Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I
TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Teori Anak Sehat


1.1.1 Pengertian anak sehat
Bayi adalah anak dengan rentang usia 0-12 bulan. Masa bayi merupakan
bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap
lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,
dan pada usia 29 hari sampai 12 bulan, bayi akan mengalami pertumbuhan yang
sangat cepat (Perry & Potter, 2005).

Ciri-ciri bayi normal dan sehat antara lain :

1. Bayi menangis dengan keras dan nyaring.


2. Warna kulit kemerahan, dari muka, bibir, hingga tangan dan bagian kaki
3. Lengan dan tungkai bergerak aktif, tangan mengepal dan menekuk di siku,
tungkai setengah tekuk di sendi paha dan lutut.
4. Napas bayi teratur dan tenang, dinding dada dan dinding perut bergerak teratur
5. Semua anggota badan lengkap sempurna, dari ujung kaki hingga ujung
rambut. Tak terkecuali lubang mulut, lubang dubur dan pusar.
6. Tinja pada hari pertama sampai ke-7 berwarna hijau, hari berikutnya berubah
jadi kuning.
7. Sedangkan warna urin jernih atau kekuningan.
8. Warna putih mata tetap putih, tidak kuning.
9. Jika di usia 4 minggu dinilai semua fungsi tubuh baik, berarti normal.

1.1.2 Pertumbuhan dan perkembangan


Pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg), ukuran panjang (cm, m), ukuran
tulang dan keseimbangan metabolik. (Soetjiningsih, 2012: 1)

1
2

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur


dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. (Soetjiningsih, 2012: 1).
Cara mengukur pertumbuhan :
1. Ukuran antropometri
Menurut Marmi (2012:165-167) pengukuran antropometri meliputi:
a) Berat badan
Untuk menilai ukuran atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh
(tulang, otot, lemak, cairan tubuh) sehingga akan diketaahui status gizi
anak atau tumbuh kembang anak. Penilaian berat badan berdasarkan umur
menurut WHO dengan baku NCHS, berdasarkan tinggi badan menurut
WHO, dan NHCS yaitu : persentil ke 75-25 dikatakan normal, persentil
10-5 mal nutrisi sedang dan kurang.Kenaikan berat badan pada bayi cukup
bulan kembali pada hari ke-10.
1) Umur 10 hari : BBL
2) Umur 5 bulan: 2x BBL
3) Umur tahun : 3 x BBL
4) Umur 2 tahun : 4 x BBL
5) Pra sekolah : meningkat 2 kg/tahun
6) Adolenct : meningkat 3-3,5 kg/tahun
Kenaikan BB pada tahun pertama kehidupan
1) Trimester I : 700-1000 gram/ bulan
2) Trimester II : 500-600 gram/ bulan
3) Trimester III : 350-450 gram/ bulan
4) Trimester IV : 250-350 gram/ bulan
Perkiraan berat badan dalam kilogram
umur (bulan)+ 9
1) Usia 3-12 bulan = 2

2) Usia 1-6 tahun = (umur(tahun)x 2) + 8


(umur(tahun)x7)−5
3) Usia 6-12 tahun = 2
3

b) Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan untuk menilai status perbaikan gizi disamping
factor genetic. Penilaian TB dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam
menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penilaian TB
dapat berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS yaitu dengan
cara persentase dari median dengan penilaian : ≥ 90 & adalah normal, TB
meningkat sampai tinggi maksimal dicapai, meningkat pesat pada usia
bayi dan adolencent dan berhenti pada usia 18-20 tahun.
Tinggi badan dapat diperkirakan sebagai berikut :
1) Umur 1 tahun : 1,5 x TB lahir
2) Umur 4 tahun : 2 x TB lahir
3) Umur 6 tahun : 2,5 x TB lahir
4) Umur 13 tahun : 3 x TB lahir
5) Dewasa : 3,5 x TB lahir
Atau dengan rumus Behrman :
1) Lahir : 50 cm
2) 1 tahun : 72 cm
3) 2-13 tahun : umur (tahun) x 6 + 77
Atau berdasarkan potensi genetic TB akhir :
(TB ayah  13 cm)  (TB Ibu  13)
TB anak perempuan :  8,5 cm
2
(TB Ibu  13 cm)  (TB ayah  13)
TB anak laki-laki :  8,5 cm)
2
c) Lingkar kepala
Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini dapat
dilihat apabila pertumbuhan otak kecil (Mikrosefali) maka menunjukkan
adanya retardasi mental, sebaliknya apabila otaknya besar (volume kepala
meningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan cerebrospinalis.
1) 6-9 bulan kehamilan = 3 gram/24 jam
2) Lahir-6 bulan = 2gram/24 jam
3) 6 bulan-3 tahun = 0,35 gram/24 jam
4

4) 3- tahun = 0,15 gram/24 jam


d) Pengukuran lingkar lengan atas
Digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, tetapi penilaian ini
banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila dibanding
dengan BB. Penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada
anak usia pra sekolah.
2. Pemeriksaan fisik
a) Gigi
Gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan pada umur 1 tahun sebagian
besar anak mempunyai 6-8 gigi susu. Selama tahun kedua gigi tumbuh 8
lagi, sehingga jumlah seluruhnya sekitar 14-16 gigi, dan pada umur 2,5
tahun sudah terdapat 20 gigi susu.
Erupsi gigi tetap
1) Molar pertama 6-7 tahun
2) Insisor 7-9 tahun
3) Pre molar 9-11 tahun
4) Kaninus 10-12 tahun
5) Molar kedua 12-16 tahun
6) Molar ketiga 17-25 tahun.
(Soetjiningsih, 2012 : 24)
b) Jaringan lemak
Selain otot-otot, jaringan lemak juga menentukan ukuran dan bentuk tubuh
seseorang. Pertambahan jumlah sel lemak meningkat pada trimester III
kehamilan sampai pertengahan masa bayi. Setelah itu sel lemak tidak
banyak bertambah dan besarnya sel lemak menentukan gemuk atau
kurusnya seseorang. Pertumbuhan jaringan lemak akan bertambah lagi
pada anak perempuan umur 8 tahun dan pada anak laki-laki umur 10 tahun
hingga menjelang awal pubertas. Setelah itu pada pria mengurang, tapi
anak wanita bertambah sampai dewasa (Soetjiningsih, 2012:24-25).
5

c) Organ-organ tubuh
Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti polanya sendiri-sendiri secara
umum terdapat 4 pola pertumbuhannya organ, yaitu :
d) Pola umum (general pattern)
Yang mengikuti pertumbuhan pola umum adalah tulang panjang, otot
skelet (pada neonatus 20-25% berat badan, setelah dewasa 40 berat
badan), system pencernaan, pernafasan, peredaran darah dan volume
darah.
e) Pola neural (brain and head pattern)
Perkembangan otak bersama-sama tulang tengkorak yang melindunginya,
mata dan tenaga berlangsung lebih dini.
f) Pola limpoid (Lymphoid pattern)
Pertumbuhan jaringan limpoid agak berbeda dari bagian tubuh lainnya,
pertumbuhan mencapai maksimum sebelum adolesensi kemudian menurun
hingga mencapai ukuran dewasa.
g) Pola genital (reproductive pattern)
Organ-organ reproduks mengikuti pola genital, dimana pertumbuhannya
lambat pada pra remaja, kemudian disusul pacu edolesen yang pesat
(Soetjiningsih, 2012:25-26).
Cara mengukur perkembangan
Teori perkembangan anak oleh Frankenburg dkk (1981) melalui DDST
mengemukakan 4 parameter perkembangan dalam menilai perkembangan anak
balita, yaitu :
1. Personal sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
3. Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
6

4. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
5. Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
(Marmi, 2012:179).

1.1.3 Memantau tumbuh kembang anak


Dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan dapat menggunakan
beberapa cara, antara lain:
1. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012), deteksi dini tumbuh
kembang anak adalah pemeriksan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah, sehingga
intervensi akan lebih mudah dilakukan. Bila penyimpangan terlambat
diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh
pada tumbuh kembang anak.
Ada 3 jenis deteksi tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa:
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk/ dan makro/mikrosefali.
Deteksi ini terdiri dari:
1) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi
anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
a) Pengukuran Berat Badan (BB), menggunakan timbangan injak:
(1) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak.
(2) Lihat posisi jarum atau angka, harus menunjuk ke angka 0.
7

(3) Anak sebaiknya mamakai baju sehari-hari yang tipis, tidak


memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak
memegang sesuatu.
(4) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
(5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
(6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
(7) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke
kiri.
b) Pengukuran Tinggi Badan, dengan posisi bediri:
(1) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
(2) Berdiri tegak menghadap ke depan.
(3) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
(4) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
(5) Baca angka pada batas tersebut.
c) Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2002):
(1) Ukur tinggi dantimbang berat badan anak, sesuai cara di atas.
(2) Lihat kolom Tinggi/ Panjang Badan anak yang sesuai dengan
hasil pengukuran.
(3) Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan
(kanan) sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat baan yang
terdekat dengan berat badan anak.
(4) Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui angka Standar Deviasi (SD)
(5) Interpretasi
Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik.
Kurus : <-2 SD s/d -3SD atau Gizi Kurang
Kurus sekali : <-3 SD atau Gizi buruk
Gemuk : > 2 SD atau Gizi lebih.
8

2) Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA)


Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk
mengetahui lingkaran kepala anaka dalam batas normal atau diluar
batas normal. Cara mengukur lingkaran kepala:
a) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala
yang menonjol, tarik agak kencang.
b) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
c) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur anak/ bayi.
d) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak.
e) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu denga
ukuran yang sekarang.
f) Interpretasi:
(1) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau”
maka lingkaran kepala anak normal.
(2) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar “jalur hijau” maka
lingkaran kepala anak tidak normal.
(3) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal
bila berada di atas “jalur hijau” dan mikrosefal bila berada dibawah
garis hijau.
g) Intervensi
Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah
sakit.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan gangguan perkembangan anak (keterlambatan),
gangguan daya lihat, gangguan daya dengar. Deteksi ini terdiri dari:
9

1) Skrining/ pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner


Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan skrining/ pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
Jika anak belum mencapai umur skrining, minta ibu datang
kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan
rutin.apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai
masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining
maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat
yang lebih muda.
a) Alat/instrumen yang digunakan adalah:
(1) Formulir KPSP menurut umur.
(2) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola
tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 8 buah,
kismis, kacang tanah, botongan biskuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm.
b) Cara menggunakan KPSP:
(1) Pada waktu pemeriksaan, anak harus dibawa.
(2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahuan
anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1
bulan..
(3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
(4) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
(a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu / pengasuh anak.
(b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
(5) Jelaskan pada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,
oleh karena itu pastikan ibu anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.
10

(6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap


pertanyaan hanya ada satu jawaban. Ya atau Tidak. Catat jawaban
tersebut pada formulir.
(7) Ajukan peranyaan yang berikutnya setelah ibu anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
(8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan sudah di jawab.
c) Interpretasi hasil KPSP:
(1) Hitunglah berapa jumlah jawab Ya.
(a) Jawaban Ya, bila ibu anak menjawab: anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya.
(b) Jawaban Tidak, bila ibu anak menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu tidak tahu.
(2) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S).
(3) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan
(M).
(4) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
(5) Untuk jawaban ‘Tidak’, perlu di rinci jumlah jawaban ‘Tidak’
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
d) Intervensi
(1) Beri perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan sebagai
berikut:
(a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan
baik.
(b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan
anak.
(c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesuai dengan
umur dan kesiapan anak.
11

(d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbanagn dan pelayanan


kesehatan di posyandusecara teratur sebulan 1 kali dan setiap
ada kegiatan BKB. Jika anak sudah memasuki usia prasekolah,
anak dapat diikutkan pada kegiatan di PADU, kelompok
bermain, dan TK.
(e) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan
pada anak usia kurang adari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada
anak usia 24-72 bulan.
(2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
(a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi,.
(b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
pada anak untuk mengatasi penyimpangan/ mengejar
ketertinggalannya.
(c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
aanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya.
(d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
(e) Jika hasil KPSP ulang jawaban ‘Ya’ tepat 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan.
(3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan
tindakan berikut:
Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

2) Tes Daya Dengar


Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengan dan bicara anak.
12

a) Alat/sarana yang diperlukan adalah:


(1) Instrumen TDD menurut umur anak.
(2) Gambar binatang (ayam, anjing,kucing), manusia
(3) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)
b) Cara melakukan TDD:
(1) Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak
dalam bulan.
(2) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.
(3) Pada anak umur kuang dari 24 bulan:
(a) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua / pengasuh
anak. Tidak usah ragu-ragu atau takut menjawab, karena tidak
untuk mencari siapa yang salah.
(b) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu per
satu, berurutan.
(c) Tunggu jawaban dari orangtua/ pengasuh anak.
(d) Jawaban YA jika menurut orangtua/ pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
(e) Jawaban TIDAK jika menurut orangtu/pengasuh anak tidak
pernah, tidak tahu atau tak dapat melakukannya dalam satu
bulan terakhir.
(4) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
(a) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orangtua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
(b) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
(c) Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/
pengasuh.
(d) Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orangtua/pengasuh.
13

c) Interpretasi:
(1) Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
(2) Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau
status/catatan medik anak, jenis kelainan.
d) Intervensi:
(1) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
(2) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.

Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya


penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh tenaga
kesehatan adalah sebagai berikut:
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan
Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini
Umur
Penyimpangan Penyimpangan Penyimpangan Mental
Anak
Pertumbuhan Perkembangan Emosional
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT* GPPH*
0 Bulan √ √
3 Bulan √ √ √ √
6 Bulan √ √ √ √
9 Bulan √ √ √ √
12 Bulan √ √ √ √
15 Bulan √ √
18 Bulan √ √ √ √ √
21 Bulan √ √ √
24 Bulan √ √ √ √ √
30 Bulan √ √ √ √
36 Bulan √ √ √ √ √ √ √ √
42 Bulan √ √ √ √ √ √
48 Bulan √ √ √ √ √ √ √
14

54 Bulan √ √ √ √ √ √
60 Bulan √ √ √ √ √ √ √
66 Bulan √ √ √ √ √ √
72 Bulan √ √ √ √ √ √ √
Keterangan:
Tanda (*) Deteksi dilakukan atas indikasi.

2. Denver Developmental Screening Test (DDST)


Menurut Frankenburg dkk (1981) melalui DDST (Denver Developmental
Screening Test) ada 4 parameter perkembangan :
a. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
b. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, misal
: kemampuan untuk menggambar sesuatu benda.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
d. Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan gerak dan sikap tubuh
(Soetjiningsih, 2012: 29-30)
Sedangkan pelaksanaan tes DDST itu sendiri adalah sebagi berikut:
a. Semua item harus diujikan sesuai dengan prosedur yang terstandarisasi.
(sesuai prosedur pelaksanaan per item)
b. Perlu kerjasama yang aktif dari anak.
c. Harus terbina kerja sama yang baik anatra kedua belah pihak. Caranya
dengan berkenalan terlebih dahulu dengan orang tua, baru kemudian
mendekati anak agar ia mersa lebih nyaman dengan kehadiran orang baru.
15

d. Ruanngan cukup luas, ventilasi baik dan beri kesan yang menyenangkan
dan santai.
e. Orangtua diberitahu bahwa tes ini bukan tes IQ, tetapi untuk melihat
perkembangan anak. Diberitahu bahwa anak tidak selalu dapat
melaksanakan semua tugas yang diberikan.
f. Menyajikan item sebaiknya bersifat fleksibel, tetapi dianjurkan:
1) item yang kurang aktif, sebaiknya sektor personal sosial dulu kemudian
sektor motorik halus-adaptif.
2) item yang mudah didahulukan, kemudian anak dipuji bila ia dapat
melakukannya sehingga anak tidak segan untuk aitam selanjutnya.
3) Hanya alat-alat yang akan digunakan saja yang akan diletakkan di atas
meja.
4) item yang menggunakan alat yang sama sebaiknya dilakukan berurutan.
5) Pelaksanaan tes pada bayi dalm posisi berbaring sebaiknya dilakukan
secara berurutan.
6) Pelaksanaan tes semua sektor dimulai dengan item terletak di sebelah
kiri garis umur, lalu dilanjutkan ke item di sebelah kanan garis umur.
g. Jumlah item yang ada bergantung pada lama waktu yang tersedia, yang
terpenting pelaksanaannya mengacu pada tujuan tes, yaitu
mengidentifikasi perkembangan anak dan menentukan kemampuan anak
yang relatif lebih tinggi.
h. Untuk menentukan bila seorang anak ada resiko perkembangan identifikasi
perkembangan dilakukan:
Langkah 1: pada tiap sektor dilakukan paling sedikit 3 item tes yang paling
dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap item tes yang
ditembus/berpotongan dengan garis umur.
Langkah 2: bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu item pada
langkah 1, berikan item tambahan di sebelah kiri pada sektor yang sama
sampai anak dapat melewati 3 item berturut-turut.
16

i. Untuk menentukan kemampuan anak yang relatif lebih, dilakukan:


Langkah 1: pada tiap sektor dilakukan paling sedikit 3 item tes yang paling
dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap item tes yang
ditembus/berpotongan dengan garis umur.
Langkah 2: lanjutkan melakukan item ke kanan dari tiap item yang lewat
dalam satu sektor hingga tercapai 3 “gagal” berturut-turut.
Interpretasi terhadap DDST:
a. Penilaian Individual
1) Penilaian aitem “lebih” / Advanced
Bila anak “lulus” pada aitem tes yang terletak di kanan garis umur,
dinyatakan perkembangan anak lebih pada tes tesebut, karena anak
“lulus” pada tes dimana kebanyakan anak tidak lulus sampai umurnya
lebih tua.
2) Penilaian aitem “normal”
Aitem individual yang gagal atau ditolak, tidak perlu menunjukkan
sebuah keterlambatan dalam perkembangan. Sebagai contoh, bila anak
“gagal”/ “menolak” melakukan suatu aitem tes di sebelah kanan garis
umur, maka perkembangan anak normal. Ini dikarenakan anak berumur
lebih muda daripada umur dimana hanya 25% anak-anak pada sampel
standar dapat melakukan aitem ini sehingga anak tidak diharapkan
“lewat” sampai umur lebih tua.
3) Penilaian aitem “peringatan” / caution = P
Sebuah peringatan (P) pada aitem individual perlu diperhatikan saat
mennginterpretasikan hasil tes. Bila anak “gagal”/”menolak”
melakukan aitem tes dimana garis umur terletak pada atau antara 75%
dan 90% maka diskor dengan P. Ini menunjukkan lebih dari 75% anak-
anak pada sampel standar dapat “lewat pada umur lebih muda
dibandingkan usia anak yang sedang di tes. Setelah itu tulislah P di
sebelah kanan kotak segipanjang.
17

4) Penilaian aitem “keterlambatan” / Delayed=T


Sama seperti peringatan, aitem individual yang terlambat perlu
diperhatikan saat menginterprestasikan tes. Aitem diinterprestasikan
“terlambat” bila anak “gagal”/ “menolak” melakukan aitem tes yang
terletak jelas berada di sebelah kiri garis umur. Hal ini disebabkan anak
telah gagal atau menolak pada aitem tes dimana 90% anak-anak pada
sampel standar dapat “lewat” pada umur lebih muda. Keterlambatan
ditandai dengan memberi warna pada tepi akhir kotak.
5) Penilaian Tidak ada kesempatan
Pada aitem tes yang orangtua melaporkan bahwa anak tidak ada
kesempatan untuk melakukan atau mencoba di skor sebagi “Tak” untuk
tidak ada kesempatan.
b. Penilaian Tes
1) Normal
a) Bila tidak ada “keterlambatan” / Delayed=T dan paling banyak 1
“caution”
b) Lakukan ulangan pemeriksaan pada kontrol kesehatan berikutnya.
2) Suspek
a) Bila didapatakan dua atau lebih “caution” dan / atau satu atau lebih
delays
b) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor
sesaat.
3) Tidak dapat diuji
a) Bila ada skor menolak pada satu aitem tes atau lebih total di sebelah
kiri garis umur atau menolak pada lebih dari satu aitem tes yang
ditembus garis umur pada daerah 75%-90%
b) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu.
18

1.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Teori


1.2.1 Pengkajian data
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Biodata Bayi
a) Nama
Untuk mengetahui, mengenai anak dan tidak keliru dengan bayi yang
memiliki nama sama (Soetjiningsih, 2012:6).
b) Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita. Umur digunakan untuk
mengetahui dasar perkembangan anak (Soetjiningsih, 2012:6).
2) Biodata Orang Tua
a) Nama
Nama orang tua sebagai penanggung jawab
b) Umur
Ibu-ibu yang umurnya belasan tahun dengan anak pertama akan
lebih agresif terhadap anaknya dan lebih banyak mengalami
kesulitan dalam merawat dan mendidik anaknya.
c) Pendidikan ayah/ibu
Pendidikan orang tua meruipakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2012:10)
d) Pekerjaan ayah/ibu
Pekerjaan dapat mempengaruhi bayi dalam mengasuhnya karena
kesibukannya atau tidak (Soetjiningsih, 2012:10)
e) Penghasilan ayah/ibu
Pendapatan yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak
karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik
yang primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 2012:10).
19

f) Alamat
Alamat untuk menyaman alamat dengan anaknya atau tidak
(Soetjiningsih, 2012:10).

b. Riwayat Kesehatan Bayi Sekarang


Bayi yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuhnya dan
pendidikannya disamping itu anak juga mengalami stress yang
berkepanjangan akibat dari penyakitnya (Soetjiningsih, 1995 : 7).

c. Riwayat kesehatan ibu


Gizi ibu yang jelek sebelum hamil maupun saat hamil lebih sering
mengakibatkan berat badan lahir rendah (BBLR) atau lahir mati, tapi
jarang menyebabkan kelainan bawaan. Selain itu, dapat juga mnyebabkan
hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, BBLR
mudah mendapat infeksi, abortus dan sebagainya. Anak yang lahir dari ibu
kurang gizi mudah mendapat infeksi. Jika bayi tersebut wanita, akan
menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tingginya kurang pula.
Radiasi pada janin sebelum umur 18 minggu kehamilan dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat
bawaan lainnya. Efek radiasi pada orang laki-laki dapat menyebabkan
cacat bawaan pada anaknya. Bila ibu saat pranatal mengalami trauma dan
cairan ketuban yng kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi
yang dilahirkan. Juga posisi janin dala uterus dapat mengakibatkan talipes,
dislokasi panggul, tortikolis kongenital, paralisis fasialis atau tabung otak.
Demikian ibu hamil yang perokok berat/peminum alkohol kronis sering
melahirkan bayi berat badan lahir rendah, lahir mati, cacat atau retardasi
mental. Keracunan logam berat misalnya makan ikan yang terkontaminasi
merkuri dapat menyebakan mikrosefali dan aralisis serebralis. Infeksi
intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH
(toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes simpleks). Sedangkan
infeksi lain yang juga menyebabkan penyakit pada janin ialah: varisela,
20

coxsackie echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, leptospira,


listeriosis, mikoplasma, virus influenza dan virus hepatitis. Ibu hamil yang
mengalami stres dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin seperti cacat
bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain. Rhesus atau ABO
inkompatibilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kernikterus
(atau lahir mati). Akibat gangguan pada plasenta atau tali pusat yang
menyebabkan menurunnya oksigenasi janin dapat menyebabkan berat
badan lahir rendah (Ngastiyah, 2005 : 3-4).
1) Riwayat Perinatal
Trauma kepala akibat pesalinan akan berpengaruh besar dan dapat
meninggalkan cacat permanen. BBLR yang disertai asfiksia berat dapat
terjadi paralisis serebralis, hiperbilirubinemia disertai kernikterus, IRDS
(idiophatic respiratory distress syndrome) asidosis metabolik, dan
meningitis atau ensefalitis (Ngastiyah, 2005 : 4).
2) Riwayat Postnatal
Pemberian ASI sedini mungkin segera bayi setelah lahir merupakan
stimulus dini terhadap tumbuh kembang anak. Dianjurkan agar sebelum
bayi umur satu tahun mendapat imunisasi BCG, polio 3 kali, DPT 3x,
hepatitis B 3 kali dan campak 3 kali. (Ngastiyah, 2005 : 4-7).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan
pada bayinya, juga factor genetic merupakan modal dasar mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang (Soetjiningsih, 1995 : 2). Ada juga berbagai
penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom seperti
sindrom down, sindrom turner, dll (Ngastiyah, 2005 : 2).

e. Riwayat Tumbuh Kembang


Dengan mengetahui tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal yang
berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan
21

tumbuh kembang anak baik fisik, mental dan sosial (Soetjiningsih, 2012 :
7).
f. Riwayat imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit-
penyakit tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan kematian.
Dianjurkan sebelum anak berumur 1 tahun sudah mendapat imunisasi
lengkap. (Soetjiningsih, 2012: 7)

Umur Jenis Imunisasi


0-7 hari HB 1
1 bulan BCG
2 bulan HB2, DPT1, polio 1
3 bulan HB3, DPT2, polio 2
4 bulan DPT3, polio 3
9 bulan Campak, polio 4
(Depkes RI, 1997:27)

g. Pola kebiasaan sehari-hari


1). Nutrisi
Pemberian nutrisi pada bayi harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya, seperti : protein, lemak, karbohidrat dan mineral
serta vitamin. (Pusdiknakes, 1992 : 10 – 11)
2). Eliminasi
a) Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7-10 x sehari. Untuk
menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka setelah BAK
harus diganti popoknya. Bayi mulai memiliki fungsi ginjal yang
sempurna selama 2 tahun kehidupannya. Biasanya terdapat urine
dalam jumlah yang kecil dalam kandung kemih bayi saat lahir,
tetapi ada kemungkinan urin itu ytidak dikeluarkan selama 12-24
jam. Jika urine pucat, kondisi ini menunjukkan masuknya cairan
22

yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine


15-16 ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan
kering, maka setelah BAK harus diganti popoknya minimal 4-5
x/hari (Marmi, 2012:80).
b) Buang Air Besar (BAB)
Bayi yang pencernaannya normal akan BAB pada 24 jam pertama
setelah lahir. BAB pertama ini disebut mekonium. Biasanya
berwarna hitam kehijauaan dan lengket seperti aspal yang
merupakan produk dari sel-sel yang diproduksi dalam saluran cerna
selama bayi berada dalam kandungan. BAB pertama dalam 24 jam
penting artinya, karena menjadi indikasi apakah pencernaanya
normal atau tidak. Feses bayi di dua hari setelah persalinan biasanya
berbentuk seperti ter atau aspal lembek. Zat buangan ini berasal dari
pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. Setelah itu feses bayi
bisa bergumpal-gumpal seperti jelly, padat, berbiji atau seeded dan
bisa juga berupa cairan, feses bayi yang diberi ASI eksklusif
biasanya tidak berbentuk, bisa seperti pasta atau krem, berbiji dan
bisa juga seperti mencret atau mencair. Sedangkan feses bayi yang
diberikan susu formula berbentuk padat, bergumpal-gumpal atau
agak liat dan bulat (Marmi, 2012:76-77).
3) Istirahat dan tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur,
bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari.
Pada umumnya bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan.
Pola tidur bayi masih belum teratur karena jam biologis yang belum
matang. Tetapi perlahan-lahan akan bergeser sehingga lebih banyak
waktu tidur dimalam hari dibandingkan dengan siang hari. Mulai usia 2
bulan bayi mulai lebih banyak tidur malam dibanding siang. Usia 3-6
bulan jumlah tidurpun semakin berkurang, kira-kira 3 kali dan terus
berkurang hingga 2 kali pada usia 6-12 bulan. Menjelang 1 tahun
23

biasanya bayi hanya perlu tidur siang satu kali saja dengan total jumlah
waktu tidur berkisar antara 12-14 jam (Marmi, 2012:81).
4) Personal hygiene
Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur.
Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi (Marmi,
2012:82).

h. Riwayat ketergantungan
Menghisap jempol merupakan salah satu bentuk manipulasi atas tubuh
yang normal yang terjadi pada usia dini. Hal ini dapat menjadi
berlebihan pada keadaan akibat aktivitas dalam usia yang masih dini atau
karena suatu regrasi bila anak sedang lelah atau tegang (Ngastiyah,
2005: 10). Menggunakan empeng/kempongan akan menggangu rahang
(Suryanah, 1996: 82)

2. Data Subyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Tanda-tanda vital
a). Suhu
Nilai normal suhu anak rata-rata
Usia Nilai suhu derajat (oC)
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
24

Keterangan:
Frekuensi kenaikan suhu pada bayi sering berbeda sekitar 0,5-1oC,
masih dalam batas normal (Pusdiknakes, 1993 : 8).
b). Nadi
Dapat diukur pada arteri radialis dan arteri femoralis bagi anak umur
lebih 1 tahun, sedangkan pada bayi menggunakan stetoskop pada
apex jantung. Nadi dihitung dengan waktu satu menit, dan
kemungkinan iramanya kurang teratur. Nilai nadi pada anak (denyut
permenit)
Usia Waktu bangun Tidur Demam
Bayi baru lahir 100-180 80-160 > 220
1 minggu 3 bln 100-220 80-200 > 220
3 bln-2 tahun 80-150 70-120 > 200
2-10 tahun 70-110 60-90 > 200
10 thn-dewasa 50-90 50-90 >200
(Pusdiknakes, 1993 : 9)
c). Pernafasan
Pernafasan anak dihitung sama dengan pada orang dewasa, kecuali
pada bayi dhitung dari gerakan diafragma, atau gerakan abdominal,
pernafasan tersebut dihitung dalam waktu 1 menit Nilai pernafasan
rata-rata setiap menit sesuai umur :
Umur Nilai pernafasan/menit
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
10-12 tahun 19
25

14 tahun 18
16 tahun 17
18 tahun 16-18
(Pusdiknakes, 1993 : 9)

b. Pemeriksaan fisik
1). Kepala : Periksa adanya trauma kelahiran misalnya: caput suksedaneum,
sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik atau fraktur tulang
tengkorak (Marmi,2012:56)
2). Mata :Periksa adanya glaucoma congenital, sebagai
pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea, periksa
adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
(Marmi, 2012:57)Hidung : Tampak Bersih, Tidak ada polip,
tidak ada secret/cairan.
3). Hidung :Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa
kesimetrisannya. Pergerakan harus baik. Jika terdapat
keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya
pembengkakan. Periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugularis (Marmi, 2012:58).
4). Mulut : Tidak luka atau sakit di sekitar bibir, bibir tidak pecah-pecah,
tidak ada stomatitis, mulut tidak berbau (Meadow, 2005: 39)
5). Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen, tidak ada edema, dan
sekresi kelenjar mukosa (Meadow, 2005: 37)
6). Leher :Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa
kesimetrisannya. Pergerakan harus baik. Jika terdapat
keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya
pembengkakan. Periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugularis (Marmi, 2012:58).
26

7). Dada : Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak
simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis
diafragma atau hernia diafragmatika. Pernafasan yang normal
dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Pada
bayi cukup bulan putting susu sudah terbentuk dengan baik dan
tampak simetris. Payudara dapat tampak membesar dan ini
normal (Marmi, 2012:58).
8). Abdomen : Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan
dengan gerakan dada saat bernafas. Abdomen yang membuncit
kemungkinan karena hepatosplenomegali atau tumor lainnya
(Marmi, 2012:58).Kulit : Bersih, turgor baik, elastis dan tidak
cyanosis.
9). Genetalia
a) Laki-laki : Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3
cm. periksa posisi lubang uretra. Preposium tidak boleh ditarik karena
akan menyebabkan fimosis. Periksa adanya hipospadia dan epispadia.
Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan skrotum ada dua (Marmi,
2012:59).
b) Perempuan : Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayor sudah
menutupi labia minor, lubang uretra terpisah dengan lubang vagina,
terkadang tampak secret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan
oleh pengaruh hormone ibu (Marmi, 2012:59).
10). Anus : Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya. Mekonium
secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum
keluar mekonium kemungkinan ada mekonium plug syndrom,
megakolon atau obstruksi pencernaan (Marmi, 2012:59).
11). Ekstremitas
a) Atas : Kedua tangan harus sama panjang, periksa pergerakan,
jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau
fraktur. Periksa jumlah jari apakah polidaktili, sidaktili atau normal.
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu
27

buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21.


Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau
tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan (Marmi,
2012:59).
b) Bawah : Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki, periksa panjang
kedua kaki, kedua tungkai harus dapat bergerak bebas, periksa
adanya polidaktili dan sidaktili pada jari kaki (Marmi, 2012:59).
12) Kulit : Bersih, turgor baik, elastis dan tidak cyanosis

3. Analisa Data
Menurut Depkes (2012) data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan
metode sebagai berikut :
a. Menentukan hubungan antara fakta yang satu dengan lainnya.
b. Untuk mencari hubungan sebab akibat
c. Menentukan masalah yang terjadi
d. Menentukan penyebab utamanya
e. Menentukan tingkat masalah

1.2.2 Diagnosa Kebidanan


Bayi sehat, umur…, jenis kelamin…, status gizi…, pertumbuhan…,
perkembangan…, dengan masalah yang mungkin timbul:
1. Resiko sakit sehubungan penurunan daya tahan tubuh
2. Resiko infeksi sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga
tentang perawatan tali pusat

1.2.3 Perencanaan
1. Diagnosa : Bayi sehat, umur…, jenis kelamin…, status gizi…,
pertumbuhan…, perkembangan.
Tujuan : Tumbuh kembang anak optimal
Kriteria :
- Bayi sehat, bertambah umur bertambah tinggi dan besar
28

- Tumbuh kembang bayi sesuai dengan umurnya


Intervensi
a. Lakukan pendekatan pada orang tua dan bayi
Rasional :Orang tua dan anak kooperatif.
b. Jelasakan tujuan dari pengkajian tumbuh kembang bayinya.
Rasional :Orang tua dapat mengetahui dan mengerti manfaat dari
pemeriksaan yang dilakukan.
c. Jelaskan tujuan dari pemeriksaan DDST dan DDTK bahwa ini bukan
merupakan tes IQ
Rasional :Orang tua merasa tenang dan tidak khawatir jika anak mengalami
kegagalan saat di tes, tetapi sebaiknya diberi stimulasi
d. Beritahukan pada ibu tetang hasil pemeriksaan bahwa keadaan anaknya
sehat dan tumbuh kembangnya normal
Rasional :Ibu mengetahui perkembangan anaknya
e. Anjurkan ibu tetap melanjutkan stimulasi pada bayinya
Rasional : Anak tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan
usianya
f. Beri kesempatan ibu untuk bertanya
Rasional : Pengetahuan ibu bertambah
2. Masalah I : Resiko sakit sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Tujuan :Bayi tidak jatuh dalam kondisi sakit.
Kriteria :Bayi sehat dan daya tahan tubuh kuat.
Intervensi
a. Jelaskan pada ibu tentang akibat penurunan daya tahan tubuh.
Rasional : Daya tahan tubuh yang menurun memudahkan masuknya
penyakit pengaruh dari luar seperti kuman penyakit.
b. Anjurkan ibu untuk menjaga anaknya dari pengaruh cuaca.
Rasional : Cuaca yang tidak dalam adaptasi lingkungan, sehingga jika
kondisi turun menimbulkan sakit.
c. Anjurkan ibu memberikan makanan bergizi.
Rasional : Meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit
29

3. Masalah II : Resiko infeksi sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu


dan keluarga tentang perawatan tali pusat
Tujuan :Bayi tidak jatuh dalam kondisi sakit.
Kriteria :Bayi sehat dan daya tahan tubuh kuat.
Intervensi
a. Jelaskan pada ibu tentang perawatan tali pusat.
Rasional :terhindar dari infeksi akibat pemberian bubuk tradisional.
b. Pesankan ibu dan keluarga untuk tidak membubukkan ramuan pada tali
pusat bayi
Rasional :bayi terhindar dari infeksi tali pusat.
c. Anjurkan segera mengganti popok anaknya yang basah
Rasional :mempercepat keringnya tali pusat

1.2.4 Pelaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien
dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien atau
anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap
memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. Manajemen
yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan
(Purwanti, 2012: 97).

1.2.5 Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien. Evaluasiatau penilaian dilakukan segera setelah
selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat
dan dikomunikasikan pada klien dan atau keluarga. Hasil evaluasi harus ditindak
lanjuti sesuai kondisi klien atau pasien. Menurut kepmenkes RI (2011:7-8)
evaluasi di tulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:
30

S = Data subyektif, mencatat hasil anamneses


O = Data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
A = Hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah kebidanan
P = Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seerti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follpow up dan
rujukan.

Petugas
31

BAB 2
TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian Data


Tanggal pengkajian : 23 Januari 2018
Waktu pengkajian : 09.00 WIB
Tempat pengkajian : Puskesmas Maospati Magetan

2.1.1 Data Subyektif


- Biodata
a. Biodata bayi
Nama : By. “F”
Umur : 8 bulan
TTL : 23 Februari 2017
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke :1
b. Biodata Orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. “A” Tn “A”
Umur : 25 tahun 27 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : Sarjana Sarjana
Pekerjaan : IRT Guru
Pekerjaan :- Rp. 3.000.000,-
Alamat : Ds. Maospati RT/RW 02/02 Maospati Magetan

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anak dalam kondisi sehat dan tidak mempunyai keluhan
apapun.

31
32

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dulu
Ibu mengatakan sejak lahir sampai sekarang anak tidak pernah menderita
sakit yang menganggu pertumbuhan dan perkembangannya.
1) Riwayat Prenatal
Ibu selama hamil ibu rutin periksa ke bidan sebanyak 9 kali yaitu pada
trimester I sebanyak 2 kali, trimester II sebanyak 3 kali dan pada
trimester III sebanyak 4 kali. Selama hamil ibu mendapatkan tablet
tambah darah (Fe) sebanyak 90 tablet diminum satu hari satu tablet dan
mendapat multivitamin diminum rutin satu hari satu tablet dan diminum
habis sesuai dengan anjuran. Ibu juga tidak pernah menderita penyakit
TORCH, PMS, DM. Ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan dengan
sinar rontgen. Selama hamil ibu melakukan pemeriksaan USG.
2) Riwayat Natal
Ibu mengatakan saat melahirkan usia kehamilan ibu 9 bulan. Ibu
melahirkan anak ”F” pada tanggal 23 Februari 2017 ditolong oleh bidan
di Rumah Sakit. Persalinan spontan dan normal. Bayi lahir dengan
normal tanpa adanya cacat bawaan. BB lahir 3200 gram, PB 49 cm.
Plasenta lahir spontan, lengkap, tidak mengalami perdarahan yang hebat
setelah melahirkan.
3) Riwayat post natal
Selama nifas ibu tidak mengalami perdarahan dan tidak mengalami post
partum blues. Bayi setelah persalinan tidak mengalami ikterus, tidak
mengalami asfiksia, tidak mengalami hipoglikemi, tidak ada moulage,
tidak ada cephal dan caput, tidak hipotermi, tidak mengalami trauma
kepala. Tidak meningitis/encefalitis yang terjadi 6 bulan pertama
kehidupan. Setelah IMD ibu menyusui anaknya sampai usia 6 bulan
setelah itu diberikan makanan pendamping ASI
33

d. Riwayat kesehatan sekarang


Ibu mengatakan anaknya tidak ada dan tidak sedang menderita penyakit
demam, batuk, pilek, panas, atau penyakit yang diderita pada bayi
seusianya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, tidak ada yang menderita penyakit
menurun seperti hipertensi dan penyakit kencing manis, tidak ada yang
menderita penyakit menahun seperti penyakit jantung

4. Riwayat tumbuh kembang


Riwayat perkembangan sekarang :
Ibu mengatakan anak sudah dapat mencari benda/mainan yang dijatuhkan dan
bermain tepuk tangan/ciluk ba.

5. Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi yaitu sebagai berikut:
Umur Jenis Imunisasi
2 jam HB 0
1 bulan BCG, polio 1
2 bulan Pentabio 1, polio 2
3 bulan Pentabio 2, polio 3
4 bulan Pentabio 3, polio 4

6. Kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan, bayi hanya diberi ASI eksklusif,
setelah usia 6 bulan, bayi tetap diberi ASI dan makanan pendamping ASI
berupa nasi tim saring 3 kali sehari dengan porsi 1 mangkok dan habis
serta minum air sekitar 5 gelas perhari.
34

b. Eliminasi
Bayi BAK ±5-6 kali sehari, warna kuning jernih dan bau khas. BAB ±1-2
kali sehari warna kuning trengguli dan bau khas.
c. Istirahat dan tidur
Bayi tidur siang ± 1-2 jam sekitar pukul 13.00 WIB sampai pukul 14.00
WIB dan pada malam hari ± 7-8jam sekitar pukul 22.00 WIB sampai
pukul 05.00 WIB, tidak ada keluhan saat tidur.
d. Pola aktivitas
Bayi selalu bermain dengan ibu dan ayahnya dirumah seperti tepuk tangan,
ciluk ba, boneka, dll.
e. Personal hygiene
Bayi dimandikan 2 kali dalam sehari menggunakan air hangat dan sabun,
keramas 2 kali seminggu dan ganti pakaian setiap selesai mandi atau jika
kotor dan basah serta bayi sudah diajari BAK dan BAB di kamar mandi.

7. Riwayat ketergantungan
Ibu mengatakan anaknya tidak mempunyai ketergantungan terhadap obat-
obatan tertentu.

8. Riwayat spiritual dan psikososial


Bayi mempunyai rasa sosialisasi sangat tinggi karena suka bermain dengan
orang-orang disekitarnya terutama dengan ibu dan ayahnya dan anak
mempunyai kesukaan bermain boneka. Anak sering diputarkan musik tentang
kerohanian dan anak suka mendengarkannya.

2.1.2 Data Obyektif


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
b. Ukuran pertumbuhan
BB : 9 kg
PB : 68 cm
35

LK : 44 cm
LILA : 13 cm
Status gizi (BB/TB) : baik/ normal

9. Pemeriksaan fisik
Kepala : Simetris, bersih, warna rambut hitam, persebaran rambut
merata, ukuran kepala dengan tubuh proporsional, tidak
ada benjolan abnormal, tidak ada bekas caput.
Muka : Tidak sembab, tidak pucat.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, palpebra tidak
edema, sklera putih, tidak ikterus, tidak ada pengeluaran
sekret yang berlebihan, tidak ada kelainan.
Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping
hidung.
Mulut :Tidak pucat, tidak ada tonsil, gerakan palatum
(menelan) dan gerakan rahang untuk mengunyah baik,
tidak ada sianosis, gigi masih tumbuh 4 , tidak ada
kelainan seperti labio skisis, labio palato skisis, labio
palato genato skisis.
Telinga : Simetris, pendengaran baik.
Leher : Simetris dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Simetris, tidak ada kelainan tulang dada, putting susu
simetris, tidak ada tarikan dinding dada, pernafasan
teratur, tidak ada wheezing dan ronchi, tidak ada nyeri
tekan.
Abdomen : tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan abnormal,
bising usus terdengar normal, tidak kembung dan tidak
ada nyeri tekan.
Genetalia : Bersih, tidak ada iritasi.
Anus : Bersih, tidak ada iritasi dan tidak atresia ani
36

Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak edema, tidak ada kelainan bawaan
seperti polidaktili, sindaktili, adaktili, kuku pendek dan
bersih.
Bawah : Simetris, tidak edema, tidak ada pas varus dan pas
vagus, tidak ada kelainan bawaan, kuku pendek dan
bersih.
Kulit : Warna kuning langsat, bersih, tidak kering.

10. Pemeriksaan penunjang


a. Denver Development Skrining Test (DDST)
Kesimpulan pemeriksaan DDST adalah anak interpretasi Normal dengan
0T dan/atau 0P
1) Personal sosial : Lulus
2) Motorik halus : Lulus
3) Bahasa : Lulus
4) Motorik kasar : Lulus
2). Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK)
BB : 9 kg, iterpretasi normal

PB : 68 cm, interpretasi normal

LK : 44 cm interpretasi normal

LILA : 13 cm interpretasi normal

KPSP : Jawaban “YA” = 10 dari 10 pertanyaan, interpretasi sesuai (S)

TDD : Jawaban “YA” = 3 dari 3 pertanyaan, interpretasi sesuai (S)

TDL : Tidak diuji

KMPE : Tidak diuji

M-CHAT: Tidak diuji


37

GPPH : Tidak diuji

2.1.3 Analisa data


No Diagnosa/masalah Data dasar
1. By. “F”, usia 8 bulan, DS :
jenis kelamin laki-laki, - Ibu mengatakan anak dalam
status gizi baik, keadaan sehat
pertumbuhan normal, - Ibu mengatakan anaknya lahir pada
perkembangan baik. tanggal 23 Februari 2018
Prognosa baik. - Ibu mengatakan anak sudah dapat
mencari benda/mainan yang
dijatuhkan dan bermain tepuk
tangan/ciluk ba.

DO:
- Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis
- Ukuran antropometri
BB : 9 kg
PB : 68 cm
LK : 44 cm
LILA : 13 cm
- Denver Development Skrining Test
(DDST)
Kesimpulan pemeriksaan DDST
adalah anak interpretasi normal
dengan hasil 0T dan 0P
- Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Anak (DDTKA)
BB: 9 kg, iterpretasi normal
38

No Diagnosa/masalah Data dasar


TB: 68 cm, interpretasi normal
LK: 44 cm interpretasi normal
LILA: 13 cm interpretasi normal
KPSP : Jawaban “YA” = 10 dari 10
pertanyaan, interpretasi sesuai (S)

TDD : Jawaban “YA” = 3 dari 3


pertanyaan, interpretasi sesuai (S)

TDL : Tidak diuji

KMPE : Tidak diuji

M-CHAT: Tidak diuji

GPPH : Tidak diuji

2.2.Diagnosa Kebidanan
By.”F”, usia 8 bulan, jenis kelamin laki-laki, status gizi normal, pertumbuhan
normal, perkembangan baik, keadaan umum baik, prognosa baik.

2.3. Perencanaan
Tanggal : 23 Februari 2018, pukul 10.00 WIB
Diagnosa : By. “F”, usia 8 bulan, jenis kelamin laki-laki, status gizi normal,
pertumbuhan normal, perkembangan baik, keadaan umum baik, prognosa
baik.
Tujuan : Tumbuh kembang anak optimal dan sesuai
Kriteria :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu terhadap tumbuh
kembang anaknya
2. Anak dapat bertumbuh kembang sesuai dengan umurnya
Intervensi:
1. Jelaskan tentang hasil SDIDTK.
39

R/ Ibu menjadi tidak khawatir lagi jika anak mengalami kegagalan saat
dilakukan test SDIDTK, tapi sebaiknya diberi rangsangan atau stimulasi.

2. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
R/ ibu merasa dihargai dan bangga karena mampu mengasuh anaknya.
3. Anjurkan pada ibu untuk meneruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak
R/ mengetahui tumbuh kembang anak sesuai umurnya
4. Anjurkan ibu untuk memberikan stimulasi tumbuh kembang anak untuk
usia berikutnya
R/ ibu dapat memantau tumbuh kembang anak setiap saat untuk usia
berikutnya
5. Anjurkan pada ibu untuk membahwa anaknya tes lanjutan 6 bulan lagi
yaitu bulan 23 Agustus 2017
R/ untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dan
melakukan deteksi keterlambatan

2.4 Pelaksanaan
Tanggal : 23 Februari 2018, pukul 10.10 WIB.
Diagnosa : By. “F”, usia 8 bulan, jenis kelamin laki-laki, status gizi normal,
pertumbuhan normal, perkembangan baik, keadaan umum
baik.Prognosa baik.
Implementasi:
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan SDIDTK, bahwa
perkembangan anak sesuai dengan usianya.
2. Memberi pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
3. Menganjurkan ibu untuk meneruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan stimulasi tumbuh kembang anak
untuk usia berikutnya
40

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kembali 6 bulan lagi


yaitu pada tanggal 23 Agustus 2018

2.5 Evaluasi
Tanggal : 23 Februari 2018, pukul 10.20 WIB.
Diagnosa : By.”F”, usia 8 bulan, jenis kelamin laki-laki, status gizi baik,
pertumbuhan normal, perkembangan baik, keadaan umum baik.
Prognosa baik.
S :
1. Ibu mengatakan mengerti tentang tujuan pengkajian tumbuh kembang
anaknya.
2. Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh
petugas dan ibu akan melaksanakan semua anjuran dari petugas.
O :
1. Ibu bisa diajak kerjasama dalam pemantauan tumbuh kembang anaknya
2. Ibu dapat mengulang kembali penjelasan yang telah diberikan
3. Hasil DDST normal.
4. Hasil SDIDTK semua normal dan sesuai dengan perkembangan anak
A : By.“F”, usia 8 bulan, jenis kelamin perempuan, status gizi baik,
pertumbuhan normal, perkembangan baik, keadaan umum baik. Prognosa
baik.
P :
1. Anjurkan ibu untuk memberikan stimulasi tumbuh kembang anak untuk
usia berikutnya
2. Anjurkan ibu untuk memberikan makanan bergizi dan seimbang pada
anak.
3. Anjurkan ibu untuk memeriksakan ulang 6 bulan lagi yaitu pada 23
Agustus 2018

Petugas
41

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan intervensi


Dini Tumbuh Kembang anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit. EGC: Jakarta.

Pusdiknakes. 1993. Asuhan Kebidanan Dalam Konteks Keluarga. Jakarta :


Depkes RI.

. 2001. Manajemen Kebidanan. Jakarta : Depkes RI.

Soetjiningsih. 2012. Tumbuh kembang Anak.. Jakarta : EGC.

Potter, P.A., & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

41

Anda mungkin juga menyukai