Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN TUTORIAL

Skenario 1

Tutor
dr. M. Qathar Refa Tulandi

Anggota Kelompok 1

Syukri G1A114042
Iman Agus Lisanto G1A113111
Bambang Jusi Susanto G1A114109
Nurfitri Novriyanti G1A114044
Fitrah Afdhal G1A114056
Laura Gladiola G1A114104
Veragita Mayasari G1A113051
Neneng Nurlita G1A113059
Melan Justari G1A113065
Egy Zella Hasnesia G1A113067
Riska Yuliza G1A113069
Widia Yuni Tiffany G1A113080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017

1
Skenario 1

Hepatitis A Menyebar di Sekolah


Dino mambaca surat kabar hari ini yang memberitakan adanya kejadian hepatitis
A pada anak-anak di SDN 05 Jambi. Dinas Kesehatan Jambi sudah melakukan
investigasi dan mendapatkan bahwa sumber penyebaran dari kantin sekolah yang
menjual jajanan yang sangat ramai saat jam istirahat. Keadaan sanitasi dan pengelolaan
limbah di sekitar sekolah masih belum baik, sehingga memungkinkan terjadinya
penyakit-penyakit berbasis lingkungan. Dinas kesehatan dalam rangka penanganan
lebih lanjut meminta kepada pihak sekolah agar melaksanakan prinsip dasar sanitasi,
sanitasi makanan dan minuman serta melakukan langkah-langkah pengelolaan sanitasi
di tempat-tempat umum.

2
Klarifikasi Istilah

1. Hepatitis A
Penyakit radang hati yang disebabkan oleh virus HVA yang di tularkan melalui
penelanan bahan makanan yang terinfeksi secara oral tetapi kadang-kadang
dapat juga secara parental.1

2. Sanitasi
Perilaku sengaja dalam pembudayaan hidup bersih, dengan maksud mencegah
orang bersentuhan dengan barang dan kotoran.1

3. Penyakit Berbasis Lingkungan


Kondisi patologis yang mengakibatkan terjadinya kelainan baik secara
morfologi maupun fisiologi yang diakibatkan karena interaksi antar manusia
maupun interaksi dengan hal-hal yang berada di lingkungan sekitar yang
berpotensi menimbulkan penyakit.1

4. Limbah
Buangan yang dihasilkan dari suatu proses baik industri maupun domestik.2

3
Identifikasi Masalah
1. Apa saja faktor resiko dan penyebab dari penyakit hepatitis A?
2. Bagaimana transmisi penularan dari penyakit hepatitis A?
3. Bagaimana patogenesis dari penyakit hepatitis A?
4. Apa saja gejala klinis dari penyakit hepatitis A?
5. Bagaimana alur diagnosis dari penyakit hepatitis A?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit hepatitis A?
7. Bagaimana prognosis dari penyakit hepatitis A?
8. Bagaimana pencegahan dari penyakit hepatitis A?
9. Bagaimana prosedur investigasi wabah?
10. Apa saja penyakit berbasis lingkungan serta apa penyebab dan bagaimana
pencegahan dari penyakit berbasis lingkungan tersebut?
11. Apa saja prinsip dasar sanitasi?
12. Bagaimana prosedur sanitasi di tempat-tempat umum?
13. Bagaimana cara pengelolaan limbah?
14. Bagaimana sanitasi makanan dan minuman yang baik?
15. Bagaimana syarat sanitasi sekolah yang baik?

4
Brainstorming

1. Apa saja faktor resiko dan penyebab dari penyakit hepatitis A?


Jawaban:
Penyebab hepatitis A adalah virus hepatitis A (HAV).

2. Bagaimana transmisi penularan dari penyakit hepatitis A?


Jawaban:
Melalui fekal oral, kontaminasi makanan dan minuman, kontak langsung dan
bisa melalui pembuluh darah (dengan suntikan atau seks bebas).

3. Bagaimana patogenesis dari penyakit hepatitis A?


Jawaban:
Diawali dengan masuknya virus kedalam saluran pencernaan, kemudian masuk
kealiran darah menuju hati (vena porta), lalu menginvasi ke sel parenkim hati. Di
sel parenkim hati, virus mengalami replikasi yang menyebabkan sel parenkim hati
menjadi rusak.

4. Apa saja gejala klinis dari penyakit hepatitis A?


Jawaban:
Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi
asimptomatik tanpa ikerus sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminant yang
dapat menimbulkan kematian hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis A
terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal (pre-ikterik), fase ikterik
dan fase konvalesen (penyembuhan).

5. Bagaimana alur diagnosis dari penyakit hepatitis A?


Jawaban:
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan serologi:
IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya.
Anti HAV yang positif tanpa IgM anti HAV mengindikasikan infeksi lampau.

5
6. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit hepatitis A?
Jawaban:
Tatalaksana Hepatitis A bersifat suportif. Istirahat, asupan kalori yang cukup,
serta pemantauan gejala.

7. Bagaimana prognosis dari penyakit hepatitis A?


Jawaban:
Prognosis dari penyakit hepatitis A baik.

8. Bagaimana pencegahan dari penyakit hepatitis A?


Jawaban:
Higiene personal yang baik, imunisasi aktif dan pasif.

9. Bagaimana prosedur investigasi wabah?


Jawaban:

A. Langkah Investigasi wabah

B. Pemastian Adanya Wabah

C. Pemastian Diagnosis

D. Pembuatan Definisi Kasus

E. Penemuan dan Penghitungan Kasus

F. Epidemiologi Deskriptif

G. Pembuatan Hipotesis

H. Penilaian Hipotesis

I. Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan

J. Pengendalian dan Pencegahan

K. Penyampaian Hasil Penyelidikan

6
10. Apa saja penyakit berbasis lingkungan serta apa penyebab dan bagaimana
pencegahan dari penyakit berbasis lingkungan tersebut?
Jawaban:
a. Penyakit berbasis Lingkungan
- TBC
- DBD
- Penyakit cacingan
- Diare
- Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
- Malaria
- Filariasis
- Chikungunya
- Penyakit kulit
b. Penyakit berbasis Lingkungan
- TBC
- DBD
- Penyakit cacingan
- Diare
- Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
- Malaria
- Filariasis
- Chikungunya
- Penyakit kulit
- Manajemen Simpul 1 (Pengendalian pada sumber penyakit).
- Manajemen Simpul 2 (Pengendalian pada media penularan)
- Manajemen Simpul 3 (Pengendalian proses pajanan)
- Manajemen Simpul 4 (Pengobatan penderita sakit/ manajemen kasus)

11. Apa saja prinsip dasar sanitasi?


Jawaban:

7
Prinsip-prinsip dasar sanitasi adalah kebersihan yang meliputi pemusnahan
mikrobia dan sanitasi yang meliputi penggunaan cara-cara fisik dan mekanis atau
zat-zat kimia.

12. Bagaimana prosedur sanitasi di tempat-tempat umum?


Jawaban:
Prosedur sanitasi berupa penyediaan air yang bersih, pengelolaan sampah dan
saluran limbah dan pembuangan kotoran manusia.

13. Bagaimana cara pengelolaan limbah?


Jawaban:
Cara pengelolaan limbah terbagi atas 3 bagian yaitu pengurangan sumber
(Source Reduction), Penggunaan kembali, dan Pemanfaatan (recycling).

14. Bagaimana sanitasi makanan dan minuman yang baik?


Jawaban:
a. Keadaan bahan makanan
b. Cara penyimpanan bahan makanan
Suhu penyimpanan yang baik
Tata cara penyimpanan
Penyimpanan suhu kamar
Cara Penyimpanan
Administrasi penyimpanan
c. Proses pengolahan
d. Cara penyimpanan makanan masak
e. Cara penyimpanan makanan masak
f. Cara penyajian makanan masak

15. Bagaimana syarat sanitasi sekolah yang baik?

8
Jawaban:
Syarat sanitasi sekolah yang baik harus memperhatikan hal-hal dibawah ini:
Kondisi atap dan talang
Kondisi dinding
Kondisi lantai
Kondisi tangga
Pencahayaan
Ventilasi
Kepadatan Kelas
Jarak Papan tulis
Ketersediaan tempat cuci tangan
Kebisingan
Air bersih
Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir).
Pengelolaan sampah
Sarana pembuangan air limbah
Pengendalian vector
Kantin/warung sekolah
Kondisi halaman sekolah
Perilaku

9
Analisis Masalah

1. Apa saja faktor resiko dan penyebab dari penyakit hepatitis A? 3


Jawaban:
Penyebab dari penyakit hepatitis A adalah virus yang mengandung RNA,
berdiameter 27 nm adalah anggota famili Picornavirus. Virus ini diisolasi pada
mulanya dari tinja penderita yang terinfeksi. VHA bersifat termostabil, tahan
asam, dan tahan terhadap empedu sehingga efisiensi dalam transmisi fekal oral.
Faktor risiko dari hepatitis A meliputi :

1. Sanitasi yang buruk.


2. Kurangnya sarana air bersih.
3. Tinggal satu rumah dengan orang yang terinfeksi hepatitis A.
4. Mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja dari
penderita hepatitis A.
5. Menjadi mitra seksual dengan orang yang terinfeksi hepatitis A akut.
6. Berpergian ke daerah endemis tanpa vaksinasi.

2. Bagaimana transmisi penularan dari penyakit hepatitis A?4


Jawaban:
Infeksi virus hepatitis A terutama menular melalui jalur fekal-oral, demikian
pula dengan air dan makanan yang terkontaminasi. Kerang-kerangan mempunyai
kemampuan untuk mencerna dan menghasilkan virus hepatitis A yang
terkonsentrasi, sehingga dapat menjadi sumber penularan virus. Transmisi terjadi

10
terutama melalui kejadian luar biasa (transmisi melalui makanan dan minuman),
dan kontak dari orang ke orang. Pada cairan tubuh, virus hepatitis A terkonsentrasi
sebagian besar pada feses, serum, dan air liur. Virus hepatitis A sangat jarang
ditransmisikan melalui produk darah atau prosedur medis. Virus hepatitis A
terdapat pada feses selama 3-6 minggu selama masa inkubasi, dapat memanjang
pada fase awal kerusakan hepatoselular pada pasien yang simptomatik maupun
yang asimptomatik. Penempelan virus paling maksimal terjadi pada saat terjadinya
kerusakan hepatoselular, selama periode dimana individu yang terinfeksi berada
dalam fase yang paling infeksius.
3. Bagaimana patogenesis dari penyakit hepatitis A? 5
Jawaban:
Infeksi virus hepatitis A terutama menular melalui jalur fecal-oral, demikian
pula dengan air dan makanan yang terkontaminasi. Transmisi terjadi terutama
melalui kejadian luar biasa (transmisi melalui makanan dan minuman), dan kontak
dari orang ke orang. Pada cairan tubuh, virus hepatitis A terkontaminasi sebagian
besar pada feses, serum, dan air liur. Virus hepatitis A sangat jarang
ditransmisikan melalui produk darah atau prosedur medis. Virus hepatitis A
terdapat pada feses selama 3-6 minggu selama masa inkubasi, dapat memanjang
pada fase awal kerusakan hepatoseluler pada pasien yang simptomatik maupun
yang asimptomatik. Penempelan virus paling maksimal terjadi pada saat terjadinya
kerusakan hepatoselular, selama periode dimana individu yang terinfeksi berada
dalam fase yang paling infeksius.
Virus hepatitis A dapat bertahan hidup pada feses, tanah, makanan, dan air yang
tekontaminasi. Virus hepatitis A resisten terhadap deterjen dan PH yang rendah
selama transisi menuju lambung. Selama di saluran pencernaan, virus hepatitis A
berpenetrasi ke dalam mukosa lambung dan mulai bereplikasi di kripti sel epitel
intensin dan mencapai hati melalui pembuluh darah portal. Infeksi virus hepatitis
A berhubungan dengan respon imun seluler, yang berperan dalam
imunopatogenesis infeksi virus hepatitis A dan induksi kerusakan hepatosit.
Kerusakan hepatosit terjadi melalui aktivasi sel T sistolik spesifik terhadap virus
hepatitis A.

11
4. Apa saja gejala klinis dari penyakit hepatitis A?3
Jawaban:
Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi
asimptomatik tanpa ikerus sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminant yang
dapat menimbulkan kematianhanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis A terbagi
dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal (pre-ikterik), fase ikterik dan
fase konvalesen (penyembuhan).

1. Fase Inkubasi
Fase inkubasi merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya
gejala atau ikterus. fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis.
Pada hepatitis A fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan
rata-rata 28-30 hari.
2. Fase Prodromal/ Pre-ikterik (1-2 minggu sebelum fase ikterik)
Ditemukan gejala konstitusional seperti anoreksi, mual dan muntah,
malaise, mudah lelah, atralgia, myalgia, nyeri kepala, foto fobia, faringitis,
atau batuk. Perasaan mual, muntah, dan anoreksia sering kali terkait dengan
perubahan pada penghidu dan pengecapan. Dapat pula timbul demam yang
tidak terlalu tinggi. Perubahan warna urin menjadi lebih gelap dan feses
menjadi lebih pucat dapat ditemukan 1-5 hari sebelum fase ikterik.
3. Fase Ikterik
Gejala konstitusional umumnya membaik, namun muncul gambaran klinis
jaundice, nyeri perut kuadran kanan atas (akibat hepatomegaly), serta
penurunan berat badan ringan. Pada 10-20% kasus, dapatditemukan
splenomegaly dan adenopati servikal. Fase ini berlangsung antara 2-12
minggu.
4. Fase Perbaikan (konvalesens)
Gejala konstitusional menghilang, tetapi hepatomegalidan abnormalitas
fungsi hati masih ditemukan. Nafsu makan kembali dan secara umum pasien
akan merasa lebih sehat. Perbaikan klinis dan parameter laboratorium akan
komplit dalam 1-2 bulan sejak awitan ikterik. Namun, sebanyak <1%

12
kasus menjadi hepatitis fulminan, yakni munculnya ensefalopati dan
koagulopati dalam 8 minggu setelah gejala pertama penyakit hati.

5. Bagaimana alur diagnosis dari penyakit hepatitis A?6


Jawaban:
Untuk menegakan diagnosis HAV diperlukan beberapa pemeriksaan.
Pemeriksaan tersebut antara lain adalah:

A. Pemeriksaan Klinis
Diagnosis klinik ditegakan berdasarkan keluhan seperti demam, kelelahan,
malaise, anorexia, mual dan rasa tidak nyaman pada perut. Beberapa individu
dapat mengalami diare. Ikterus (kulit dan sclera menguning), urin berwarna
gelap, dan feses berwarna dempul dapat ditemukan beberapa hari kemudian.
Tingkat beratnya penyakit beraragam, mulai dari asimtomatik (biasa terjadi pada
anak-anak), sakit ringan, hingga sakit yang menyebabkan hendaya yang bertahan
selama seminggu sampai sebulan.
B. Pemeriksaan Serologik
Adanya IgM anti-HAV dalam serum pasien dianggap sebagai gold standard
untuk diagnosis dari infeksi akut hepatitis A.7 Virus dan antibody dapat
dideteksi dengan metode komersial RIA, EIA, atau ELISA. Pemeriksaan diatas
digunakan untuk mendeteksi IgM anti-HAV dan total anti-HAV (IgM dan IgG).
IgM anti-HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya.
Dikarenakan IgG anti-HAV bertahan seumur hidup setelah infeksi akut, maka
apabila seseorang terdeteksi IgG anti-HAV positif tanpa disertai IgM anti-HAV,
mengindikasikan adanya infeksi di masa yang lalu. Pemeriksaan imunitas dari
HAV tidak dipengaruhi oleh pemberian passive dari Immunoglobulin/Vaksinasi,
karena dosis profilaksis terletak dibawah level dosis deteksi.
1. Rapid Test
Deteksi dari antibodi dapat dilakukan melalui rapid test menggunakan
metode immunochromatographic assay, dengan alat diagnosis komersial
yang tersedia.22 Alat diagnosis ini memiliki 3 garis yang telah dilapisi

13
oleh antibodi, yaitu G (HAV IgG Test Line), M (HAV IgM Test Line),
dan C (Control Line) yang terletak pada permukaan membran. Garis
G dan M berwarna ungu akan timbul pada jendela hasil apabila
kadar IgG dan/atau IgM anti-HAV cukup pada sampel. Dengan
menggunakan rapid test dengan metode immunochromatographic assay
didapatkan spesifisitas dalam mendeteksi IgM anti-HAV hingga tingkat
keakuratan 98,0% dengan tingkat sensitivitas hingga 97,6%.

C. Pemeriksaan Penunjang Lain


Diagnosis dari hepatitis dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan biokimia dari
fungsi liver (pemeriksaan laboratorium dari: bilirubin urin dan urobilinogen,
total dan direct bilirubin serum, alanine transaminase (ALT) dan aspartate
transaminase (AST), alkaline phosphatase (ALP), prothrombin time (PT), total
protein, serum albumin, IgG, IgA, IgM, dan hitung sel darah lengkap). Apabila
tes lab tidak memungkinkan, epidemiologic evidence dapat membantu untuk
menegakan diagnosis.

6. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit hepatitis A?4,7


Jawaban:
Tidak ada terapi medika mentosa spesifik untuk hepatitis A. Terapi simtomatik
dan hidrasi yang adekuat sangat penting pada penatalaksanaan infeksi virus
hepatitis a. Penggunaan obat yyang bersifat hepatotoksik sebaiknya dihindari,
misalnya paracetamol. Penceghan penularan hepatitis A dapat dilakukan bebrapa
cara, yaitu pemberian imunglobin, vaksinasi dan kondisi higienis yang baik,
seperti cuci tangan dan disinfeksi.

7. Bagaimana prognosis dari penyakit hepatitis A?8


Jawaban:
Gejala biasanya tidak begitu berat dan akan hilang sendiri, walaupun dapat
memakan waktu sampai 9 bulan dan gejala bisa hilang timbul dalam beberapa

14
tahun. Walaupun jarang, dapat menyebabkan kerusakan hati. Kematian karena
hepatitis A sangat jarang.

8. Bagaimana pencegahan dari penyakit hepatitis A?9


Jawaban:
Pencegahan Hepatitis A Virus
1. Suplai air bersih yang adekuat dengan pembuangan kotoran yang baik dan
benar didalam komunitas, dikombinasikan dengan praktik higiene personal
yang baik, seperti teratur mencuci tangan, dapat mengurangi penyebaran dari
HAV.
2. Imunisasi pasif dengan immunoglobulin normal atau immune serum globulin
prophylaxis dapat efektif dan memberi perlindungan selama 3 bulan. Akan
tetapi, dengan penemuan vaksin yang sangat efektif, immunoglobulin tersebut
menjadi jarang digunakan. Imunisasi pasif ini diindikasiskan untuk turis yang
berkunjung ke daerah endemik dalam waktu singkat, wanita hamil, orang yang
lahir di daerah endemis HAV, orang dengan immunocompromised yang
memiliki resiko penyakit berat setelah kontak erat, dan pekerja kesehatan
setelah terpajan akibat pekerjaan. Ketika sumber infeksi HAV teridentifikasi,
contohnya makanan atau air yang terkontaminasi HAV, immune serum
globulin prophylaxis harus diberikan kepada siapa saja yang telah terpapar dari
kontaminan tersebut. Hal ini terutama berlaku untuk wabah dari HAV yang
terjadi di sekolah, rumah sakit, penjara, dan institusi lainnya.
3. Imunisasi aktif dengan vaksin mati memberikan imunitas yang sangat baik.
Imunisasi ini diindikasikan untuk turis yang berkunjung ke daerah endemik,
untuk memusnahkan wabah, dan untuk melindungi pekerja kesehatan setelah
pajanan atau sebelum pajanan bila terdapat risiko akibat pekerjaan.4 Vaksinasi
HAV memberikan kemanjuran proteksi terhadap HAV sebesar 94-100%
setelah 2-3 dosis suntikan yang diberikan 6-12 bulan secara terpisah, dengan
efek samping yang minimal.

9. Bagaimana prosedur investigasi wabah?10,11


Jawaban:

15
A. Langkah Investigasi wabah

Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan menggunakan


pendekatan yang sistemik yang terdiri dari :
1. Persiapan Investigasi di Lapangan

Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:


a. Investigasi : pengetahuan ilmiah perlengkapan dan alat

b. Administrasi : prosedur administrasi termasuk izin dan


pengaturan perjalanan

c. Konsultasi : peran masing masing petugas yang turun kelapangan

B. Pemastian Adanya Wabah

Dalam mementukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :


a. Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa
minggu atau bulan sebelumnya.

b. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang
diharapkan.

c. Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya

Catatan hasil surveilans

Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-
lain.

Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya
atau data nasional.

Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi


penyakit yang biasanya ada.

d. Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu suatu wabah):

Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita

16
Adanya cara diagnosis baru

Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat

Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa

Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan

C. Pemastian Diagnosis

Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut

b. Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan


peningkatan kasus yang dilaporkan

c. Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi frekuensi

d. Kunjungan terhadap satu atau dua penderita

D. Pembuatan Definisi Kasus

Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan


apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis
dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang. Penyelidikan sering membagi kasus
menjadi pasti ( compirmed), mungkin ( probable), meragukan ( possible ),
sensivitasdan spefsifitas.

E. Penemuan dan Penghitungan Kasus

Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan penyakit dan
kejadian yang diteliti di fasilitas kesehatan yang mampu memberikan diagnosis.
Informasi berikut ini dikumpulakan dari setiap kasus:
a. Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon)

b. Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan)

c. Data klinis

17
d. Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit

e. Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau member


umpan balik

F. Epidemiologi Deskriptif

1. Gambaran wabah berdasarkan waktu

Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik


histogram yang berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu:
a. Member informasi samapai dimana proses wabah itu dan bagaimana
kemungkinan kelanjutannya

b. Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan


pada periode tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa
inkubasinya.

c. Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui


apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau
campuran keduanya.

Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan :


a. Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata

b. Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung


mundur satu masa inkubasi rata-rata

c. Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi
terpendek

Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit


sampai timbulnya gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi
bermanfaat billa penyakit belum diketahui sehingga mempersempit
diagnosis diferensial dam memperikan periode pemaparan. Cara menghitung
median masa inkubasi :
a. Susunan teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya

18
b. Buat frekuensi kumulatifnya

c. Tentukan posisi kasus paling tengah

d. Tentukan kelas median

e. Median masa inkubasiditentukan dengan menghitung jarak antara waktu


pemaparan dan kasus median

2. Gambaran wabah berdasarkan tempat

Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik


berbentuk Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol
tempat tertentu yang menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian
menurut golongan atau jenis kejadian namun mengabaikan populasi.

3. Gambaran wabah berdasarkan ciri orang

Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada


hubungannya dengan keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu
penyakit.Misalnya karakteristik inang ( umur, jenis kelamin, ras/suku, status
kesehatan) atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan, penggunaan obat-obatan)

G. Pembuatan Hipotesis

Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas


memformulasikan hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan
pemaparan yang mengakibatkan sakit.

a. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:

Apa reservoir utama agen penyakitnya?

Bagaimana cara penularannya?

Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?

Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?

19
b. Wawancara dengan beberapa penderita

c. Mengumpulkan beberapa penderita mencari kesamaan pemaparan.

d. Kunjungan rumah penderita

e. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat

f. Epidemiologi diskriptif

H. Penilaian Hipotesis

Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari
dua cara:

a. Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau

b. Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan


menyelidiki peran kebetulan.

c. Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.

I. Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan

Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini:
a. Penelitian Epidemiologi ( epidemiologi analitik )

b. Penelitian Laboratorium ( pemeriksaan serum ) dan Lingkungan


(pemeriksaan tempat pembuangan tinja )

J. Pengendalian dan Pencegahan

Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya


penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah
diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang
terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian mungkin diarahkan
pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.
K. Penyampaian Hasil Penyelidikan

20
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan
pada pejabat setempat dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang
bertugas mengadakan pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan
tertulis.Penyamapin penyelidikan diantaranya:
a. Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan
beralasan

b. Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan


saran harus dapat dipertahankan secara ilmiah

c. Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai


dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil,
diskusi, kesimpulan, dan saran)

d. Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan

e. Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan
bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang .

10. Apa saja penyakit berbasis lingkungan serta apa penyebab dan bagaimana
pencegahan dari penyakit berbasis lingkungan tersebut?9,12
Jawaban:
Penyakit Berbasis Lingkungan (PBL)
1. TBC
Penyebab
Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycrobacterium tuberculocis. Mycrobacterium tuberculocis berbentuk
batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, tahan
terhadap pewarnaan yang asam sehingga disebut dengan Bakteri Tahan Asam
(BTA).
Cara penularan
Penularan TB melalui udara, terutama pada udara tertutup seperti udara
dalam rumah yang pengap dan lembab, udara dalam pesawat terbang, gedung
pertemuan, dan kereta api berpendingin. Prosesnya tentu tidak secara

21
langsung, menghirup udara bercampur bakteri TB lalu terinfeksi, lalu
menderita TB, tidak demikian. Sumber penularan adalah penderita TB dengan
BTA (+). Apabila penderita TB batuk, berbicara atau bersin, maka ribuan
bakteri TB akan berhamburan bersama droplet nafas penderita yang
bersangkutan, khususnya pada penderita TB aktif dan luka terbuka pada
parunya. Cahaya matahari sangat berperan dalam membunuh kuman di
lingkungan. Oleh sebab itu, ventilasi rumah sangat penting dalam manajemen
TB berbasis keluarga atau lingkungan.
Beberapa faktor kondisi lingkungan yang dapat meningkatkan terjadinya
penularan TB adalah :
1. Kepadatan hunian kamar tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload.
2. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas
jendela kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik
atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat
penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah,
misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan
masuk cahaya yang cukup.
3. Ventilasi
Fungsi pertama ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara
didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
4. Kondisi rumah
Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempatperkembang biakan
kuman. Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan
penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi
berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis.
5. Kelembaban udara
Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,

22
tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab.

2. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyebab
DBD merupakan Penyakit menular disebabkan virus Dengue ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (sekitar rumah/sekolah) dan Aedes
albopiktus (kebun).
Cara penularan
Ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif, terutama Aedes
aegypti. Ini adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari,
dengan peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari
terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam. Aedes aegypti
maupun Aedes albopictus ditemukan didaerah perkotaan. Nyamuk
berkembangbiak ditempat penampungan air yang tak beralaskan tanah
(bak mandi / WC, drum, tempayan barang penampung air, kaleng, ban
bekas, pot,tempat minum burung).
Cara pencegahan
a. Beri penyuluhan, informasikan kepada masyarakat untuk
membersihkan tempat perindukan nyamuk dan melindungi diri dari
gigitan nyamuk dengan memasang kawat kasa, perlindungan dengan
pakaian dan menggunakan obat gosok anti nyamuk .
b. Lakukan survei di masyarakat untuk mengetahui tingkat kepadatan
vector nyamuk, untuk mengetahui tempat perindukan dan habitat larva,
biasanya untuk Ae. Aegypti adalah tempat penampungan air buatan
atau alam yang dekat dengan pemukiman manusia (misalnya ban bekas,
vas bunga, tandon penyimpanan air

3. Penyakit Cacingan
Ascarislumbricoides
Manusia merupakan hospes definitif cacing ini. Cacing jantan
berukuran 10-30 cm, sedangkan betina 22-35 cm, pada stadium dewasa

23
hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-
200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak
dibuahi.
Di tanah, dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi tumbuh
menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk
infektif ini bila tertelan manusia akan menetas menjadi larva di usus
halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah
atau saluran limfa kemudian di alirkan ke jantung lalu mengikuti aliran
darah ke paru-paru. Setelah itu melalui dinding alveolus masuk ke
rongga alveolus, lalu naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus.
Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan
batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus
halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan
waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa.
Ancylostoma (cacing tambang)
Necator americanus dan Ancylostomaduodenale adalah dua spesies
cacing tambang yang dewasa di manusia. Habitatnya ada di rongga usus
halus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari.
Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira
0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam
mulutnya ada sepasang gigi.
Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan
keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut
menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva
tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat
bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Infeksi terjadi bila larva filariform
menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan.
Trichuristrichiura
Trichuristrichiura betina memiliki panjang sekitar 5 cm dan yang
jantan sekitar 4 cm. Hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya
masuk ke dalam mukosa usus.

24
Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari
sekitar 3.000-5.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikronx 32 mikron,
berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih
pada ke dua kutub.
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur
menjadi matang dalam waktu 36 minggu di dalam tanah yang lembab
dan teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan
bentuk infektif.Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang
tertelan oleh manusia (hospes)
Cara Penularan
1. Apabila penderita cacingan buang air besar sembarangan. Tinja yang
mengandung telur cacing mengotori tanah.
2. Di tanah yang lembab dengan suhu yang sesuai dan waktu tertentu
telur menjadi matang dan siap menulari orang lain.
3. Penularan dapat melalui makanan dan minuman yang dikotori oleh
telur cacing yang telah matang tadi atau melalui tangan yang kotor.
4. Dapat juga penularan melalui gigitan tempayak (larva) pada kulit
yang tidak memakai alas kaki.
Cara Pencegahan
1. Mencuci tangan bersih-bersih dengan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar serta saat mau menyuapi anak.
2. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit 2 kali setiap hari.
3. Memotong dan membersihkan kuku.
4. Memakai alas kaki (sandal atau sepatu) sewaktu diluar rumah.
5. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum makan dan
minum.
6. Membuang tinja di jamban.
7. Menjaga kebersihan, menutup makanan dengan tudung saji.
8. Mencegah pengotoran sungai dan saluran air.
9. Menjaga kebersihan rumah.
10. Menjaga kebersihan lingkungan.
11. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum dan mandi.

25
12. Mengusahakan pengaliran pembuangan air kotor/air limbah.
13. Membuang sampah di tempat yang semestinya.
14. Memberantas binatang yang menyebarkan telur cacing seperti lalat,
lipas dan tikus.
4. Diare
Penyebab
Penyebab diare terbanyak adalah Champilobacter jejuni dan pestisida.
Tempat berkembang biaknya pada binatang peliharaan (ayam, kalkun,
kucing anjing, burung), makanan kadaluarsa dan makanan tercemar
pestisida
Cara Penularan
Makanan yang tak dimasak benar/ penyimpanan makanan tak benar
hingga terkontaminasi bahteri. Susu yang tak dimasak/ pasteurisasi.
Makanan kadaluarsa atau tercemar pestisida.

Tejadinya diare karena,


a. Minum air yang tak dimasak
b. Makan dengan tangan kotor
c. Menggunakan air kotor (air sungai)
d. Makan makanan yang dihinggapi lalat
e. Makanan dan minuman yang sudah basi atau menggunakan zat
pewarna yang berlebihan
Cara Pencegahan
a. Masak makanan dengan benar dan simpan dalam suhu yang tepat agar
bakteri tak berkembang biak
b. Susu harus di pasteurisasi
c. Cuci tangan dengan sabun setelah BAB
d. Simpan pestisida atau bahan beracun lain ditempat barlainan dengan
tepat makanan
e. Tidak makan makanan kadaluarsa
f. Simpan makanan pada suhu tertentu sesuai jenis/bahan makanan

5. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

26
Penyebab
a. Bakteri Sreptococcus Pneumonia
b. Hemophilus Influenza
c. Asap dapur
d. Sirkulasi udara yang tidak sehat
Cara Penularan
a. Tempat berkembang biak saluran pernafasan
b. Melalui udara/ aerogen yaitu kontak lansung dengan mulut
penderita dan tidak lansung melalui udara yang terkontaminasi
dengan bahteri karena penderita batuk
c. Kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi
discharge saluran pernafasan.
d. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang, namun
penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi.
Cara Pencegahan
a. Menjaga sirkulasi udara yang bersih dalam rumah dengan membuka
jendela/ ventilasi cukup
b. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar
c. Hindari polusi udara dalam rumah seperti: asap dapur dan asap rokok
d. Hindari jumlah hunian dalam satu kamar tidur tidak lebih dari 3 orang
e. Menyemen lantai rumah/plester
6. Malaria
Penyebab
Dikenal 4 jenis plasmodium,yaitu:
a. Plasmodium FALCIFARUM : penyebab malaria TROPIKANA.
b. Plasmodium VIVAX : penyebab malaria TERTIANA.
c. Plasmodium MALARIAE : penyebab malaria QUARTANA.
d. Plasmodium OVALE : penyebab malaria OVALE.
Bisa terjangkit 2 plasmodium (infeksi campuran)
Cara Penularan

27
a. Ditularkan melalui gigitan nyamuk anopeles, yang telah
menggigit orang yang sedang sakit malaria, maka parasit akan
masuk tubuh nyamuk dan berkembang dan tambah banyak.
b. Dalam beberapa hari nyamuk tersebut mengigit orang sehat maka
parasit itu ditularkan ketubuhnya
c. Parasit dalam tubuh orang tersebut berkembang bertambah
banyak dan menyerang sel darah merah, lalu orang tersebut
terserang malaria.

Cara Pencegahan
a. Menghindari gigitan nyamuk, tidur pakai kelambu, bakar obat nyamuk,
pasang kawat kasa,jauhkan kandang ternak dari tempat tinggal.
b. Hilangkan sarang nyamuk: mengalirkan genangan air, bersihkan
semak/rumput, usahakan rumah tidak gelap,jorok,buka jendela siang
hari,lipat kain bergantungan,kubur kaleng bekas, alirkan got, menimbun
air tergenang.
c. Bunuh nyamuk dewasa (semprot nyamuk)
d. Bunuh jentik nyamuk (tebar ikan pemakan jentik)
e. Lapor penderita yang datang dari daerah malaria
7. Filariasis
Penyebab
a. Filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang menyerupai benang
hidup di dalam tubuh manusia.
b. Cacing ini dapat bertahan hidup selama 4 sampai 6 tahun dalm
kelenjer getah bening (bahagian tubuh yang melindungi kita dari
penyakit).
c. Cacing ini berkembang biak di dalam tubuh dan menghasilkan
jutaan anak cacing yang beredar dalam darah
Cara Penularan
a. Filariasis ditularkan dari seseorang yang dalam darah terdapat
anak cacing/ mikrofilaria kepada orang lain melalui gigitan

28
nyamuk. Orang tersebut mungkin sakit filariasis atau mungkin
tidak.
b. Pada waktu nyamuk mengisap darah, mikrofilaria akan terhisap
dan masuk ke dalam badan nyamuk.
c. Dalam waktu 1-2 minggu kemudian berubah menjadi larva dan
ditularkan kepada orang lain sewaktu nyamuk menggigitnya.
Cara Pencegahan
a. Menghindari dari gigitan nyamuk dengan cara: tidur menggunakan
kelambu, memasang obat nyamuk, memakai obat gosok anti
nyamuk/repellent dan lubang-lubang angin/ ventilasi rumah ditutup
dengan kawat kasa halus.
b. Memberantas nyamuk dengan cara: membersihkan tempat-tempat
perindukan nyamuk dan menyemprot untuk membunuh nyamuk
dewasa.
c. Mengikuti program pengobatan massal filariasis.
d. Memeriksakan diri ke puskesmas bila keluarga atau tetangga
menderita filariasis.
8. Chikungunya
Penyebab
Virus Chikungunya ditularkan lewat gigitan nyamuk termasuk dalam
kelompok Alphavirus (group A kalau DBD group B) famili
Togaviridae.
Cara Penularan
a. Ditularkan oleh nyamuk AEDES AEGYPTI yang merupakan
nyamuk penular penyakit demam berdarah (DBD).
b. 3 faktor memegang peranan: manusia, virus dan vektor
chikungunya.
c. Reservoirnya adalah: primata (monyet, kera)
d. Semua orang dapat tertular (anak-anak, dewasa, laki-laki,
perempuan, kaya ataupun miskin)
e. Bila penderita yang sakit (dalam keadaan viremia 2 hari sebelum
demam dan 5 sesudah demam) digigit oleh nyamuk penular

29
(berkembang dalam tubuh nyamuk 8-10 hari), lalu nyamuk tersebut
menggigit orang lain (4-7 hari kemudian dia menjadi sakit)
f. Biasa tida terjadi penularan dari orang ke orang lain
g. Penyakit berlangsung beberapa hari kemudian sembuh sendiri
h. Masa inkubasi 1-12 hari (umumnya 2-4 hari)
Cara Pencegahan
1. PERORANGAN
a. Jangan biarkan nyamuk berkembang biak
b. Lakukan PSN dengan 3M pada TPA, non TPA dan habitat
alamiah secara teratur tiap minggu
c. Menabur larvasida
d. Memelihara ikan pemakan jentik
e. Lindungi diri dari gigitan nyamuk terutama siang hari, dengan
menggunakan repellant, kelambu, pasang kawat kasa di rumah.
2. KELOMPOK MASYARAKAT
Gotong royong membersihkan lingkungan dari tempat
pekembangbiakan nyamuk penular.

9. Penyakit Kulit
Kudis /Scabies
a. Penyebab: tungau / sarcoptes scabiei menembus lapisan kulit
tanduk dan membuat terowongan di bawah kulit sambil bertelur
b. Cara penularan: melalui kontak langsung, melalui alat-alat (baju,
handuk, sprei,tikar dan bantal)
c. Mengenai sosio ekonomi rendah, kepadatan penghuni rumah,
higiene buruk pendidikan rendah, bisa terjadi di asrama
d. Cara pencegahan :
Memutus rantai penularan dengan memberi obat
Lingkungan agar tigak terlalu padat
Hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk
Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih, minimal
2x/hari dengan sabun

30
Jaga kebersihan lingkungan
Buka jendela agar matahari masuk

Penyebab dari penyakit berbasis lingkungan

Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antara lain penyakit disebabkan


oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah.
Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis lingkungan banyak
disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban
yang masih rendah, tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga,
limbah industri, limbah pertanian, sarana transportaasi, serta kondisi lingkungan fisik
yang memungkinkan.

Pencegahan penyakit berbasis lingkungan :

1. Manajemen Simpul 1 (Pengendalian pada sumber penyakit).

Pengendalian penyakit atau manajemen penyakit secara terpadu berbasis wilayah,


dimulai dari pengendalian sumber penyakit. Pengendalian pada sumber penyakit
merupakan upaya preventif promotif. Sumber penyakit menular dan penyakit tidak
menular pada dasarnya dapat dibedakan. Sumber penyakit menular yaitu penderita
penyakit itu sendiri. Dengan melakukan pencarian kasus secara aktif dan menetapkan
kasus (melakukan diagnosis secara cepat dan tepat terhadap kasus) serta pengobatan
hingga sembuh, maka sumber penularan dapat dieliminasi bahkan dihilangkan.
Manajemen kasus penyakit menular merupakan upaya promotif sekaligus preventif,
karena mencegah agar tidak timbul penularan lebih lanjut dalam masyarakat.

Untuk itu diperlukan petugas lapangan untuk membantu mencari dan mengobati
kasus dengan baik secara proaktif, misalnya juru malaria desa dan juru kusta. Sumber
penyakit tidak menular yaitu sumber agent penyakit berupa bahan toksik, fisik seperti
radiasi atau kebisingan. Misalnya, knalpot kendaraan bermotor secara terus-menerus
mengeluarkan gas-gas toksik seperti Karbonmonoksida, SO2, NOx. Contoh lain yaitu
cerobong asap, titik buangan limbah industry, titik buangan limbah rumah tangga, asap
rokok dan lain-lain. Untuk menghilangkan potensi bahaya dari sumber tersebut maka
beberapa teknik dapat ditempuh, misalnya dengan mengganti bahan bakar bensin

31
menjadi bahan bakar gas. Memperbaiki proses mesin menjadi lebih efisien dan efektif,
atau diberi alat penyaring bahan pencemar.

2. Manajemen Simpul 2 (Pengendalian pada media penularan)

Manajemen Simpul 2 dilakukan jika manajemen Simpul 1 mengalami kegagalan.


Manajemen simpul 2 dilakukan dengan mengendalikan agent penyakit melalui media
transmisi, misalnya saja:

- Pengendaliann vector
Pengendalian vektor merupakan salah satu cara mengendalikan penyakit
yang ditularkan vektor penyakit, seperti nyamuk penular malaria, penular
demam berdarah dan sebagainya.
- Penyehatan makanan
Penyehatan pangan merupakan upaya untuk melakukan pencegahan
penularan penyakit melalui pangan, misalnya sanitasi makanan, proses
pengolahan yang memenuhi standar kesehatan, penggunaan bahan-bahan
yang tidak berpotensi bahaya penyakit (misalnya daging yang mengandung
Bacillus an-thracis).
- Penyehatan air.
Penyehatan air identik dengan penyediaan air bersih bagi seluruh
penduduk. Misalnya, air yang tercemar bakteri harus dimasak.
- Pembersihan udara dalam ruangan.
Penyehatan udara dapat dilakukan dengan cara penyediaan air filter di
ruangan yang penuh dengan asap rokok. Untuk membersihkan polusi udara
di perkotaan dengan cara menanam pephonan, memperbanyak air mancur,
telaga dan lain sebagainya.
- Pada manusia pembawa penyakit
Sedangkan penularan penyakit melalui manusia selain pengobatan pada
manusia itu sendiri, juga diminta menggunakan alat pelindung diri, seperti
masker pada penderita penyakit TBC agar tidak menularkan pada orang
lain.

32
3. Manajemen Simpul 3 (Pengendalian proses pajanan)

Emisi sumber agent penyakit yang telah berada pada media transmisi
(lingkungan) kemudian berinteraksi dengan penduduk atau masyarakat setempat.
Intensitas hubungan interaktif antara media transmisi (lingkungan) dengan
masyarakat tergantung pola perilaku individu atau kelompoknya, misalnya perilaku
menghindar, perilaku selalu mengkonsumsi air yang telah dimasak, hobi, pekerjaan,
dan sebagainya. Ada sederet upaya (termasuk upaya teknologi) untuk mencegah
agar masyarakat tertentu tidak melakukan kontak dengan komponen yang memiliki
potensi membahayakan kesehatan. Upaya yang telah dikenal antara lain upaya
perbaikan PHBS, penggunaan alat pelindung diri, imunisasi dan kekebalan alamiah
ketika terjadi wabah demam berdarah.

4. Manajemen Simpul 4 (Pengobatan penderita sakit/ manajemen kasus)


Pengobatan terhadap penderita kasus tersebut dikenal sebagai manajemen kasus
atau penderita penyakit. Agent penyakit yanng masuk ke tubuh seseorang akan
mengalami proses yang amat kompleks di dalam tubuh manusia tersebut. Tentu
saja tubuh manusia dengan sistem pertahanannya tidak serta-merta menyerah
begitu saja. Hal ini dikenal sebagai sistem pertahanan seluler. Untuk kasus
penyakit lingkungan yang menular, mikroba yang masuk ke dalam tubuh
manusia melalui berbagai media transmisi tentu akan ditahan dan dibunuh oleh
sel-sel pertahanan tubuh manusia. Sakit merupakan keadaan patologis pada
individu maupun sekelompok orang berupa kelainan fungsi maupun morfologi.
Untuk memastikan kondisi seseorang dinyatakan sakit, bisa melalui pemeriksaan
secara sederhana hingga pemeriksaan dengan alat teknologi tinggi.

11. Apa saja prinsip dasar sanitasi?13


Jawaban:
Sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan aseptik dalam persiapan, pengolahan, dan
penyajian makanan; pembersihan dan sanitasi lingkungan kerja; dan kesehatan
pekerja. Secara lebih terinci sanitasi meliputi pengawasan mutu bahan mentah,
penyimpanan bahan, suplai air yang baik, pencegahan kontaminasi produk dari
lingkungan, peralatan, dan pekerja, pada semua tahapan proses.

33
Prinsip-prinsip dasar sanitasi adalah sebagai berikut:
1. Kebersihan; yang meliputi pemusnahan mikrobia, sisa-sisa makanan, debu
dan tanah yang memungkinkan tumbuhnya mikrobia yang tidak
dikehendaki.
2. Sanitasi; yang meliputi penggunaan cara-cara fisik dan mekanis atau zat-zat
kimia dengan maksud untuk memusnahkan sebagian besar mikrobia yang
masih tertinggal pada permukaan perkakas dan peralatan pabrik.
Persyaratan sanitasi harus dipenuhi dalam hal sarana dan atau prasarana yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung, penyelenggaraan atau proses,
orang yang bertanggungjawab, menangani secara langsung dan atau berada
langsung dalam lingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan.

12. Bagaimana prosedur sanitasi di tempat-tempat umum?14


Jawaban:
1. Penyediaan Air Bersih
Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali,
sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat
penampungan air hujan, penampungan mata air, dan perpipaan. Sirkulasi
air, pemanfaatan air, serta sifat-sifat air memungkinkan terjadinya pengaruh
air terhadap kesehatan. Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan
dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
a. Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan adalah sebagai berikut :
i. Untuk keperluan air minum.
ii. Untuk kebutuhan rumah tangga I (cuci pakaian, cuci alat dapur, dan
lain-lain).
iii. Untuk kebutuhan rumah tangga II (siram-siram halaman)
iv. Taman Rekreasi (tempat-tempat pemandian, tempat cuci tangan).
v. Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan yang dikaitkan
dengan proses kegiatan bahan-bahan/ minuman, WC dan lain-lain).

34
vi. Perindustrian I (untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam
proses membuat makanan, minuman seperti the botol, coca cola,
perusahaan roti dan lain-lain).
vii. Pertanian/ irigasi
viii. Perikanan.
b. Syarat Air Bersih
i. Syarat Kuantitatif
Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari
tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak
aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar.
Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak
138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus
12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4
liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-
lain 33,3 liter.
ii. Syarat Kualitatif
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan
mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).
Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau,
tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu
sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga
menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang
rendah.
- Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai
oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan
kualitas air.
- Rasa

35
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang
tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang
dapat membahayakan kesehatan.
Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun
mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan
adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di
air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh
karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat
organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-
senyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal
dari buangan industri.
Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik
biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan
yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan.
Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.
Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak
terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang
dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi
biokimia di dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen
tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat
menghilangkan dahaga.
Jumlah Zat Padat Terlarut
Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat
organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS
bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek
TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada
spesies kimia penyebab masalah tersebut.

36
Parameter Mikrobiologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung
bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat
dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri
pathogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri
golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri pathogen.
Parameter Radioaktifitas
Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk
radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan
kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa
kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat
diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak
seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai
penyakit seperti kanker dan mutasi. 4. Parameter Kimia Dari segi
parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar
secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As),
barium (Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat
keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam
dan tidak basa (Netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan
logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang
dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 9.
2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus di suatu
tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban tersebut sehat jika memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
i. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban
ii. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya
iii. Tidak mengotori air tanah disekitarnya

37
iv. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang
lainnya.
v. Tidak menimbulkan bau
vi. Mudah digunakan dan dipelihara
vii. Desainnya sederhana
viii. Murah

3. Pembuangan Air Limbah


Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung
berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan
lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi.

a. Sarana pembuangan limbah


Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi
persyaratan teknis sebagai berikut :
Tidak mencemari sumber air bersih
Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang
serangga/nyamuk
Tidak menimbulkan bau
Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak
menyenangkan
b. Dampak dari Pencemaran Limbah
Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk
terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa akibatnya
yaitu:
Akibat Terhadap Lingkungan
Air buangan limbah dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga
bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran
terhadap air permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan terkadang
dapat dapat menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak
menyenangkan.

38
Akibat Terhadap Kesehatan Masyarakat
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air
buangan dapat menjadi media tempat berkembangbiaknya
mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga
lainnya dan juga dapat menjadi media transmisi penyakit seperti
cholera, thypus dan lainnya.
4. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan
pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak
mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.

a. Penyimpanan sampah
Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum
sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang
(dimusnakan) dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda
untuk macam dan jenis sampah tertentu.maksud dari pemisahan dan
penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-
syarat tempat sampah antara lain :
Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah
berseraknya sampah
Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta
dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka
atau ditutup tanpa mengotori tangan
Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut
oleh satu orang.
b. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing
rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu
setiap rumah tangga atau institusi harus mengadakan tempat khusus
untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing tempat

39
pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan
Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir
(TPA).

13. Bagaimana cara pengelolaan limbah?14


Jawaban:
1. Pengurangan Sumber (Source Reduction)
Banyaknya sampah yang dihasilkan oleh setiap orang dapat dikurangi
jumlahnya dengan cara mengurangi pemakaian. Hal yang paling sederhana
yang dapat kita lakukan, diantaranya pengurangan pemakaian kantong
plastik. Jika kita belanja, biasakan untuk membawa tas belanja sendiri
sehingga jumlah sampah plastik dapat dikurangi.

2. Penggunaan kembali
Barang yang sudah tidak digunakan lagi dapat kita manfaatkan untuk
berbagai kepentingan. Biasanya para siswa membeli buku tulis baru setiap
kenaikan kelas. Padahal buku tulis yang lama masih tersisa. Sisa buku tulis
hendaknya digunakan sampai habis, jangan dulu membeli buku tulis baru
sebelum buku tulis yang lama habis.
3. Pemanfaatan (recycling)
Sampah-sampah yang dihasilkan dari rumah dapat kita daur ulang menjadi
barang yang baru. Misalnya sisa-sisa makanan atau potongan sayur dan buah-
buahan dapat diolah menjadi pupuk kompos. Minyak jelanta yang seharusnya
dibuang dapat didaur ulang menjadi minyak baru dengan diberi sari buah
mengkudu. Jika setiap orang sudah memahami proses daur ulang sampah.
Jumlah sampah dapat dikurangi.
4. Pengolahan (treatment)
Teknik pengolahan ditujukan pada limbah yang tidak dapat kita olah sendiri.
Teknik pengolahan ini dilakukan pada limbah industri atau limbah yang
beracun. Adapun beberapa teknik yang dilakukan untuk mengolah limbah
cair diantaranya sebagai berikut:

40
1. Pengolahan secara fisika, pengolahan secara fisika dapat dilakukan
dengan berbagai cara di antaranya adalah:
Penyaringan, dilakukan pada limbah cair yang mudah mengendap.
Bahan- bahan padat dalam cairan dapat dipisahkan dengan penyaringan.
Proses flotasi, yaitu proses pengolahan limbah dengan cara penyisihan
bahan- bahan mengapung seperti minyak dan lemak. Teknik ini dapat
juga dilakukan pada bahan-bahan tersuspensi seperti lumpur.
Proses filtrasi, yaitu teknik yang dilakukan pada bahan limbah yang
mengandung partikel suspensi (mengendap). Teknik ini dapat
menyisihkan sebanyak mungkin partikel yang mengendap.
Proses absorpsi, yaitu teknik pengolahan limbah dengan menggunakan
karbon aktif. Teknik ini dilakukan dengan menyisihkan senyawa
aromatic dan senyawa organik terlarut lainnya.
Teknologi membran (reverse osmosis), digunakan untuk unit
pengolahan kecil. Teknik ini membutuhkan biaya operasi yang sangat
mahal.
2. Pengolahan secara kimia, pengolahan air buangan secara kimia biasanya
dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah
mengendap (koloid), seperti logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat
organik beracun dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang
diperlukan. Penyisihan bahan- bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung
melalui perubahan sifat bahan- bahan tersebut. Perubahan zat tersebut
adalah dari tidak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan, baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai
hasil reaksi oksidasi.
3. Pengolahan secara biologi, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme.
Ditinjau dari segi lingkungan, pengolahan secara biologi dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu proses aerob dan proses anaerob. Proses aerob
adalah proses pengolahan limbah yang melibatkan oksigen, sedangkan
proses anaerob adalah proses pengolahan limbah yang tidak melibatkan
oksigen.

41
14. Bagaimana sanitasi makanan dan minuman yang baik?
Jawaban:
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik
beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai
dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,
penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman
tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi
makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan,
mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan
merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.
Dalam pengelolaan makanan ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu:

Keadaan bahan makanan

Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta
kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk
atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb.
Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan
perjalanan makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang
begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baika dalah
menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas
(liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

Cara penyimpanan bahan makanan


Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh
masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering
dan penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat
sifat bahan makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga
kualitasnya dapat terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene
sanitasi makanan adalah sebagai berikut :
Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan
memenuhi syarat.

42
Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak
memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari
lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan
pada suhu yang dingin.

Adapun tata cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut higiene dan
sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
a. Suhu penyimpanan yang baik
Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan
tergantung kepada besar dan banyaknya makanan dan tempat
penyimpanannya. Sebagian besar dapat dikelompokkan menjadi:
1. Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya
Menyimpan sampai 3 hari : -50 sampai 00 C
Penyimpanan untuk 1 minggu : -190 sampai -50 C
Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100 C
2. Makanan jenis telor, susu dan olahannya
Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70 C
Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50 C
Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : dibawah -50 C
3. Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling
lama 1 minggu yaitu 70 sampai 100 C.
4. Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).

b. Tata cara Penyimpanan


Peralatan penyimpanan
Penyimpanan suhu rendah dapat berupa:
Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 100 150 C untu
penyimpanan sayuran, minuman dan buah serta untuk display
penjualan makanan da minuman dingin.
Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 10 40 C dalam
keadaanisi bisa digunakan untuk minuma, makanan siap santap dan
telor.

43
Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -50 C, dapat digunakan
untuk penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih
dari 3 hari.
Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan
makanan beku (frozen food) dengan suhu mencapai -200 C untuk
menyimpan daging dan makanan beku dalam jangka waktu lama.
c. Penyimpanan suhu kamar
Untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu
kamar, maka rang penyimpanan harus diatur sebagai berikut:
Makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding,
lantai dan langit-langit, maksudnya adalah:
Untuk sirkulasi udara agar udara segar dapatsegera masuk keseluruh
ruangan
Mencegah kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian tikus
Untuk memudahkan pembersihan lantai
Untuk mempermudah dilakukan stok opname
Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak bercampur
baur.
Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula pasir, tepung,
ditempatkan dalam wadah penampungan sehigga tidak mengotori
lantai.
d. Cara penyimpanan
Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya
agar suhu dapat merata keselutuh bagian
Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya,
dalam wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak,
kantong plastik atau lemari yang berbeda.
Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga
terjadi sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian.
Pengisian lemari yang terlalu padat akan mengurangi manfaat
penyimpanan karena suhunya tidak sesuai dengan kebutuhan.
a. Penyimpanan didalam lemari es:

44
Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap
Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong
plastik yang rapat dan dipisahkan dari makanan lain, kalau
mungin dalam lemari yang berbeda, kalau tidak letaknya harus
berjauhan.
Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus
sudah dipergunakan.
Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkn
lemari untuk keperluan sehari-hari dipisahkan dengan lemari
untuk keperluan penyimpanan makanan
b. Penyimpanan makanan kering:
Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik
Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab
Rak-rak berjarak minimal 15 cmdari dinding lantai dan 60cm
dari langit-langit.
Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan.
Penempanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem
FIFO (firs in first out) artinya makanan yang masuk terlebih
dahulu harus dikeluarkan lebih dulu;
e. Administrasi penyimpanan
Setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang
untuk ketertiban adminisrasinya. Setiap jenis makanan mempunyai kartu
stock, sehingga bila terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.

Proses pengolahan
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu:
1. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan
diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai
peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu

45
kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan
diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi.
2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara
langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap
persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam
proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar
peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan
penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan,
antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan
tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella
dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu
dalam keadan sehat dan terampil.

3. Cara pengolahan makanan


Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan
makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah
atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good
manufacturing practice).

Cara pengangkutan makanan yang telah masak


Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau
penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari
serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan
tidak berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur
suhunya dalam keadaan panas 60 C atau tetap dingi 4 C.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan matang
adalah sebagai berikut:
Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu diatas
600C.
Makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam suhu dibawah 40C.

46
Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan suhu
dibawah 40C harus dipanaskan kembali sampai 600C sebelum disajikan.

Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat penyajian


harus dipertahankan, yaitu:
1. Makanan yang akan disajikan lebih dari 6 jam dari waktu pengolahan
harus diatur suhunya pada suhu dibawah 40C atau dalam keadaa beku
00C.
2. Makanan yang akan disajikan kurang dari 6 jam dapat diatur suhunya
dengan suhu kamar asal makanan segera dikonsumsi dan tidak
menunggu.
3. Pemanasan kembali makanan beku (reheating) dengan pemanasan biasa
atau microwave sampai suhu stabil terendah 600C.
Hindari suhu makanan berada pada suhu antara 240C sampai 600C,
karena pada suhu tersebut merupakan suhu terbaik untuk pertumbuhan
bakteri pathogen dan puncak optimalnya pada suhu 370 C.
Makanan matang yang akan disajikan jauh dari tempat pengolahan
makanan, memerlukan pengangkutan yang baik agar kualitas makanan
tersebut tetap terjaga. Prinsip pengangkutan makanan matang / siap saji
adalah sebagai berikut:
1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing. Isi makanan tidak
terlampau penuh untuk mencegah tumpah. Wadah harus mempunyai
tutup yang rapat dan tersedia lubang hawa (ventilasi) untuk makanan
panas. Uap makanan harus dibiarkan terbuang agar tidak terjadi
kondensasi. Air uap kondesasi merupakan media yang baik untuk
pertmbuhan bakteri sehingga makanan menjadi basi.
2. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai
dengan makanan yang ditempatkan dan tidak berkarat atau bocor.
3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya dalam
keadaan tetap panas 600 C atau tetap dingin 40 C.
4. Wadah selama perjalanan tidak dibuka sampai tempat penyajian.
5. Kedaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak bercampur dengan
keperluan mengangkut bahan lain.

47
Cara penyimpanan makanan masak
Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat
penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu
dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu dingin
yaitu < 40C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam
suhu -5 s/d -10C.

Cara penyajian makanan masak


Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan
tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi
baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga
kesehatan dan kebersihan pakaiannya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai
dengan prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
1. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah :
Makanan tidak terkontaminasi silang
Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan
makanan.
2. Prinsip kadar air atinya penempatan makanan yang mengandung kadar air
tinggi (kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk
mencegah makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air
tinggi (dalam kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi)
3. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian
adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian
bahan yang membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau
bunga plastk.
4. Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah
seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap
jenis makanan agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi
kontaminasi silang.

48
5. Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap
dalam keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu
diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus
masih berada diatas 600 C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu
penyajian adalah dengan bean merry (bak penyaji panas).
6. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan
tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik.
Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh,
tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah
penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
7. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan
tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
Tujuannya adalah:
a. Mencegah pencemaran dari tubuh
b. Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi.

15. Bagaimana syarat sanitasi sekolah yang baik?


Jawaban:
1. Kondisi atap dan talang
Atap dan talang yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapatmenjadi
tempat perindukan nyamuk dan tikus. Kondisi ini mendukung terjadinya
penyebaran dan penularan penyakit demam berdarah dan leptospirosis.
2. Kondisi dinding
Dinding yang tidak bersih dan berdebu selain mengurangi estetika juga
berpotensi merangsang timbulnya gangguan pernafasan seperti asthma
atau penyakit saluran pernafasan.
3. Kondisi lantai
Dinding yang tidak rata, licin dapat menyebabkan
terjadinyakecelakaan, sedangkan lantai yang kotor dapat mengurangi
kenyamanan dan estetika. Lantai yang tidak kedap air dapat
menyebabkan kelembaban. Kondisi ini mengakibatkan dapat

49
berkembang biaknya bakteri dan jamur yang dapat meningkatkan resiko
penularan penyakit seperti TBC, ISPA dan lainnya.
4. Kondisi tangga
Tangga yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti kemiringan, lebar
anak tangga, pegangan tangga berpotensi
menimbulkan kecelakaan bagi peserta didik. Tangga yang memenuhi
syarat adalah lebar injakan > 30 cm, tinggi anak tangga maksimal 20 cm,
lebar tangga > 150 cm serta mempunyai pegangan tangan.
5. Pencahayaan
Pencahayaan alami di ruangan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan mendukung berkembang biaknya organisme seperti
bakteri dan jamur. Kondisi ini berpotensi menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan. Selain itu pencahayaan yang kurang menyebabkan
ruang menjadi gelap sehingga disenangi oleh nyamuk untuk beristirahat
(rasting habit).
6. Ventilasi
Ventilasi di ruangan yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan menyebabkan proses pertukaran udara tidak lancar, sehingga
menjadi pengap dan lembab, Kondisi ini mengakibatkan berkembang
biaknya bakteri, virus dan jamur yang berpotensi menimbulkan gangguan
penyakit seperti TBC, ISPA, cacar dan lainnya.
7. Kepadatan Kelas
Perbandingan jumlah peserta didik dengan luas ruang kelas yang tidak
memenuhi syarat kesehatan menyebabkan menurunnya
prosentase ketersediaan oksigen yang dibutuhkan oleh peserta didik. Hal
ini akan menimbulkan rasa kantuk, menurunkan konsentrasi belajar dan
resiko penularan penyakit. Perbandingan ideal adalah 1 orang menempati
luas ruangan 1,75 M2.
8. Jarak Papan tulis
Jarak papan tulis dengan murid terdepan< 2,5 meter
akanmengakibatkan debu kapur atau spidol beterbangan dan terhirup
ketika menghapus papan tulis, sehingga untuk jangka waktu lama

50
akan berpengaruh terhadap fungsi paru-paru. Bila jarak papan tulis
dengan murid paling belakang > 9 meter akan menyebabkan
gangguan konsentrasi belajar.
9. Ketersediaan tempat cuci tangan
Tangan yang kotor berpotensi menularkan penyakit. Kebiasaan cuci
tangan dengan sabun mampu menurunkan kejadian penyakit diare 30%.
Tersedianya tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun bertujuan
untuk menjaga diri dan melatih kebiasaan cuci tangan dengan sabun
sebelum makan atau sesudah buang air besar merupakan salah satu
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Berdasarkan ketentuan
Departemen Kesehatan maka setiap 2 (dua) ruang kelas harus terdapat satu
wastafel yang terletak di luar ruangan.
10. Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak disukai, bisa berasal dari luar sekolah
maupun dari dalam lingkungan sekolah itu sendiri, suara bising dapat
menimbulkan gangguan komunikasi sehingga
mengurangi konsentrasi belajar dan dapat menimbulkan stress.
11. Air bersih
Ketersediaan air bersih baik secara kualitas maupun kuantitas muklak
diperlukan untuk menjaga hygiene dan sanitasi perorangan maupun
lingkungan. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain
diare, kholera, hepatitis, penyakit kulit, mata dan lainnya. Idealnya
ketersediaan air adalah 15 liter/orang/hari.
12. Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir).
Bak penampungan air dapat menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk, demikian juga kamar mandi yang pencahayaannya
kurang memenuhi syarat kesehatan akan menjadi tempat bersarang
dan beristirahatnya nyamuk.
WC dan urinoir : Tinja dan urine merupakan sumber penularan penyakit
perut (diare,cacingan, hepatitis ). Penyakit ini ditularkan melalui air, tangan,
makanan dan lalat. Untuk perlu diperhatikan ketersediaan WC dalam hal

51
jumlahnya. Perbandingannya adalah : 1 WC untuk 25 siswi dan 1 WC untuk
40 siswa.
13. Pengelolaan sampah
Penanganan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapatmenjadi
tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, tikus, kecoak.
Selain itu dapat juga menyebabkan pencemaran tanah
dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika. Untuk itu
disetiap ruang kelas harus terdapat 1 buah tempat sampah dan di sekolah
tersebut harus tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS).
14. Sarana pembuangan air limbah
Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan ataupun tidak dipelihara akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan menjadi tempat perindukan dan bersarangnya
tikus. Kondisi ini berpotensi menyebabkan dan menularkan
penyakit seperti leptospirosis dan filariasis (kaki gajah).

15. Pengendalian vector


Termasuk dalam pengertian vektor ini, terutama adalah tikus dan
nyamuk. Tikus merupakan vektor penyakit pes, leptospirosis, selain
sebagai vektor penyakit, tikus juga dapat merusak bangunan dan instalasi
listrik. Hal ini meningkatkan resiko penularan penyakit dan juga
menimbulkan terjadinya arus pendek pada aliran listrik.Nyamuk
merupakan vektor penyakit, jenis nyamuk tertentu menularkan jenis
penyakit yang berbeda. Nyamuk Aedes Aegypti dapat menyebabkan demam
berdarah. Anak-anak usia sekolah merupakan kelompok resiko tinggi
terjangkit penyakit demam berdarah. Nyamuk demam berdarah senang
berkembang biak pada tempat-tempat penampungan air maupun non
penampungan air. Beberapa tempat perindukan yang harus diwaspadai
antara lain bak air, saluran air, talang, barang-barang bekas dan lainnya.
16. Kantin/warung sekolah
Kantin/warung sekolah sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuktempat
memenuhi kebutuhan makanan jajanan pada saat istirahat. Makanan

52
jajanan yang disajikan tersebut harus memenuhi syarat kesehatan,
karena pengelolaan makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat akan
menimbulkan penyakit bawaan makanan dan berpengaruhterhadap
kesehatan sehingga akan mempengaruhi proses belajar mengajar.
17. Kondisi halaman sekolah
Halaman sekolah pada musim kemarau akan berdebu, sehingga
menyebabkan penyakit ISPA dan pada musim hujan akan
menimbulkan becek sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan.
Halaman sekolah yang kotor dapat mengganggu estetika dan menjadi
tempat berkembang biaknya bibit penyakit.
18. Perilaku
Kebiasaan yang dilakukan sehari hari dapat
mempengaruhi terjadinya penularan dan penyebaran penyakit. Sekolah
merupakan tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk
membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat, untuk
menurunkan resiko terkenapenyakit tertentu. Beberapa perilaku hidup
bersih dan sehat itu antara lain : tidak merokok, buang sampah pada
tempatnya, menjaga kebersihan diri, cuci tangan pakai sabun, menjaga
kebersihan lingkungan dan lainnya.

53
MIND MAPPING

PENYEBARAN
HEPATITIS A DI
SDN 06 JAMBI

Penyakit Berbasis Prinsip Dasar


LingkunganLingkungan Sanitasi
(PBL)

1. Sanitasi
Lingkungan
2. Sanitasi
- Penyebab - TBC Makanan dan
- Faktor Risiko - Diare Minuman
- Penularan - ISPA 3. Sanitasi TTU
- Gejala Klinis - Malaria 4. Pengelolaan
--Pencegahan - DBD Limbah
- Chikungunya
- Filariasis
- Penyakit Kulit
- Hepatitis A
- Kecacingan
54
Daftar Pustaka

1. Dorland,W.A.Newman; Alih Bahasa, Huriawati, Hartono, Dkk; Editor Edisi


Bahasa Indonesia, Huriawati, Hartono, Dkk; Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.
Jakarta: EGC.

2. KKBI.Kamus Besar Bahasa Indoesia. 2014

3. Arief, Syamsul. Hepatitis Virus. Dalam: Juffrie M, Soenarto Yati SS, Oswari
Hanifah, Arief S, Rosaline Ina, Mulyani SS, penyunting. Buku Ajar
Gastroenterologi-Hepatologi. Edisis ke-1 Jakarta: Badan Penerbitan IDAI; 2012.
Hal. 87.

4. Siti Setiati dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi VI, 2014 hal: 1947.

5. Sudoyo, Aru W, Dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi VI. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran UI. 2014. Hal 1949.

6. Suwitra. HEPATITIS VIRUS AKUT dalam BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM
Ed IV Jilid I. Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2010.

55
7. Tanto, chris dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius: 2014.

8. Hepatitis A (online). 2017 (diakses 10 Agustus 2017). Diunduh dari URL:


www.repository.usu.ac.id

9. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan


Kejadian Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit). 2004.

10. Rajab,Wahyudin. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:


EGC. 2009.

11. Rianti,Emy, dkk. Buku Ajar Epidemiologi dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media. 2009.

12. Dwyer, DM dan Groves, C dalam Nelson, dkk. Outbreak Epidemiology dalam
Infectious Disease Epidemiology. Theory and Practice. 2005

13. Mubarak,Wahid Iqbal. Ilmu Kesehatan Masyarakat:Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Salemba medika. 2009.

14. Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 288/MENKES/SK/HI/2003


Tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Jakarta. 2003.
15. Syarat Kesehatan di Sekolah (online).2015 (diakses 09 Agustus 2017). Diunduh
dari URL:http://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kesehatan-lingkungan
sekolah.html

56

Anda mungkin juga menyukai