Anda di halaman 1dari 87

Questions: Seminar Proposal an Sugita Patta

Di Latar Belakang
Apa penyebab drop out? Tabe, jawaban klik disini!

Apa isi dari system, siapa yg mengembangkan, kapan, apa


kontentnya?

Bagaimana system bekerja? Siapa yang megimplementasikan?

Bagaimana system dapat mengurangi drop oup? Tabe, jawaban klik


disini

Method
Untuk mengetahui efektifitas – Comparing Individu or comparing
group (Lokasi) yang menggunakan dengan tidak menggunakan
Jawaban: Comparing lokasi, dengan membandingkan cakupan
imunisasi sebelum dan setelah pada kelurahan Pallantikang (<2 Km)
dan Karatuang (>2 Km) sebagai wilayah intervensi sedangkan
kelurahan Tappanjeng (<2 Km) dan Onto (>2 Km) sebagai kontrol.
(Klik disini)

Ukuran efektifitas: Jumlah atau persentasi? Cakupan


Jawaban : perbedaan cakupan sebelum dan sesudah

Disain ---- Mix method? Design utk kuantitative menjawab apa? Dan
kualitative menjawab apa?
Jawaban: Kualitatif untuk mendapatkan aplikasi yang sesuai dengan
kebutuhan pengguna (user centered design) dalam hal ini petugas
inmunisasi melalui FGD (klik disini)

Kuantitatif untuk mengukur efektifitas penggunaan aplikasi sebelum


dan sesudah penggunaan aplikasi menggunakan desain kuasi
eksperimen with control. (klik disini)

Siapa yang diintervensi? Orang atau Puskesmas?


Jawaban: Puskesmas

Populasi? Yang DO dan LO? Yang akan di imunisasi? Atau yang


telah lewat harus diimunisasi
Jawaban: Yang DO dan LO yang kemudian dijadikan sasaran
program IMUNISASI KEJAR sejumlah 439 anak. (klik disini)
Bagaimana model analisis nya?

Jawaban: Analisis perbedaan cakupan imunisasi sebelum dan setelah


penggunaan dengan membandingkan dengan daerah kontrol (klik disini)
PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIFITAS PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM


PELACAKAN SASARAN IMUNISASI RUTIN (M-SASKIA)
PADA UMUR 0-36 BULAN DI PUSKESMAS KOTA
KABUPATEN BANTAENG

Disusun dan diajukan oleh:

SUGITA PATTA
K012211022

Minat Epidemiologi Lapangan


(Field Epidemiology Training Program_FETP)
Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
2022

ii
i
SEMINAR USULAN PENELITIAN

EFEKTIFITAS PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM


INFORMASI PELACAKAN SASARAN IMUNISASI RUTIN
(m-SASKIA) PADA UMUR 0-36 BULAN DI PUSKESMAS
KOTA KABUPATEN BANTAENG

Disusun dan diajukan oleh:

SUGITA PATTA
Nomor Pokok K012211022

MENYETUJUI

KOMISI PENASIHAT

Prof. Dr. drg. A. Arsunan Arsin, M.Kes Dr. Ida Leida Maria, SKM., M.KM,
M.Sc. PH
Ketua Anggota

Ketua Program Studi


Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Masni, Apt.,MSPH
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................6
C. Tujuan Penelitian.................................................................6
D. Manfaat Penelitian...............................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................9
A. Tinjauan Umum tentang Imunisasi....................................9
B. Tinjauan Umum tentang Kader Posyandu.........................23
E. Tabel Sintesa.....................................................................41
F. Kerangka Pikir.................................................................48
G. Kerangka Konsep...........................................................49
H. Hipotesis Penelitian............................................................50
I. Definisi Operasional & Kriteria Objektif...........................50
BAB III METODE PENELITIAN........................................................56
A. Jenis dan Desain Penelitian............................................56
B. Lokasi Penelitian.............................................................57
C. Populasi dan Sampel......................................................57
D. Metode Pengumpulan Data.............................................61
E. Pengolahan dan Analisis Data........................................62
F. Penyajian Data................................................................64
G. Alur Penelitian.................................................................65
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................v
LAMPIRAN........................................................................................ix

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Imunisasi Rutin Nasional.....................................................

Tabel 2 Aturan Pemberian Imunisasi bagi Anak Usia 9-36 Bulan yang

Terlambat.........................................................................................

Tabel 3 Kriteria Usability dan Sub-Kriteria....................................................

Tabel 4 Interpretasi Skala SUS.....................................................................

Tabel 5 Interpretasi Skala MAUQ.................................................................

Tabel 6 Hasil Hitung Sampel........................................................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skala Interpretasi Hasil Ukur SUS.................................................

Gambar 2 Kerangka Pikir................................................................................

Gambar 3 Kerangka Konsep...........................................................................

Gambar 4 Alur Penelitian................................................................................

vi
DAFTAR SINGKATAN

Istilah /
Singkatan Kepanjangan / Pengertian

BCW Behaviour Change wheel


BCTTV1 Behaviour Change Technique Taxonomy
Dinkes Dinas Kesehatan
DO Drop Out
FGD Forum Group Discussion
LO Left out
M-Health Mobile Health
M-SASKIA Mobile- Sasaran Pelacakan Imunisasi Anak
MAUQ M-health Application Usability Question
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
SUS System Usability Scale
UCD User Centered Design

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data WHO, sayangnya hampir 20 juta bayi yang miss

opportunity atau kehilangan kesempatan mendapatkan vaksin yang

dibutuhkan. Diperkirakan 25 juta anak di bawah usia 1 tahun tidak

menerima vaksin dasar, yang merupakan jumlah tertinggi sejak tahun

2009. Tahun 2021, cakupan global coverage turun hampir 5% dalam 3

(tiga) tahun terakhir dari 86% di tahun 2019 ke 81% dan jumlah anak yang

tidak divaksinasi total meningkat 5 juta sejak 2019. Diperkirakan 25 juta

anak di bawah usia 1 tahun tidak menerima vaksin dasar, yang

merupakan jumlah tertinggi sejak tahun 2009 dan lebih 60% anak-anak ini

berasal dari negara-negara antara lain; Angola, Brasil, Kongo, Ethiopia,

India, Myanmar, Nigeria, Pakistan, Filipina dan Indonesia. (WHO, 2022).

Jumlah anak yang tidak mendapatkan imunisasi sama sekali (Left

Out) tidak merata menurut wilayah WHO, di antara 18,2 juta anak LO

pada tahun 2021, negara berpenghasilan rendah berjumlah 5,0 juta

(27%), sedangkan negara berpenghasilan menengah memiliki jumlah

terbesar (12,8 juta; 70%). Sepuluh negara menyumbang 62% (11,4 juta)

anak dengan status LO: India (2,7 juta), Nigeria (2,2 juta), Indonesia (1,1

juta), Ethiopia (1,1 juta), Filipina (1,0 juta), Republik Demokratik Kongo
2

(0,73 juta), Brasil (0,71 juta), Pakistan (0,61 juta), Angola (0,55 juta), dan

Burma (0,49 juta).(WHO, 2022)

Berdasarkan profil kesehatan, pada tahun 2019 sampai dengan 2020,

angka DO untuk antigen DPT-HB-Hib1 dengan Campak Rubela 1 berada

di bawah batas maksimal 5%, tetapi cenderung mengalami peningkatan.

Kecenderungan tahun 2019 dan 2020 angka DO kembali meningkat.

Hingga pada tahun 2021, angka DO antigen DPT-HB-Hib1 dengan

Campak Rubela 1 berada di ambang batas minimal (nilai minus). Begitu

pula dengan angka DO antigen DPT-HB-Hib1 ke DPT-HB-Hib3 yang

terlihat cenderung meningkat sejak tahun 2019 sampai dengan tahun

2021. Angka DO tahun 2021 melewati batas maksimum yang telah

ditetapkan dan merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir, yaitu

sebesar 6,9%. Hal ini disebabkan karena berkurangnya kunjungan

sasaran ke fasilitas kesehatan akibat pandemik COVID 19, keterbatasan

vaksin akibat keterbatasan penggunaan rantai dingin, dan juga karena

orang tua lupa jadwal imunisasi anaknya. (Kemenkes RI., 2021).

Penelitian lain juga menyebutkan faktor terjadinya kegagalan

imunisasi antara lain; info tentang jadwal pelayanan imunisasi, kesibukan

ibu, jejaring dan jaringan yang belum memadai serta mekanisme

pelacakan yang tidak efektif. (Zewdie, Letebo and Mekonnen, 2016).

Di Pakistan, menyebutkan alasan tidak tercapainya target imunisasi

karena kinerja vaksinator dalam melakukan penemuan sasaran imunisasi

yang tidak efektif karena menggunakan sistem pelacakan manual dan


3

diperburuk dengan minimnya sasaran yang dapat dikunjungi dalam

pelacakan DO dan LO karena tidak dapat menemukan alamat sasaran.

(Zaidi et al., 2020)

Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng adalah puskesmas yang

terletak di Kecamatan Bantaeng, memiliki 5 Kelurahan yang terdiri atas 3

kelurahan yang terletak di daerah perkotaan yaitu Pallantikang,

Tappanjeng dan Malilingi, sedangkan 2 kelurahan terletak di daerah

pedesaan yaitu Karatuang dan Onto. Jumlah kelahiran bayi dan

merupakan sasaran program imunisasi 3 tahun berturut-turut yaitu 500

jiwa (2020), 419 jiwa (2021) dan 316 jiwa (2022). Angka DO pada tahun

2021 berturut-turut sebagai berikut, Measles-Rubella 1 (-11,4%), DPT-HB-

Hib baduta (35%), dan MR baduta (59,3%), sedangkan jumlah LO tahun

2021 yaitu 14,6%. Berdasarkan buku Pedoman Manajemen Imunisasi

menyatakan nilai DO dan LO di atas 5% maka masuk dalam kategori

buruk dimana akses dan pemanfaatan masih rendah. (Kemenkes, 2021).

Berdasarkan wawancara awal dengan petugas imunisasi di

Puskesmas Kota, tingginya angka DO disebabkan karena ibu yang

bekerja sehingga tidak memiliki waktu mengantarkan anak ke fasilitas

kesehatan untuk imunisasi, hal ini sejalan dengan data BPS Kab.

Bantaeng yang menunjukkan jumlah tenaga kerja perempuan yaitu

62,54% dari total populasi. Kegiatan "jemput bola” dengan melakukan

imunisasi di rumah sasaran imunisasi pun dilakukan guna menurunkan

angka DO, namun kegiatan ini dinilai tidak efetktif dan tidak efisien karena
4

sasaran yang dicari kadang tidak berada di tempat dan waktu petugas

banyak terbuang dalam mencari alamat sasaran. Hasil wawancara juga

menyebutkan tingginya angka LO pada sasaran imunisasi rutin di wilayah

kerja Puskesmas Kota selain disebabkan karena kesibukan ibu, juga

disebabkan karena ketakutan pada efek samping vaksin serta kurangnya

informasi tentang manfaat imunisasi pada masyarakat.

WHO melalui “Immunization Agenda 2030” telah merekomendasikan

untuk meningkatkan cakupan imunisasi dengan cara-cara inovatif yang

salah satunya yaitu penggunaan alat digital. (WHO, 2021). Penerapan

teknologi informasi, untuk meningkatkan ketepatan waktu vaksinasi dan

akurasi data imunisasi bisa diperhitungkan. Program perangkat lunak

khusus, yang dikembangkan secara lokal, dapat membantu meringankan

beberapa beban pelaporan pada petugas kesehatan, yang pada akhirnya

membantu meningkatkan imunisasi tepat waktu di masyarakat. (Nguyen

et al., 2017).

Beberapa penelitian telah hadir untuk mengatasi hal tersebut, seperti

di Thailand (2015), proyek pengembangan aplikasi “StatelessVac”

diutamakan penggunaannya pada penduduk di perbatasan negara untuk

meregister anak yang lahir tanpa status kewarganegaraan. Aplikasi ini

digunakan untuk berbagi informasi data pribadi antara orang tua dan

petugas imunisasi. Penelitian ini pun menunjukkan efikasi penggunaan

Statelessvac menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan cakupan


5

imunisasi pada semua jenis antigen untuk umur dibawah 1 tahun sampai

2 tahun. (Kaewkungwal et al., 2015)

Pada tahun 2016 di Guinea Bissau, para peneliti berhasil

membuktikan bahwa kehadiran mhealth berhasil meningkatkan cakupan

imunisasi campak pada anak usia 12 bulan. (Rossing et al., 2016).

Penelitian lain menggambarkan penggunaan mhealth dapat meningkatkan

efisiensi kerja dari petugas imunisasi dan cakupan imunisasi lengkap dari

67% menjadi 84%. (Chen et al., 2016).

Aplikasi bernama m-TIKA diluncurkan di Bangladesh (2016) yang

digunakan dalam sistem kesehatan masyarakat yang ada untuk

mendaftarkan kelahiran setiap anak secara elektronik dan mengingatkan

para ibu tentang tanggal vaksinasi yang akan datang. M-TIKA terbukti

dapat meningkatkan cakupan vaksinasi di komunitas pedesaan yang sulit

dijangkau dari 58,9% menjadi 76,8% dan penduduk perkotaan dari dari

40,7% menjadi 57,1%.

Penelitian di Pakistan (2021) menunjukkan intervensi mhealth

platform Artificial Intelligence (AI) berbasis Short-message service (SMS)

dan Integrated Voice Recordings (IVR) untuk mengingatkan dan

membujuk orang tua agar mau membawa anaknya untuk diimunisasi.

Peningkatan positif terlihat setelah intervensi menunjukkan kenaikan

angka cakupan imunisasi campak sebanyak 22% dari angka cakupan

awal sebelum diintervensi.(Khan et al., 2021).


6

Beberapa peneliti di Indonesia juga melakukan pengembangan

aplikasi serupa, diantaranya oleh Erwin Sutanto, dkk (2018)

mengembangkan aplikasi sebagai media edukasi tentang jadwal imunisasi

rutin dan fitur tanya jawab tentang informasi imunisasi anak. (Sutanto et

al., 2019). Lela triana, dkk mengembangkan “AMONISI”, pada aplikasi ini

orang tua dapat melihat data pertumbuhan anak dan data imunisasi yang

telah diperoleh anaknya sehingga proses monitoring dapat dilakukan

dengan mudah. Informasi lain yang diperoleh orang tua didalam aplikasi

ini adalah panduan anak sehat, panduan penanganan Diare, informasi

jenis-jenis imunisasi, informasi jadwal imunisasi selanjutnya dan informasi

berita-berita terkait dengan kegiatan Posyandu. Orang tua juga akan

mendapatkan reminder(pengingat) tanggal melakukan imunisasi kembali

melalui pesan Whatsapp.(Triana, Andryani and Kurniawan, 2021).

Berikut tabel yang dapat memperlihatkan keterangan tentang aplikasi-

aplikasi serupa terdahulu yang digunakan dalam meningkatkan cakupan

imunsasi.

Tabel 1 Sistem Aplikasi, Kekurangan & Kelebihan Aplikasi Serupa

Nama Aplikasi Sistem Kelebihan Kekurangan


Statelessvac, Data sasaran imunisasi Menggunakan Hari
Thailand/2015, dikirm ke tablet foto dan suara imunisasi
Kaewkungwal et. sukarelawan kesehatan ibu dalam dilakukan
al (kader), kemudian melafalkan serentak di
melakukan kunjungan ke nama bayi satu tempat
rumah sasaran untuk
memberikan penyuluhan
dan jadwal imunisasi
Tanpa Nama, Petugas akan Murah karena Hanya
Guinea menghubungi orang tua orang tua sebagai
Bissau/2016, sasaran imunisasi melalui hanya pengingat
Rossing et.al SMS dan telepon untuk menerima SMS
7

memberitahukan jadwal dan telpon dari jadwal.


imunisasi, waktu dan petugas.
tempat.
Epi App, China / Para dokter/petugas Memiliki fitur 1. Petugas
2016, Li chen imunisasi akan yang hanya
et.al mendapatkan data memungkinkan menunggu
tentang jadwal sasaran pembuatan sasaran
yang akan memberikan janji temu, datang ke
pengingat jadwal kepada perekam status faskes
orang tua. vaksinasi, (pasif)
pelacakan anak 2. Pelacakan
yang DO, dan LO tidak ada
fungsi edukasi
M-TIKA, Sasaran imunisasi 1. Tersedia Sasaran
Bangladesh/2016 terdaftar sejak kehamilan web-based datang ke
, Jasim Uddin ibu trimester 3, jadwal untuk faskes
et.al imunisasi akan dikirim melakukan sesuai
melalui SMS monitoring jadwal dan
cakupan tidak ada
imunisasi kunjungan
2. Anak sudah rumah
teregister
sejak masih
dalam
kandungan

AMONISI, Orang tua mendapatkan 1. Tersedia 1. Petugas


Indonesia/2021, jadwal imunisasi melalui fitur untuk hanya
Triana et.al pesan whatsapp melihat menunggu
tumbuh sasaran
kembang datang ke
anak faskes
2. Tersedia (pasif)
fitur edukasi 2. Orang tua
harus
memiliki
aplikasi ini
untuk
melihat fitur
lainnya

ASIK, Sasaran imunisasi yang Perekaman Merupakan


Indonesia/2022, telah diberikan imunisasi data jenis aplikasi
KEMENKES diinput kedalam aplikasi vaksin yang perekaman
telah diberikan data status
dapat dimonitor imunisasi
8

Penelitian-penelitian yang terdahulu telah menunjukkan efektifitas

masing-masing aplikasi dalam meningkatkan cakupan imunisasi anak,

media penyuluhan yang baik bagi orang tua dan membantu petugas

kesehatan dalam pencatatan dan pelaporan yang lebih efektif dan efisien,

namun penggunaan mhealth di negara berkembang yang menjadikan

masyarakat sebagai pengguna akhir masih menjadi polemik karena

memberikan ketidakpastian dalam keberlangsungan penggunaannya.

Kurangnya pemahaman terhadap penggunaan fiturnya sehingga mereka

jarang mengoperasikan aplikasi. Kemampuan dan kemauan dalam

pembiayaan provider menjadi alasan untuk tidak menggunakan mhealth.

(Solomon Nsor-Anabiah et al., 2019).

Pelacakan rumah sasaran dalam melakukan kunjungan rumah

diperlukan titik navigasi yang jelas sehingga penemuan sasaran dapat

menjadi lebih efektif dan efisien.

Berangkat dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan

bertujuan untuk mengembangkan sistem pelacakan sasaran imunisasi (m-

SASKIA) yang dibuat berdasarkan kebutuhan pengguna, mampu

mengakomodir kekurangan aplikasi sebelumnya dan mengukur efektifitas

dalam meningkatkan cakupan imunisasi pada bayi dan baduta di

Puskesmas Kota.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut: “Bagaimana efektifitas aplikasi sistem pelacakan sasaran


9

imunisasi (m-SASKIA) pada umur 0-36 bulan di Puskesmas Kota

Kabupaten Bantaeng?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah menganalisis efektifitas

penggunaan aplikasi sistem pelacakan sasaran imunisasi (m-SASKIA)

pada umur 0-36 bulan di Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng.

2. Tujuan Khusus

a. Merancang dan mengembangkan aplikasi sistem pelacakan sasaran

imunisasi (m-SASKIA) yang mudah digunakan.

b. Menganalisis distribusi sasaran imunisasi yang DO pada usia 0-36

bulan berdasarkan aspek sosiodemografi.

c. Menganalisis distribusi sasaran imunisasi yang LO pada usia 0-36

bulan berdasarkan aspek sosiodemografi.

d. Menganalisis perbedaan angka cakupan sasaran DO dan LO yang

diimunisasi pada usia 0-36 bulan sebelum dan sesudah

penggunaan m-SASKIA.

e. Mengetahui tingkat usability dari penggunaan m-SASKIA.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu inovasi

yang digunakan untuk memudahkan petugas imunisasi dalam


10

menentukan sasaran DO dan LO sehingga dapat digunakan untuk

penentuan kebijakan selanjutnya

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

memberikan fasilitas sarana pelacakan imunisasi kepada petugas

kesehatan sehingga dapat lebih mudah dan akurat dalam penemuan

sasaran imunisasi serta meningkatkan kerjasama dengan masyarakat

melalui pelibatan kader kesehatan di Kabupaten Bantaeng.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti yaitu dapat menjadi sarana mengaplikasikan ilmu

yang didapat selama masa perkuliahan dan menjadi pengalaman yang

nyata dalam melakukan pelacakan sasaran imunisasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah upaya dalam menimbulkan atau meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga

bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau

hanya mengalami sakit ringan. (Permenkes No. 12 tahun 2017). Ada

lebih dari 20 penyakit menular yang mengancam jiwa dapat dicegah

dengan imunisasi. Imunisasi dipercaya sebagai salah upaya kesehatan

masyarakat yang cost-effective dan mampu mengurangi angka

kesakitan, angka kematian dan angka kecacatan. (Ayalew et al.,

2021).

2. Tujuan Imunisasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat Setelah

vaksin diperkenalkan, terjadi penurunan trend kasus setelah dilakukan

program imunisasi untuk semua penyakit yang dievaluasi. Insiden

berkurang menjadi kurang dari 1 per 100.000 untuk 6 penyakit: difteri,

Hib, campak, polio, rubella, dan tetanus. Insiden MUMPS atau yang

dikenal dengan istilah gondongan berkurang >99% dan varicella

sebesar 98%. Insiden rawat inap oleh karena rotavirus pada anak usia

<5 tahun berkurang sebesar 91%; penurunan yang lebih rendah terjadi

pada kunjungan UGD terkait rotavirus (61%) dan kunjungan rawat

11
12

jalan (45%). Insiden pertusis berkurang 91%, hepatitis A 87%, hepatitis

B 86%, dan IPD 60%. Tingkat rawat inap terkait pneumonia

pneumokokus menurun hingga 84% dan tingkat kunjungan rawat jalan

menurun sebesar 69%, dan kejadian AOM pneumokokus menurun

sebesar 75%. Insiden influenza di antara orang berusia <11 tahun

berkurang sebesar 17%.(Talbird et al., 2022).

Imunisasi anak secara dramatis telah mengurangi morbiditas,

mortalitas, dan kecacatan yang disebabkan oleh penyakit yang dapat

dicegah dengan vaksin, dengan 21 juta rawat inap, 732 000 kematian,

dan 322 juta kasus penyakit dapat dicegah di Amerika Serikat antara

tahun 1994 dan 2013.

Di Padang, Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Mega Utami, dkk, ditemukan bahwa ada hubungan yang

bermakna terhadap kejadian campak dengan status imunisasi campak

(p-value = 0,022), dengan nilai OR = 4,33 dan disimpulkan bahwa

anak yang tidak mendapatkan imunisasi campak berisiko 4,33 kali

untuk terkena penyakit campak dibandingkan dengan anak yang telah

mendapatkan imunisasi campak.(Basra et al., 2022). Beberapa

penelitian yang lain juga menunjukkan kemanfaatan program imunisasi

dalam mencegah terjadinya kasus penyakit menular yang dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I).


13

3. Penyelenggaraan Imunisasi Rutin

a. Pengertian

Imunisasi rutin adalah program dasar dimana negara

menyediakan akses untuk mendapatkan vaksin yang dapat

menyelamatkan hidup dan memberantas terjadinya penyakit yang

dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Proses pemberian

vaksinasi tepat waktu secara teratur dengan vaksin yang dianggap

penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Proses ini

dimungkinkan oleh sistem kesehatan suatu negara yang

dipertahankan melalui serangkaian sub-sistem manajemen yang

diperlukan untuk terus memasok vaksin terjadwal secara lengkap,

memantau keamanannya, mengontrol cakupan populasi, dan

mengukur dampak epidemiologisnya. (Shen, Fields and

McQuestion, 2014). Program imunisasi rutin dilaksanakan secara

terus menerus dan berkesinambungan. Di Indonesia, berdasarkan

Permenkes Nomor 12 tahun 2017, imunisasi rutin terdiri atas

imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.

b. Jenis Imunisasi Rutin

1) Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan kepada

bayi sebelum berumur 1 (satu) tahun untuk mencegah penyakit

antara lain; hepatitis B, poliomyelitis, tuberculosis, difteri,


14

pertussis, tetanus, pneumonia dan meningitis yang disebabkan

oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib) serta campak.

(Permenkes, 2017).

2) Imunisasi Lanjutan

Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar

untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk

memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah

mendapatkan Imunisasi dasar. Sasaran untuk imunisasi

lanjutan adalah anak usia bawah dua tahun (Baduta), anak usia

sekolah dasar dan wanita usia subur (WUS).

Pada anak baduta, imunisasi lanjutan yang diberikan terdiri

atas imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus,

hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh

Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta campak.

Pada anak usia sekolah dasar, imunisasi lanjutan yang

diberikan terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit campak,

tetanus, dan difteri. Sedangkan pada Wanita usia subur (WUS),

imunisasi lanjutan yang diberikan terdiri atas Imunisasi

terhadap penyakit tetanus dan difteri. (Permenkes, 2017)

c. Sasaran

1) Sasaran Bayi Lahir Hidup


15

Jumlah bayi lahir hidup digunakan sebagai sasaran jenis

imunisasi yang diberikan pada bayi usia kurang dari 2 (dua)

bulan yaitu HB0, BCG dan OPV1.

Berikut adalah rumus menghitung jumlah sasaran bayi lahir

hidup, sebagai berikut:

∑ bayi kecamatan tahun lalu


Kecamatan= × ∑ bayi kab atau kotatahun lalu
∑bayi kab atau kotatahun lalu

∑bayi desa tahun lalu


Desa= × ∑ bayi kecamatan tahun lalu
∑ bayi kecamatan tahun lalu

2) Sasaran Bayi Bertahan Hidup

Jumlah bayi bertahan hidup digunakan sebagai sasaran

imunisasi yang akan diberikan pada bayi usia 2-11 bulan.

Berikut ini rumus menghitung estimasi sasaran bayi bertahan

hidup, sebagai berikut:

Surviving Infant ( SI )=∑ bayi lahir hidup−¿ ¿

3) Anak Bawah Usia Dua Tahun

Berikut ini rumus menghitung estimasi sasaran usia dua

tahun, sebagai berikut:

Baduta=∑ surviving infant (SI )

4) Anak Usia Sekolah Dasar/Sederajat

Data usia anak SD atau sederajat yang bersekolah

diperoleh dari Dinas Pendidikan setempat ataupun dari Kantor

Wilayah Agama. Sedangkan untuk anak yang tidak bersekolah


16

diperoleh dari Dinas Sosial setempat dan ataupun dari

pendataan langsung oleh kader kesehatan.

5) Wanita Usia Subur

Usia sasaran imunisasi WUS adalah berkisar antara 15

tahun-39 tahun. Berikut ini rumus menghitung estimasi

sasaran imunisasi WUS. (Kemenkes, 2021)

WUS=21,9 % × ∑ penduduk

4. Definisi DO dan LO

Sebelum melakukan penentuan wilayah prioritas, terlebih dahulu

menentukan angka DO dan LO di wilayah tersebut dengan

memastikan data yang digunakan valid dan akurat.

a. Drop Out (DO)

Drop out adalah anak yang sudah mendapatkan kesempatan

pertama imunisasi namun tidak menyelesaikan rangkaian dosis

pemberian sesuai jadwal yang kemudian dijadikan Indikator

terhadap pemanfaatan imunisasi yaitu kesempatan masyarakat

menggunakan fasilitas kesehatan mendapatkan layanan imunisasi.

DO yang dapat digunakan adalah DO cakupan bayi maupun

DO cakupan baduta. DO cakupan bayi di hitung dengan mencari

selisih cakupan DPT-HB-Hib 1 dengan DPT-HB-Hib 3 atau selisih 9


17

cakupan DPT-HB-Hib 1 dengan Campak Rubella 1, sedangkan DO

cakupan baduta dihitung dengan selisih antara cakupan DPT-HB-

Hib 3 dengan DPT-HB-Hib 4 atau selisih cakupan Campak Rubela

1 dengan cakupan Campak Rubela 2. (Kemenkes, 2021). Berikut

rumus menghitung angka DO, sebagai berikut:

( ∑ DPT , HB , Hib 1−∑ DPT , HB , Hib 3 ) dalam 1 periode


DO DPT , HB , Hib= × 100 %
∑ DPT , HB , Hib 1 dalam 1 periode

( ∑ DPT , HB , Hib1−∑Campak Rubella1 ) dalam1 periode


DO Campak Rubella1= ×
∑ DPT , HB , Hib 1 dalam1 periode

DO DPT , HB , Hib Baduta=


(∑−∑DPTDPT, HB, HB, Hib, Hib3 sampai bulan berjalan di tahun
4 sampai bulan berjalan tahun
∑ DPT , HB , Hib 3 sampai bulan berjalan ditahun lalu dala

DO Campak Rubella Baduta=


(∑−∑Campak
Campak Rubella1 sampai bulan berjalan d
Rubella 2 sampai bulanberjala
∑ Campak Rubella1 sampai bulan berjalan di tahun la

b. Left Out (LO)

Left out adalah anak tidak imunisasi (belum pernah diimunisasi

sama sekali) yang usianya dalam sasaran program imunisasi

(eligible). Angka LO menjadi indikator terhadap akses pelayanan

imunisasi. Akses imunisasi adalah kesempatan atau kontak

pertama dengan upaya sendiri untuk mendapatkan pelayanan

imunisasi yang diukur dengan melihat cakupan jenis antigen

pertama yang diperoleh anak. Berikut rumus menghitung angka

LO. (Kemenkes, 2021).


18

∑bayi baru lahir−∑bayi yang diimunisasi BCG


LO= ×100 %
∑bayi baru lahir

Setelah didapatkan angka DO dan LO, maka penentuan

kategori risiko masing-masing wilayah dapat dilakukan berdasarkan

hasil penghitungan angka tersebut. Kategori risiko tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Kategori Tinggi: apabila nilai DO dan LO > 5% atau salah satu

nilainya > 5% tetapi disertai dengan kondisi pendukung yaitu

padat penduduk, kumuh, terdapat pekerja migran, kelompok

marjinal dan pengungsi yang berdomisili, pedesaan dan sulit

secara geografis, teridentifikasi adanya penolakan terhadap

imunisasi, atau pemukiman baru.

2) Kategori Sedang: apabila nilai DO atau LO > 5% tapi tanpa

disertai kondisi pendukung.

3) Kondisi Rendah: apabila nilai DO dan LO < 5%

5. Jadwal Imunisasi Rutin

Imunisasi rutin harus dilaksanakan setiap bulan untuk memastikan

agar setiap anak mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. Berikut ini

tabel yang dapat menunjukkan jadwal imunisasi rutin nasional.

(Kemenkes, 2021).

Tabel 2 Jadwal Imunisasi Rutin Nasional

UMUR JENIS IMUNISASI


19

<24 jam Hepatitis B


1 bulan BCG, Polio Tetes 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio Tetes 2, PCV*
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio Tetes 3, PCV*
DPT-HB-Hib 3, Polio Tetes 4, Polio
4 bulan
Suntik (IPV)
9 bulan Campak Rubela
10 bulan JE**
12 bulan PCV*
18 bulan DPT-HB-Hib, Campak Rubela
Kelas 1 SD/Madrasah/sederajat Campak Rubela, DT
Kelas 2 SD/Madrasah/sederajat Td
Kelas 5 SD/Madrasah/sederajat Td, HPV*
Kelas 6 SD/Madrasah/sederajat HPV*

Sumber: Pedoman Praktis Manajemen Program Imunisasi Di


Puskesmas, 2021

Keterangan:

* dilaksanakan di wilayah terpilih, akan diperluas secara nasional

**dilaksanakan di wilayah endemis

6. Pelacakan Bayi dan Baduta yang Belum Lengkap Imunisasinya


(Imunisasi Kejar)

Imunisasi kejar merupakan kegiatan memberikan imunisasi

kepada bayi dan baduta yang belum menerima dosis vaksin sesuai

usia yang ditentukan pada jadwal imunisasi nasional. Imunisasi kejar

dapat diberikan pada anak sampai usia 36 bulan.


20

Bila anak usia 9-36 bulan belum mendapatkan imunisasi rutin

lengkap maka lengkapi status imunisasi mereka dengan mengacu

pada tabel berikut ini.

Tabel 3 Aturan Pemberian Imunisasi bagi Anak Usia 9-36 Bulan yang
Terlambat

Jenis Imunisasi Total Jumlah Dosis Keterangan


yang Harus
Diberikan
BCG 1 dosis paling lambat usia 11
bulan (< 1 tahun)
OPV 4 dosis Interval minimal antar
dosis adalah 4
minggu
IPV 1 dosis Diberikan segera
ketika bayi/baduta
datang ke tempat
pelayanan
Anak usia 9 - 12
bulan:
 Interval minimal
dosis pertama dan
kedua adalah 4
minggu (1 bulan),
 interval minimal
dosis kedua dan
ketiga adalah 4
minggu (1 bulan);
 interval minimal
dosis ketiga dan
4 dosis (3 dosis keempat adalah
DPT-HB-Hib imunisasi dasar dan 12 bulan
1 dosis imunisasi
lanjutan) Anak usia >12 bulan
- 36 bulan:
 Interval minimal
dosis pertama dan
kedua adalah 4
minggu (1 bulan),
 interval minimal
dosis kedua dan
21

ketiga adalah 6
bulan);
 interval minimal
dosis ketiga dan
keempat adalah 12
bulan
Campak Rubella 2 dosis (1 dosis
Interval minimal
imunisasi dasar dan
antara dosis pertama
1 dosis imunisasi
dan kedua adalah 6
lanjutan) bulan
PCV 2 dosis Interval minimal antar
dosis adalah 8
minggu
JE 1 dosis Diberikan pada
sasaran yang tinggal
di daerah endemis,
apabila anak usia
>10 bulan belum
mendapatkan 1 dosis
maka diberikan
segera ketika
bayi/baduta datang
ke tempat pelayanan
Sumber: Pedoman Praktis Manajemen Program Imunisasi Di
Puskesmas, 2021

Kegiatan imunisasi kejar dilakukan dengan 2 (dua) cara sesuai

dengan sasaran yang dituju, yaitu DOFU (Drop-Out Follow Up) dan

BLF (Backlog Fighting).

a. DOFU (Drop-Out Follow Up)

Drop-Out Follow Up (DOFU) merupakan kegiatan lanjutan

yang harus dilakukan apabila masih ada bayi/baduta yang belum

mendapatkan imunisasi sesuai jadwal, sebagai tindak lanjut dari

upaya pelacakan. DOFU dapat dilakukan secara periodik (bulanan,

triwulanan, dan tahunan). (Kemenkes, 2021)


22

Langkah-langkah dalam pelaksanaannya antara lain:

Sampaikan kepada kader posyandu dan dasawisma setempat

atau petugas/bidan desa untuk menghubungi/mengunjungi orang

tua bayi, baduta, balita dan anak usia sekolah yang belum

mendapatkan imunisasi sesuai jadwal ke puskesmas/posyandu

atau fasyankes lainnya.

1) Petugas/kader posyandu dan dasawisma memotivasi orang tua

bayi, baduta, balita dan anak usia sekolah yang tidak datang

imunisasi.

a) Jika petugas/kader posyandu dan dasawisma dapat

berkomunikasi/bertemu dengan orang tua anak: Tanyakan

alasan tidak datang imunisasi, lakukan edukasi tentang

bahaya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan

manfaat akan pentingnya imunisasi dengan menggunakan

buku KIA atau alat peraga lain jika tersedia sehingga orang

tua bersedia datang ke puskesmas/posyandu/fasyankes

untuk melengkapi imunisasi anaknya.

b) Jika petugas/kader posyandu dan dasawisma tidak dapat

bertemu dengan orang tua anak: tanyakan ke tetangga

terdekat atau ketua RT/lingkungan keberadaan orang tua,

dan jika memungkinkan, catat nomor telepon orang tua

bayi/baduta, hubungi melalui SMS atau WA untuk

mengingatkan jadwal imunisasi anak.


23

2) Pada saat pelayanan imunisasi, berikan imunisasi pada

bayi/baduta yang sehat untuk melengkapi status imunisasi anak

sesuai jadwal imunisasi.

a) Bagi bayi/baduta yang terlambat mendapatkan imunisasi

sesuai jadwal, maka lengkapi status imunisasinya sesuai

dengan ketentuan.

b) Apabila imunisasi ditunda (bukan kontra indikasi absolut,

contoh: demam, batuk dan pilek) maka diberikan kartu

pengingat untuk mendapatkan imunisasi paling lambat pada

jadwal layanan bulan berikutnya di posyandu, puskesmas

maupun fasilitas pelayanan kesehatan manapun.

c) Hasil layanan imunisasi harus dicatatkan kembali dalam

buku kohort/register imunisasi.

b. BLF (Backlog Fighting)

Kegiatan Backlog Fighting atau BLF merupakan kegiatan

melengkapi status imunisasi anak yang berusia kurang dari 3 (tiga)

tahun yang belum mendapatkan imunisasi dasar maupun lanjutan.

(Kemenkes, 2021)

Langkah-langkah dalam pelaksanaannya antara lain:

1) Lakukan analisis situasi, Puskesmas bersama dengan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, untuk menentukan desa/kelurahan

yang akan dilaksanakan BLF.


24

2) Lakukan koordinasi dengan pimpinan daerah setempat (Camat,

Lurah/Kepala Desa, Ketua RW dan RT), tokoh agama, tokoh

masyarakat, kader posyandu dan dasawisma setempat dan

pihak lain yang terkait.

3) Lakukan identifikasi sasaran dengan metode yaitu:

a) Identifikasi sasaran dengan memanfaatkan buku

kohort/register imunisasi. Lihat data buku kohort/register

imunisasi mulai dari 2 tahun sebelumnya.

b) Identifikasi sasaran dengan melakukan pendataan langsung

(kunjungan rumah ke rumah), bekerja sama dengan kader,

untuk mengidentifikasi anak-anak yang tidak tercatat dalam

buku kohort/register imunisasi.

4) Catat nama anak, usia, tempat tinggal, status imunisasi terakhir

dan jenis imunisasi apa saja yang belum didapatkan

menggunakan Format Pelacakan. Bila seorang anak tidak ada

bukti status imunisasinya dan tidak tercatat di buku kohort atau

register imunisasi puskesmas, anak tersebut dianggap tidak

pernah mendapat imunisasi. Apabila anak tidak memiliki buku

KIA atau catatan imunisasi lainnya, maka Puskesmas perlu

memberikan buku KIA yang baru dan dimasukkan sebagai

sasaran BLF.

5) Hitung kebutuhan vaksin, dan logistik untuk pelayanan

imunisasi BLF dan susun jadwal distribusinya.


25

6) Hitung kebutuhan tenaga pelaksana dan susun jadwal

pelaksanaan pelayanan imunisasi BLF untuk tiap

desa/kelurahan.

7) Susun strategi pelayanan imunisasi khususnya untuk daerah

yang berisiko tinggi atau daerah sulit.

8) Hitung anggaran pelaksanaan kegiatan dan identifikasi sumber

pembiayaan yang dapat digunakan. (Kemenkes, 2021)

B. Tinjauan Umum tentang Kader Posyandu

1. Pengertian

Kader adalah seorang tenaga Kesehatan yang yang

direkrut dari oleh dan untuk masyarakat yang bertugas

membantu kelancaran pelayanan Kesehatan. Keberadaan kader

sering dikaitkan dengan pelayanan atau kegiatan rutin Posyandu

sehingga seorang Kader posyandu harus mampu dalam

menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti

kegiatan Posyandu (Kemenkes RI,

2012).

2. Syarat Kader Posyandu

a. Dapat membaca dan menulis

b. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan

c. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat

d. Mempunyai waktu yang cukup

e. Bertempat tinggal di wilayah posyandu


26

f. Berpenampilan ramah dan simpatik

g. Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader


posyandu

3. Peran Kader dalam Pelaksanaan Imunisasi

a. Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran imunisasi yang tidak

melakukan imunisasi pada waktunya dan memobilisasi

masyarakat dengan menggunakan metode dan pesan yang

tepat.

b. Memberikan motivasi kepada kelompok sasaran agar mau

berkunjung ke posyandu/faskes pada waktu pemberian

imunisasi.

c. Memberikan pendidikan kesehatan lanjutan kepada orang tua

mengenai imunisasi.

d. Melakukan kunjungan tatap muka pada tokoh masyarakat,

menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat sebagai

upaya membangun dukungan masyarakat untuk pelayanan

imunisasi serta membangun kerjasama dengan tenaga

kesehatan. (Hadiningsih, 2015).

C. Tinjauan Umum tentang M-Health

1. Definisi M-Health

M-health adalah penggunaan inovatif dari penggunaan ponsel

yang saat ini mulai sedang berkembang dengan mengintegrasikan

teknologi seluler guna meningkatkan efisiensi dalam komunikasi

kesehatan, kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan. M-


27

health mengacu pada penggunaan teknologi komunikasi seluler

dan nirkabel untuk memberikan layanan kesehatan yang dapat

digunakan untuk mengatasi ketimpangan kesehatan dan

meningkatkan cakupan kesehatan salah satunya oleh petugas

lapangan. M-health dapat mengatasi ketimpangan dan hambatan

geografis yang murah dan sangat terjangkau. Beberapa sistem

operasi yang dapat digunakan pada M-health antara lain seperti

iOs, Microsoft Windows, Palm OS, Blackberry, Linux, dan Android.

(Saldanha, 2007).

Pemanfaatan M-health banyak diterapkan di negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah mengingat hampir di

seluruh dunia sudah dalam jangkauan sinyal ponsel. Di daerah di

mana kepemilikan telepon selular di antara populasi umum masih

relatif rendah, maka petugas kesehatan menjadi kunci dalam

penggunaan M-health. Berbagai intervensi M-health bertujuan

meningkatkan cakupan imunisasi dengan menginformasikan

ketersediaan vaksin dan menjadi pengingat waktu imunisasi. (Cock

et al., 2020).

2. Penggunaan Teori User Centered Design (UCD) pada

Pengembangan M-Health

Pengembangan metodis dan evaluasi ketat dari intervensi

berbasis teknologi baru yang didukung teori untuk mengurangi

perilaku menetap di tempat kerja sangat dibutuhkan saat ini.


28

Namun, pelaporan fase pengembangan yang digunakan dalam

menciptakan teknologi digital terkait kesehatan masih terbatas.

Proses pengembangan intervensi digital yang efektif memerlukan

banyak keputusan yang mengintegrasikan teori perilaku, pengujian

pengguna, dan pertimbangan kelayakan teknis dan praktis,

termasuk intervensi untuk menangani efektifitas waktu di tempat

kerja. Pentingnya teori perubahan perilaku dalam teknologi digital

telah ditekankan. Banyak intervensi digital tidak memiliki dasar

teoritis untuk meningkatkan perilaku kesehatan dan efektifitas

waktu saat bekerja. (Stephenson et al., 2020)

Penggunaan pendekatan teori “User Centered Design” atau

berpusat pada pengguna dalam keterlibatan dengan intervensi

digital menjadi sangat penting. Desain yang berpusat pada

pengguna (UCD) adalah proses desain berulang di mana

pengembang melibatkan pengguna selama proses desain.

Menggabungkan prinsip-prinsip UCD memastikan bahwa intervensi

responsif terhadap kebutuhan dan preferensi pengguna, dan

dirancang 'dari bawah ke atas' daripada berdasarkan prakonsepsi

pengembang atau ringkasan pengadaan yang kaku. (Stephenson

et al., 2020).

Berikut tahapan pendekatan UCD yang dimodifikasi untuk

penggunaan pengembangan M-health menurut Wang, 2017 dan

Stephenson, 2020, antara lain:


29

a) Memahami pikiran manusia, perubahan perilaku, dan masalah

Kegiatan yang dilakukan dapat berupa sistematik review, FGD

dengan pengguna dan stakeholder serta dengan menggunakan

Behaviour Change Wheel (BCW) dan Behaviour Change

Technique Taxonomy (BCTTv1).

b) Menargetkan kelompok pengguna, perilaku, dan hasil

Hanya ketika kelompok sasaran, perilaku sasaran, dan hasil

yang diharapkan jelas, kita dapat merancang intervensi yang

paling menjanjikan, digambarkan dengan mind mapping.

c) Merancang intervensi

Model teknologi yang dibahas pada bagian sebelumnya harus

diterapkan pada fase desain. Jika kelompok antar-disiplin

terlibat, mereka harus mengkomunikasikan secara menyeluruh

tentang tugas untuk setiap kelompok serta rincian pelaksanaan

setiap fitur yang ada pada desain prototype yang dibuat.

d) Evaluasi

Salah satu faktor kunci untuk mengevaluasi intervensi mHealth

adalah membuat pengukuran seakurat mungkin, sehingga hasil

evaluasi yang jelas dapat ditarik. Pada tahap ini dilakukan

penelitian tentang menilai efikasi penggunaan M-health dalam

melakukan intervensi dan menilai tingkat kebergunaan

(usability) sehingga mampu memberikan hasil akhir yang dapat

mengatasi permasalahan secara multi-kondisi.


30

3. Deskripsi Desain M-Health Sistem Pelacakan Sasaran Imunisasi

(M-SASKIA)

Tujuan utama dari sistem m-SASKIA adalah memudahkan

petugas imunisasi dalam menentukan sasaran, baik sasaran yang

sesuai waktu imunisasi, drop out dan left out, kemudian akan

dipetakan berdasarkan kategori tinggi, sedang dan rendah yang

akan mempermudah pula dalam pengambilan kebijakan untuk

meningkatkan cakupan imunisasi dalam program selanjutnya.

Kerangka sistem dari proyek penelitian m-SASKIA ini, yaitu

sebagai alat yang dititikberatkan pada penggunaan penemuan

sasaran imunisasi dan menghilangkan kesenjangan dalam

melakukan komunikasi antara bidan yang melakukan input data

(bayi baru lahir dan WUS), petugas imunisasi dan kader kesehatan

yang menjadi ujung tombak dari sistem ini dalam melakukan

pencarian rumah warga yang dimaksudkan. Aplikasi ini terdiri dari 2

(dua) bentuk yaitu sistem admin dan sistem user dengan platform

android.

Bidan dimungkinkan untuk menginput data-data bayi yang baru

lahir dan WUS, baik yang datang ke Puskesmas, RS, Klinik swasta

dan Bidan Praktek Swasta. Aplikasi kemudian akan mengirimkan

data-data sasaran berdasarkan waktu imunisasi ke kader

kesehatan. Kader akan melakukan pelacakan dengan memberikan

tanda pada fungsi GPS dan mengisi kesediaan serta tempat janji
31

temu petugas imunisasi dengan sasaran (Puskesmas, Posyandu,

POSKESDES, atau Sekolah). Petugas imunisasi tingkat

Puskesmas kemudian akan menyusun rencana kegiatan

berdasarkan hasil pelacakan melalui aplikasi ini.

Tugas admin akan diberikan pada petugas imunisasi tingkat

Dinas Kesehatan Kabupaten yang akan menginput data-data

sasaran yang telah diimunisasi berdasarkan antigen yang

digunakan baik menginput secara langsung atau dengan

mendownload terlebih dahulu data yang telah diinput petugas

imunisasi Puskesmas di aplikasi register online imunisasi yang saat

ini digunakan (misalnya ASIK).

D. Tinjauan Umum tentang Uji Usability M-Health

Dalam menghadapi tantangan M-Health di masa depan agar

keberlangsungannya tetap stabil, maka uji usability pun mesti

dilakukan. Berikut ini matriks pengukuran uji usability, antara lain:

1. Usefullness (Kegunaan)

Kegunaan memungkinkan pengguna untuk mencapai tujuan

spesifiknya dan memotivasi mereka untuk menggunakan aplikasi

ini kembali. Hal ini menjadi faktor keberhasilan utama dari sebuah

aplikasi, jika sebuah aplikasi mudah dan memuaskan untuk

digunakan namun tidak mencapai tujuan pengguna tertentu maka

aplikasi tersebut tidak akan digunakan atau mungkin dihapus dari

perangkat selulernya meskipun aplikasi tersebut gratis.


32

2. Effectiveness (Efektifitas)

Efektifitas mengacu pada sejauh mana aplikasi bekerja sesuai

dengan harapan pengguna dan kemudahan yang dapat digunakan

penguna untuk mencapai tujuan spesifik mereka.

3. Veracity (Kebenaran)

Veracity mengacu pada keakuratan dan keandalan data atau

informasi konten hingga tingkat yang ditentukan dalam aplikasi.

Konten di aplikasi kesehatan biasanya didasarkan pada satu atau

beberapa sumber informasi. Aplikasi perlu menyediakan sumber

informasi yang dimasukkan pada aplikasi sehingga pengguna

dapat mencari ke sumber aslinya. Aplikasi yang menjalankan fungsi

pengelolaan pengguna atau pasien, seperti penghitungan,

pelacakan data, pengingat, atau fungsi lainnya, harus akurat dan

andal secara konsisten.

4. Interactivity (Interaktifitas)

Dalam konteks aplikasi M-Health, interaktivitas memberikan

rasa keterlibatan, hiburan, kepuasan, dan motivasi bagi pengguna

untuk menggunakan kembali aplikasi tersebut. Ini juga meluas ke

interaktivitas antara penyedia dan pasien sebagaimana difasilitasi

oleh aplikasi M-Health.

5. Personalization

Tujuan aplikasi kesehatan tertentu dapat dirancang untuk

mendukung pengguna di satu atau beberapa domain pemberian


33

layanan kesehatan. Contohnya termasuk penilaian, diagnostik,

pencegahan, intervensi, dan pemulihan. Kustomisasi atau

personalisasi penting untuk membantu aplikasi mencapai apa yang

ingin dilakukan pengguna. Misalnya, aplikasi mungkin perlu

terhubung ke satu atau beberapa sistem catatan kesehatan

elektronik (EHR) untuk menyediakan data medis atau sub-

kumpulan data yang disesuaikan dari pasien tertentu.

6. User Acceptability (Penerimaan Pengguna)

Penerimaan pengguna dapat didefinisikan sebagai kesediaan

yang dapat dibuktikan bagi pengguna tertentu untuk menggunakan

aplikasi tertentu untuk tugas yang dirancang untuk didukung oleh

pengguna itu sendiri. Penerimaan pengguna tampaknya telah

menggantikan sebagian besar kriteria pengukuran usabilitas di

lingkungan M-Health. (Zhang and Zhang, 2014).

Penelitian lain menyebutkan elemen pengukuran untuk uji

usabilitas yaitu kepuasan, efisiensi, efektifitas, kemampuan belajar,

pengoperasian, universalitas dan estetika Interface pengguna yang

dirincikan pada tabel 1. (Kasali et al., 2020)

Tabel 4 Kriteria Usability dan Sub-Kriteria


Kepuasan Tingkat Kenyamanan Mengukur seberapa
kenyamanan yang nyaman pengguna saat
dirasakan menggunakan aplikasi
pengguna Kepercayaan Mengukur sejauh mana
terhadap pengguna mempercayai
penggunaan sistem
aplikasi. Kesenangan Mengukur sejauh mana
pengguna memperoleh
kesenangan dari
34

menggunakan aplikasi.
Kegunaan Mengukur seberapa
membantu dan praktis
aplikasinya
Efisiensi Kemampuan Efisiensi Mengukur rasio tujuan
pengguna untuk tugas yang dicapai oleh
menyelesaikan pengguna per satuan
tugas mereka waktu
dengan kecepatan Efisiensi Mengukur waktu yang
dan akurasi waktu diperlukan untuk
menyelesaikan tugas
dibandingkan dengan
waktu sebenarnya
Waktu tugas Mengukur waktu yang
relatif dibutuhkan pengguna
untuk menyelesaikan
tugas tertentu dan
membandingkan waktu
ini dengan waktu yang
dibutuhkan pakar untuk
menyelesaikan tugas
yang sama
Efektifitas Kemampuan Penyelesaia Mengukur rasio tugas
pengguna untuk n tugas yang dijalankan dan
menyelesaikan diselesaikan dengan
tugas dalam benar
konteks tertentu Efektifitas Mengukur rasio tujuan
Tugas tugas yang dicapai
dengan benar
Frekuensi Mengukur frekuensi
kesalahan kesalahan yang
(Error) dihasilkan dari
pengguna, dan
membandingkannya
dengan nilai target
Kemampuan Kemudahan yang Waktu untuk Mengukur waktu rata-
belajar dapat digunakan belajar rata yang dihabiskan
pengguna untuk pengguna untuk
mempelajari cara mempelajari fungsi
menggunakan tertentu dalam aplikasi.
aplikasi dalam Kemampuan Mengukur waktu rata-
waktu yang mengingat rata yang dihabiskan
cukup. pengguna untuk
mengingat langkah-
langkah penggunaan
fungsi tertentu dari
waktu ke waktu tanpa
perlu mempelajarinya
kembali dari awal
Pesan Langkah-langkah untuk
35

kesalahan memastikan setiap


yang mudah pesan kesalahan
dipahami mengklarifikasi
penyebab terjadinya
kesalahan dan cara
untuk mengatasinya
Kelengkapan Langkah-langkah untuk
dokumentasi memastikan bahwa
pengguna semua fungsi aplikasi
atau fasilitas bantuan
lengkap dan dijelaskan
dengan benar
Beban Jumlah penalaran yang
Kognitif diperlukan oleh
pengguna untuk
menggunakan aplikasi
Operabilitas Pengguna dapat Kejelasan Mengukur jumlah pesan
dengan mudah pesan aplikasi yang dijelaskan
mengoperasikan dengan jelas dan
aplikasi. mudah dipahami oleh
pengguna
Konsistensi Langkah-langkah untuk
operasional memastikan semua
tugas aplikasi serupa
bekerja dengan cara
yang konsisten
Universalitas Kecenderungan Universalitas Mengukur kemampuan
aplikasi untuk budaya dalam menggunakan
mengakomodasi aplikasi oleh orang-
berbagai orang yang memiliki
pengguna dengan latar belakang budaya
latar belakang yang berbeda
budaya yang Kepatuhan Mengukur sejauh mana
berbeda standar aplikasi sesuai dengan
standar internasional,
terkait kegunaan
Aksesibilitas Mengukur
kecenderungan dimana
aplikasi dapat diakses
oleh pengguna yang
berbeda dengan
kemampuan dan
keunikan yang berbeda-
beda.
Estetika Mengevaluasi Kustomisasi Mengukur rasio item
Interface kepuasan dan interface yang dapat
Pengguna kesenangan disesuaikan
pengguna tampilannya oleh
sehubungan pengguna agar nyaman
dengan estetika bagi mereka
36

Interface Daya tarik Mengukur sejauh mana


pengguna aplikasi Interface aplikasi dianggap
seluler. pengguna menarik oleh
penggunanya (misalnya
melalui warna interface)

Penilaian tes usability dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) model

kuisioner yang dapat memberikan penilaian atribut yang berbeda-beda.

Model kuisioner tersebut dipilih dengan alasan merupakan sistem yang

paling sering digunakan dalam penilaian uji usability sebuah aplikasi yaitu

System Usability Scale (SUS) dan sistem yang dapat menilai usability

yang dikhususkan untuk aplikasi mhealth yaitu Mhealth App Usability

Quistionnaire (MAUQ). Keduanya menggunakan skala likert dalam

metode pengumpulan data.

a) System Usability Scale

Selama hampir 20 tahun, praktisi dan peneliti telah menggunakan

System Usability Scale (SUS) sebagai metode “cepat dan kotor” untuk

mengevaluasi kegunaan berbagai situs web, perangkat lunak, dan

sistem manusia-mesin lainnya. Skala ini telah banyak digunakan

karena memiliki karakteristik yang berbeda dari kuesioner lain, yaitu

telah tervalidasi dan teruji reliabilitasnya walaupun menggunakan nilai

sampel yang kecil. (Peres, Pham and Phillips, 2013)

SUS terdiri atas 10 item pertanyaan, menggunakan skala likert dan

valensi bolak-balik dari item ganjil dengan kata positif dan item genap

dengan kata negative. (Holden, 2020) Berikut ini adalah rumus untuk

menghitung skor dengan system usability scale. Data tersebut dihitung


37

sesuai aturan perhitungan skor dalam SUS. Ada beberapa aturan

dalam perhitungan skor kuesioner yang berlaku untuk masing-masing

responden, yaitu:

1) Setiap pertanyaan bernomor ganjil, skor setiap pertanyaan yang

didapat dari skor pengguna akan dikurangi

2) Setiap pertanyaan bernomor genap, skor akhir didapat dari nilai 5

dikurangi skor pertanyaan yang didapat dari pengguna.

3) Skor SUS didapat dari hasil penjumlahan skor setiap pertanyaan

yang kemudian dikali 2,5

Dalam menginterpretasikan hasil skor SUS, ada lima cara yang

bisa digunakan yaitu dengan berdasarkan pada interpretasi

perbandingan peringkat persentil, peringkat, sifat, tingkat penerimaan,

dan NPS dari skor SUS itu sendiri dan dapat dilihat dalam bentuk

gambar skala interpretasi. Penerimaan (acceptability) adalah aspek

yang menentukan penerimaan aplikasi dengan kategori yang terdiri

atas tidak dapat diterima (unacceptable), marginal dan dapat diterima

(acceptable). Grade scale merupakan aspek yang menentukan tingkat

kualitas aplikasi yang terdiri atas grade scale A, B, C, D, dan E.

Adjective rating merupakan aspek yang menentukan rating

kebergunaan aplikasi. Adjective rating terdiri atas beberapa tingkat,

yaitu worst imaginable, poor, ok, good, excellent, dan best imaginable.

(Jeff Sauro, 2018).


38

Gambar 1 Skala Interpretasi Hasil Ukur SUS

Sumber: https://measuringu.com/interpret-sus-score/

Tabel 4 berikut memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai

nilai-nilai yang terdapat pada Gambar 1 diatas.

Tabel 5 Interpretasi Skala SUS

Grade SUS Percentile Adjective Acceptable


range
A+ 84,1 - 100 96 - 100 Best Imaginable Acceptable
A 80,8 - 90 - 95 Excellent Acceptable
84,0
A- 78,9 - 85 - 89 Good Acceptable
80,7
B+ 77,2 - 80 - 84 Good Acceptable
78,8
B 74,1 - 70 - 79 Good Acceptable
77,1
B- 72,6 - 65 - 69 Good Acceptable
74,0
C+ 71,1 - 60 - 64 Good Acceptable
72,5
C 65,0 - 41 - 59 OK Marginal
71,0
C- 62,7 - 35 - 40 OK Marginal
64,9
D 51,7 - 15 - 34 OK Marginal
62,6
E 25,1 - Worst Unacceptable
51,6
F 0 - 25 Worst Imaginable Unacceptable
39

Sumber: https://measuringu.com/interpret-sus-score/

b) Mhealth Apps Usability Questioner

Skala kebergunaan (usability) aplikasi khusus untuk mhealth yang

disebut mHealth App Usability Questionnaire (MAUQ) dikembangkan

dapat menilai kemudahan penggunaan (ease of use), antarmuka

(interface), kepuasan (satisfaction), dan kegunaan (usefulness) yang

ditujukan kepada pengguna akhir (baik pasien atau penyedia layanan

kesehatan) dan jenis interaksi antara pasien dan penyedia layanan

kesehatan (mandiri atau interaktif). MAUQ memiliki validitas dan

reliabilitas yang sangat baik. Kuesioner terdiri dari 3 subskala, yaitu

kemudahan penggunaan (5 item), antarmuka dan kepuasan (7 item),

dan kegunaan (6 item). Peserta menilai setiap item menggunakan

skala Likert 7 poin mulai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 7 (sangat

setuju). Kegunaan aplikasi ditentukan oleh total dan rata-rata semua

pernyataan, semakin tinggi rata-rata keseluruhan, semakin baik

kegunaan aplikasi. Namun, jika skor rata-rata lebih rendah dari 4,

berarti kegunaan aplikasi tersebut kurang baik. (Mustafa et al., 2021).

Tabel 6 Interpretasi Skala MAUQ

Nilai Kategori
<4 Buruk
≥4 Baik

E. Tinjauan Umum tentang Faktor Sosiodemografi yang

berhubungan dengan Imunisasi


40

1. Jenis Kelamin

Kesetaraan gender adalah hak asasi manusia yang mendasar

dan pendorong yang kuat untuk hasil kesehatan yang lebih baik

secara global. Intervensi imunisasi hanya akan berhasil dalam

memperluas cakupan dan memperluas jangkauan ketika peran,

norma dan hubungan gender dipahami, dianalisis dan

diperhitungkan secara sistematis sebagai bagian dari perencanaan

dan pemberian layanan imunisasi. (Agenda, 2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diddi Antay, et.al,

mengemukakan bahwa kelengkapan imunisasi pada anak

perempuan lebih dari pada anak laki-laki (OR 1.28, 95% CI 1.06-

1.54). (Antai, 2011).

2. Urutan Kelahiran Anak

Orang tua seringkali mengabaikan pentingnya imunisasi pada

anak selanjutnya berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh

kakaknya yang mengalami demam yang dinilai akibat imunisasi.

Anak dengan urutan kelahiran meningkat, kemungkinan memiliki

status imunisasi dasar tidak lengkap. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Douriri, et.al menyatakan bahwa urutan kelahiran

secara signifikan berhubungan dengan kelengkapan imunisasi

anak. (Herliana and Douiri, 2017).

3. Pendidikan Orang Tua


41

Pendidikan formal yang dimiliki seseorang pada dasarnya

adalah proses menuju kematangan intelektual yang tidak terlepas

dari proses yang disebut belajar. Manusia yang memiliki pendidikan

berarti dia sedang menyempurnakan potensi pada aspek biologis

dan psikis yang diperlukan oleh manusia untuk beradaptasi dengan

lingkungan dan bermasyarakat. Dengan kata lain, semakin tinggi

pendidikan formal maka semakin baik pengetahuannnya tentang

hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan, termasuk pengetahuan

tentang kesehatan. (Notoatmodjo, 2014).

4. Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan dapat merefleksikan keadaan sosial sebuah

keluarga di masyarakat.(Notoatmodjo, 2014). Pekerjaan ayah

berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi anak, hal ini

dimungkinkan dengan keberadaan sumber daya dalam upaya

memfasilitasi anak agar dapat diimunisasi. Begitu pula dengan

pekerjaan ibu, kebanyakan ibu yang berkerja tidak

mengimunisasikan anaknya dengn alasan sibuk. (Herliana and

Douiri, 2017).

5. Status Pernikahan

Hubungan antara keluarga dengan orang tua tunggal (yaitu,

status pernikahan orang tua) dan kurangnya angka cakupan

imunisasi lengkap pada anak-anak telah diteliti sejak tahun 1980-

an. Sebuah studi di Inggris (UK) menyatakan bahwa ada hubungan


42

antara keluarga anak dengan status orang tua tunggal dan cakupan

vaksinasi campak-gondok-rubella (MMR). Di AS, status perkawinan

ibu yang tidak menikah dikaitkan dengan meningkatnya penundaan

vaksinasi anak. Penelitian di terbaru di Jepang menunjukkan bahwa

kemungkinan anak dengan orang tua berstatus orang tua tunggal

atau tidak dalam status pernikahan yang resmi memiliki

kemungkinan 1,3 kali untuk memiliki imunisasi lengkap

dibandingkan anak-anak dengan orang tua yang berada dalam

status pernikahan resmi. (Kuroda et al., 2022).

6. Jarak Rumah dengan Puskesmas

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indonesia

menemukan bahwa cakupan imunisasi lebih tinggi di perkotaan

daripada pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa faktor

risiko ada di daerah pedesaan, termasuk ibu yang melahirkan di

luar fasilitas kesehatan, ibu yang tidak mendapatkan vaksinasi

tetanus sebelumnya, dan ibu yang tidak pernah menerima informasi

imunisasi anak dari penyedia layanan kesehatan. Penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa kedekatan geografis sangat

penting dalam menentukan apakah ibu dapat memanfaatkan

layanan kesehatan ibu. Namun, masyarakat di pedesaan

menghadapi berbagai tantangan seperti kurangnya tenaga

kesehatan yang terlatih dan kurangnya akses transportasi yang

layak. Studi menunjukkan bahwa jarak ke fasilitas kesehatan


43

menjadi kendala utama untuk menyelesaikan imunisasi anak

khususnya di Indonesia karena terdiri dari lebih dari 17.000 pulau.

(Hardhantyo and Chuang, 2021).


E. Tabel Sintesa

Tabel 2. Tabel Sintesa Penelitian

No Judul Peneliti & Jurnal Tujuan Sampel Desain Kesimpulan

1 Use of Apps to Peneliti: Caroline de Menilai keefektifan Sampel Sistematik  9 artikel mengevaluasi
Promote Cock, BSc, MSc, aplikasi yang mendukung yang Review cakupan imunisasi
Childhood et.al vaksinasi anak dalam digunaka  4 diantaranya
Vaccination: meningkatkan penyerapan n menunjukkan hasil
Systematic Review Jurnal Name: JMIR vaksinasi, pengetahuan, sebanyak positif (p<00,1, p=03)
Mhealth and dan pengambilan 28 artikel  Persepsi pasien,
Uhealth keputusan serta kegunaan
kegunaan, dan
dan persepsi pengguna
penerimaan umumnya
(JMIR Mhealth dari aplikasi ini.
positif.
Uhealth
2020;8(5):e17371)
doi: 10.2196/17371

2 Pengaruh Peneliti: Widya Menganalisis pengaruh Data metode Dukungan kader memiliki
Dukungan Kader Rizki dukungan kader dalam dikumpul observasiona pengaruh terhadap
dalam Imunisasi Septianingtyas, dkk imunisasi dasar lengkap kan dari l analitik imunisasi dasar lengkap
Dasar Lengkap 100 ibu dengan dengan p-value = 0,013.
di wilayah kerja Jurnal Name: yang desain
Puskesmas Multidisciplinary memiliki analisis
Jelbuk dan journal anak usia Cross
Klatakan, 12-23 Sectional
Kabupaten bulan
Jember (2018)
No Judul Peneliti & Jurnal Tujuan Sampel Desain Kesimpulan

3 Use of community Peneliti: Monica Meneliti efektivitas dan 61 Sistematik Tinjauan tersebut
engagement Jain,dkk efektivitas biaya intervensi penelitian review menemukan bahwa
interventions to keterlibatan masyarakat kualitatif intervensi keterlibatan
improve child Campbell pada hasil yang berkaitan dan 47 masyarakat memiliki efek
immunisation in Systematic dengan imunisasi anak di penelitian positif yang kecil namun
low‐ and middle‐ Reviews. LMICs dan kuantitatif signifikan pada semua
income countries: 2022;18:e1253. mengidentifikasi fitur hasil imunisasi primer
A systematic https://doi.org/10.10 kontekstual, desain dan terkait dengan cakupan
review and meta‐ 02/cl2.1253 implementasi yang dan ketepatan waktu.
analysis (2022) wileyonlinelibrary.co mungkin terkait dengan
m/journal/cl2 efektivitas.
4 Immunization Peneliti: Untuk memperkirakan 797 Penellitian Faktor yang
coverage and Wendpouiré I. C. cakupan imunisasi di pasangan cross berhubungan dengan
factors Zida-Compaore,dkk antara anak-anak yang ibu dan sectional imunisasi tidak lengkap
associated with dirawat jalan atau rawat anak adalah tidak adanya
incomplete Jurnal: BMC inap di fasilitas kesehatan kartu imunisasi (p <
vaccination in Journal Lomé. 0,001), jenis kelamin
children aged 12 responden (p < 0,001),
to 59 months in tingkat pendidikan (p <
health structures 0,001), status
in Lomé (2019) perkawinan (p < 0,001) .
 Hambatan imunisasi
terutama adalah
kurangnya uang untuk
membayar biaya
imunisasi (38,4%) dan
lupa janji imunisasi
No Judul Peneliti & Jurnal Tujuan Sampel Desain Kesimpulan

(28,1%).

5 Timely completion Peneliti: Zeleke Penelitian ini bertujuan 821 anak Community  498 (64.3%) anak
of vaccination Abebaw Mekonnen, untuk menentukan yang based cross status imunisasi
and its dkk besaran dan faktor-faktor berusia sectional lengkap
determinants terkait imunisasi tepat 12-23  247 (31.9%) anak
among children in Jurnal: BMC waktu pada anak-anak di bulan status imunisasi
northwest, Journal kota Gondar, barat laut, lengkap tepat waktu
Ethiopia: a Ethiopia.  Faktor-faktor yang
multilevel
berhubungan dengan
analysis (2020)
imunisasi tepat
waktu; pengasuh
dengan tingkat
Pendidikan lanjut dan
lebih tinggi, rumah
tangga menengah ke
atas, ANC 4x atau
lebih, PNC 2x atau
lebih

6 Pengembangan Peneliti: Evasaria Mengembangkan sistem Metode Teknologi SMS Gateway


Reminder System Magdalena pengingat imunisasi yang pengembang pada sistem informasi ini
Imunisasi Sipayung, dkk. membantu pihak fasilitas an aplikasi berhasil
Berbasis SMS layanan kesehatan dalam mengirimkan SMS ke
Gateway Jurnal: Jurnal menyediakan informasi semua operator dengan
Telematika, vol. 13 mengenai jadwal tingkat keberhasilan
imunisasi dan manfaat sebesar 100% dan rata-
No Judul Peneliti & Jurnal Tujuan Sampel Desain Kesimpulan

dari imunisasi yang rata delay pengiriman


diberikan kepada setiap 19,6 detik untuk SMS
bayi. Reminder dan 21,6 detik
untuk SMS Request dari
orang tua.

7 Assessment of Peneliti: Ayalew Tujuan dari penelitian ini 436 Community  Angka DO 25.8%
Magnitude and Kassaw, BSC, MPH adalah untuk menilai pasangan based cross- (95% CI: 21.5-30.2)
Associated IN RH, dkk prediktor imunisasi pada ibu dan sectional  Faktor DO antara
Factors of anak usia 12-23 bulan di anak study lain: ibu yang tidak
Immunization Jurnal: International Distrik Abobo, wilayah yang menerima ANC (AOR
Drop Out Rate for Journal of Pediatric Gambela barat daya berumur = 4.59, 95% CI: 2.58,
Children Aged Research Ethiopia. 12-23 7.84), melahirkan di
12-23 Months In bulan rumah (AOR = 6.46,
Abobo District
95% CI: (3.5-11.4),
South West
menunda jadwal
Ethiopia (2021)
imunisasi terbaru
(AOR = 3.44, 95% CI:
1.98-5.97), ibu yang
menolak menunggu
lebih dari 30 menit
(AOR = 3.58, 95% CI:
(1.99, 6.44)

8 Increasing the Peneliti: Ejaz A Penelitian ini bertujuan Data Penelitian Intervensi tersebut layak
demand for Khan, dkk untuk menilai kelayakan dikumpul Mixed dan dapat diterima baik
vaccination pengenalan intervensi kan dari menggunak di tingkat masyarakat
No Judul Peneliti & Jurnal Tujuan Sampel Desain Kesimpulan

through mHealth Jurnal: Journal of mHealth menggunakan 1.600 an maupun manajemen


in Quetta City, Global Health platform artificial ibu/orang pendekatan program. Indikator
Balochistan in Reports. intelligence (AI) berbasis tua yang kualitatif baseline cakupan
Pakistan (2021) 2021;5:e2021095. SMS (short-message memenu dan imunisasi meningkat
doi:10.29392/001c. service) dan Interactive hi syarat secara signifikan pada
kuantitatif.
28999 Voice Response (IVRs) end line survey (interval
untuk mengingatkan dan kepercayaan 95%, CI =
membujuk orang tua agar 0,208-0,269; P<0,001).
anaknya divaksinasi.
9 Mobile phone text Peneliti: Robyn Menilai dampak pesan Protocol Pesan teks seluler (atau
messaging for Kalan, et.al teks seluler dalam review layanan pesan singkat,
improving the mempromosikan SMS) memiliki potensi
uptake of Jurnal: BMJ Open penggunaan vaksinasi di untuk membantu
vaccinations: a 2014;4:e005130. antara orang dewasa, meningkatkan cakupan
systematic review doi:10.1136/bmjope remaja, dan orang tua vaksinasi.
protocol (2014) n-2014-005130 atau pengasuh anak.
10 Can mHealth Peneliti: Onaedo Tujuan dari tinjauan ini 92 artikel Systematic Beberapa faktor yang
interventions Ilozumba, et.al adalah untuk mensintesis yang Review dicatat dalam intervensi
contribute to bukti yang ada tentang diperoleh yang berhasil termasuk
increased HPV Jurnal: Preventive intervensi mobile health dari frekuensi pesan,
vaccination Medicine Reports (mHealth) yang ditujukan pencarian kombinasi beberapa
uptake? A untuk meningkatkan online intervensi termasuk sesi
systematic review pengetahuan terkait HPV, pendidikan tatap muka,
niat vaksinasi HPV, dan materi pendidikan
serapan vaksinasi HPV. tertulis, teks di samping
telepon atau email;
pesan yang disesuaikan
No Judul Peneliti & Jurnal Tujuan Sampel Desain Kesimpulan

serta niat peserta untuk


memvaksinasi pada
awal.
11 mHealth: a Peneliti: Surajudeen Tinjauan mini ini bertujuan 15 artikel Systematic Beberapa bukti literatur
narrative Abiola mengeksplorasi — review berkualitas sedang
synthesis of Abdulrahman, et.al keragaman dan kualitas terutama hingga tinggi yang
evidence of its bukti mengenai tinjauan menunjukkan efikasi
application in Jurnal: J Hosp penerapan mHealth dalam sistemati intervensi mHealth yang
improving Manag Health meningkatkan cakupan s yang digunakan secara
childhood Policy 2017;1:6 imunisasi anak. terindeks tunggal atau dalam
immunization Q1 mulai kombinasi dengan
coverage (2017) tahun intervensi lain dalam
2010- meningkatkan cakupan
2017. imunisasi anak di
beberapa pedesaan dan
perkotaan di seluruh
dunia.
12 Interventions to Peneliti: Cyntia Tinjauan sistematis ini 102 Systematic Empat dari lima studi
improve Puspa Pitaloka, dkk disiapkan untuk artikel review melaporkan dampak
vaccination mengevaluasi intervensi dari 4 positif dalam
coverage of Jurnal: International guna meningkatkan database. meningkatkan cakupan
children in hard- Journal of Public cakupan vaksinasi anak di vaksinasi. Intervensi
to-reach Health Science populasi yang sulit yang menunjukkan
population: A (IJPHS) dijangkau. efektivitas yang baik
systematic review dalam meningkatkan
(2021) cakupan imunisasi anak
adalah penerapan
mHealth yang diberikan
No Judul Peneliti & Jurnal Tujuan Sampel Desain Kesimpulan

kepada pemberi vaksin,


intervensi ganda yang
melibatkan masyarakat,
modifikasi jadwal
imunisasi pada saat
kegiatan sosialisasi, dan
kartu skrining imunisasi.
F. Kerangka Pikir

Sumber: Permenkes No 12 Tahun 2017


Gambar 2 Kerangka Pikir
G. Kerangka Konsep

m-SASKIA
Sasaran imunisasi yang berstatus DO Jumlah sasaran umur 0-36 bulan
berdasarkan aspek sosiodemografi, yaitu: yang diimunisasi yang berstatus
Urutan kelahiran anak, jenis kelamin DO
anak, umur ibu, status pernikahan,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang 1. Keaktifan kader
tua, dan jarak rumah dengan puskesmas. 2. Sikap petugas Jumlah sasaran umur 0-36 bulan
yang diimunisasi yang berstatus LO

Sasaran imunisasi yang berstatus LO


berdasarkan aspek sosiodemografi yaitu: Cakupan per antigen pada umur
Urutan kelahiran anak, jenis kelamin 0 - 36 bulan sebelum dan sesudah
anak, umur ibu, status pernikahan, intervensi
Pendidikan orang tua, pekerjaan orang
tua, dan jarak rumah dengan puskesmas.
Gambar 3 Kerangka Konsep

Variabel Antara

Variabel Dependen

Variabel Independen
H. Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan jumlah cakupan imunisasi rutin yang drop out (DO)

pada umur 0-36 bulan sebelum dan setelah penggunaan m-SASKIA.

2. Ada perbedaan jumlah cakupan imunisasi rutin yang left out (LO) pada

umur 0-36 bulan sebelum dan setelah penggunaan m-SASKIA.

3. Ada perbedaan cakupan imunisasi rutin per antigen pada umur 0-36

bulan sebelum dan setelah penggunaan m-SASKIA

4. Uji Usability bernilai positif.

I.Definisi Operasional & Kriteria Objektif

1. Aplikasi M-SASKIA

a. Definisi Operasional: adalah aplikasi berbasis mobile android yang

bertujuan untuk melacak sasaran imunisasi rutin. Kebergunaan

(usability) aplikasi ini kemudian diuji pada atribut kemudahan (ease

of use), antarmuka (interface) dan kegunaan (usefulness)

menggunakan kuisioner MAUQ, sedangkan pengujian pada atribut

efektifitas (effectiveness), efisiensi (efficiency), kepuasan

(satisfaction) dan penerimaan (acceptable) menggunakan kuisioner

SUS. Kuisioner MAUQ berisikan pertanyaan berbentuk skala likert

dengan poin 1 (sangat tidak setuju) sampai poin 7 (sangat setuju),

sedangkan kuisioner SUS berisikan pertanyaan berbentuk skala

likert dengan poin 1 (sangat tidak setuju) sampai poin 5 (sangat

setuju).

b. Kriteria Objektif

53
54

1) Kriteria MAUQ

a) Daya kebergunaan rendah: < 4

b) Daya kebergunaan tinggi: ≥ 4

2) Kriteria SUS

a) Terbaik dan dapat diterima: 84,1 – 100

b) Bagus sekali dan dapat diterima: 80,8 – 84,0

c) Baik dan dapat diterima: 71,1 – 80,7

d) OK dan belum dapat diterima: 51,7 – 71,0

e) Buruk dan belum dapat diterima: 25,1 – 51,6

f) Sangat buruk dan belum dapat diterima: 0 – 25

2. Jumlah sasaran umur 0-36 bulan yang diimunisasi yang berstatus

DO

a. Definisi Operasional: Jumlah sasaran imunisasi yang pernah

diimunisasi sebelumnya namun tidak melanjutkan imunisasi

berikutnya dan masih masih berumur di bawah 36 bulan. Satu

anak dapat masuk dalam beberapa kriteria DO. Jumlah sasaran

awal penelitian dihitung 2 (dua) bulan sebelum intervensi yaitu

data sasaran imunisasi DO yang berkunjung pada bulan

November 2022- Desember 2022 sedangkan jumlah sasaran

akhir penelitian dihitung berdasarkan kunjungan sasaran

imunisasi pada bulan Januari 2023 – Maret 2023. Status

imunisasi terakhir didapatkan dari hasil verifikasi petugas


imunisasi berdasarkan wawancara dengan ibu/pengasuh dan

buku register imunisasi.

b. Kriteria objektif:

a) DO antigen BCG: umur 2 bulan -11 bulan

b) DO antigen OPV dosis 1: umur 2 bulan - 36 bulan

c) DO antigen DPT-HB-Hib 1, PCV dan OPV dosis 2: umur 3

bulan – 36 bulan

d) DO antigen DPT-HB-Hib 2, PCV dan OPV dosis 3: umur 4

bulan - 36 bulan

e) DO antigen DPT-HB-Hib 3, PCV dan OPV dosis 4: umur 5

bulan – 36 bulan

f) DO antigen Campak Rubella: umur 10 bulan – 36 bulan

g) DO PCV lanjutan : umur 13 bulan – 36 bulan

h) DO antigen DPT-HB-Hib 4 dan Campak Rubella lanjutan :

umur 18 bulan – 36 bulan

3. Jumlah sasaran umur 0-36 bulan yang diimunisasi yang berstatus

LO

a. Definisi Operasional: Jumlah sasaran imunisasi yang sama

sekali belum pernah diimunisasi dimulai dari vaksin BCG dan

masih berusia kurang dari 36 bulan. Jumlah sasaran awal

penelitian dihitung 2 (dua) bulan sebelum intervensi yaitu data

sasaran imunisasi LO yang berkunjung pada bulan November

2022- Desember 2022 sedangkan jumlah sasaran akhir

55
56

penelitian dihitung berdasarkan kunjungan sasaran imunisasi

pada bulan Januari 2023 – Maret 2023.

b. Kriteria Objektif:

LO; umur ≤ 36 bulan dan belum pernah diimunisasi

4. Cakupan Imunisasi Rutin per Antigen

Definisi Operasional: Angka cakupan imunisasi rutin yang

dihitung berdasarkan penggunaan per antigen yang didapatkan

dari pelaporan bulanan imunisasi (PWS) sebelum dan sesudah

intervensi dilakukan.

5. Urutan Kelahiran Anak

a. Definisi Operasional: adalah urutan kelahiran hidup seorang

anak dalam suatu keluarga.

b. Kriteria objektif:

1) 1= anak ke 1

2) 2= anak ke ≥2

6. Tingkat Pendidikan Ibu

a) Definisi Operasional: adalah jenjang pendidikan formal terakhir

yang berhasil ditamatkan oleh ibu anak sasaran imunisasi.

b) Kriteria Objektif:

1) 1 = Tidak Sekolah

2) 2 = SD – SMP

3) 3 = SMA

4) 4 = D3 – S1
5) 5 = S2 dan seterusnya

7. Tingkat Pendidikan Ayah

a. Definisi Operasional: adalah jenjang pendidikan formal terakhir

yang berhasil ditamatkan oleh ayah anak sasaran imunisasi

b. Kriteria Objektif:

1) 1 = Tidak Sekolah

2) 2 = SD – SMP

3) 3 = SMA

4) 4 = D3 – S1

5) 5 = S2 dan seterusnya

8. Pekerjaan Ibu

a. Definisi Operasional: Pekerjaan yang dilakukan responden baik

di dalam maupun di luar rumah untuk membantu penghasilan

keluarga.

b. Kriteria Objektif:

1) 1 = Tidak bekerja

2) 2 = Bekerja

9. Pekerjaan Ayah

a. Definisi Operasional: Pekerjaan utama yang dilakukan oleh ayah

(suami responden) dan mendapat penghasilan atas kegiatan

tersebut serta masih dilakukan pada saat diwawancarai.

b. Kriteria Objektif:

1) 1 = Tidak Bekerja

57
58

2) 2 = Pekerja lepas

3) 3 = Pegawai negeri

4) 4 = Wiraswasta

10. Jenis Kelamin

a. Definisi Operasional: perbedaan organ biologis sasaran

imunisasi yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

b. Kriteria Objektif:

1) 1 = Laki-laki

2) 2 = Perempuan

11. Status Pernikahan

a. Definisi Operasional: adalah status pernikahan yang dimiliki oleh

responden berdasarkan hukum negara.

b. Kriteria objektif:

1) 1 = Menikah

2) 2 = Cerai

3) 3 = Belum Menikah

12. Jarak tempat tinggal

a. Definisi operasional: adalah jarak tempat tinggal sasaran

imunisasi dengan Puskesmas Kota.

b. Kriteria Objektif:

1) 1 = Dekat: jika jarak dari tempat tinggal ke Puskesmas Kota

≤3 km
2) 2 = Jauh: jika jarak dari tempat tinggal ke Puskesmas Kota ≥3

km

59
60

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain mix-method untuk

mengembangkan aplikasi dan mencari efikasi dari penggunaan aplikasi.

Metode kualitatif digunakan dalam pengembangan aplikasi menggunakan

desain user centered intervention development (UCD), atau desain yang

berpusat pada manusia, adalah kerangka kerja untuk meneliti,

merancang, dan mengevaluasi layanan dan sistem secara iteratif dengan

melibatkan pengguna akhir dan pemangku kepentingan lainnya selama

siklus hidup proyek. Proyek kesehatan bergerak (mHealth) mendapat

manfaat dari UCD dengan menggunakan masukan dari pasien, pengasuh

informal, dokter, dan pemangku kepentingan lainnya selama siklus hidup

proyek untuk menciptakan desain yang lebih baik dan meningkatkan

intervensi secara berulang, sehingga meningkatkan kegunaan,

penerimaan, dan potensi keberhasilannya saat diterapkan. (Cornet and

Bolchini, 2020)

Penelitian kuantitatif digunakan untuk menilai efektifitas aplikasi.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuasi eksperimen, dengan desain

pretest-posttest kelompok kontrol non-equivalent di mana variabel

dependen diukur dalam satu kelompok eksperimen sebelum (pre-test) dan

setelah (post-test) suatu perlakuan dan variabel dependen yang sama

juga diukur pada pretest dan post-test dalam kelompok kontrol non-
equivalent lain yang tidak menerima pengobatan.(Campbell and Stanley,

1963).

Kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara

random. Kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan tes awal. Kedua

kelompok mendapatkan perlakuan berbeda, dimana kelompok

eksperimen menggunakan aplikasi m-SASKIA sedangkan pada kelompok

kontrol menggunakan sistem pelacakan yang sudah digunakan di

Puskesmas Kota.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng dan

akan dilaksanakan pada bulan Januari 2022 sampai Maret 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak yang lahir

pada tahun 2020-2022 dan usianya antara 0-36 bulan yang tinggal di

wilayah kerja Puskesmas Kota yang berstatus DO dan LO, yaitu 439

jiwa.

2. Sampel

a. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini didapatkan berdasarkan rumus

dua proporsi yang dikembangkan oleh Casagrande, Pike and Smith

(Fleiss, Tytun and Ury, 1980), sebagai berikut:

61
62

( )
2
Zα √ 2 PQ+ Zβ √ P 1. Q 1+ P 2. Q 2
n 1=n2=
P 1−P 2

Keterangan:

n1 = Jumlah subjek pada kelompok intervensi

n2 = Jumlah subjek pada kelompok kontrol

Zα = Nilai standar alpha 10%, yaitu 1,645

Zβ = Nilai standar beta 20%, yaitu 0,84

P2= Proporsi keberhasilan menggunakan sistem lama

Q2 = 1-P2

P1 = Proporsi perkiraan keberhasilan menggunakan sistem baru

Q1 = 1-P1

P = (P1 + P2) / 2

Q = 1-P

Kemudian dengan memasukkan angka-angka yang digunakan

dalam penelitian ini, maka didapatkan:

( )
2
1,645 √ 2 x 0,6 x 0,4+ 0,84 √ 0,7 x 0,3+0,5 x 0,5
n 1=n2=
0,7−0,5

( )
2
1,645 √ 0,48+0,84 √ 0,46
n 1=n2=
0,2

n 1=n2=73,051 dibulatkan menjadi 74 orang

Setelah hasil perhitungan sampel didapatkan 74 orang maka

didapatkan jumlah ditetapkan jumlah sampel pada penelitian

sasaran DO untuk kelompok intervensi adalah 74 orang dan jumlah


sampel kelompok kontrol adalah 74 orang, jadi total sampel yaitu

148 orang.

Pada penelitian dengan sasaran LO maka dilakukan

perhitungan dengan rumus yang sama sebagai berikut.

( )
2
1,645 √ 2 x 0,85 x 0,15+0,84 √ 0,95 x 0,05+ 0,75 x 0,25
n 1=n2=
0,95−0,75

( )
2
1,645 √ 0,255+ 0,84 √ 0 , 235
n 1=n2=
0,95−0,75

n 1=n2=38,30 dibulatkan menjadi39 orang

Setelah hasil perhitungan sampel didapatkan 39 orang maka

didapatkan jumlah ditetapkan jumlah sampel pada penelitian

sasaran LO untuk kelompok intervensi adalah 39 orang dan jumlah

sampel kelompok kontrol adalah 39 orang, jadi total sampel yaitu 78

orang.

Adapun kriteria inklusi dan ekslusi subjek pada penelitian ini

antara lain:

Kriteria Inklusi:

1) Ibu yang memiliki anak berusia 0-36 bulan

2) Berstatus DO minimal 1 jenis antigen imunisasi rutin atau LO

3) Bersedia menjadi subjek penelitian

Kriteria Ekslusi:

1) Tidak berada di tempat pada saat penelitian

2) Sulit berkomunikasi

63
64

b. Teknik Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik Multistage Random Sampling. Teknik pertama adalah cluster

random sampling dimana kelompok intervensi dan kelompok kontrol

dibagi berdasarkan lokasi tempat tinggal (jarak dari Puskesmas Kota)

sehingga kelompok intervensi adalah sasaran yang bertempat tinggal

di Kelurahan Pallantikang dan Karatuang sedangkan kelompok

kontrol adalah sasaran yang bertempat tinggal di Kelurahan Onto

dan Malilingi.

Teknik berikutnya adalah stratified random sampling, dimana

jumlah sampel akan dibagi berdasarkan jumlah DO atau LO

kelompok intervensi yaitu Pallantikang dan Karatuang, dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

¿= ¿ . n
N

Keterangan:

ni = jumlah anggota sampel menurut stratum

n = jumlah sampel seluruhnya

Ni = jumlah anggota populasi menurut stratum

N = jumlah anggota populasi seluruhnya

Hasil hitung dengan menggunakan rumus ditampilkan pada tabel

berikut.
Tabel 7 Hasil Hitung Sampel

POPULASI SAMPEL

DO LO DO LO

Pallantikang 74 48 53 30

Karatuang 31 14 21 19

Setelah didapatkan jumlah sampel masing-masing kelompok

intervensi akan disamakan dengan jumlah sampel pada kelompok

kontrol dengan perbandingan 1:1, kemudian dilakukan pemilihan

sampel secara acak hingga jumlah sampel terpenuhi.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian, dalam hal penelitian ini antara lain; wawancara langsung

menggunakan kuisioner terstruktur kuisioner demografi, MAUQ dan

SUS.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan PWS

Puskesmas Kota Tahun 2022 dan data cakupan sasaran imunisasi

bulan November 2022 dan Desember 2022.

65
66

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner kemudian diolah melalui beberapa tahapan dengan tujuan

untuk memperoleh data yang akurat, meliputi :

a. Editing kuesioner, yaitu mengecek seluruh kelengkapan pengisian

kuesioner.

b. Entry data, yaitu memasukkan data dalam perangkat dengan

menggunakan tenaga yang sudah terlatih.

c. Cleaning data, yaitu mendapatkan data yang valid untuk

dimasukkan dalam analisis.

d. Analisis data, yaitu menganalisis data dengan menggunakan

program analisis data.

2. Analisis Data

a. Analis aspek usability (kebergunaan) dilakukan dengan 2 (dua) jenis

kuisioner untuk menilai atribut yang berbeda, berikut metode analisis

untuk masing-masing hasil dari kuisioner tersebut.

1) Mhealth Usability App Questionnaire (MAUQ)

Analisa dengan menggunakan MAUQ terlebih dahulu

dihitung total keseluruhan hasil skor dan kemudian dirata-rata


dengan jumlah keseluruhan responden. semakin tinggi rata-rata

keseluruhan, semakin baik kegunaan aplikasi. Namun, jika skor

rata-rata lebih rendah dari 4, berarti kegunaan aplikasi tersebut

kurang baik.

2) System Usability Scale (SUS)

Rumus untuk menghitung skor dengan system usability

scale adalah sebagai berikut.

Keterangan:

: Skor rata-rata

∑ᵡ : Jumlah skor SUS

n : Jumlah Responden

Selanjutnya hasil yang diperoleh kemudian dikonversi ke

dalam kategori sesuai dengan kategori skala SUS (tabel 4).

b. Analisis data dilakukan untuk melihat perbedaan dan perubahan

dalam menilai keefektifan aplikasi yang dibuat dengan

membandingkan variabel yang diukur sebelum dan sesudah

menggunakan aplikasi.

1) Analisis Univariat

Analisis ini berfungsi untuk menjabarkan secara deskriptif

mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel

yang diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat atau

67
68

menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian.

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan suatu analisis yang digunakan untuk

menjawab hipotesis dari sebuah penelitian. Analisis dilakukan secara

komputerisasi dan dilakukan oleh peneliti sendiri, menggunakan jenis

uji statistik komparasi dua sampel berpasangan untuk melihat

perbedaan antara pre-intervensi dan post-intervensi, uji statistik yang

digunakan adalah Man-Whitney pada skala data nominal dan Uji

Paired T-Test atau uji dua sampel berpasangan jika data terdistribusi

normal skala data ordinal dan menggunakan uji Wilcoxon Signed

Ranks Test jika data tidak berdistribusi normal.

F. Penyajian Data

Data hasil penelitian yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk

table, grafik yang disertai dengan narasi.


G. Alur Penelitian

Usulan Pengajuan Judul


Etika Penelitian

Analisis Kebutuhan melalui FGD 3 Hari

Desain dan Pengembangan aplikasi 1 minggu


berdasarkan hasil FGD

Pemilihan sampel

3 hari Sosialisasi m-SASKIA

Pretest
Kelompok Kelompok
Telaah data cakupan
Intervensi Kontrol
imunisasi

Diberikan Diberikan
Leaflet tentang informasi imunisasi Leaflet tentang informasi imunisasi
m-SASKIA Pelacakan konvensional

Implementasi pada kelompok intervensi selama 60 hari

Uji Usability

Post test

Analisa Data

Kesimpulan

Gambar 4 Alur Penelitian

69
DAFTAR PUSTAKA

Agenda, I. (2021) Why Gender?, Why Gender?


doi:10.1017/9781108980548.
Antai, D. (2011) ‘Gender inequities, relationship power, and childhood
immunization uptake in Nigeria: A population-based cross-sectional
study’, International journal of infectious diseases : IJID : official
publication of the International Society for Infectious Diseases, 16, pp.
e136-45. doi:10.1016/j.ijid.2011.11.004.
Ayalew, K. et al. (2021) ‘Magnitudes of Immunization Dropout Rate and
Predictors for 12-23 Months Aged Children in Abobo District
Southwest Ethiopia’, International Journal of Pediatric Research, 7(2),
pp. 1–5. doi:10.23937/2469-5769/1510079.
Basra, M.U. et al. (2022) ‘Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Penyakit Campak Pada Anak Di Kota Padang’, Jurnal Endurance,
6(2), pp. 300–308. doi:10.22216/jen.v6i2.191.
Campbell, D.T. and Stanley, J.C. (1963) Experimental and quasi-
experimental designs for research.
Chen, L. et al. (2016) ‘Effectiveness of a smartphone app on improving
immunization of children in rural Sichuan Province, China: A cluster
randomized controlled trial’, BMC Public Health, 16(1).
doi:10.1186/s12889-016-3549-0.
Cock, C. et al. (2020) ‘Use of apps to promote childhood vaccination:
Systematic review’, JMIR mHealth and uHealth, 8(5), pp. 1–17.
doi:10.2196/17371.
Cornet, V.P. and Bolchini, D. (2020) ‘Parkview Health Research
Repository Untold Stories in User-Centered Design of Mobile Health :
Practical Challenges and Strategies Learned From the Design and
Evaluation of an App for Older Adults With Heart Failure .’
Fleiss, J.L., Tytun, A. and Ury, H.K. (1980) ‘A simple approximation for
calculating sample sizes for comparing independent proportions’,
Biometrics, pp. 343–346.
iv
v

Hadiningsih, T.A. (2015) ‘Peran Kader Kesehatan Terhadap Pelaksanaan


Imunisasi Dasar Pada Balita Di Desa Grobog Wetan Wilayah Kerja
Puskesmas Pangkah 2014’, Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan (E-Journal), 6(2), pp. 42–50.
Hardhantyo, M. and Chuang, Y.C. (2021) ‘Urban-rural differences in
factors associated with incomplete basic immunization among children
in Indonesia: A nationwide multilevel study’, Pediatrics and
Neonatology, 62(1), pp. 80–89. doi:10.1016/j.pedneo.2020.09.004.
Herliana, P. and Douiri, A. (2017) ‘Determinants of immunisation coverage
of children aged 12-59 months in Indonesia: A cross-sectional study’,
BMJ Open, 7(12). doi:10.1136/bmjopen-2016-015790.
Holden, R.J. (2020) ‘A Simplified System Usability Scale (SUS) for
Cognitively Impaired and Older Adults’, Proceedings of the
International Symposium on Human Factors and Ergonomics in
Health Care, 9(1), pp. 180–182. doi:10.1177/2327857920091021.
Jeff Sauro, P. (2018) 5 Ways to Interpret a SUS Score. Available at:
https://measuringu.com/interpret-sus-score/.
Kaewkungwal, J. et al. (2015) ‘Application of mobile technology for
improving expanded program on immunization among highland
minority and stateless populations in northern Thailand border’, JMIR
mHealth and uHealth, 3(1), pp. 1–14. doi:10.2196/mhealth.3704.
Kasali, F. et al. (2020) ‘An Enhanced Usability Model for Mobile Health
Application An Enhanced Usability Model for Mobile Health
Application’, 17(2).
Kemenkes (2021) ‘Pedoman praktis manajemen program imunisasi di
Puskesmas’.
Kemenkes RI. (2021) Profil Kesehatan Indo-nesia,
Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.
Khan, E.A. et al. (2021) ‘Increasing the demand for vaccination through
mHealth in Quetta City, Balochistan in Pakistan’, Journal of Global
Health Reports, 5, pp. 1–12. doi:10.29392/001c.28999.
Kuroda, H. et al. (2022) ‘Association between a single mother family and
childhood undervaccination, and mediating effect of household
income: a nationwide, prospective birth cohort from the Japan
Environment and Children’s Study (JECS)’, BMC Public Health, 22(1),
pp. 1–10. doi:10.1186/s12889-022-12511-7.
Mustafa, N. et al. (2021) ‘Malay version of the mhealth app usability
questionnaire (M-MAUQ): Translation, adaptation, and validation
study’, JMIR mHealth and uHealth, 9(2), pp. 1–11. doi:10.2196/24457.
Nguyen, N.T. et al. (2017) ‘Digital immunization registry: evidence for the
impact of mHealth on enhancing the immunization system and
improving immunization coverage for children under one year old in
Vietnam’, mHealth, 3, pp. 26–26. doi:10.21037/mhealth.2017.06.03.
Notoatmodjo, S. (2014) Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Dipta.
Peres, S.C., Pham, T. and Phillips, R. (2013) ‘Validation of the system
usability scale (sus): Sus in the wild’, Proceedings of the Human
Factors and Ergonomics Society, (September 2013), pp. 192–196.
doi:10.1177/1541931213571043.
Rossing, E. et al. (2016) ‘MHealth to improve measles immunization in
Guinea-Bissau: Study protocol for a randomized controlled trial’, JMIR
Research Protocols, 5(3). doi:10.2196/resprot.5968.
Saldanha, C. (2007) ‘Mobile health’, Journal on Information Technology in
Healthcare, 5(3), pp. 139–140. doi:10.5958/2319-6890.2017.00061.7.
Shen, A.K., Fields, R. and McQuestion, M. (2014) ‘The future of routine
immunization in the developing world: Challenges and opportunities’,
Global Health Science and Practice, 2(4), pp. 381–394.
doi:10.9745/GHSP-D-14-00137.
Solomon Nsor-Anabiah, I. et al. (2019) ‘Review of the Prospects and
Challenges of mHealth Implementation in Developing Countries’,
International Journal of Applied Engineering Research, 14(12), pp.
2897–2903. Available at: http://www.ripublication.com.
Stephenson, A. et al. (2020) ‘Iterative four-phase development of a theory-

vi
vii

based digital behaviour change intervention to reduce occupational


sedentary behaviour’, Digital Health, 6.
doi:10.1177/2055207620913410.
Sutanto, E. et al. (2019) ‘Android Application for Baby Immunization
Schedule’, (Icps), pp. 511–514. doi:10.5220/0007546005110514.
Talbird, S.E. et al. (2022) ‘Impact of Routine Childhood Immunization in
Reducing Vaccine-Preventable Diseases in the United States’,
Pediatrics, 150(3). doi:10.1542/peds.2021-056013.
Triana, L., Andryani, R. and Kurniawan, K. (2021) ‘Aplikasi Monitoring
Data Imunisasi Berkala Untuk Meningkatkan Pelayanan Posyandu
Menggunakan Metode RAD Berbasis Android’, Jurnal Sisfokom
(Sistem Informasi dan Komputer), 10(1), pp. 106–112.
doi:10.32736/sisfokom.v10i1.1039.
WHO (2021) ‘Immunization agenda 2030’, pp. 1–24. Available at:
https://www.who.int/immunization/ia2030_Draft_One_English.pdf?
ua=1.
WHO (2022) No Title. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/immunization-coverage.
Zaidi, S. et al. (2020) ‘Operability, acceptability, and usefulness of a
mobile app to track routine immunization performance in rural
Pakistan: Interview study among vaccinators and key informants’,
JMIR mHealth and uHealth, 8(2). doi:10.2196/16081.
Zewdie, A., Letebo, M. and Mekonnen, T. (2016) ‘Reasons for defaulting
from childhood immunization program: A qualitative study from Hadiya
zone, Southern Ethiopia’, BMC Public Health, 16(1), pp. 1–9.
doi:10.1186/s12889-016-3904-1.
Zhang, C. and Zhang, X. (2014) ‘Assessment Metrics, Challenges and
Strategies for Mobile Health Apps’, Issues In Information Systems
[Preprint], (January 2014). doi:10.48009/2_iis_2014_59-66.
LAMPIRAN

viii
ix
x
xi
PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION
(Sumber: who-mov-focus-group-discussion-guide.pdf yang dimodifikasi berdasarkan
tujuan penelitian)

Pembukaan
Assalamualaikum Wr.Wb! Nama saya Sugita Patta dan saya akan
memfasilitasi diskusi sore ini. Ini [Nama] dan dia akan mencatat dan
membantu saya. Terima kasih banyak telah meluangkan waktu untuk
berada di sini hari ini. Kami akan membahas vaksinasi anak dan kami
tertarik untuk mengetahui dari Anda apa yang Anda ketahui tentang
imunisasi anak di komunitas ini. Informasi ini akan dianonimkan dan
akan diperlakukan sebagai rahasia. Jika suatu saat Anda tidak ingin
terus berpartisipasi dalam diskusi ini, Anda bebas untuk
meninggalkan grup dan kami tidak akan lagi mengajukan pertanyaan
kepada Anda.
Informasi yang dibahas hari ini akan membantu kita memahami apa
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan program imunisasi anak di
wilayah kerja Puskesmas Kota Kab. Bantaeng.
Jika diskusi direkam:
Kami ingin merekam diskusi ini. Meskipun kami akan mencatat, kami
tidak dapat menuliskan semuanya dan ingin dapat kembali dan
mendengarkan informasi apa pun yang mungkin kami lewatkan.
Semua catatan dan rekaman akan disimpan dengan aman dan
terjamin. Apakah semua orang boleh merekam percakapan ini?
(Konfirmasi bahwa semua peserta setuju)
Kami meminta Anda bergiliran saat berbicara dan tidak menyela siapa
pun. Kami tertarik dengan apa yang kalian semua katakan, jadi tolong
hormati pendapat masing-masing. Diskusi ini akan berlangsung
sekitar 45 menit.
Sebelum kita mulai, apakah ada yang punya pertanyaan?
Pertanyaan pembuka:

xii
xiii

1. Masalah kesehatan apa saja yang mempengaruhi anak-anak yang


Anda temui di wilayah Puskesmas Kota?
2. Bagaimana cara agar anak terhindar dari gangguan
kesehatan/penyakit tersebut? (Menyelidiki peran masing-masing
petugas kesehatan; Jika imunisasi tidak disebutkan, tanyakan:
Bagaimana dengan imunisasi?)
Pertanyaan kunci: Layanan vaksinasi
3. Apa yang dapat Anda ceritakan tentang layanan imunisasi di
Puskesmas Kota?
a. Selidiki tingkat kepuasan di antara klien dengan layanan imunisasi
yang mereka berikan
b. Selidiki persepsi tentang program imunisasi di antara berbagai
kelompok termasuk petugas kesehatan
4. Apa saja tantangan dalam memberikan layanan imunisasi di
Puskesmas Kota?
5. Menurut Anda, apa saja cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan layanan imunisasi di Puskesmas Kota?
Pertanyaan kunci: Kepatuhan Imunisasi
6. DI Indonesia, seperti yang Anda ketahui, program nasional
menetapkan jadwal imunisasi. Bagaimana Anda menggambarkan
kepatuhan terhadap jadwal imunisasi di wilayah kerja Puskesmas
Kota?
a. Selidiki proporsi anak-anak yang menerima semua vaksin yang
direkomendasikan tepat waktu
b. Selidiki alasan mengapa beberapa anak TIDAK menerima semua
vaksin mereka pada waktu yang tepat
c. Selidiki alasan mengapa beberap anak TIDAK menerima vaksin
imunisasi sama sekali
7. Di beberapa fasilitas kesehatan lain, kami diberitahu bahwa ada
keadaan dimana anak-anak yang datang ke fasilitas tersebut tidak
divaksinasi. Bisakah Anda memberi tahu saya keadaan ketika Anda,
atau staf lain, tidak memvaksinasi seorang anak di Puskesmas Kota?
(Probe untuk kontraindikasi: telah melewati batas usia, dosis vial, hari
vaksinasi, tidak ada vaksin, dll.)
8. Apa saran Anda untuk membantu anak-anak mengejar vaksinasi
mereka, jika diperlukan?
Pertanyaan kunci: Missed Oppurtunity
9. Beberapa anak menjadi drop out ataupun left out karena berbagai
alasan seperti Ibu lupa jadwal, Ibu sibuk sehingga tidak bisa ke
Puskesmas/Posyandu, jarak jauh, dll. Apa pengalaman Anda dengan
anak-anak seperti itu di Puskesmas Kota?
10. Strategi apa, jika ada, yang dapat diterapkan Kementerian atau
Puskesmas Kota untuk meningkatkan jumlah anak yang menerima
semua vaksinasi yang direkomendasikan tepat waktu? (Selidiki ide
atau strategi yang dapat diterapkan oleh aktor/entitas penting lainnya)
11. Menurut pendapat Anda, apa saja hambatan yang mungkin terjadi
dalam menerapkan salah satu dari intervensi ini untuk mengurangi
missed oppurtunity? (Selidiki solusi yang mungkin untuk setiap
hambatan yang telah disebutkan)
Pertanyaan penutup
12. Apakah ada saran/ide tambahan yang ingin Anda bagikan saat ini?
Ada lagi yang ingin ditambahkan?

xiv

Anda mungkin juga menyukai