pada ibu hamil
3. Peserta dapat memahami HBsAg
4. Peserta dapat memahami faktor presdiposisi hepatitis B
5. Peserta dapat memahami diagnosis hepatitis B
6. Peserta dapat memahami penularan hepatitis B
7. Peserta dapat memahami pengaruh kehamilan terhadap infeksi akut virus
hepatitis B
8. Peserta dapat memahami pengaruh infeksi virus hepatitis B terhadap
kehamilan dan janin
9. Peserta dapat memahami penatalaksanaan pada ibu hamil dengan HBsAg
positif
10. Peserta dapat memahami pencegahan infeksi virus hepatitis B
11. Peserta dapat memahami pengobatan virus hepatitis B
IX. PENGORGANISASIAN dan URAIAN TUGAS
1. Protokol/ Pembawa Acara
Uraian tugas:
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
c. Menutup acara penyuluhan.

2. Penyuluh/ Pengajar
Uraian tugas:
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahsa yang
mudah dipahami oleh peserta.
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya.

3. Fasilitator
Uraian tugas:
a. Ikut bergabung dan duduk bersama diantara peserta.
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/ hal-hal yang dirasa kurang
jelas bagi peserta.

4. Observer
Uraian tugas:
a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan.
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
c. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
d. Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
e. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan   rencana penyuluhan.

X. PROSES PELAKSANAAN

NO WAKTU KEGIATAN KEGIATAN PESERTA


PENYULUHAN
1 3 menit Pembukaan:
Memperkenalkan diri.
Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan.
Mendengarkan
Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan
diberikan.
2 15 menit Pelaksanaan:
Menjelaskan tentang Mendengarkan dan
pengertian Hepatitis B. memperhatikan

Menjelaskan tentang tujuan Bertanya tentang materi


pemeriksaan darah pada ibu yang sudah disampaikan.
hamil.

Menjelaskan tentang
HBsAg.

Menjelaskan tentang faktor


presdiposisi hepatitis B.

Menjelaskan tentang
diagnosis hepatitis B.

Menjelaskan tentang
penularan hepatitis B.

Menjelaskan tentang
pengaruh kehamilan
terhadap infeksi akut virus
hepatitis B

Menjelaskan tentang
pengaruh infeksi virus
hepatitis B terhadap
kehamilan dan janin.

Menjelaskan tentang
penatalaksanaan pada ibu
hamil dengan HBsAg
positif.

Menjelaskan tentang
pencegahan infeksi virus
hepatitis B.

Menjelaskan tentang
pengobatan infeksi virus
hepatitis B.
3 5 menit Evaluasi:
Menanyakan kepada ibu Menjawab dan
tentang materi yang menjelaskan pertanyaam.
diberikan dan reinforcement
kepada ibu bila ibu dapat
menjawab dan menjelaskan
kembali materi.
4 2 menit Terminasi:
Mengucapkan terimakasih
kepada peserta yang sudah Mendengarkan dan
hadir. menjawab salam.
Mengucapkan salam

XI. EVALUASI
Evaluasi Struktur
Kesiapan media meliputi : LCD, Microphone, AKBK.
Penentuan waktu : Pukul 09.00 WIB – 09.20 WIB
Penentuan tempat : Puskesmas Kecamatan Kertapati

Evaluasi Proses

Ibu datang tepat waktu.


Kegiatan penyuluhan berjalan tertib.
Ibu memperhatikan materi yang disajikan oleh penyaji.
Ibu mengajukan pertanyaan.
Ibu duduk di kursi dan mengikuti kegiatan sampai selesai.
Penyaji meriview materi dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta dan
peserta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan

Evaluasi Hasil
Ibu mengetahui tentang Hepatitis (pengertian hepatitis, tujuan pemeriksaan
darah pada ibu hamil, HBsAg, faktor presdiposisi hepatitis B, diagnosis
hepatitis B, penularan hepatitis B, pengaruh kehamilan terhadap infeksi akut
virus hepatitis B, pengaruh infeksi virus hepatitis B terhadap kehamilan dan
janin, penatalaksanaan pada ibu hamil dengan HBsAg positif, pencegahan
infeksi virus hepatitis B, dan pengobatan infeksi virus hepatitis B)
Penyaji meriview materi dan peserta dapat menjawab dengan benar.
SUMBER :

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas


Kesehatan Dasar dan Rujukan.

Kemenkes (“__”). Situasi dan Analisis Hepatitis. Diperoleh 31 Mei 2017, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-hepatitis.pdf

Eprints.UNDIP.(“__”). Merry, Vincentia. 2001. Pengelolaan Hepatiis B dalam


Kehamilan dan Persalinan. Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Program Pendidikan Dokter Spesialis I Obstetri dan Ginekologi. Diperoleh 01 Juni
2017, dari http://eprints.undip.ac.id/12123/1/2001PPDS697.pdf

Digilib. UNILA. (“__”). BAB II. Diperoleh 01 Juni 2017, dari


http://digilib.unila.ac.id/6556/16/BAB%20II.pdf

Nuraeni, Kiki Kania Puspa. 2016. Gambaran Hasil Pemeriksaan Hbsag Pada Ibu
Hamil Trimester 3 Di Uptd Puskesmas Ciamis. Ciamis. Program Studi D3 Analis
Kesehatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah.Diperoleh 02 Juni 2017,
darihttp://www.ejournal.stikesmucis.ac.id/file.php?
file=preview_mahasiswa&id=928&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13
DA277023.pdf
HEPATITIS VIRUS

1. Pengertian Hepatitis
Istilah “Hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel- sel
hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat- obatan
(termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit
autoimmune. Ada 5 jenis Hepatitis Virus yaitu Hepatitis A, B, C, D dan E.
Antara Hepatitis yang satu dengan yang lain tidak saling berhubungan.

Hepatitis A
 Penyebabnya adalah virus hepatitis A dan merupakan penyakit endemis di
beberapa negara berkembang. Selain itu merupakan hepatitis yang ringan,
bersifat akut, sembuh spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan tidak
menyebabkan infeksi kronik.
 Penularannya melalui fecal oral. Sumber penularan umumnya terjadi karena
pencemaran air minum, makanan yang tidak dimasak, makanan yang
tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal hygiene rendah.
 Diagnosis ditegakkan dengan dengan ditemukannya IgM antibodi dalam
serum penderita.
 Gejalanya bersifat akut, tidak khas berupa demam, sakit kepala, mual dan
muntah sampai ikterus, bahkan dapat menyebabkan pembengkakan hati.
 Tidak ada pengobatan khusus, hanya pengobatan pendukung dan menjaga
keseimbangan nutrisi.
 Pencegahnnya melalui kebersihan lingkungan, terutama terhadap makanan
dan minuman dan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Hepatitis B
Hepatitis B merupakan infeksi menular serius pada hati yang disebabkan oleh
virus Hepatitis B. Infeksi akut dapat terjadi pada saat tubuh terinfeksi untuk
pertama kalinya. Infeksi akutini dapat berubah menjadi kronis setelah beberapa
bulan sejak injeksi pertama kali.
Hepatitis Akut
 Etiologinya virus Hepatitis B dari golongan virus DNA
 Masa inkubasi 60-90 hari
 Penularannya vertikal 95% terjadi masa perinatal (saat persalinan) dan 5%
intra uterine. Penularan horizontal melalui transfusi darah, jarum suntik
tercemar, pisau cukur, tatto, transplantasi organ.
 Gejala tidak khas seperti rasa lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan,
nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul ikterus, air kencing warna teh.
 Diagnosis ditegakkan dengan test fungsi hati serum transaminase (ALT
meningkat), serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam serum.
 Pengobatan tidak perlu dilakukan antiviral, pengobatan umumnya bersifat
simptomatis.
Pencegahannya:
- Imunisasi yang sudah masuk dalam program Nasional: HBO (<12 am
setelah lahir), DPT-HB-Hib 1 (2 bulan), DPT-HB-Hib 2 (3 bulan), DPT-
HB-Hib 3 (4 bulan).
- Menghindari faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penularan.
Hepatitis Kronik
 Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut
 Usia saat terjadinya infeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila
penularan terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi Hepatitis B kronik.
Sedangkan bila penularan terjadi pada usia balita, maka 20-30% menjadi
penderita Hepatitis B kronik.
 Hepatitis B kronik ditandai dengan HBsAg (Hepatitis B surface Antigen)
positif (6 bulan). Selain HBsAg, perlu diperiksa HbeAg (Hepatitis B E-
Antigen, anti-Hbe dalam serum, kadar ALT (Alamin Amino Transferase)),
HBV- DNA (Hepatitis B Virus- Deoxybunukleic Acid) serta biopsi hati.
 Biasanya tanpa gejala.
 Sedangkan untuk pengobatannya saat ini telah tersedia 7 macam obat untuk
Hepatitis (Interferon alfa-2a, Peginteferon alfa-2a, Lamivudin, Adefovir,
Entecavir, Telbivudin dan Tenofovir).
 Prinsip pengobatan tidak perlu terburu- buru tetapi jangan lambat.
 Adapun tujuan pengobatan memperpanjang harapan hidup, menurunkan
kemungkinan terjadinya sirosis hepatitis atau hepatoma.

Hepatitis C
 Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati
 Etiologi virus Hepatitis C termasuk golongan virus RNA (Ribo Nucleic
Acid)
 Masa inkubasi 2-24 minggu
 Penularan Hepatitis C melalui darah dan cairan tubuh, penularan masa
perinatal sangat kecil, melalui jarum suntuk (IUDs, tatto), transpalantasi
organ, kecelakaan kerja (petugas kesehatan), hubungan seks dapat
menularkan tapi sangat kecil
 Kronisitasnya 80% penderita akan menjadi kronik
 Pengobatan Hepatitis C: Kombinasi pegylated interferon dan ribavirin
 Pencegahan Hepatitis C dengan menghindari faktor risiko karena saat ini
belum tersedianya vaksin untuk Hepatitis C

Hepatitis D
 Virus Hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling berbahaya
 Hepatitis D, disebut juga virus delta, virus ini menularkan virus Hepatitis B
untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang telah
terinfeksi virus Hepatitis B
 Tidak ada vaksin tetapi otomatis orang akan terlindungi jika telah diberikan
imunisasi Hepatitis B

Hepatitis E
 Dahulu dikenal sebagai Hepatitis Non A-Nin B
 Etiologi virus Hepatitis E termasuk virus RNA
 Masa inkubasi 2-9 minggu
 Penularan melalui fecal oral seperti Hepatitis A
 Diagnosis dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV pada penderita
yang terinfeksi
 Gejalanya ringan menyerupai gejala flu, sampai ikterus
 Pengobatannya belum ada pengobatan antivirus
 Pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama
kebersihan makanan dan minuman
 Vaksinasi Hepatitis E belum ada

2. Tujuan Pemeriksaan Darah Pada Ibu Hamil


Tes darah atau pengambilan sampel darah perlu dilakukan secara rutin
oleh ibu hamil. Tujuannya antara lain untuk mengetahui apakah janin dalam
kandungan memiliki kelainan serta apakah ibu hamil mengalami infeksi atau
penyakit tertentu. Dengan rutin melakukan tes darah, potensi masalah selama
kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin untuk mendapat penanganan yang
tepat dalam mencegah kondisi yang lebih serius.
Berikut adalah beberapa jenis tes darah yang diperlukan.
a. Tes Darah Lengkap
Tes ini diperlukan untuk mengetahui apakah hemoglobin dalam sel darah
merah Ibu normal atau terlalu sedikit yang artinya pertanda anemia. Selain
itu, jumlah darah putih dan platelet juga dihitung apakah jumlahnya normal
atau mengalami peningkatan yang artinya ada indikasi bahwa Ibu mengalami
infeksi.
b. Tes Golongan Darah, Antibodi, dan Faktor Resus
Tes golongan darah hanya dilakukan sekali saja untuk mengetahui apakah
golongan darah Ibu adalah A, B, AB, atau O. Selain itu, darah Ibu juga akan
diperiksa untuk mengetahui resus antibodi yang dapat berdampak pada janin,
yaitu bila ibu dengan resus negatif mengandung bayi dengan resus positif.
c. Tes Imunitas Terhadap Rubella atau Campak Jerman
Jika Ibu hamil terinfeksi rubella pada masa awal kehamilan, janin dalam
kandungan bisa mengalami kecacatan yang serius, lahir prematur, lahir
dalam keadaan mati (stillbirth), atau Ibu mengalami keguguran. Oleh karena
itu, penting untuk melakukan tes ini untuk mengetahui apakah Ibu sudah
imun atau kebal terhadap virus ini. Wanita yang telah mendapat vaksin
rubela saat anak-anak atau pernah terkena rubella, biasanya sudah imun
terhadap rubela. Namun, bila Ibu diketahui tidak imun, Ibu dianjurkan untuk
menghindari segala kontak dengan orang yang terinfeksi rubela.
d. Tes HIV
Infeksi HIV pada Ibu hamil bisa menembus ke janin selama kehamilan, saat
melahirkan, atau selama menyusui. Virus HIV merupakan virus yang dapat
menyebabkan AIDS. Semua ibu hamil pada ‘daerah epidemi meluas’
(misalnya Papua dan Papua Barat) dianjurkan untuk tes HIV. Di luar daerah
tersebut, tes HIV wajib ditawarkan petugas kesehatan bagi ibu hamil dengan
perilaku berisiko atau mempunyai keluhan infeksi menular seksual. Ibu tidak
perlu merasa khawatir atau sungkan, pihak laboratorium atau rumah sakit
biasanya menjamin kerahasiaan Anda. Bila ternyata Ibu positif HIV,
penanganan medis akan dilakukan untuk mengurangi risiko penularan HIV
kepada bayi.
e. Tes Sifilis
Sama seperti tes HIV, semua ibu hamil pada ‘daerah epidemi meluas’
direkomendasikan untuk melakukan tes sifilis. Begitu pula bagi ibu hamil
dengan perilaku berisiko atau mempunyai keluhan infeksi menular seksual.
Sifilis yang tidak ditangani dapat menyebabkan ketidaknormalan pada bayi,
bahkan pada kasus yang lebih fatal, bayi bisa lahir dalam keadaan mati. Bila
Ibu didiagnosis memiliki sifilis, Ibu akan diberikan penisilin. Umumnya,
penisilin cukup bisa melindungi janin dari tertular sifilis, namun ada juga
kasus yang mana bayi membutuhkan antibiotik setelah dia lahir.
f. Tes Hepatitis B dan C
Virus Hepatitis B dan C dapat menyebabkan penyakit hati atau liver yang
serius. Hepatitis B dapat menular dari Ibu kepada janin selama kehamilan.
Akibatnya, bayi memiliki risiko yang tinggi terhadap timbulnya infeksi
jangka panjang dan penyakit liver nantinya. Bila diketahui bahwa Ibu
terinfeksi hepatitis B atau C, Ibu akan dirujuk kepada dokter spesialis. Selain
itu ketika lahir, bayi akan diperiksa apakah telah tertular atau tidak dan
mungkin akan membutuhkan imunisasi.

3. HBsAg
HBsAg atau Hepatitis B Surface Antigen merupakan antigen permukaan
hepatitis B yang ditemukan pada permukaan virus dan pada partikelnya serta
berbentuk tubular yang tidak melekat. Adanya antigen ini menunjukkan infeksi
akut atau karier kronik (didefinisikan sebagai >6 bulan ). Antibodi terhadap
antigen permukaan akan terjadi setelah infeksi alamiah atau dapat ditimbulkan
oleh imunisasi hepatitis B. HBsAg dapat terdeteksi setelah terinfeksi dan 1-6
minggu sebelum muncul gejala klinisnya. Uji untuk menunjukkan keberadaan
HBsAg merupakan cara standar yang digunakan untuk mengidentifikasi infeksi
awal oleh virus hepatitis B.
HBsAg merupakan salah satu bagian dari struktur Hepatitis B virus yang
sering dilakukan pemeriksaan sebagai skrining dari 8 penyakit virus hepatitis B.
Hepatitis B merupakan virus yang dapat bertahan pada suhu dan kelembapan
yang ekstrem.Oleh karena itu, darah dan cairan tubuh merupakan penularan
yang utama.
Virus hepatitis B 100 kali lebih infeksius, yakni lebih 9 berpotensi
menyebabkan infeksi dibandingkan virus HIV karena masa tunasnya cukup
pendek, yaitu sekitar 3 bulan. Virus hepatitis B dapat ditemukan di dalam darah,
air ludah, air susu ibu, cairan sperma, atau sekret vagina penderita.

4. Faktor Presdiposisi Hepatitis B


 Kontak lesi atau sekret dengan penderita Hepatitis B
 Transfusi darah
 Belum mendapat vaksinasi Hepatitis B

5. Diagnosis Hepatitis B
Adanya infeksi kronik Hepatitis B ditentukan dengan hasil pemeriksaan
skrining HBsAg positif (+).
6. Penularan Hepatitis B
Ada 2 cara penularan infeksi virus hepatitis B yaitu penularan vertikal
dan penularan horizontal.
a. Vertikal
Virus hepatitis B adalah virus yang berukuran besar dan tidak dapat
melewati plasenta sehingga tidak menginfeksi janin kecuali jika telah ada
kerusakan atau kelainan pada barier maternal-fetal seperti pada
amniosintesis. Namun wanita hamil yang terinfeksi virus hepatitis B tetap
dapat menularkan penyakit kepada bayinya saat proses kelahiran. Dapat
terjadi pada masa sebelum kelahiran atau prenatal, selama persalinan atau
perinatal dan setelah persalinan atau postnatal. Penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar bayi yang tertular virus hepatitis B secara vertikal
mendapat penularan pada masa perinatal yaitu pada saat terjadi proses
persalinan. Karena itu bayi yang mendapat penularan vertikal sebagian besar
mulai terdeteksi HBsAg pada usia 3-6 bulan yang sesuai dengan masa tunas
infeksi virus hepatitis B yang paling sering didapatkan. Penularan yang
terjadi pada masa perinatal dapat terjadi melalui cara maternofetal micro
infusion yang terjadi pada waktu terjadi kontraksi uterus. Bila tidak
divaksinasi saat lahir akan banyak bayi yang seumur hidup terinfeksi virus
hepatitis B dan banyak yang berkembang menjadi kegagalan hati dan kanker
hati di masa mendatang.

b. Horizontal
Cara penularan horizontal terjadi dari seorang pengidap hepatitis B kepada
individu yang masih rentan. Penularan horizontal dapat terjadi melalui kulit
atau melalui selaput lendir.
 Melalui Kulit
Ada dua macam penularan melalui kulit yaitu penularan melalui kulit
yang disebabkan tusukan yang jelas (penularan parenteral), misalnya
melalui suntikan, transfusi darah, atau pemberian produk yang berasal
dari darah dan tattoo. Kelompok kedua adalah penularan melalui kulit
tanpa tusukan yang jelas, misalnya masuknya bahan infektif melalui
goresan atau abrasi kulit dan radang kulit.
 Melalui Selaput Lendir
Selaput lendir yang diduga menjadi jalan masuk virus hepatitis B ke
dalam tubuh adalah selaput lendir mulut, hidung, mata, dan selaput lendir
kelamin. Melalui selaput lendir mulut dapat terjadi pada mereka yang
menderita sariawan atau selaput lendir mulut yang terluka. Melalui
selaput lendir kelamin dapat terjadi akibat hubungan seks heteroseksual
maupun homoseksual dengan pasangan yang mengandung HBsAg positif
yang bersifat infeksius.
Infeksi virus hepatitis B kronis terjadi pada 90% janin yang terinfeksi saat
kelahiran, 25-50% anak-anak usia 1-5 tahun, dan 1-5% pada anak usia
lebih dari 5 tahun dan dewasa.

7. Pengaruh Kehamilan Terhadap Infeksi Akut Virus Hepatitis B


Pada ibu hamil normal sering terlihat tanda-tanda seperti yang kita
dapatkan pada penderita sirosis hati misalnya spider angioma dan erythema
palmaris. Hal ini wajar pada kehmilan sebagai akibat meningkatnya kadar
estrogen.
Selama kehamilan masih dalam batas normal, fungsi hati tidak akan
terganggu. Pada tes laboratorium faal hati sering didapatkan nilainya yang
berubah pada trimester III. Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnya
volemu plasma darah sehingga terjadi hemodilusi yang digambarkan dengan
menurunnya protein total, albumin, gama globulin dan asam urat. Plasenta yang
sedang berkembang menghasilkan alkali fosfatase sehingga kadar alkali
fosfatase meningkat dalam darah. Demikian juga kolesterol, globulin dan
fibrinogen akan meningkat. Bilirubin, transaminase, asam empedu tidak berubah
atau bila berubah meningkat sedikit dan akan menurun lagi pada aterm.
Resiko terinfeksi virus hepatitis B pada kehamilan adalah sama dengan
pada wanita yang tidak hamil. Bahaya infeksi tersebut adalah sama pada pada
semua trimester kehamilan.
Pada masyarakat dengan gizi yang baik, angka kematian dari infeksi
virus hepatitis B pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil adalah sama.
Tetapi pada masyarakat dengan masalah malnutrisi, angka kematiannya adalah
lebih tinggi tetapi tetap sama pada wanita hamil maupun tidak. Bila infeksi virus
hepatitis B pada kehamilan trimester I atau permulaan trimester II, maka gejala-
gejalanya akan sama dengan gejala infeksi virus hepatitis B pada wanita tidak
hamil. Sedangkan infeksi virus hepatitis B yang terjadi pada ibu hamil trimester
III, akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat bahkan dapat menunjukkan
gejala-gejala hepatitis fulminan. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan
trimester III terdapat defisiensi faktor lipotropik disertai kebutuhan janin akan
nutrisi yang meningkat. Hal ini menyebabkan ibu mudah jatuh ke dalam akut
heaptik nekrosis. Angka kejadian hepatis fulminan pada wanita hamil berkisar
10-20%, terutama pada kehamilan trimester III.

8. Pengaruh Infeksi Virus Hepatitis B Terhadap Kehamilan dan Janin


Infeksi virus hepatitis B dalam kehamilan sering menimbulkan abortus,
partus prematurus dan intrauterine deaths. Hal ini terjadi terutama bila terjadi
dehidrasi atau efek sistemik yang berat. Kelahiran prematurr meningkat sebesar
15-35%, yang kemungkinan disebabkan karena keadaan penyakitnya yang berat,
pengaruh virus pada janin atau plasenta. Diperkirakan bahwa kenaikan kadar
asam empedu dan asam lemak bebas bersama dengan timbulnya ikterus dapat
meningkatkan tonus otot uterus dan memuai persalinan.
Tidak didapatkan adanya efek teratogenik maupun kondisi akut pada
janin, sehingga dianggap out come bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi
virus hepatitis B sama dengan bayi yang dilahirkan dari ibu yang tidak
terinfeksi. Pada umumnya yang menjadi permasalahan disini adalah penularan
vertical saja. Bila ibu hamil terinfeksi virus hepatitis B pada kehamilan trimester
I dan II maka penularan vertical hanya kurang dari 10%. Tetapi bila infeksi virus
hepatitis B terjadi pada kehamilan trimester III, penularan vertikan menjadi lebih
tinggi yaitu 76%.
Infeksi akut virus hepatitis B pada kehamilan trimester III sering
berkembang menjadi/menyebabkan hepatitis fulminan dan persalinan prmatur
sedangkan pada persalinan dapat menyebabkan perdarahan post partum terutama
bila terjadi gangguan fungsi hati. Dikarenakan adanya gangguan pada fungsi hati
maka terjadi perpanjangan waktu protrombin dan waktu aktivasi parsial
tromboplastin yang dapat menyebabkan kecenderungan perdarahan, terutama
perdarahan post partum.

9. Penatalaksanaan Pada Ibu Hamil dengan HBsAg Positif


a. Tatalaksana Umum
Setiap ibu hamil perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg pada trimester
pertama kehamilannya.
b. Tatalaksana Khusus
Pada semua ibu hamil idealnya dilakukan pemeriksaan skrining
pertanda serologis yang dapat menunjukkan apakah ibu tersebut mengidap
virus hepatitis B atau tidak. Bila didapatkan HBsAg positif maka akan
dilanjutkan pemeriksaan tambahan HBeAg, anti-HBe dan transaminase
serum untuk mengetahui vitulensi virus hepatitis B serta stadium klinis ibu
tersebut yaitu sedang terinfeksi akut atau hanya sebagai pengidap saja.
Penanganan untuk hepatitis B akut pada kehamilan adalah sama
dengan wanita tidak hamil yaitu cukup istirahat, diet tinggi protein dan
karbohidrat. Tetapi bila gejalanya berat maka jumlah protein harus dibatasi.
Sebagian besar tidak memerlukan perawatan di rumah sakit kecuali terjadi
muntah yang hebat, tidak dapat makan atau menunjukkan tanda-tanda ke
arah hepatitis yang berat. Bila terjadi hepatitis fulminan maka diperlukan
perawatan di ICU.
Pada ibu hamil pengidap HBsAg positif tidak dilakukan penanganan
khusus tetapi perlu diberi penjelasan tentang keadaannya, dimana
seharusnya melahirkan dan adanya penanganan khusus bagi ibu maupun
bayi yang akan dilahirkan. Hal ini penting ditekankan karena kehamilan
dengan infeksi virus hepatitis B termasuk dalam kehamilan resiko tinggi.
Pada saat persalinannya, dibutuhkan kerjasama dengan dokter anak agar
penularan vertikal virus hepatitis B dapat dicegah dengan pemberian vaksin
yang efektif.

10. Pencegahan Infeksi Virus Hepatitis B


Pencegahan infeksi virus hepatitis B pada kehamilan dan persalinan
dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pada Ibu
Dari segi kesehatan masyarakat adalah penting bahwa semua wanita hamil
diakukan skrining HBsAg terutama di daerah endemis serta ibu-ibu dengan
resiko tinggi mengidap virus hepatitis B. Wanita hamil denga HBsAg positif
tidak perlu diberikan vaksinasi tetapi rekam medic harus ditndai sehingga
dapat dilakuka tindakan-tindakan pencegahan terhadap penularan horizontal
maupun vertical.
Pada wanita hamil yang pasti terpapar virus hepatitis B harus diberikan
HBIg dengan dosis 0.06 ml/kg berat badan IM dosis tunggal sesegera
mungkin dalam jangka waktu 7 hari setelah terpapar kemudian dilanjutkan
dengan serial vaksinasi HB : 7 hari, 1 bulan dan 6 bulan. Untuk wanita yang
diketahui mempunyai resiko menjadi terpapar dilakukan vaksinasi HB dalam
waktu 6 bulan setelh terpapar.
b. Pada Bayi
Pencegahan infeksi virus hepatitis B pada bayi bisa dengan :
 Imunisasi aktif
Dilakukan penyuntikan vaksin hepatitis B yang terbuat dari partikel
HBsAg untuk merangsang timbulanya anti-HBs. Dosis yang dianjurkan
adalah 1 ml IM segera setelah lahir, diikuti 0.5 ml IM saat bayi berumur
7 hari kemudian umur 1 bulan dan 6 buln.
 Imunisasi pasif
Dilakukan penyuntikan HBIg 0.5 ml IM segera setelah lahir dan diulang
lagi pada umur 3 bulan dan 6 bulan
 Imunisasi gabungan aktif dan pasif
Dilakukan penyuntikan HBIg 0.5 ml IM dalam 12 jam setelah lahir
kemudian diberi suntikan vaksin hepatitis B 0.5 ml IM pada saat bayi
berumur 7 hari, umur 1 bulan, dan 6 bulan

Pencegahan umum terhadap hepatitis B lainnya adalah :


a. Melakukan vaksinasi dengan benar
b. Skrining donor darah dengan teliti
c. Alat dialisis digunakan secara individual, dan untuk pasien dengan Hepatitis
B positif harus disediakan mesin tersendiri
d. Menggunakan jarum sekali pakai dan sampah infeksius dibuang ke tempat
khusus
e. Pencegahan untuk tenaga medis yaitu senantiasa menggunakan sarung
tangan dan selalu bersikap aseptis agar tidak terpapar oleh cairan tubuh
pasien yang terinfeksi hepatitis B serta melakukan imunisasi rutin
f. Melakukan skrining ibu hamil pada awal dan pada trimester
g. ketiga kehamilan, terutama ibu yang berisiko tinggi terinfeksi virus hepatitis
B. Ibu hamil dengan Hepatitis B positif ditangani secara terpadu. Segera
setelah lahir, bayi diimunisasi aktif dan pasif terhadap virus Hepatitis B

11. Pengobatan Infeksi Virus Hepatitis B


Pengobatan Hepatitis B akut meliputi istirahat yang cukup, minum
banyak cairan, melakukan perawatan intensif pada kasus fulminan, menghindari
konsumsi alkohol dan obat penawar rasa sakit, dan menghindari transplantasi
hati karena dapat mengalami komplikasi akibat kemungkinan reinfeksi cangkok
hati. Memberikan imunisasi pasif dengan immunoglobulin hepatitis B yang
diberikan segera setelah paparan virus hepatitis B karena memberikan
perlindungan cepat tetapi dalam jangka waktu yang pendek. Sedangkan
pengobatan hepatitis B kronik dapat berupa peningkatan sistem imun. Obat-
obatan nukleotida antivirus yang memiliki aktifitas terhadap virus hepatitis B
diantaranya adalah lamivudin, adefovir dipivoksil, interferon-α, tenofovir,
asiklovir, famsiklovir, gansiklovir, zadaksin, kolkisin, interferon-β dan
interferon-µ.
Pengobatan interferon biasanya berhubungan dengan efek samping
seperti neutropenia, trombositopenia, yang biasanya masih dapat ditoleransi,
namun kadang-kadang perlu dilakukan modifikasi dosis. Terapi interferon yang
menginduksi hepatitis flare dapat menyebabkan dekompensasi pada pasien
dengan sirosis dan dapat berbahaya bagi pasien dengan dekompensasi hati.
Lama terapi interferon standar adalah 4-6 bulan sedangkan pegilated interferon
adalah 12 bulan.

Anda mungkin juga menyukai