Anda di halaman 1dari 26

INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN INFEKSI

SALURAN REPRODUKSI DAN HIV AIDS,


TERMASUK PENCEGAHAN PENULARAN
DARI IBU KE ANAK (PPIA)

Oleh :
LENGGI GARNIA KUSUMAH
07210400348
PENDAHULUAN

• Laporan Epidemi HIV Global UNAIDS 2012 menunjukkan bahwa jumlah penderita HIVdi dunia mencapai 34 juta orang.
Sekitar 50% di antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di wilayah Asia Selatan dan
Tenggara terdapat sekitar 4 juta orang dengan HIV dan AIDS. Menurut Laporan Kemajuan Program HIV dan AIDS
WHO/SEARO 2011, di wilayah Asia Tenggara terdapat sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi HIV. Jumlah
perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang
melakukan hubungan seksual tidak aman, yang selanjutnya mereka menularkan pada pasangan seksualnya yang lain. Data
estimasi UNAIDS/WHO (2009) juga memperkirakan 22.000 anak di wilayah Asia-Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa
pengobatan, setengah dari anak yang terinfeksi tersebut meninggal sebelum ulang tahun kedua.
Sampai dengan tahun 2013, kasus HIV dan AIDS di Indonesia telah tersebar di 368 dari 497 kabupaten/kota
(72 %) di seluruh propinsi. Jumlah kasus HIV baru setiap tahunnya mencapai sekitar 20.000 kasus. Pada tahun
2013 tercatat 29.037 kasus baru, dengan 26.527 (90,9%) berada pada usia reproduksi (15-49 tahun) dan
12.279 orang di antaranya adalah perempuan.

Lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif. Penularan tersebut dapat terjadi pada masa
kehamilan, saat persalinan dan selama menyusui. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) atau
Prevention of Mother-to-Child HIV Transmission (PMTCT) merupakan intervensi yang sangat efektif untuk
mencegah penularan tersebut. Upaya ini diintegrasikan dengan upaya eliminasi sifilis kongenital, karena sifilis
meningkatkan risiko penularan HIV di samping mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan pada ibu dan juga
ditularkan kepada bayi seperti pada infeksi HIV.

Dalam upaya pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak, layanan PPIA dan pencegahan sifilis
kongenital diintegrasikan dengan layanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Hal ini dilakukan melalui pelayanan
antenatal terpadu baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun rujukan
INFEKSI MENULAR SEKSUAL
• Infeksi menular seksual atau penyakit menular seksual adalah infeksi
yang menular melalui hubungan intim baik secara vaginal, melalui
dubur (anal), atau melalui mulut (oral). Dan Penularan lainnya dapat
terjadi melalui transfusi darah atau berbagi pakai jarum suntik dengan
penderita.
• Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur, atau parasit
Macam-Macam penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual akibat bakteri:


1. Sifilis
• Penyebab : bakteri Treponema pallidum. Penyakit yang juga dikenal dengan sebutan “raja singa”
• Ciri penyakit : menimbulkan luka di alat kelamin atau mulut.
• Penularan : Seseorang dapat tertular sifilis jika kontak dengan luka tersebut.

2. Gonore
• Penyebab : disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini dapat menyebar kebagian
tubuh lain melalui aliran darah.
• Ciri Penyakit : Pada wanita biasanya akan timbul Keputihan yang lebih banyak dari umumnya,
Perasaan sakit saat buang air kecil, Pendarahan pada vagina yang terjadi di antara
periode menstruasi, Pendarahan yang timbul setelah berhubungan intim, Timbulnya
rasa sakit saat berhubungan intim, Merasakan nyeri perut atau panggul.
• Penularan : Penularan infeksi gonore biasanya terjadi saat seks vaginal, oral, atau anal
Lanjutan…..
3. Chlamydia
Chlamydia merupakan salah satu penyakit menular seksual yang angka kejadiannya cukup besar. Pada tahun 2020 saja, WHO
mencatat kurang lebih ada 129 juta kasus chlamydia di seluruh dunia. Chlamydia juga merupakan penyebab utama radang panggul
dan kemandulan pada wanita, selain gonore.
•Penyebab : oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
•Ciri Penyakit : pada wanita Keputihan yang sangat berbau. Rasa terbakar ketika buang air kecil. Sakit saat sedang berhubungan
seksual dan dapat mengalami perdarahan di vagina sesudahnya. Pada pria Keluar cairan dari penis. Luka di penis
terasa gatal atau terbakar. Rasa terbakar ketika buang air kecil. Rasa sakit atau bengkak pada salah satu atau kedua
buah zakar
•Penularan : penularan penyakit ini terjadi dari kontak dengan luka di area kelamin. Pada wanita, chlamydia menyerang leher rahim.
•Sedangkan pada pria, infeksi ini menyerang saluran urine di penis.

4. Lymphogranuloma venereum (LGV)
•LGV merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Meski disebabkan oleh bakteri yang sama
dengan bakteri penyebab chlamydia, tetapi keduanya memiliki tipe yang berbeda
5. Granuloma inguinale
•Granuloma inguinale atau donovanosis disebabkan oleh infeksi bakteri Klebsiella granulomatis. Donovanosis tergolong dalam jenis
penyakit menular seksual yang jarang terjadi.
Penyakit menular seksual akibat virus

Jenis penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi virus antara lain:
1. Human papillomavirus (HPV)
• Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh virus dengan nama yang sama, yaitu HPV. Virus HPV dapat
menular melalui kontak langsung atau hubungan seksual dengan penderita. Pada perempuan, virus HPV dapat
menyebabkan kutil kelamin hingga kanker leher rahim (kanker serviks).
2. HIV
• Infeksi HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini bisa menyebar
melalui hubungan seksual tanpa kondom, berbagi penggunaan alat suntik, transfusi darah, atau persalinan. Jika dibiarkan tidak
terobati, infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS.
3. Hepatitis B dan C
• Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis ini dapat mengakibatkan gangguan hati kronis hingga kanker hati. Virus ini
ditemukan dalam darah atau cairan tubuh penderita. Selain melalui hubungan seksual, virus ini bisa menular melalui jarum
suntik yang dipakai bersama atau transplantasi organ.
4. Herpes genital
• Herpes genital disebabkan oleh infeksi virus herpes simplex (HSV). Virus ini bersifat tidak aktif atau bersembunyi di dalam
tubuh tanpa menyebabkan gejala. Penyebaran virus terjadi melalui kontak langsung dengan pasangan yang telah terinfeksi.
Penyakit menular seksual akibat virus
Jenis penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi virus antara lain:
1. Human papillomavirus(HPV)
Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh virus dengan nama yang sama, yaitu HPV. Virus HPV dapat menular melalui kontak
langsung atau hubungan seksual dengan penderita.
Pada perempuan, virus HPV dapat menyebabkan kutil kelamin hingga kanker leher rahim (kanker serviks).
2. HIV
Infeksi HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini bisa menyebar melalui
hubungan seksual tanpa kondom, berbagi penggunaan alat suntik, transfusi darah, atau persalinan.
Jika dibiarkan tidak terobati, infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS.
3. Hepatitis B dan C
Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis ini dapat mengakibatkan gangguan hati kronis hingga kanker hati. Virus ini ditemukan
dalam darah atau cairan tubuh penderita.
Selain melalui hubungan seksual, virus ini bisa menular melalui jarum suntik yang dipakai bersama atau transplantasi organ.
4. Herpes genital
Herpes genital disebabkan oleh infeksi virus herpes simplex (HSV). Virus ini bersifat tidak aktif atau bersembunyi di dalam tubuh
tanpa menyebabkan gejala. Penyebaran virus terjadi melalui kontak langsung dengan pasangan yang telah terinfeksi.
HIV/AIDS
Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immununodeficiency Virus yaitu yang
melemahkan system kekebalan tubuh. HIV dalam tubuh manusia hanya
berada di sel darah putih tertentu yaitu sel tempat yang terdapat pada
cairan tubuh. HIV juga dapat ditemukan dalam jumlah kecil pada air
mata, air liur, cairan otak, keringat, air susu ibu.
Etiologi
• Penyebab HIV/AIDS adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency virus (HIV). HIV
• pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.
• Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retro virus baru yang diberi nama HIV-2.
HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV1. Maka
untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
• Trasmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a). Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala
b). Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya lamanya 1 - 2 minggu dengan gejala flu.
c). Infeksi asimtomatik. Lamanya 1 - 15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
d).Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan demam, keringat malam hari, Berat badan
menurun, diare, neuropati, lemah, ras, limfa denopati, lesi mulut.
e).AIDS. Lamanya bervariasi antara 1 - 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
kelompok resiko tinggi HIV/AIDS adalah:

a. Lelaki homoseksual atau biseks. Bayi dari ibu / bapak terinfeksi.


b. Orang yang ketagihan obat intravena
c. Partner seks dari penderita AIDS
d. Penerima darah atau produk darah (transfusi) (Susanto,
Tanda dan Gejala
• Seseorang yang menderita AIDS pertama kali akan mengalami gejala - gejala umum seperti influenza., Kemudia penyakit

AIDS. ini akan menjadi bervariasi pada kurun waktu antara 6 bulan sampai 7 tahun, atau rata - rata 21 bulan pada anak -

anak dan 60 bulan pada orang dewasa.

• Adapun gejala - gejala non spesifik dari penyakit AIDS yaitu yang disebut ARC (AIDS Related Complex) yang berlangsung

lebih dari 3 bulan, dengan gejala - gejala sebagai berikut:


a). berat badan turun lebih dari 10%
b). demam lebih dari 38 derajat Celcius
c). berkeringat di malam hari tanpa sebab
d). diare kronis tanpa sebab yang jelas lebih dari 1 bulan
e). rasa lelah berkepanjangan
f). bercak - bercak putih pada lidah (hairy leukoplakia)
g). penyakit kulit (herpes zoster) dan penyakit jamur (candidiasis) pada mulut
h). pembesaran kelenjar getah bening (limfe), anemia (kurang darah), leukopenia (kurang sel
darah putih), limfopenia (kurang sel - sel limphosit) dan trombositopenia (kurang sel - sel
trombosit / sel pembekuan darah i). ditemukan antigen HIV atau antibodi terhadap HIV
Lanjutan…

gejala klinis lainnya antara lain : Dan gejala umum yang sering terjadi, (Minor)
- Kelainan pada kulit dan rambut antara lain :
kepala a). Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b). Diare kronisyang berlangsung lebih dari 1 bulan.
- Kulit muka dan kulit bahagian tubuh
lainnya c). Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
d). Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
- Mata
Sedangkan gejala minornya (tidak umum terjadi)
- Hidung adalah :
- Rongga mulut (langit - langit, gusi a). Batuk menetap >1 bulan
dan gigi) b). Dermatitis pruritis (gatal)
- Paru - paru c). Herpes simpleks yang meluas dan berat
- Alat kelamin d). Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
Cara Pencegahan

1. Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS atau tersangka penyakit AIDS.
2. Mencagahan hubungan seksul dengan pasengan berganti-ganti atau dengan orang yang mempunyai banyak
pasangan.
3. Menghindari hubungan seksal dengan pecandu narkotika obat suntik.
4. Melarang orang - orang yang termasuk kedalam kelompok beresiko tinggi untuk melakukan donor darah.
5. Memberikan tranfunsi darah hanya untuk pasien yang benar - benar memerlukan 6. Memastikan sterilitas
alat suntik.
TERMASUK PENCEGAHAN PENULARAN DARI IBU KE
ANAK (PPIA)

• Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) atau Prevention of Mother-
to-Child HIV Transmission (PMTCT) merupakan intervensi yang sangat efektif
untuk mencegah penularan tersebut.

• Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA) adalah kegiatan yang komprehensif, dari
pelayanan, pencegahan, terapi, dan perawatan, untuk ibu hamil dan bayinya,
selama masa kehamilan, persalinan, dan Nifas.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 51/2013 tentang Pedoman PPIA dan Peraturan Menteri Kesehatan
No 21/2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS. Berdasarkan peraturan tersebut semua ibu hamil dalam
pelayanan antenatal wajib mendapatkan tes HIV yang inklusif dalam pemeriksaan laboratorium rutin, bersama
tes lainnya, sejak kunjungan pertama sampai menjelang persalinan.
Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari
Ibu ke Anak
Upaya PPIA dilaksanakan melalui kegiatan pencegahan dan penanganan HIV secara komprehensif dan berkesinambungan dalam
empat komponen (prong) sebagai berikut.

1. Prong 1: pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi.

2. Prong 2: pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV.

3. Prong 3: pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu hamil (dengan HIV dan sifilis) kepada janin/bayi yang dikandungnya.

4. Prong 4: dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya
Prong 1: pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi.

• Untuk menghindari penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut.


1. A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum menikah.
2. B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan).
3. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom.
4. D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.
5. E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer antara lain sebagai berikut.
1. KIE tentang HIV-AIDS dan kesehatan reproduksi, baik secara individu atau kelompok dengan sasaran khusus perempuan usia
reproduksi dan pasangannya.
2. Dukungan psikologis kepada perempuan usia reproduksi yang mempunyai perilaku atau pekerjaan berisiko dan rentan untuk
tertular HIV (misalnya penerima donor darah, pasangan dengan perilaku/pekerjaan berisiko) agar bersedia melakukan tes HIV.
3. Dukungan sosial dan perawatan bila hasil tes positif
Prong 2: pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV.

Perempuan dengan HIV dan pasangannya perlu merencanakan dengan seksama sebelum memutuskan untuk
ingin punya anak. Perempuan dengan HIV memerlukan kondisi khusus yang aman untuk hamil, bersalin, nifas
dan menyusui, yaitu aman untuk ibu terhadap komplikasi kehamilan akibat keadaan daya tahan tubuh yang
rendah; dan aman untuk bayi terhadap penularan HIV selama kehamilan, proses persalinan dan masa laktasi.

Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.

1. Meningkatkan akses ODHA ke layanan KB yang menyediakan informasi dan sarana pelayanan kontrasepsi
yang aman dan efektif.

2. Memberikan konseling dan pelayanan KB berkualitas tentang perencanaan kehamilan dan pemilihan
metoda kontrasepsi yang sesuai, kehidupan seksual yang aman dan penanganan efek samping KB.

3. Menyediakan alat dan obat kontrasepsi yang sesuai untuk perempuan dengan HIV.

4. Memberikan dukungan psikologis, sosial, medis dan keperawatan.


Prong 3: pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu hamil (dengan HIV dan sifilis) kepada janin/bayi yang dikandungnya.

Pencegahan penularan HIV dan sifilis pada ibu hamil yang terinfeksi HIV dan sifilis ke janin/bayi yang dikandungnya mencakup
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Layanan antenatal terpadu termasuk tes HIV dan sifilis.
2. Menegakkan diagnosis HIV dan/atau sifilis.
3. Pemberian terapi antiretroviral (untuk HIV) dan Benzatin Penisilin (untuk sifilis) bagi ibu.
4. Konseling persalianan dan KB pasca persalianan.
5. Konseling menyusui dan pemberian makanan bagi bayi dan anak, serta KB.
6. Konseling pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak.
7. Persalinan yang aman dan pelayanan KB pasca persalinan.
8. Pemberian profilaksis ARV pada bayi.
9. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan keperawatan bagi ibu selama hamil, bersalin dan bayinya
Prong 4: dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya

• Dukungan Psikososial • Dukungan Medis dan Perawatan

1. dukungan emosional, berupa empati dan kasih sayang; Tujuan dari dukungan ini untuk menjaga ibu dan bayi tetap sehat
dengan peningkatkan pola hidup sehat, kepatuhan pengobatan,
2. dukungan penghargaan, berupa sikap dan dukungan
pencegahan penyakit oportunis dan pengamatan status kesehatan.
positif;
Dukungan bagi ibu meliputi: 1. pemeriksaan dan pemantauan
3. dukungan instrumental, berupa dukungan untuk kondisi kesehatan;
ekonomi keluarga; 2. pengobatan dan pemantauan terapi ARV;
3. pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik;
4. dukungan informasi, berupa semua informasi terkait
4. konseling dan dukungan kontrasepsi dan pengaturan kehamilan;
HIV-AIDS dan seluruh layanan pendukung, termasuk
5. konseling dan dukungan asupan gizi;
informasi tentang kontak petugas
6. layanan klinik dan rumah sakit yang bersahabat;
kesehatan/LSM/kelompok dukungan sebaya.
7. Kunjungan Rumah
Dukungan bagi bayi/anak meliputi:
1. diagnosis HIV pada bayi dan anak;
2. pemberian kotrimoksazol profilaksis;
3. pemberian ARV pada bayi dengan HIV;
4. informasi dan edukasi pemberian makanan bayi/anak;
5. pemeliharaan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak;
6. pemberian imunisasi.

Penyuluhan yang diberikan kepada anggota keluarga meliputi:


• cara penularan HIV dan pencegahannya
• Penggerakan dukungan masyarakat bagi keluarga
INFEKSI SALURAN REPRODUKSI
Infeksi saluran reproduksi merupakan suatu infeksi yang menyerang organ genital seseorang dan dapat dialami pria
maupun wanita. Terdapat tiga jenis infeksi saluran reproduksi, yaitu:

• Infeksi menular seksual, seperti chlamydia, gonore, dan HIV.

• Infeksi endogenus, yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari organisme yang dalam kondisi normal
terdapat di saluran reproduksi. Contoh dari kondisi ini adalah vaginosis bakteri dan kandidiasis vulvovaginal.

• Infeksi iatrogenik, yang disebabkan oleh kesalahan pada prosedur medis, seperti aborsi yang tidak sesuai atau
proses melahirkan yang tidak dilakukan dengan tepat.

Infeksi saluran reproduksi merupakan kondisi yang dapat dicegah. Selain itu, dengan diagnosis yang tepat, kondisi ini
juga dapat diatasi dengan baik.
Tanda Dan Gejala Infeksi Saluran Reproduksi
1. Keputihan abnormal
• Ini merupakan tanda yang paling umum dari infeksi saluran reproduksi pada wanita. Keputihan abnormal memiliki ciri berupa bau amis, volume tebal,
warna putih kekuningan atau kehijauan, disertai nyeri panggul atau perdarahan, dan menyebabkan lecet atau luka pada alat kelamin.
• Apabila keputihan yang Anda alami serupa dengan gejala di atas, sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan perawatan
yang sesuai dengan penyebabnya.
2. Gatal pada kelamin
Rasa gatal pada alat kelamin dapat disebabkan oleh infeksi saluran reproduksi. Ketika mengalami infeksi tersebut, Anda akan merasa gatal yang hebat
pada alat
kelamin, hingga tak tahan untuk menggaruknya. Hati-hati, sebab menggaruk terlalu keras, dapat menyebabkan luka pada alat kelamin.
3. Nyeri perut bagian bawah
Nyeri perut bagian bawah bisa terasa tidak nyaman dan menyakitkan. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi saluran reproduksi. Perut Anda akan terasa
kram,
kembung, seperti ditekan, ditusuk atau diputar.
4. Nyeri menstruasi
Jika Anda merasa nyeri ketika menstruasi, hal itu dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Salah satu masalah yang dengan tanda nyeri mens
adalah infeksi saluran
reproduksi. Nyeri mens
akan terasa sangat hebat, bahkan membuat Anda sulit untuk beraktivitas.
5. Nyeri saat berhubungan intim
Kondisi ini merupakan salah satu tanda umum dari infeksi saluran reproduksi. Ketika berhubungan intim, Anda akan merasa nyeri yang tidak seperti
biasanya. Bahkan, nyeri ini
terkadang dapat
disertai dengan perdarahan. Hal ini tentu harus mendapat perhatian medis.
6. Ruam di selangkangan
• Ruam di daerah selangkangan dapat disebabkan oleh berbagai hal, termasuk infeksi saluran reproduksi.
• Jika mengalami infeksi tersebut, selangkangan akan mengalami ruam kemerahan yang terasa gatal dan menyakitkan. Hindari menggaruk area tersebut.
Sebab menggaruknya, hanya akan memperparah ruam.
7. Sensasi terbakar saat buang air kecil
Ketika terkena infeksi saluran reproduksi, Anda dapat merasa nyeri saat buang air kecil. Bahkan, nyeri ini menimbulkan sensasi terbakar yang membuat
Komplikasi infeksi saluran reproduksi

• Gonore, sifilis, dan kandida adalah infeksi saluran reproduksi yang paling umum. Jika tidak diobati,
infeksi saluran reproduksi dapat menyebabkan komplikasi, seperti kesulitan hamil, kehamilan
ektopik, nyeri panggul, kanker serviks, gangguan menstruasi, melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah, dan meningkatkan risiko terhadap infeksi virus HIV.
• Untuk menghindari terjadinya infeksi saluran reproduksi, sebaiknya Anda melakukan hubungan
seks yang aman dengan menggunakan kondom. Selain itu, jagalah kebersihan alat reproduksi
Anda dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai