Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Hepatitis B pada ibu hamil

Hari / tanggal :

Waktu : 30 Menit

Tempat :

A. ANALISA SITUASI
1. Latar belakang pendidikan masyarakat sebagian besar adalah SD dan SMP / sederajat
2. Pekerjaan ibu hamil yang dilakukan penyuluhan sebagian besar ibu rumah tangga dan
swasta
3. Suku bangsa terbanyak adalah Dayak dan Banjar

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan ibu-ibu hamil dapat
memperoleh informasi mengenai penyakit hepatitis B.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, diharapkan ibu-ibu hamil
mampu:
1. Menjelaskan pengertian hepatitis B
2. Menyebutkan tanda dan gejala hepatitis B
3. Menjelaskan dampak penyakit hepatitis B pada ibu hamil dan janin
4. Menjelaskan cara pencegahan hepatitis B

D. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian hepatitis
2. Pembagian penyakit hepatitis
3. Tanda dan gejala penyakit hepatitis
4. Dampak penyakit hepatitis pada ibu hamil dan bayi
5. Cara pencegahan penyakit hepatitis

E. METODE PENYULUHAN
Ceramah dan tanya jawab

F. MEDIA
Leaflet
G. PELAKSANAAN PENYULUHAN

No KEGIATAN PENYULUH PESERTA WAKTU


1 Pembukaan a. Memberi salam a. Menjawab salam 5 menit
b. Menjelaskan tujuan, b. Mendengarkan
manfaat dan cakupan dan
materi memperhatikan
c. Membri pertanyaan apa c. Menjawab
saja yang diketahui tentang pertanyaan
penyakit diare
2 Kegiatan Inti a. Menjelaskan pengertian Mendengarkan dan 10 Menit
penyakit hepatitis B memperhatikan
b. Menyebutkan tanda dan
gejala penyakit hepatitis B
c. Menjelaskan dampak
penyakit hepatitis B pada
ibu hamil dan janin
d. Menjelaskan pencegahan
penyakit hepatitis B
3 Penutup a. Melakukan tanya jawab a. Bertanya dan 5 menit
b. Menyimpulkan materi menjawab
penyuluhan b. Mendengarkan
c. Memberi salam dan
memperhatikan
c. Menjawab salam

H. EVALUASI
1. Prosedur
a. Selama Proses Penyuluhan
 Peserta mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan
 Peserta menyimak materi yang disampaikan
b. Setelah Proses Penyuluhan
 Kontrak waktu penyuluhan sesuai yang disampaikan di awal pertemuan yaitu 30
menit
 Peserta bertanya tentang materi yang belum jelas dipahami
 Peserta mampu menjawab pertanyaan yang di sampaikan

2. Bentuk Tes
Subjektif

3. Jenis tes : Lisan

4. Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan 70% peserta mampu
a. Menjelaskan pengertian penyakit hepatitis
b. Menyebutkan pembagian penyakit hepatitis
c. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit hepatitis
d. Menjelaskan dampak penyakit hepatitis pada ibu hamil dan janin
e. Menjelaskan cara pencegahan penyakit hepatitis
HEPATITIS PADA KEHAMILAN

A. PENGERTIAN HEPATITIS PADA KEHAMILAN


Istilah “hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya
berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat - obatan. Virus hepatitis juga ada
beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Penyakit hepatitis akibat virus
bisa akut (hepatitis A), bisa kronik (hepatitis B dan C) dan bisa juga kemudian menjadi
kanker hati (hepatitis B dan C).
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan
wanita tidak hamil pada umur yang sama. Kelainan hepar yang mempunyai hubungan
langsung dengan peristiwa kehamilan, ialah : Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute
yellow-atrophy). Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan
peristiwa kehamilan, namun tetap memerlukan penanganan khusus, mengingat penyulit-
penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.

B. PENYEBAB HEPATITIS
Penyebab hepatitis bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas
infeksi dan bukan infeksi. Penyebab-penyebab tersebut antara lain :
1. Infeksi virus ; hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, Hepatitis E, Hepatitis
F,hepatitis G.
2. Non virus ; Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia atau zat kimia,
Penyakit autoimun.
Nama-nama virus penyebab hepatitis yang saat ini telah dikenali adalah:
1. virus hepatitis A atau VHA
2. virus hepatitis B atau VHB
3. virus hepatitis C atau VHC,
4. virus hepatitis D atau VHD,
5. virus hepatitis E atau VHE
6. virus hepatitis F atau VHF
7. virus hepatitis G atau VHG.

Sedangkan penyakit hepatitis yang ditimbulkannya disebut sesuai dengan nama virusnya.
Di antara ketujuh jenis hepatitis tersebut, hepatitis A, B dan C merupakan jenis hepatitis
terbanyak yang sering dijumpai. Sedangkan kasus hepatitis F masih jarang ditemukan. Para
ahli pun masih memperdebatkan apakah hepatitis F merupakan jenis hepatitis tersendiri atau
tidak.
Ikterus merupakan salah satu gajala klinis pada wanita hamil denga hepatitis, namun
adapun ikterus dalam kehamilan sebenarnya disebabkan oleh beberapa keadaan. Ikterus
yang disebabkan oleh kehamilan berupa ; perlemakan hati akut, toksemia, dan kolestasis
intrhepatik.
Sedangkan ikterus yang tejadi bersamaan dengan suatu kehamilan; hepatitis virus, batu
empedu, penggunaan obat-obatan hepatotoksik, dan sirosis hepatis. Ikterus dapat timbul
pada satu dari 1500 kehamilan, 41% diantaranya adalah hepatitis virus,21% oleh karna
kolestatis intahepatik, dan kurang dari 6% oleh karna obtruksi saluran empedu di luar hati.

C. MACAM-MACAM HEPATITIS
1. Hepatitis A
a. Pengertian
Hepatitis A, merupakan enterovirus RNA, mempunyai masa inkubasi antara 15-
50 hari dan ditularkan melalui fekal-oral atau melalui makanan & minuman yang
terkontaminasi.
b. Penyebab
Penyebab hepatitis A adalah virus hepatitis A (HAV). Virus ini merupakan virus
RNA positif dan pertama kali ditemukan (dengan mikroskop elektron) pada tahun
1973. Virus hepatitis A mengganggu fungsi liver sambil terus berkembang biak di
sel-sel liver. Akibat dari gangguan ini sistem kekebalan tubuh bekerja untuk
memerangi virus tersebut. Dalam proses ini, bisa terjadi kerusakan yang berakhir
pada peradangan liver.
c. Penyebaran
HAV disebarkan lewat kotoran atau tinja penderita. Penyebarannya disebut
faecal-oral (tinja ke mulut) karena biasanya tangan secara tidak sengaja menyentuh
benda bekas terkena tinja (di kamar mandi umum biasanya) dan kemudian
menggunakannya untuk makan. Karena itu, dalam lingkungan yang buruk sanitasi,
tidak mempunyai toilet sendiri dan harus MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di WC
umum, kemungkinan terkena virus hepatitis A menjadi lebih besar.
d. Tanda dan gejala
1) Cepat lelah
Salah satu gejala dari penyakit Hepatitis A adalah kelelahan kronis. Hati
mempunyai tanggung jawab untuk menyimpan energi untuk kebutuhan tubuh
dalam menjalankan fungsinya. Jika hati rusak, energi yang anda butuhkan
untuk melakukan aktivitas setiap harinya mungkin tidak tersedia. Hal itu yang
menyebabkan kelelahan.
2) Demam
Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati terinfeksi
suatu penyakit (misalnya Hepatitis A), hati menjadi bengkak. Sel hati mulai
mengeluarkan enzim alanin aminotransferase ke darah. Tubuh yang telah
terinfeksi oleh virus metabolismenya meningkat, sehingga suhu tubuh juga
akan meningkat.
3) Anoreksia
Hilangnya nafsu makan yang ekstrem dikarenakan adanya rasa mual muntah.
4) Ikterus
Terjadi gangguan pada hepar sehingga tidak bisa melakukan fungsinya dalam
mengontrol pengeluaran bilirubin, sehingga kadar bilirubin meningkat dan
terjadi hiperbilirubinemia atau ikterus.
e. Kehamilan dengan hepatitis A
Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa hepatitis A merupakan agen teratogenik
dan resiko transmisi vertical dari hepatitis A akut ke janin sangat rendah, dan bila
antibodi IgM ada pada ibu saat trimester ketiga, pengobatan profilaksis pada bayi
baru tidak perlu diberikan. Bagaimanapun, jika antigen hepatitis A terdapat pada
kotoran pada saat kelahiran bayi atau, mungkin, ketika penyakit terjadi nanti 2-3
minggu terakhir kehamilan, bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis
immunoglobulin karena bisa tertular dari ibu. Kehamilan dengan hepatitis A tidak
menyebabkan peningkatan angka kematian ibu. Jika bayi baru lahir terpapar,
infeksi biasanya ringan dan mereka akan mempunyai kekebalan seumur hidup.
f. Penanganan
Terapi simptomatis adalah sangat penting untuk mengisolasi wanita hamil yang
terinfeksi untuk menghindari penularan. Terapi simptomatis disini termasuk
mencegah dehidrasi dan pemberian nutrisi yang adekuat dan istirahat. Biasanya
akan sembuh dalam 1-2 bulan. Wanita hamil yang telah terpapar infeksi dapat
diberikan imuno-γ-globulin (0,02 mg/kgBB). Terapi ini hanya efektif jika
diberikan dalam waktu 2 minggu. Vaksinasi hepatitis A dapat diberikan bersamaan
dengan imuno-γ-globulin. Dengan vaksinasi akan melindungi kadar antibodi dalam
10-14 hari. Telah dilaporkan bahwa efektivitas vaksinasi lebih dari 90%.
2. HEPATITIS B
a. Pengertian
Virus hepatitis B (HBV) adalah virus DNA rantai ganda yang merupakan
penyebab hepatitis akut pada kehamilan yang paling sering. Masa inkubasi dari
waktu terpapar sampai muncul gejala adalah 6 minggu sampai 6 bulan.
b. Penyebab
c. Terjadinya hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang terbungkus
serta mengandung genoma DNA melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan
sambil merusak dan terus berkembang biak dalam sel-sel liver/hati (hepatocytes).
d. Penyebaran
Ditularkan lewat darah. Jadi, hepatitis B menyebar ketika terjadi kontak dengan
darah yang terinfeksi, cairan tubuh (sperma), atau hubungan seksual.Untungnya
hepatitis B ini tidak bisa menembus pori-pori kulit karena ukurannya yang relative
besar. Namun jika ada luka sedikit saja, virus ini dengan cepat segera masuk.
Selain itu, karena ukurannya yang besar itu, virus hepatitis B tidak bisa ditularkan
dari ibu kepada janinnya, kecuali jika ada kebocoran diplasenta, misalnya akibat
pengambilan cairan amniotic di plasenta. Namun demikian penyebaran dari ibu ke
bayi mudah terjadi, terutama saat bayi lahir (ketika darah keduanya bercampur).
Kalu bayi-bayi itu tidak di vaksinansi saat lahir, bayi akan menjadi carrier seumur
hidup, bahkan nantinya bisa menderita gagal liver dan kanker liver.
Selain itu penyakit ini menular melalui hubungan seksual, penggunaan obat
jarum suntik yang terkontaminasi, akupuntur, tato dan tranfusi darah.

e. Tanda dan gejala


1) Mual muntah
Mual muntah terjadi tentunya disebabkan oleh tekanan hebat terhadap
liver yang membuat keseimbangan tubuh tidak terjaga.
2) Diare
Virus lewat duodenum, jejunum, ileum menembus sel tanpa lisis viremia
atau infeksi lokal karena keracunan. sehingga usus tidak bisa menyerap air
secara maksimal, akibatnya terjadi diare.
3) Anorexia
Hilangnya nafsu makan yang ekstem dikarenakan adanya rasa mual
muntah.
4) Penyakit kuning (ikterus)
Terjadi gangguan pada hepar sehingga tidak bisa melakukan fungsinya
dalam mengontrol pengeluaran bilirubin, sehingga kadar bilirubin meningkat
dan terjadi hiperbilirubinemia atau ikterus.
f. Kehamilan dengan hepatitis B
Resiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu terinfeksi pada
trimester ketiga atau masa nifas ; dan resiko ini jauh lebih rendah (5-10%) jika ibu
terinfeksi pada awal kehamilan. Sebagian besar infeksi pada bayi baru lahir
kemungkinan terjadi saat persalinan dan kelahiran atau melalui kontak ibu bayi,
daripada secara transplasental. Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan
tanda infeksi ikterus ringan, mereka cenderung menjadi carrier. Status carrier ini
dipertimbangkan akan menjadi sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler. Infeksi
kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang terinfeksi, 60% pada anak < 5 tahun
dan 2%-6% pada dewasa.
Diantaranya, seseorang dengan infeksi kronik HBV, resiko kematian dari sirosis
dan karsinoma hepatoselular adalah 15% - 25%.
Infeksi HBV bukan merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun, terdapat insidens
berat lahir rendah yang lebih tinggi diantara bayi-bayi dengan ibu yang menderita
infeksi akut selama hamil. Pada satu penelitian hepatitis akut maternal (tipe B atau
non-B) tidak mempengaruhi insidens dari malformasi kongenital, lahir mati,
abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi, hepatitis akut menyebabkan
peningkatan insidens prematuritas.
g. Penanganan
1) Antepartum
1) Mendapat kombinasi antibodi pasif (immunoglobulin) dan imunisasi aktif
vaksin hepatitis B
2) Tidak minum alcohol
3) Menghindari obat-obatan yang hepatotoksis seperti asetaminofen yang
dapat memperburuk kerusakan hat
4) Tidak mendonor darah, bagian tubuh dan jaringan
5) Tidak menggunakan alat pribadi yang dapat berdarah dengan orang lain
misalnya sikat gigi dan pisau cukur
6) Menginformasikan pada Dokter Anak, Kandungan Kebidanan dan
perawat bahwa mereka carrier hepatitis
7) Memastikan bahwa bayi mereka mendapat vaksin hepatitis B waktu lahir,
umur 1 bulan, dan 6 bulan
8) Kontrol sedikitnya setahun sekali ke dokter pribadi
9) Mendiskusikan resiko penularan dengan pasangan mereka dan
mendiskusikan pentingnya konseling dan pemeriksaaN
2) Persalinan
Walaupun persalinan secara seksio sesarea sudah dianjurkan dalam arti
untuk penurunan transmisi HBV dari ibu ke anak, jenis persalinan ini tidak
berarti secara bermakna dapat menghentikan transmisi HBV. Tetapi seksio
sesarea sangat disarankan oleh Centers for Disease Control (CDC) dan
American College of Obstetricians and Ginyecologists (ACOG).
3) Bayi daru lahir
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik)
harus di terapi dengan kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan
aktif imunisasi dengan vaksin hepatitis B.
4) Menyusui
Dengan imunoprofilaksis hepatitis yang sesuai, menyusui tidak
memperlihatkan resiko tambahan untuk penularan dari carrier virus hepatitis
B.
3. HEPATITIS C
a. Pengertian
Hepatitis C (HCV), dulu dikenal dengan hepatitis non-A non-B. Virus hepatitis C
adalah virus RNA rantai tunggal dalam rumpun Flaviviridae. Masa inkubasi terjadi
setelah terpapar HCV 8 – 9 minggu.
b. Penyebab
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus ini menyerang liver
dan menyebabkan peradangan berat dengan komplikasi jangka panjang.
c. Penyebaran
Penularan Hepatitis C biasanya melalui kontak langsung dengan darah atau
produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Dalam kegiatan
sehari-hari banyak resiko terinfeksi Hepatitis C seperti berdarah karena terpotong
atau mimisan, atau darah menstruasi. Perlengkapan pribadi yang terkena kontak
oleh penderita dapat menularkan virus Hepatitis C (seperti sikat gigi, alat cukur
atau alat manicure). Resiko terinfeksi Hepatitis C melalui hubungan seksual lebih
tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan.
Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke bayi
yang baru lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu
juga penderita HIV positif, resiko menularkan Hepatitis C sangat lebih
memungkinkan. Menyusui tidak menularkan Hepatitis C.
d. Tanda dan gejala
1) Anoreksia
Hilangnya nafsu makan yang ekstem dikarenakan adanya rasa mual
muntah.
2) Mual muntah
Mual muntah terjadi tentunya disebabkan oleh tekanan hebat terhadap
liver yang membuat keseimbangan tubuh tidak terjaga.
3) Penyakit kuning
Terjadi gangguan pada hepar sehingga tidak bisa melakukan fungsinya
dalam mengontrol pengeluaran bilirubin, sehingga kadar bilirubin meningkat
dan terjadi hiperbilirubinemia atau ikterus.
e. Kehamilan dengan Hepatitis C
Meskipun hanya terdapat sedikit data terbaru tentang infeksi HCV pada
kehamilan, data yang ada tidak menunjukkan peningkatan resiko malformasi
kongenital, distress fetal, lahir mati atau prematur. Wanita dengan HCV dan
janinnya tidak mempunyai resiko yang lebih besar terhadap komplikasi obstetrik
atau perinatal dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Tidak terdapat
kontraindikasi untuk hamil hanya berdasar pada HCV saja.
f. Efek Kehamilan pada HCV
Sangat kecil yang dilaporkan pada efek kehamilan pada perjalanan infeksi
HCV. Kurang dari 10 % memperlihatkan peningkatan transaminase, dan pada
kebanyakan kasus penurunan ALT sewaktu hamil dilaporkan dengan postpartum
rebound. Diperkirakan bahwa produksi interferon endogen oleh unit fetoplasental
memegang peranan penting pada perjalanan penyakit sewaktu hamil. Kholestatis
sewaktu hamil lebih sering pada wanita terinfeksi HCV. Kadang-kadang, wanita
dapat penyakit hati lanjutan dan komplikasi seperti varises esofagus dan
koagulapati, resiko terhadap perdarahan sewaktu persalinan dan kemungkinan
rupture varises.
g. Efek pada Neonatus
Angka transmisi vertikal yang dilaporkan berkisar 0 – 36 %, dengan rata-
rata 5-6 %. Resiko penularan pada mereka dengan infeksi HIV sampai 44 %.
Walaupun bukti yang ada menyatakan bahwa periode intrapartum merupakan
waktu utama untuk transmisi, pentingnya hubungan antara intrauterin dan
intrapartum tetap tidak bisa dipungkiri.
HCV bukan berupa agen teratogenik. Bayi yang lahir dari ibu dengan
HCV positif tidak memperlihatkan komplikasi neonatal. Anak yang terinfeksi
kemungkinan besar akan menjadi kronis. Harus diingat bahwa semua bayi baru
lahir akan mempunyai antibodi dari maternal.
h. Menyusui
HCV RNA dan antibodi antiHCV dapat dideteksi pada kolostrum dan air
susu ibu. Namun, kebanyakan tidak terdapat kasus penularan lewat menyusui
yang dilaporkan. Karena itu, menyusui bukan merupakan kontraindikasi.
i. Penanganan
1) Prekonsepsi
Idealnya penanganan prenatal harus dimulai pada konsultasi prekonsepsi
dengan dokter dengan pengetahuan tentang penanganan hepatitis C atau
penyakit infeksi pada kehamilan. Harus termasuk diskusi tentang riwayat asal
penyakit, implikasi pada kehamilan, konsekuensi pada janin, resiko
penularan vertikal, dan terapi.
2) Penanganan Bayi Baru Lahir
Bayi dapat dirawat sesuai penanganan RS umumnya. IbuPenanganan
umum tidak perlu penanganan khusus seperti menggunakan sarung tangan,
masker, dan sterilisasi ektra.
Semua bayi dari• Pemeriksaan bayi ibu dengan HCV pasti positif untuk
anti HCV waktu lahir. Bayi yang tidak terinfeksi biasanya hilang antibodinya
sewaktu umur 12-15 bulan. Makin tinggi kadar ibu, makin lama
menghilang.• Imunisasi bayi Sebagai tambahan imunisasi rutin, imunisasi
hepatitis B harus diberikan pada masa postnatal. Jika ibu HBsAg positif,
imunisasi pasif dan aktif yang sesuai harus diberikan dalam bentuk
immunoglobulin hepatitis B dan vaksin hepatitis B. Vaksinasi hepatitis A
harus diberikan pada umur 1 tahun.
D. TANDA DAN GEJALA HEPATITIS PADA KEHAMILAN
Penyakit hati biasanya jarang terjadi pada wanita hamil, namun apabila timbul ikterus
pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling tering adalah hepatitis virus. Penyakit
hepatitis biasanya memberikan keluhan mual, muntah, anoreksia, demam ringan, mata
kunang. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan hepatomegali, sedangkan
splenomegali hanya ditemukan pada 20-25% penderita.
Gejala dan tanda penyakit hepatitis secara umum adalah sebagai berikut
1. Selera makan hilang
2. Rasa tidak enak di perut
3. Mual sampai muntah
4. Demam tidak tinggi Kadang-kadang disertai nyeri sendi
5. Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
6. Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning
7. Kulit seluruh tubuh tampak kuning
8. Air seni berwarna coklat
Pengaruh hepatitis virus pada kehamilan dan janin
1. Hepatitis Pada kehamilan
Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesaran. Bila kehamilan
sudah mencapai trimester ke III, sukar untuk melakukan palpasi pada hepar, karena
hepar tertutup oleh pembesaran rahim. Oleh karena itu bila pada kehamilan trimester ke
III hepar dapat dengan mudah diraba, berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang
sangat bermakna. Perubahan-perubahan mikroskopik pada hepar akibat kehamilan
adalah tidak khas. Pengaliran darah ke dalam hepar tidak mengalami perubahan,
meskipun terjadi perubahan yang sangat menyolok pada sistem kardio vaskuler.
Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanya penyakit – penyakit
hepar, misalnya : spider naevi dan palmarerythema, yang wajar pada kehamilan, akibat
meningkatnya kadar estrogen. Semua protein serum yang disintesis dalam hepar
mengalami perubahan pada waktu kehamilan. Jumlah protein serum menurun sekitar
20% pada trimester II, akibat penurunan kadar albumin secara menyolok, sedangkan
fibrinogen justru mengalami kenaikan.
2. Hepatitis pada Janin
Bila hepatitis terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-
gejala nya akan sama dengan gejala hepatitis pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-
gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada
trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.
Hepatitis terjadi pada trimester III menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat
dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute
hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi.
Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropik disertai kebutuhan janin yang
meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic
necrosis. Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose.
Berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari
keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula
meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin, menyebabkan infeksi
hepatitis pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.
Pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses
pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan
aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadiDIC (Disseminated Intra
Vascular Coagulation)
Virus hepatitis dapat menembus placenta ialah ditemukannya hepatitis antigen
dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula
autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus.
Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari
nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis.
Perubahan-perubahan yang lanjut pada hepar ini, mungkin terjadi bila infeksi
sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar
janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran
virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angkakejadian
penularan virus hepatitis dari Ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari tenggang waktu
antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Ibu hamil yang menderita
hepatitis B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada
janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan
carrier tanpa gejala klinik.
Ibu hamil yang mengalami hepatitis B, dengan gejala yang jelas, 48% dari
bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier
Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia.
Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya terhadap kelangsungan kehamilan,
namun dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai
hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus
pada janin. Kem icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati
placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice.
Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka
gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang
belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan
kongenital janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis,
tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak
bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan
kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.

E. CARA PEMERIKSAAN HEPATITIS PADA KEHAMILAN


1. Laboratorium
Meliputi pemeriksaan yaitu Darah : Hb, Haematokrit, golongan darah Urine,
Kemungkinan ditemukan urine berwarna kuning tua. Pemeriksaan laboratorum akan
didapatkan gambaran kerusakan parenkin hati. Bilirubin serum meningkat, demikian
pula transaminase serum. HBV – Diagnosis dan tes lain, bila SGPT/SGOT tinggi,
diagnosis HBV dilakukan dengan tes darah. Tes ini jauh lebih rumit daripada tes HIV:
tes HBV mencari antigen (pecahan virus hepatitis B) tertentu dan antibodi (yang dibuat
oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap HBV).
Tes darah awal untuk diagnosis infeksi HBV mencari satu antigen – HbsAg
(antigen permukaan, atau surface, hepatitis B) dan dua antibodi – anti-HBs (antibodi
terhadap antigen permukaan HBV) dan anti-HBc (antibodi terhadap antigen bagian inti,
atau core, HBV). Sebetulnya ada dua tipe antibodi anti-HBc yang dibuat: antibodi IgM
dan antibodi IgG.Tes darah yang dipakai untuk diagnosis infeksi HBV dapat
membingungkan, karena ada berbagai kombinasi antigen dan antibodi yang berbeda,
dan masing-masing kombinasi mempunyai artinya sendiri. Berikut adalah arti dari
kombinasi yang mungkin terjadi :

2. Pemeriksaan Hispatologi
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan nekrosis sel hati sentribuler, infiltrasi sel
radang disegitiga portal, sedangkan kerang karetikulin masih baik.Sayangnya, tes darah
tidak dapat memberikan semua informasi tentang keadaan hati seseorang. Mengukur
viral load HBV, tingkat enzim hati, dan AFP dalam darah tidak dapat menentukan
apakah ada kerusakan, dan bila ada, tingkat kerusakan. Untuk ini, dibutuhkan biopsi
hati. Biopsi hati hanya diusulkan untuk pasien dengan viral load HBV yang tinggi (di
atas 100.000 kopi) dan tingkat enzim hati yang tinggi.

F. PENULARAN HEPATITIS PADA KEHAMILAN


Penularan Secara Umum

Penularan virus ini pada janin terjadi dengan beberapa cara, yaitu:
1. Melewati placenta
2. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
3. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
4. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.
5. Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus
in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis
virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B.

G. PENCEGAHAN HEPATITIS
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A
hendaknya diberi immuno globulin sejumlah 0,1 cc/kg berat badan. Gamma globulin tidak
efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan
seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis. Untuk
kehamilan berikutnya diberi jarak sekurang – kurangnya enam bulan setelah persalinan,
dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laboratorium telah
kembali normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan
laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.

H. PERAWATAN DAN PENGOBATAN HEPATITIS


Pengobatan infeksi hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil.
Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam
serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi
protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison
baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup
berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurunnya kadar
vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan
dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigen secara
periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila tidak mengalami
penyulit-penyulit lain.
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit hepatitis virus, yang perlu dilakukan ialah
pada ibu hamil yang HBsAg positif bayinya perlu dilindungi dengan segera sesudah lahir
sedapat mungkin dalam waktu dua jam bayi diberi suntikan HBSIG dan langsung
divaksinasi dengan vaksin hepatitis B . Pemberian HBIG hanya pada ibu yang selain
HBsAg pasitif, HBe nya juga positif. Vaksin ini diulangi lagi sampai 3 kali dengan interval
satu bulan atau sesuai dengan skema vaksin yang digunakan. Selain itu pada kasus seperti
ini para dokter dan tenaga medis harus diberi vaksin juga. Pengelolaan secara konservatif
adalah terapi pilihan untuk penderita hepatitis virus dalam kehamilan. Prinsipnya ialah
suportif dan pemantauan gejala penyakit.
Pada awal periode simptomatik dianjurkan :
1. Tirah baring
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kecuali pada mereka dengan umur tua
dan keadaan umum yang buruk
2. Diet
Tidak ada larangan spesifik terhadap makanan tertentu bagi penderita penyakit
hepatitis. Sebaiknya semua makanan yang dikonsumsi pasien mengandung cukup
kalori dan protein. Satu-satunya yang dilarang adalah makanan maupun minuman
beralkohol. jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah – muntah, sebaiknya
diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30 –
35 kalori / kg BB) dengan protein cukup (1 g / kg BB). Pemberian lemak seharusnya
tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak, karena
disamakan dengna kandung empedu.
3. Medikamentosa :
a. Interferon adalah protein alami yang disintesis oleh sel-sel sistem imun tubuh
sebagai respon terhadap adanya virus, bakteri, parasit, atau sel kanker. Efek
antivirus yang paling baik diberikan oleh interferon alfa hampir pada setiap
tahapan replikasi virus dalam sel inang. Interferon alfa digunakan untuk melawan
virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Interferon diberikan melalui suntikan. Efek
samping interferon timbul beberapa jam setelah injeksi diberikan. Setelah beberapa
jam, gejala dari efek samping tersebut mereda dan hilang. Efek samping jangka
panjang yang dapat timbul adalah gangguan pembentukan sel darah yaitu
menurunnya jumlah sel granulosit (granulositopenia) dan menurunnya jumlah
trombosit (trombositopenia), mengantuk bahkan rasa bingung.
b. Lamivudin : Lamivudin adalah antivirus jenis nukleotida yang menghambat enzim
reverse transcriptase yang dibutuhkan dalam pembentukan DNA. Lamivudin
diberikan pada penderita hepatitis B kronis dengan replikasi virus aktif dan
peradangan hati. Pemberian lamivudin dapat meredakan peradangan hati,
menormalkan kadar enzim ALT dan mengurangi jumlah virus hepatitis B pada
penderita
Terapi lamivudin untuk jangka panjang menunjukkan menurunnya resiko fibrosis,
sirosis dan kanker hati. Namun lamivudin memiliki kelemahan yang cukup vital
yaitu dapat menimbulkan resistensi virus.
c. Adepovir dipivoksil : Adepovir dipivoksil berfungsi sebagai penghenti proses
penggandaan untai DNA (DNA chain terminator), meningkatkan jumlah sel yang
berperan dalam sistem imun (sel NK) dan merangsang produksi interferon dalam
tubuh. Kelebihan adepovir dipivoksil dibandingkan dengan lamivudin adalah
jarang menimbulkan resistensi virus.
d. Entecavir : Entecavir berfungsi untuk menghambat enzim polymerase yang
dibutuhkan dalam sintesis DNA virus. Kelebihan entecavir adalah jarang
menimbulkan resistensi virus setelah terapi jangka panjang
e. Telbivudin : Telbivudin adalah jenis antivirus yang relatif baru. Terapi telbivudin
diberikan pada pasien hepatitis B dengan replikasi virus dan peradangan hati yang
aktif. Telbivudin berfungsi menghambat enzim DNA polymerase yang membantu
proses pencetakan material genetic (DNA) virus saat bereplikasi. Meski belum
didukung data yang cukup bahwa telbivudin aman bagi ibu hamil, sebaiknya terapi
telbivudin tidak diberikan pada ibu hamil mupun menyusui.
DAFTAR PUSTAKA

M. Mudzakir, Masruroh. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan & Keperawatan. Merkid


Press. Yogyakarta
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV ( Patologi Kebidanan).
Trans Info Media. Jakarta
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai