Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tahun 2014 di Indonesia ditemukan jumlah kasus baru BTA +
sebanyak 176.677 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA + yang
ditemukan tahun 2013 yang sebesar 196.310 kasus. Jumlah kasus tertinggi
yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang bear yaitu
Jawa Baratm Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus baru BTA + di tiga
provinsi tersebut sebesar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia.
Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan kasus BTA + pada perempuan. Pada
masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus BTA+ lebih banyak terjadi
pada laki-laki dibandingkan perempuan. Menurut kelompok umur, kasus baru
paling banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar
20,76% diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,57% dan pada
kelompok umur 35-44 tahun sebesar 19,24%.
Kondisi ini diperparah oleh kejadian HIV yang semakin menngkat dan
bertambahnya jumlah kasus kekebalan ganda kuman TB terhadapat OAT atau
MDR-TB bahkan XDR-TB. Keadaan ini akan memicu epedemi TB yang sulit
dan terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama.
Intervensi dengan strategi DOTS kedalam pelayanan kesehatan dasar
(puskesmas) telah dilakukan sejak tahun1995. Khusus untuk institusi
pelayanan rumah sakit dan Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) /Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) intervensi baru dilakukan secara
aktif sejak tahun 2000. Pelaksanaan DOTS di rumah sakit mempunyai daya
ungkit dalam penemuan kasus (Case Detection Rate/ CDR), angka
keberhasilan pengobatan (cure rate) dan angka keberhasilan rujukan (success
referral rate).
TB sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS
telah diterapkan. Meskipun jumlah kasus TB dan jumlah kematian TB masih
tinggi, namun sebenarnya penyakit TB bisa dicegah dan disembuhkan. Fakta
juga menunjukkan keberhasilan dalam pengendalian TB menggunakan
strategi DOTS.
Sekitar 75% pasien TB adlah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Jika pasien meninggal akibat TB, maka akan
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara
ekonomis, TB juga memberikan damapak buruk lainnya secara social. Untuk
mensukseskan program pemerintah khususnya dalam memberantas penyakit
TB maka Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara memberikan pelayanan
kepada pasien TB dengan menggunakan Strategi DOTS yang sesuai dengan
Pedoman Nasional sejak tahun 2002 dan melakukan jejaring dengan Unit
Pelayanan Kesehatan yang ada di wilayah Kabupaten Jepara. Walaupun
pelayanan kami belum sempurna namun kitabtetap berusaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik.

B. Tujuan Pengamatan
1. Umum
Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara mampu melaksanakan
pelayanan yang menyeluruh terhadap penderita tuberculosis.
2. Khusus
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian pasien Tuberkulosis
b) Menurunkan resitensi terhadap obat anti tuberculosis
c) Memperkuat jejaring internal dan eksternal rumah sakit.
C. Kegunaan Pengamatan
1. Evaluasi program kerja
2. Perencanaan program kerja selanjutnya
3. Pengumpulan dan penyimpanan data
BAB II
ISI LAPORAN

A. PROGRAM MANAJERIAL
Telah dilakukan rapat rutin 3 bulanan, dengan hasil terlampir
B. PROGRAM PELAYANAN TB DOTS
LAPORAN PENEMUAN DAN PENGOBATAN PASIEN TB RSI SULTAN
HADLIRIN JEPARA
BULAN OKTOBER 2017

PASIEN YANG TERDAFTAR

Suspek L P Positif Diobati Konfersi Sembuh Follow Up

63 orang 35 orang 28 orang 12 orang 3 orang 6 orang 2 orang 3 orang

C. PROGRAM FASILITAS DAN PERALATAN


Kegiatan logistik TB DOTS dilakukan tiap bulan
D. PROGRAM MUTU
Kegiatan pelaporan indikator mutu dilaporkan ke panitia PMKP setiap 3 bulan
laporan terlampir
E. KEGIATAN PPI TB
1. Melakukan promosi dan edukasi melalui kegiatan PKRS
2. Melakukan pemenuhan sarana dan prasarana PPITB
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Jumlah pasien terdaftar suspek 63 orang yang positif TB paru 12 orang ,
dan terdapat konfersi 6 orang.
B. SARAN
Meningkatkan edukasi, supaya semua pasien bisa konfersi

Jepara, 3 November 2017


Ketua Panitia TB DOTS

dr. Tri Adi Kurniawan, Sp.P, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai