Anda di halaman 1dari 92

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN

PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOXOID PADA


CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
BENAWA KABUPATEN YALIMO
TAHUN 2023

HANNA SERTI BR TIMANGGOR


042022129

SARJANA KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA
JAYA PERSADA PALOPO
2023
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Pengetahuan......................................................................73

Lampiran 2 Satuan Acara Penyuluhan...................................................................76

Lampiran 3 Leaflet.................................................................................................78
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pernikahan yang sehat merupakan pernikahan yang mempersatukan

antara dua pasangan manusia antara laki-laki dan perempuan, dengan

mengikatkan perjanjian yang suci atas nama Allah, kedua mempelai berjanji

untuk membangun rumah tangga yang sakinah (Mubarak dan Wahid Iqbal,

2012). Dalam memilih pasangan hidup wajib untuk menyelidiki dan mengenal

kepribadian pasangan yang akan dinikahinya kelak dapat merasakan keserasian

dan keharmonisan sampai maut memisahkan. Maka melihat dan menyelidiki

calon pasangan juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan baik tentang

riwayat kesehatanya ataupun kehidupandan kepribadiannya (Ibnu Atoillah,

2011).

Pembangunan yang berkelanjutan adalah kesepakatan pembangunan

dimana hak asasi manusia dan persamaan digunakan untuk memajukan

pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan. Pernyataan tersebut tercatat dalam

Agenda 2030 yaitu Pembangunan Berkelanjutan (the 2030 Agenda for Sustainable

Development atau SDGs). Agenda pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan

prinsip universal, terpadu dan komprehensif dalam memastikan tidak ada yang

tertinggal dengan arti lain "tidak ada yang tertinggal". Agenda Pembangunan

Berkelanjutan terdiri dari 17 tujuan dan 169 target untuk melanjutkan upaya dan

hasil dari Tujuan Pembangunan Milenium Development Goals (MDGs) yang berakhir

pada tahun 2015. Target yang harus dicapai tahun 2030 adalah mengurangi kematian
ibu menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup, mengakhiri kematian bayi

baru lahir dan anak dibawah lima tahun (Balita). Semua negara berusaha

menurunkan tingkat kematian bayi baru lahir hingga 12 per 1.000 KH (kelahiran

hidup) dan angka kematian anak dibawah lima tahun (Balita) 25 per 1.000.

Masalah kesehatan dan mortalitas sangat erat hubungannya dengan

Angka Kematian Ibu (AKI) atau lebih dikenal dengan istilah maternal

mortality (kematian maternal). Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) menurut

provinsi tahun 2018-2019 terdapat penurunan dari 4.226 menjadi 4.221

kematian ibu di Indonesia. Pada tahun 2019 kematian ibu terbanyak disebab

oleh perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. Upaya dalam

penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu Pelayanan kesehatan ibu hamil,

Pelayanan imunisasi tetanus toksoid (TT) bagi wanita usia subur dan ibu hamil,

Pemberian tablet tambah darah, Pelayanan kesehatan ibu bersalin, Pelayanan

kesehatan ibu nifas, Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Pelayanan

kontrasepsi, Pemeriksaan human immunodeficiency virus (HIV) dan Hepatitis

B.

Jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) di indonesia berdasarkan data

yang dilaporkan kepada Diktorat Kesehatan Keluarga pada tahun 2019,

berjumlah 29.322 kematian balita terdapat 20.244 kematian terjadi pada masa

neonatus. Dari keseluruhan angka kematian neonatus dilaporkan 16.156

kematian terjadi pada periode enam hari pertama kehidupan. Sementara angka

kematian 2 pada usia 29 hari-11 bulan yaitu 6.151 kematian dan angka
kematian pada usia 12-59 bulan yaitu 2.927 kematian. Penyebab dari kematian

neonatal terbanyak yaitu Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Asfiksia,

Kelainan bawaan, Sepsis dan Tetanus neonatorum. Salah satu program

pemerintah yaitu imunisasi tetanus toksoid (TT) pada calon pengantin wanita.

Imunisasi ini direkomendasikan bagi calon pengantin wanita, bertujuan untuk

upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor resiko

kematian ibu dan kematian bayi. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12

Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi mengatakan bahwa wanita

usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang

menjadi sasaran imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan merupakan ulangan

imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan memperpanjang

usia perlindungan. Wanita usia subur yang menjadi sasaran imunisasi tetanus

toksoid (TT) pada kelompok usia 15-39 tahun yang terdiri dari wanita usia

subur (WUS) dan ibu hamil (Kemenkes RI, 2019). World Health Organization

(WHO) (2019) menyatakan bahwa beban penyakit tetanus yang dapat

menyebabkan kematian pada ibu dan bayi. Maternal and Neonatal Tetanus

Elimination (MNTE) merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi

pemerataan mereka yang paling tidak beruntung, kesulitan dalam ekonomi, dan

tidak memiliki akses yang kurang memadai pada pelayanan kesehatan. Kasus

maternal dan neonatal tetanus (MTE) merupakan tiga kegagalan sistem

kesehatan masyarakat, kegagalan rutinitas, kegagalan program imunisasi,

kegagalan perawatan antenatal, dan kegagalan memastikan kebersihan serta

praktik kelahiran yang aman. Tetanus disebakan oleh bakteri yang tumbuh
tanpa adanya oksigen, misalnya, pada luka yang kotor atau tali pusat jika tidak

dijaga kebersihannya. Spora C. tetani ada dilingkungan terlepas dari lokasi

geografis. Ini menghasilkan racun yang menyebabkan komplikasi serius atau

kematian. Kasus maternal dan neonatal tetanus (MTE) dapat dapat di cegah

melalui imunisasi aktif universal anak, ibu hamil, dan wanita usia 3 subur

(WUS) dan meningkatkan perawatan maternitas bersama dengan penekanan

pada praktik kelahiran dan perawatan tali pusat yang higienis. Tetanus ibu dan

bayi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di 12 negara terutama, di

Afrika dan Asia. Tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab

kematian neonatal diIndonesia, sekitar 40 persen kematian bayi terjadi pada

masa neonatal. Salah satu strategi Kementrian kesehatan Repubik Indonesia

(Kemenkes RI) untuk mencapai eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan

melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil dan wanita usia subur

(WUS) (DepKes RI,2010). Data jumlah cangkupan imunisasi tetanus toksoid

(TT) calon pengantin wanita di Provinsi DIY tahun 2018 sebanyak 12.328

orang. Data telah melakukan imunisasi tetanus toksoid (TT) calon pengantin

tertinggi adalah di Kota Yogyakarta sebanyak 7.901 orang dan yang telah

melakukan imunisasi tetanus toksoid (TT) Catin terendah adalah di Kabupaten

Sleman sebanyak 4.427 orang, yang terdiri dari 25 puskesmas (Data Profil

Kesehatan Provinsi DIY, 2019). Data cangkupan imunisasi tetanus toksoid

(TT) calon pengantin wanita di Kabupaten Sleman tahun 2019, Jumlah yang

mendaftar catin di Kabupaten Sleman sebanyak 6.168 orang, yang telah

melakukan imunisasi tetanus toksoid (TT) calon pengantin wanita sebanyak


4.427 orang. Sudah mengalami kenaikan dari tahun 2018 yang hanya 2.999

orang yang melakukan imunisasi tetanus toksoid (TT) calon pengantin. Dari

data Dinkes Kabupaten Sleman Tahun 2019 diketahui jumlah yang melakukan

skrining imunisasi TT1 sebanyak 15 orang, TT2 sebanyak 16 orang, TT3

sebanyak 1.148 orang, dan TT4 sebanyak 640 orang, kemudian TT5 sebanyak

4.427 orang. Diketahui dari 25 puskesmas yang ada di Kabupaten Sleman

Yogyakarta yang memiliki cangkupan imunisasi tetanus toksoid (TT) calon

pengantin tertinggi adalah di puskesmas Kalasan kabupaten Sleman sebesar

94,29% dan terendah terdapat di puskesmas Gamping sebesar 54,9%. Dari

keseluruhan menunjukan bahwa cakupan imunisasi 4 tetanus toksoid (TT)

calon pengantin wanita masih sangat rendah, angka ini masih di bawah standar

nasional target yang di harapkan yaitu 100% dari seluruh calon pengantin

maupun ibu hamil yang ada di Indonesia (Dinkes Sleman Yogyakarta, 2019).

Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi imunisasi tetanus toksoid

(TT) pada calon pengantin yaitu faktor pengetahuan, sikap calon pengantin,

perilaku calon pengantin, dukungan keluarga, sikap petugas KUA, motivasi

dan dukungan petugas kesehatan. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi dalam upaya untuk memberantas penyakit tetanus. Dalam

program imunisasi tetanus toksoid (TT) Tidak hanya tenaga kesehatan dan

petugas urusan agama (KUA) yang bertanggung jawab untuk memusnahkan

kasus tersebut namun peran dari seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan

terutama calon pengantin yang akan menikah dan ibu hamil untuk

perpartisipasi dalam program pemerintah menurunkan angka kematian bayi


yang di akibatkan oleh infeksi tetanus neonatorum (Mislianti & Khoidar

Amirus, 2012), (Suhartik & Rusni M, 2015) Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Sawitri (2011) di KUA Kecamatan Ciputat diperoleh data dari 543 calon

pengantin yang telah mendaftarkan diri di KUA Kecamatan Ciputat hanya 40%

yang melampirkan kartu imunisasi tetanus toksoid (TT) dan berkas tersebut

tercatat para calon pengantin yang melakukan imunisasi tetanus toksoid (TT) 1

kali, tidak ada yang seharusnya di anjurkan. Sedangkan petugas kesehatan

umumnya sudah mengetahui tentang program imunisasi tetanus toksoid (TT)

bagi calon pengantin, tetapi pengetahuan tersebut belum disampaikan secara

efektif ke masyarakat sehingga calon pengantin belum mengetahui pengertian

dan manfaat imunisasi tetanus toksoid (TT). Berdasarkan Data rekam medis

yang di dapat di Puskesmas Gamping Kabupaten Sleman Yogyakarta pada

tanggal 11 November 2020 di dapat data bahwa imunisasi tetanus toksoid (TT)

calon pengatin wanita masih tergolong rendah berjumlah 10 calon pengantin

wanita yang telah 5 melakukan imunisasi tetanus toksoid (TT). Dari hasil studi

pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 11 November 2020 di Kantor

Urusan Agama (KUA) Gamping kabupaten Sleman Yogyakarta jumlah

pasangan calon pengantin real yang mendaftar di KUA yang akan

melangsungkan pernikahan pada Bulan Desember 2020 sebanyak 33 pasangan

calon pengantin dan hanya 2 calon pengantin wanita yang melampirkan berkas

dan telah melaksanakan imunisasi tetanus toksoid (TT). Peneliti melakukan

wawancara terkait pengetahuan dan sikap calon pengantin wanita dengan

pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) di Wilayah Kerja KUA Gamping


Kabupaten Sleman Yogyakarta wawancara dilakukan pada 9 pasangan calon

pengantin wanita ada 2 calon pengantin wanita yang melakukan imunisasi

tetanus toksoid (TT) dan menyatakan pengertian tetanus toksoid (TT) dengan

tepat dan mengetahui bahwa imunisasi tetanus toksoid (TT) yang dilakukan

sangatlah penting untuk mengamankan dan melindungi dari infeksi tetanus

terhadap diri sendiri maupun janin yang nantinya akan dikandung. Pada 7 calon

pengantin wanita menyatakan pengertian dan tujuan dari imunisasi tetanus

toksoid (TT) kurang tepat serta menyatakan kurang memahami tetang

imunisasi tetanus toksoid (TT). Berdasarkan data tersebut peneliti akan

melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Calon

Pengantin Wanita Dengan Pemberian Imunisasi tetanus toksoid (TT) di

Wilayah Kerja KUA Gamping Kabupaten Sleman D.I Yogyakarta. Peneliti

memilih wilayah kerja KUA Gamping yang terdapat di Kabupaten Sleman

Yogyakarta karena angka kecukupan imunisasi tetanus toksoid (TT) calon

pengantin wanita masih tergolong rendah yaitu sejumlah 2 calon pengantin

wanita dari 33 pasangan catin real yang mendaftar di KUA sehingga membantu

peneliti untuk mengidentifikasi “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Calon

Pengantin Dengan Pemberian Tetanus Toksoid (TT).

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

tentang haemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Benawa Kabupaten Yalimo

tahun 2022?
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

tentang haemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Benawa Kabupaten

Yalimo tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi rata-rata tingkat pengetahuan ibu hamil

sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang

haemoglobin di Puskesmas Benawa Kabupaten Yalimo tahun 2022.

b. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

tentang haemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Benawa Kabupaten

Yalimo tahun 2022.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi pada penelitian selanjutnya

tentang pengembangan aplikasi media edukasi anemia, serta dimanfaatkan

oleh masyarakat khususnya ibu dalam masa kehamilan untuk memperoleh

informasi mengenai perubahan fisiologi pada masa tersebut serta sebagai

alat bantu bidan dalam menyampaikan informasi mengenai perubahan pada

masa tersebut.

2. Manfaat Praktis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam penerapan

ilmu yang didapat selama masa pendidikan terutama dibidang kesehatan

reproduksi, khususnya tentang anemia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan adalah sebuah proses perencanaan yang sistematis dan

digunakan secara sengaja untuk memberikan pengaruh terhadap perilaku

melalui suatu proses perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pengertian

tersebut mencakup bahwa pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang

bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada

pencapaian individu yang diharapkan (Dyah dwi djyanti apriliani. 2022).

Promosi kesehatan atau edukasi adalah proses yang memungkinkan

orang untuk mengontrol faktor- faktor penentu kesehatannya dengan

meningkatkan derajat kesehatan mereka secara mandiri. Hal ini dapat

ditempuh dengan cara persuasive berupa bujukan, imbauan, ajakan,

memberikan informasi, mensosialisasi- kan kesehatan melalui kegiatan yang

dikenal dengan istilah pendidikan kesehatan. (Bahar, Hartati dkk, 2021)

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan

dalam bidang kesehatan. Secara operasional edukasi kesehatan adalah

semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap,

praktik baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri.


2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan menurut Undang–Undang Kesehatan

No. 23 tahun 1992 maupun WHO adalah meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik

fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun

secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik

pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat

pelayanan kesehatan maupun program kesehatan lainnya.

Menurut Bahar, H. d. (2021) tujuan pendidikan kesehatan terdiri

dari:

a. Tujuan kaitannya dengan batasan sehat Menurut WHO (1954)

pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang atau

masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita

ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip kesehatan maka dapat

menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan. Masalah ini harus

benar-benar dikuasai oleh semua kader kesehatan di semua tingkat dan

jajaran, sebab istilah sehat, bukan sekedar apa yang terlihat oleh mata

yakni tampak badannya besar dan kekar. Mungkin saja sebenarnya ia

menderita batin atau menderita gangguan jiwa yang menyebabkan ia

tidak stabil, tingkah laku dan sikapnya. Untuk menapai sehat seperti

definisi diatas, maka orang harus mengikuti berbagai latihan atau

mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar orang benar-benar

menjadi sehat.
b. Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya Sikap dan perilaku adalah

bagian dari budaya. Kebiasaan, adat istiadat, tata nilai atau norma, adalah

kebudayaan. Mengubah kebiasaan, apalagi adat kepercayaan yang telah

menjadi norma atau nilai di suatu kelompok masyarakat, tidak

segampang itu untuk mengubahnya. Hal itu melalui proses yang sangat

panjang karena kebudayaan adalah suatu sikap dan perilaku serta cara

berpikir orang yang terjadinya melalui proses belajar. Meskipun secara

garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan mengubah perilaku belum

sehat menjadi perilaku sehat, namun perilaku tersebut ternyata mencakup

hal yang luas, sehingga perlu perilaku tersebut dikategorikan secara

mendasar. Bahar, H. d. (2021) membagi perilaku kesehatan sebagai

tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3 macam yaitu:

1) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di

masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan mempunyai tanggung

jawab di dalam penyuluhannya mengarahkan pada keadaan bahwa

cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.

2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya

sendiri maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Itulah

sebabnya dalam hal ini Pelayanan Kesehatan Dasar (PHC = Primary

Health Care) diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam

hal bentuk yang nyata adalah PKMD. Contoh PKMD adalah

Posyandu. Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan adanya langkah-

langkah mencegah timbulnya penyakit.


3) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan

kesehatan yang ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat

memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan.

Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana kesehatan

yang ada sebagaimana mestinya.

3. Sasaran Pendidkan Kesehatan

Menurut Bahar, H. d. (2021) sasaran pendidikan kesehatan di

Indonesia, berdasarkan kepada program pembangunan di Indonesia adalah:

a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.

b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperi wanita, pemuda, remaja,

masyarak usia produktif. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah

kelompok pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah

agama swasta maupun negeri.

c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu.

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2012) metode pendidikan kesehatan dibagi

menjadi 3 macam, yaitu:

a. Metode Individual (Perorangan)

Metode ini dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu Bimbingan dan penyuluhan

(Guidance and counceling) serta Wawancara (Interview).


b. Metode Kelompok

Metode kelompok ini harus memperhatikan apakah kelompok tersebut

besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun

akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

1) Kelompok besar

a) Ceramah Metode yang cocok untuk yang berpendidikan tinggi

maupun rendah.

b) Seminar Metode ini cocok digunakan untuk kelompok besar

dengan pendidikan menengah atas. Seminar sendiri adalah

presentasi dari seorang ahli atau beberapa orang ahli dengan topik

tertentu.

2) Kelompok kecil

a) Diskusi kelompok Kelompok ini dibuat saling berhadapan, ketua

kelompok menempatkan diri diantara kelompok, setiap kelompok

punya kebebasan untuk mengutarakan pendapat,biasanya

pemimpin mengarahkan agar tidak ada dominasi antar kelompok.

b) Curah pendapat (Brain storming) Merupakan hasil dari

modifikasi kelompok, tiap kelompok memberikan pendapatnya,

pendapat tersebut di tulis di papan tulis, saat memberikan

pendapat tidak ada yang boleh mengomentari pendapat siapapun

sebelum semuanya mengemukakan pendapatnya, kemudian tiap

anggota berkomentar lalu terjadi diskusi.


c) Bola salju (Snow balling) Setiap orang di bagi menjadi

berpasangan, setiap pasang ada 2 orang. Kemudian diberikan satu

pertanyaan, beri waktu kurang lebih 5 menit kemudian setiap 2

pasang bergabung menjadi satu dan mendiskuskan pertanyaan

tersebut, kemudian 2 pasang yang beranggotakan 4 orang tadi

bergabung lagi dengan kelompok yang lain, demikian seterusnya

sampai membentuk kelompok satu kelas dan timbulah diskusi.

d) Kelompok-kelompok kecil (Buzz Group) Kelompok di bagi

menjadi kelompok-kelompok kecil kemudian dilontarkan satu

pertanyaan kemudian masing-masing kelompok mendiskusikan

masalah tersebut dan kemudian kesimpulan dari kelompok

tersebut dicari kesimpulannya.

e) Bermain peran (Role Play) Beberapa anggota kelompok ditunjuk

untuk memerankan suatu peranan misalnya menjadi dokter,

perawat atau bidan, sedangkan anggotayang lain sebagai pasien

atau masyarakat.

f) Permainan simulasi (Simulation Game) Metode ini merupakan

gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan

kesehatan dsajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti

permainan monopoli, beberapa orang ditunjuk untuk memainkan

peranan dan yang lain sebagai narasumber.

c. Metode Massa Pada umumnya bentuk pendekatan ini dilakukan secara

tidak langsung atau menggunakan media massa.


5. Mengenal Media Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah upaya terencana untuk mengubah

perilaku individu, kelompok, atau masyarakat dari perilaku tidak sehat

menjadi perilaku sehat. Pada proses pendidikan ini perubahan yang

diharapkan mencakup tiga domain perilaku, yaitu pengetahuan, sikap dan

tindakan. Untuk mencapai perubahan yang diinginkan tentu didasarkan pada

sebuah asumsi bahwa perubahan perilaku yang baik dimulai dari

pengetahuan yang baik. Oleh karena itu penggunaan panca indra dalam

menangkap informasi mutlak diperlukan, dan semakin banyak

menggunakan panca indra maka pengetahuan yang diperoleh akan semakin

jelas, di sinilah peranan media dalam pendidikan kesehatan sebagai alat

bantu atau alat peraga yang digunakan oleh pendidik kesehatan dalam

menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran.

Beberapa jenis media pembelajaran secara garis besar dapat

dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu :

a. Media visual : grafik, bagan, diagram, poster, kartun, komik, dan lain-

lain;

b. Media audio : radio, kaset, CD, recorder, dan lain-lain;

c. Media audio visual : film, televisi, video, dan lain-lain.

(Hartati, Bahar dkk. 2021)

Kriteria dalam memilih media pembelajaran disesuaikan dengan

tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, juga perlu

disesuaikan dengan sasaran yang ditujukan dalam proses edukasi. Tujuan


edukasi diharapkan mampu mempengaruhi perasaan, kepercayaan, dan

perilaku sasaran edukasi sehingga perlu diketahui kelompok target adopter,

kebutuhan dan keinginan mereka, perlu dilakukan tes kornunikasi, perlu

dilakukan tes pasar sehingga pemilihan media didasarkan pada kebutuhan,

keinginan, kepercayaan dan sikap target adopter.

Media pendidikan kesehatan mempunyai fungsi sebagai berikut

(Notoadmojo, 2012 dalam Dyah Dwi Djyanti Apriliani, 2022) :

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan–pesan yang

diterima oran lain

e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan

f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat

g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih

mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik

h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

6. Media Pendidikan Kesehatan

Berikut ini adalah media dan alat peraga yang dapat digunakan dalam

promosi kesehatan menurut (Efendi, 2009 dalam Dyah dwi djyanti apriliani,

2022) adalah sebagai berikut :

a. Leaflet dan pamphlet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan

cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca.
Leaflet terdiri atas 200-400 kata dan kadang-kadang berseling dengan

gambar. Leaflet berukuran 20x30 cm, dan biasanya dalam bentuk

berlipat. Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui

selembar kertas yang dilipat.

b. Flyer (selembaran).

c. Billboard Berbentuk papan besar berukuran 2 x 2 m yang berisi tulisan

dan/gambar yang ditempatkan di pinggir jalan besar yang dapat dibaca

atau dilihat oleh pemakai jalan. Tulisan dalam billboard harus cukup

besar agar dapat dibaca oleh pengendara yang berkecepatan tinggi tanpa

menganggu konsentrasi dalam berkendara. Billboard juga dapat berupa

gambar besar yang ditempelkan pada pengendara umum (bus kota)

sehingga dapat meraih lebih banyak sasaran.

d. Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar, ukuran poster

biasanya sekitar 50 x 60 cm, karena ukurannya terbatas dan tema dalam

poster tidak terlalu banyak, sedapat-dapatnya hanya ada satu tema dalam

satu poster. Tata letak kata dan warna dalam poster hendaknya menarik.

Kata-kata dalam poster tidak lebih dari tujuh kata dan hurufnya dapat

dibaca oleh orang yang lewat dari jarak 6 meter.

e. Lembar balik (Flip chart) Adalah media penyampaian dalam bentuk

buku di mana pada setiap lembar berisi gambar, pada setiap lembar

berisi gambar peraga dan lembar sebaliknya adalah tulisan yang

menjelaskan tentang gambar sebelumnya. Lembar balik (flip chart)

mempunyai dua ukuran, ukuran besar terdiri atas lembaranlembaran


berukuran 50 x 75 cm, sedangkan ukuran kecil 38 x 50 cm. Lembar

balik yang berukuran lebih kecil (21 x 28 cm) disebut flip book atau flip

chart meja.

f. Komik merupakan bahan bacaan yang menarik dan popular, terutama

dikalangan anak muda, dewasa, maupun anak-anak. Disebut menarik

karena komik berisi tentang cerita yang divisualkan dalam gambar-

gambar yang menarik. Komik umumnya berbentuk rangkaian gambar,

masing – masing dibuat dalam panel dan dipisahkan gang yang

keseluruhannya merupakan kesatuan cerita yang runtut. Gambar –

gambar tersebut biasanya dilengkapi dengan balon yang berisi ucapan

yang disampaikan oleh tokoh dalam komik tersebut dan kadang disertai

narasi sebagai penjelasan yang berbentuk kotak dan tersambung di tepi

panel. Sehingga disimpulkan secara ringkas bahwa komik adalah sajian

cerita yang dilengkapi dengan gambar, ilustrasi, simbol –simbol dan

balon kata yang didekatkan dalam urutan tertentu untuk menyampaikan

informasi.

B. TINJAUAN TEORI TENTANG PENGETAHUAN

1. Defenisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan

ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek.

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dilihat, dikenal, dimengerti

terhadap suatu objek tertentu yang ditangkap melalui pancaindera yakni,


indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan (Dyah

Dwi Djyanti Apriliani, 2022).

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses

sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau

open behavior (Bahar, H. d. 2021).

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat

erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan

semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak

mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari

pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan

menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang

diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek

tertentu (Hartati, Bahar dkk. 2021).

2. Komponen Manajemen Pengetahuan

Debowski (2006) menegaskan bahwa setiap aspek dari manajemen

pengetahuan pasti berkaitan dengan tiga komponen di atas :

a. Orang (People), pengetahuan berada di dalam orang dan akan ditransfer ke

orang juga, jadi orang adalah faktor utama dalam penerapan keberhasilan

manajemen pengetahuan. Orang adalah individu yang memiliki

pengetahuan, mengatur sistem serta proses, dan berkomitmen terhadap


proses pengetahuan strategis (strategic knowledge) untuk kesuksesan

organisasi. Sumber daya manusia merupakan komponen penting dalam

proses manajemen pengetahuan, dimana pengetahuan dan keahlian yang

dimiliki Oleh orang akan menjadi nilai bagi organisasi.

b. Proses (Process), membantu untuk proses mengeksternalisasi pengetahuan

(pengetahuan tasit menjadi pengetahuan eksplisit) yang berhubungan

dengan perubahan proses kerja, organisasi dan lain sebagainya. Proses

merupakan pengaturan dan deretan dari strategi, prinsip, nilai merupakan

pengaturan dan deretan dari strategi, prinsip, nilai serta praktik untuk

memastikan bahwa manajemen pengetahuan dapat berjalan baik ketika

diimplementasikan.Sedangkan menurut Probst, et al (2000) untuk

mengelola pengetahuan Organisasi perlu dilakukan pengelompokan dan

kategorisasi masalah yang ditemui pada organisasi tersebut.

c. Teknologi (Technology). Menurut Debowski (2006), Teknologi

merupakan peran pendukung yang penting dalam manajemen

pengetahuan, dimana dibutuhkan individu yang kompeten dan terpercaya

ketika menggunakannya. Sedangkan Dalkir (2005) menyatakan bahwa

dalam implementasi sistem manajemen pengetahuan diperlukan berbagai

alat yang cukup beragam untuk dapat ikut terlibat di sepanjang siklus

manajemen pengetahuan, dan teknologilah yang dapat memfasilitasi,

terutama dalam hal komunikasi, kolaborasi dan manajemen konten yang

bertujuan untuk menciptakan, mengorganisasi, mendiseminasikan,

melestarikan hingga mengaplikasikan pengetahuan. Teknologi di sini


berperan serta sebagai alat dalam manajemen pengetahuan atau yang

sering kita kenal sebagai sistem manajemen pengetahuan (knowledge

management system / KMS).

(Hendriawan, Muhammad Rosyihan. 2019)

3. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) pengetahuan

seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang

berbeda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja yang

digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa yang dipelajari

yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan

dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention) Memahami suatu objek bukan hanya

sekedar tahu terhadap objek tersebut, dan juga tidak sekedar

menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat menginterpretasikan secara

benar tentang objek yang diketahuinya. Orang yang telah memahami

objek dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menarik kesimpulan, meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan ataupun


mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau

kondisi yang lain. Aplikasi juga diartikan aplikasi atau penggunaan

hukum, rumus, metode, prinsip, rencana program dalam situasi yang

lain.

d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang dalam

menjabarkan atau memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara

komponenkomponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui.

Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini

adalah jika orang tersebut dapat membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan

objek tersebut.

e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah

ada sebelumnya.

f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-

norma yang berlaku dimasyarakat.

4. Proses Perilaku Tahu

Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (dalam Hendriawan,

Muhammad Rosyihan. 2019) mengungkapkan proses adopsi perilaku yakni


sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut

terjadi beberapa proses, diantaranya:

a. Awareness ataupun kesadaran yakni apda tahap ini individu sudah

menyadari ada stimulus atau rangsangan yang datang padanya.

b. Interest atau merasa tertarik yakni individu mulai tertarik pada stimulus

tersebut.

c. Evaluation atau menimbang-nimbang dimana individu akan

mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

Inilah yang menyebabkan sikap individu menjadi lebih baik.

d. Trial atau percobaanyaitu dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

e. Adaption atau pengangkatan yaitu individu telah memiliki perilaku baru

sesuai dengan penegtahuan,, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Hendriawan, Muhammad Rosyihan.

2019) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai

berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju impian atau cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar tercapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

informasi berupa halhal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip oleh


Notoatmodjo, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berpesan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi.

b. Pekerjaan

Menurut Thomas yang kutip oleh Nursalam, pekerjaan adalah suatu

keburukan yang harus dilakukan demi menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber

kesenangan, akan tetapi merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang, dan memiliki banyak tantangan. Sedangkan

bekerja merupakan kagiatan yang menyita waktu.

c. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun . sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matangdalam berfikir

dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih

dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan

pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu

atau kelompok.
e. Sosial Budaya Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan

pengaruh dari sikap dalam menerima informasi.

6. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %

b. Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %

c. Pengetahuan Kurang : < 56 %

C. TINJAUAN TENTANG KEHAMILAN

1. Defenisi Kehamilan

Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai

dari tahap konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal

adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir

(Widatiningsih & Dewi, 2017).

Kehamilan adalah kondisi yang menyengkan karena tidak semua

wanita yang sudah menikah bisa merasakan kehamilan. Akan ada perubahan

yang dirasakan ibu pada masa kehamilannya seperti perubahan fisiologi,

psikologi dan sosial (Kusuma, 2018).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, Kehamilan

memiliki arti sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

kemudian dilanjutkan dengan nidasi (implementasi). Bila dihitung dari

waktu fertalisasi sampai lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

selama 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender


internasional. Jadi, kesimpulannya kehamilan adalah bertemunya sel telur

dan sperma di dalam atau di luar rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi

atau plasenta melalui jalan lahir. (Fatimah & Nuryaningsih, 2017)..

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan

adalah suatu proses yang diawali dengan penyatuan spermatozoa dan ovum

(fertilisasi) dan dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya bayi yang

lamanya berkisar 40 minggu.

2. Perubahan Fisiologi Kehamilan Trimester III

Menurut Walyani (2015), Perubahan fisiologis yang dialami wanita

selama hamil yaitu :

a. Perubahan pada sistem reproduksi dan mamae

1) Uterus Pembesaran uterus awal kehamilan disebabkan oleh

peningkatan vaskularisasi, vasodilatasi, hiperplasia dan hipertropi

pada miometrium dan perkembangan endometrium yang menjadi

decidua disebabkan karena efek estrogen dan progesteron yang

dihasikan oleh corpus luteum. Berat Uterus naik secara luar biasa dari

30−50 gram menjadi ±1000 gram pada akhir kehamilan. Pada akhir

kehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga pelvis, dan

seiring perkembangannya uterus akan menyentuh dinding abdomen

mendorong usus kesamping dan keatas, terus tumbuh hingga

menyentuh hati.

2) Serviks Uteri dan Vagina Progesteron meyebabkan sel−sel

endoserviks mensekresi mukus yang kental, menutupi serviks yang


dikenal dengan mucus plug. Serviks bertambah vaskularisasinya dan

menjadi unak pada perabaan dan disebut tanda goodell. Dinding

vagina mengalami perubahan pada trimester III untuk mempersipkan

persalinan yaitu dengan mengendornya jaringan ikat, hipertropi sel

otot polos. Perubahan ini menyebabkan bertambah panjangnya

dinding vagina.

3) Fungsi Hormon dan ovarium Setelah implantasi, villi chorionic akan

mengeluarkan hormon HCG guna mempertahankan produksi

esterogen dan progesteron corpus luteum sampai pasenta terbentuk

sempurna yaitu 16 minggu. Selanjutnya pasenta akan menggantikan

fungsi corpus luteum memproduksi estrogen dan progesteron.

Tingginya esterogen dan progesteron selam hamilakan menekan

produksi FSH dan LH sehingga tidak terjadi maturasi folikel dan

ovulasi berhenti. Hormon relaksin pada akhir kehamilan akan

merelaksasikan jaringan ikat terutama sendi sakroiliaka dan pelunakan

serviks pada saat persalinan.

4) Perubahan pada mamae ibu hamil yaitu payudara menjadi lebih besar,

dan aerola mamae semakin hitam karena hiperpigmentasi. Gandula

montgomery makin tampak menonjol di permukaan aerola mamae dan

pada kehamian 12 minggu ke atas dari putting susu keluar colostrum.

b. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Cardiac output (COP) meningkat 30%-50% selama kehamilan dan tetap

tinggi sampai persalinan. Bila ibu berbaring terlentang maka dapat


menyebabkan supine hypotension syndrome karena pembesaran uterus

menekan vena kava inferior mengurangi venous return ke jantung.

Selama awal kehamilan terjadi penurunan tekanan darah sistolik 5

sampai 10 mmHg, diastolik 10 sampai 15 mmHg dan setalah usia

kehamilan 24 minggu akan berangsur naik dan kembali normal. Volume

pasma mulai meningkat pada usia kehamiaan 10 minggu dan mencapai

batas maksimum pada usia 30 sampai dengan34 minggu. Rata-rata

kenaikan berkisar 20 sampai dengan 100% dan eritrosit juga meningkat

mencapai 18 sampai dengan 30%. Ketidakseimbangan peningkatan

antara plasma dan eritrosit mengakibatkan hemodilusi yang berdampak

pada penurunan hematokrit selama kehamilan normal dan menyebabkan

anemia fisiologis.

c. Sistem Respirasi

Kecepatan pernapasan menjadi sedikit lebih cepat untuk memenuhi

kebutuhan oksigen yang meningkat selama kehamilan (15 sampai dengan

20%). Pada kehamilan lanjut ibu cenderung menggunakan pernafasan

dada daripada pernafasan perut, hal ini disebabkan oleh tekanan ke arah

diafragma akibat pembesaran rahim.

d. Sistem Pencernaan

Pada bulan pertama kehamilan sebagian ibu mengalami morning sickness

yang muncul pada awal kehamian dan berakhir setelah 12 minggu.

Terkadang ibu mengalami perubahan selera makan (ngidam). Gusi

menjadi hiperemik dan terkadang bengkak sehingga cenderung berdarah.


Peningkatan progesteron menyebabkan tonus otot traktus digestivus

menurun sehingga motilitas lambung berkurang. Makanan lebih lama

berada di dalam lambung sehingga menyebabkan rasa panas pada ulu

hati (heartburn). Selain itu peningkatan progesteron menyebabkan

absorbsi air meningkat di kolon sehingga menyebabkan konstipasi.

e. Sistem Perkemihan

Aliran plasma renal meningkat 30% dan laju fitrasi glomerulus

meningkat (30 sampai dengan 50%) pada awal kehamilan mengakibatkan

poliuri. Usia kehamian 12 minggu pembesaran 14 uterus menyebabkan

penekanan pada vesika urinaria menyebabkan peningkatan frekuensi

miksi yang fisiologis. Kehamilan trimester II kandung kencing tertarik ke

atas pelvik dan uretra memanjang. Kehamilan trimester III kandung

kencing menjadi organ abdomen dan tertekan oleh pembesaran uterus

serta penurunan kepala sehingga menyebabkan peningkatan frekuensi

buang air kecil.

f. Sistem Integumen

Peningkatan esterogen meningkatkan deposit lemak sehingga kulit dan

lemak subkutan menjadi tebal. Hiperpigmentasi pada puting dan aerola

aksila dan garis tengah perut serta pada pipi, hidung, dan dahi disebabkan

oleh peningkatan Melanophore Stimulating Hormone. Keringat

berlebihan selama hami karena peningkatan laju metabolisme basal dan

suplai darah ke kulit.


g. Metabolisme

Basal metabolisme rate (BMR) umumnya meningkat 15 sampai dengan

20% terutama pada trimester III. Peningkatan BMR menunjukkan

peningkatan pemakaian oksigen karena beban kerja jantung yang

meningkat. Vasodilatasi perifer dan peningkatan aktivitas kalenjer

keringat membantu mengeluarkan kelebihan panas akibat peningkatan

BMR selama hamil. Ibu hamil normal menyerap 20% zat besi yang

masuk. Teh, kopi, tembakau dapat mengurangi penyerapan zat besi,

sedangkan sayuran dan vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi.

h. Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh

Penambahan berat badan yang diharapkan selama kehamilan bervariasi

antara satu ibu dengan lainnya. Faktor utama yang menjadi pertimbangan

untuk rekomendasikan kenaikan berat badan adalah body mass index

(BMI) atau Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu kesesuain berat badan

sebelum hamil terhadap tinggi badan, yaitu apakah ibu tergolong kurus,

normal atau gemuk. Untuk itu sangatlah penting mengetahui berat badan

ibu selama hamil. Laju kenaikan berat badan optimal tergantung pada

tahap kehamilan atau trimester. Pada trimester I dan II pertumbuhan

terjadi terutama pada jaingan ibu dan pada trimester III pertumbuhan

terutama pada fetus. Selama trimester I rata−rata 1 sampai 2,5 kg. Setelah

trimester I, pola kenaikan BB pada trimester selanjutnya yang dianjurkan

adalah ± 0,4kg /minggu untuk ibu dengan IMT normal, untuk ibu dengan

IMt rendah diharapkan 0,5kg/minggu sedangkan untuk IMT tinggi


0,3kg/minggu. Namun secara rerata kenaikan berat badan perminggu

yang diharapkan untuk semua kategori adalah 0,5kg/minggu.

Menurut Wagiyo dan Putrono (2016) menjelaskan bahwa penambahan

berat badan yang diharapkan selama kehailan bervariasi antara ibu yang

satu dengan yang lainnya. Faktor utama yang menjadi rekomendasi

pertimbangan kenaikan berat badan adalah kesesuaian berat badan

sebelum hamil dengan tinggi badan. Kenaikan berat badan selama hail

berdasarkan usia kehailan yaitu 10 minggu 650 gram, 20 minggu 4000

gram, 30 minggu 8500 gram, dan 40 minggu 12500 gram.

i. Sistem Endokrin

Sejak trimester I terjadi peningkatan normal dari hormon tiroksin (T4)

dan triyodotironin (T3) yang mempunyai efek nyata pada kecepatan

metabolisme untuk mendukung pertumbuhan kehamilan. Pada kondisi

hiertiroid ringan, kalenjer tiroid bertambah ukuran dan dapat diraba

akibat laju metabolisme basal meningkat, intoleransi panas dan labilitas

emosional. Produksi insulin semakin meningkat karena sel-sel penghasil

insulin bertambah ukuran dan jumlahnya. Oleh karena itu, ibu akan lebih

cepat mengalami starvation (kelaparan) bila dalam kondisi tidak makan

yang cukup lama mengakibatkan glukosa darah menurun cepat

(hipoglikemi).

j. Sistem Muskuloskeletal

Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan merubah

dimensi tubuh dan pusat gravitasi menyebabkan kondisi lordosis


(peningkatan kurvatura lumbosakral) disertai dengan mekanisme

kompensasi area vertebra servikalis (kepala cenderung fleksi ke arah

anterior) untuk mempertahankan keseimbangan. Lordosis bila tidak

dikoreksi akan menyebabkan ketegangan ligamen dan struktur otot yang

menimbulkan ketidaknyamanan selama hamil atau setelahnya pada ibu

yang sudah berusia lebih tua atau ibu dengan masalah tulang belakang.

k. Sistem Neurologik

Kompresi saraf pelvik atau stasis vaskuler akibat pombesaran uterus

dalam berakibat perubahan sensori pada tungkai. Lordosis dapat

menyebabkan nyeri karena tarikan atau penekanan pada syaraf. Edema

pada trimester akhir yang menekan saraf mediana dibawah ligamen

charpal pergelangan tangan menimbulakan carpal tunnel syndrome ynang

ditandai dengan kesemutan dan nyeri pada tangan yang menyebar ke

siku. Acroesthesia (bebal dan kesemutan pada tangan) yang disebabkan

oleh postur ibu membungkuk yang menyebabkan tarikan pada pleksus

brachialis, pusing, rasa seperti hendak pingsan akibat instabiitas

vasomotor, postura hipotensi, atau hipoglikemi juga dapat dialami.

3. Perubahan Adaptasi Psikologis Ibu Selama Hamil

a. Trimester I (Periode penyesuaian terhadap kehamilan)

Pada awal kehamian sering muncul perasaan ambivalen dimana ibu hamil

merasa ragu terhadap kenyataan bahwa dirinya hamil. Ambivalen dapat

terjadi sekalipun kehamilan ini direncnakan dan sangat diharapkan.

Gambaran respon terhadap ambivalen ini yaitu selama beberapa minggu


awal kehamian 17 apakah ibu hamil atau tidak serta menghabiskan banyak

waktu untuk membuktikan kehamilan (Widatiningsih & Dewi, 2017).

Pada trimester I ini dapat terjadi labilitas emosiona, yaitu perasaan yang

mudah berubah dalam waktu singkat dan tak dapat diperkirakan. Dapat

timbul perasaan khawatir seandainya bayi yang dikandungnya cacat atau

tidak sehat, khawatir akan jatuh, cemas dalam melakukan hubungan

seksual dan sebagainya (Widatiningsih & Dewi, 2017).

b. Trimester II (Periode sehat) Trimester ini ibu merasa lebih stabil,

kesanggupan mengatur diri lebih baik, kondisi ibu lebih menyenangkan,

ibu mulai terbiasa dengan perubahan fisik tubuhnya, janin belum terlalu

besar sehingga belum menimbulkan ketidaknyamanan. Ibu sudah mulai

menerima dan mengerti tentang kehamilannya. Secara kogniti, pada

trimester II ibu cenderung membutuhkan informasi mengenai

pertumbuhan dan perkembangan bayinya serta perawatan kehamiannya

(Widatiningsih & Dewi, 2017).

c. Trimester III (Periode menunggu dan waspada)

Trimester ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-

waktu ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan

timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Respon terhadap

perubahan gambaran diri yaitu ibu merasa dirinya aneh dan jelek

(Widatiningsih & Dewi, 2017).


Ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan

perhatian kusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu

memerlukan ketenangan dan dukungan yang lebih dari suami, keluarga

dan bidan. Trimester ini adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi

dan menjadi orang tua (Widatiningsih & Dewi, 2017).

4. Standar Pelayanan ANC dalam 10 T

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), Kemenkes R.I menetapkan

standar pelayanan ANC dalam 10 T antara lain :

a. Timbang berat badan dan tinggi badan (T1)

Penimbangan berat badan setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk

mendeteksi andanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat

badan yang kurang dari 9 kilo selama kehamilan atau kurang dari 1 kilo

setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk

menapis adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil

kurang dari 145 cm meningkatkan resiko terjadinya CPD (Cephalo Pelvic

Disproportion)

b. Tekanan darah (T2)

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal diakukan

untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada

kehamilan dan preeklampsia ( 32 hipertnsi disertai oedema pada wajah dan

tungkai bawah, dan proteinuria).


c. Nilai status gizi (ukur LILA) (T3)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga

kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko Kurang Energi

Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan

gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) dimana LILA

kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan akan dapat melahirkan bayi berat

lahir rendah (BBLR).

d. Pengukuran tinggi fundus uteri (T4)

Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal untuk

mendeteksi pertubuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.

Jika fundus uteri tidak sesuai degan umur kehamilan, kemungkinan ada

gangguan pertumbuhan janin.

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (T5)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan

untuk mngetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin

bukan kepala, atau keapala janin belum masuk ke panggul berarti ada

kelainan letak, panggul sempit, atau ada masalah lain. Penilaian DJJ

dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan

antenatal. DJJ lambat kurang dari 120x/menit atau DJJ cepat lebih dari

160x/menit menunjukkan adanya gawat janin.


f. Pemberian imunisasi TT (T6)

Untuk mencegah terjadinya tetanun neonatorum, ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining

status imunisasinya. Pemberian imunisasi TT pad ibu hamil disesuaikan

dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status

imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu

hamil dengan status imunisasi T5 (TT long life) tidak prlu diberikan

imunisasi TT lagi.

g. Pemberian tablet tambah darah (tablet Fe) (T7)

Untuk mencegah anemia zat besi, setiap ibu hamil hamil harus mendapat

tablet tambah darah ( tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet

selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

h. Tes Laboratorium (T8)

Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah

pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium

rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap

ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan

spesifik daerah endemis (malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan

laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan

atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi :

1) Pemeriksaan golongan darah


Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk

mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk

mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktuwaktu diperlukan

apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (HB)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal

sekali pada trimester I dan sekali pada trimester III. Pemeriksaan ini

ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau

tidak selama kehamilannya, karena kondisi anemia dapat

mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil pada trimester II

dilakukan atas indikasi.

3) Pemeriksaan protein dalam urine

Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil dilakukan pada

trimester II dan III atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk

mengetahui adanya protein uria pada ibu hamil. Protein uria merupakan

salah satu indikator terjadinya preeklampsi pada ibu hamil.

4) Pemeriksaan kadar gula darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan

pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada

trimester I, sekali pada trimester II dan sekali pada trimester III.


5) Pemeriksaan darah malaria

Semua ibu hamil didaerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan

darah malaria dalam rangka skrining pada kunjungan pertama antenatal.

Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah

malaria apabila ada indikasi.

6) Pemeriksaan tes sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan didaerah dengan resiko tinggi dan ibu

hamil yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya

dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

7) Pemeriksaan HIV

Tes HIV wajib ditawarkan oleh tenaga kesehatan kesemua ibu hamil

secara inklusif dengan pemeriksaan laboratorium rutin lainnya didaerah

epidemi meluas dan terkonsentrasi dan didaerah epidemi HIV rendah

penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada ibu hamil

dengan IMS dan TB. Teknik penawaran ini disebut Provider Initiated

Testing And Counselling (PITC) atau tes HIV atas Inisiatif Pemberi

Pelayan Kesehatan (TIPK).

8) Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita

tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak

mempengaruhi kesehatan janin.


i. Tatalaksana Kasus / penanganan kasus (T9)

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus

ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-

kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

j. Temu Wicara/Konseling (T10)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang

meliputi : kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami /

keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya pada

kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi,

asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular,

penawaran untuk melakukan tes HIV, inisiasi menyusui dini dan pemberian

ASI eksklusif, KB pasca persalinan, imunisasi, peningkatan kesehatan pada

kehamilan.

D. TINJAUAN TENTANG HEMOGLOBIN

1. Definisi Hemoglobin

Darah terdiri dari dua komponen, yakni komponen cair yang disebut

plasma dan komponen padat yaitu sel-sel darah. Sel darah terdiri atas tiga

jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Eritrosit memiliki fungsi yang

sangat penting dalam tubuh manusia. Fungsi terpenting eritrosit ialah

transport Oksigen (O2) dan Karbondioksida (CO2) antara paru-paru dan

jaringan. Suatu protein eritrosit yaitu hemoglobin (Hb) memainkan peranan


penting pada kedua proses transport tersebut (Gunadi, Mewo, dan Tiho,

2016).

Hemoglobin merupakan suatu protein tetramerik eritrosit yang

mengikat molekul bukan protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut

heme. Hemoglobin mempunyai dua fungsi pengangkutan penting dalam

tubuh manusia, yakni pengangkutan oksigen ke jaringan dan pengangkutan

karbondioksida dan proton dari jaringan perifer ke organ respirasi. Jumlah

hemoglobin dalam eritrosit rendah, maka kemampuan eritrosit membawa

oksigen ke seluruh jaringan tubuh juga akan menurun dan tubuh menjadi

kekurangan O2 Hal ini akan menyebabkan terjadinya anemia (Gunadi, Mewo,

dan Tiho, 2016).

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan

konjugat protein. Inti Fe dan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin)

menyebabkan warna darah merah. Hb berikatan dengan karbondioksida

menjadi karboksi hemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri

mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Sudikno

dan Sandjaja, 2016).

Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari kandungan heme

(zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa, beta, gama, dan delta). Heme

adalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi, sedangkan globin adalah

protein yang dipecah menjadi asam amino. Hemoglobin terdapat dalam sel-

sel darah merah dan merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus

pembawa oksigen dari paruparu keseluruh sel-sel tubuh. Setiap orang harus
memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah

sekitar lima juta sel darah merah permillimeter darah (Maretdiyani, 2013)

Hemoglobin adalah komponen utama sel darah merah atau eritrosit

yang terdiri dari globin dan heme terdiri dari cincin porfirin dengan satu atom

besi (ferro). Globin terdiri atas 4 rantai polipeptida yaitu 2 rantai polipeptida

alfa dan 2 rantai polipeptida beta. Rantai polipeptida alfa terdiri dari 141 asam

amino dan rantai polipeptida beta terdiri dari 146 asam amino (Norsiah,

2015).

2. Struktur hemoglobin

Hemoglobin adalah metalo protein pengangkut oksigen dari paru-paru

ke jaringan di seluruh tubuh dan mengambil karbondioksida dari jaringan

tersebut diibawa ke paru untuk dibuang ke udara bebas. Molekul hemoglobin

terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme suatu molekul organik

dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan

suatu golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, diantaranya

yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia (Hasanan,

2018)

Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain)

yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA)

terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains (Estridge dan

Reynolds 2012). Pusat molekul hemoglobin terdapat cincin heterosiklik yang

dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini

merupakan ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme.


Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara

keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada

molekul heme inilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta

karbondioksida melalui darah. Gugus heme yang menyebabkan darah

berwarna merah. Gugus heme terdiri dari komponen anorganik dan pusat

atom besi. Komponen organik yang disebut protoporfirin terbentuk dar

iempat cincin pirol yang dihubungkan oleh jembatan meterna membentuk

cincin tetrapirol. Empat gugus mitral dan gugus vinil dan dua sisi rantai

propionol terpasang pada cincin ini (Maretdiyani, 2013).

Gambar 1 Struktur Hemoglobin


Sumber: (Sofro, Darah ,2012)

Struktur Hb terdiri atas empat grup heme dan empat rantai polipeptida

dengan total asam amino sebanyak 574 buah. Rantai polipeptidanya terdiri

atas dua rantai α dan dua rantai β dengan masing-masing rantai berikatan

dengan satu grup heme. Pada setiap rantai α terdapat 141 asam amino dan

setiap rantai β terdapat 146 asam amino. Pada pusat molekul terdapat cincin

heterosiklik yang dikenal dengan nama porfirin. Porfirin terbentuk dari empat
cincin pirol yang 4  dihubungkan oleh suatu jembatan untuk membentuk

cincin tetrapirol. Pada cincin ini terdapat empat gugus mitral dan gugus vinil

serta dua sisi rantai propionol. Porfirin yang menahan satu atom Fe disebut

dengan nama heme. Pada molekul heme inilah Fe dapat melekat dan

menghantarkan O2 serta CO2 melalui darah. (Wiwit Dwi Nurbadriyah. 2019)

3. Fungsi hemoglobin

Menurut Sherwood (2012) Hemoglobin mempunyai beberapa fungsi

diantaranya:

a. Mengatur pertukaran O2 dan CO2 dalam jaringan tubuh. Hb adalah suatu

molekul alosterik yang terdiri atas empat subunit polipeptida dan bekerja

untuk menghantarkan O2 dan CO2. Hb mempunyai afinitas untuk

meningkatkan O2 ketika setiap molekul diikat, akibatnya kurva disosiasi

berbelok yang memungkinkan Hb menjadi jenuh dengan O2 dalam paru

dan secara efektif melepaskan O2 ke dalam jaringan.

b. Mengambil O2 dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh

untuk dipakai sebagai bahan bakar. Hemoglobin adalah suatu protein yang

kaya akan zat besi. Hemoglobin dapat membentuk oksihemoglobin

(HbO2) karena terdapatnya afinitas terhadap O2 itu sendiri. Melalui fungsi

ini maka O2 dapat ditranspor dari paru-paru ke jaringan-jaringan.

c. Membawa CO2 dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme menuju ke

paru-paru untuk dibuang. Hemoglobin merupakan porfirin besi yang

terikat pada protein globin. Protein terkonyungasi ini mampu berikatan

secara reversible dengan O2 dan bertindak sebagai transpor O2 dalam


darah. Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan bentuk

sel darah merah yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel

darah ini, maka keluwesan sel darah merah dalam melewati kapiler

menjadi kurang maksimal (Wiwit Dwi Nurbadriyah. 2019)

4. Kadar hemoglobin

Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-

butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira

15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”.

Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena

kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. WHO telah

menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis

kelamin (Hasanan, 2018)

Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah adalah salah satu uji

laboratorium klinis yang sering dilakukan. Pengukuran kadar hemoglobin

digunakan untuk melihat secara tidak langsung kapasitas darah dalam

membawa oksigen ke sel-sel di dalam tubuh. Pemeriksaan kadar hemoglobin

merupakan indikator yang menentukan seseorang menderita anemia atau

tidak (Wiwit Dwi Nurbadriyah. 2019).

Tabel 1 Kadar Hemoglobin


No. Kadar Hemoglobin Umur

1 16-23 g/dL Bayi baru lahir

2 10-14 g/dL Anak-anak


3 13-17 g/dL Laki-laki dewasa

4 12-16 g/dL Wanita dewasa tidak hamil

5 11-13 g/dL Wanita dewasa yang hamil

Sumber: (Estridge dan Reynolds, Basic Medical Laboratory Techniques, 2012) dalam Wiwit Dwi
Nurbadriyah. 2019

Jika terjadi penurunan kadar hemoglobin maka akan menyebabkan

terjadinya anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin

menurun, yang ditandai dengan gejala kelelahan, sesak napas, pucat dan

pusing. sehingga tubuh akan mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan

kapasitas pengangkutan oksigen dari darah berkurang (Wiwit Dwi

Nurbadriyah. 2019).

5. Proses pembentukan hemoglobin

Hemoglobin disintesis pada stadium eritroblast sebanyak 65% dan

pada stadium retikulosit sebanyak 35%. Sintesis hemoglobin banyak terjadi

dalam mitokondria oleh sederet reaksi biokimia yang dimulai dengan

kondensasi glisin dan suksinil koenzim A di bawah aksi enzim amino

laevulinic acid (ALA) - sintetase. Vitamin B6 adalah koenzim untuk reaksi

ini yang dirangsang oleh eritropoetin dan dihambat oleh hem. Akhirnya

protoporphyrin bergabung dengan besi untuk membentuk hem yang masing-

masing molekulnya bergabung dengan rantai globin. Tetramer dengan

masing-masing gugus hemnya sendiri terbentuk dalam kantong untuk

membangun molekul hemoglobin (Wiwit Dwi Nurbadriyah. 2019).


Pembentukan heme dimulai di mitokondria melalui reaksi antara

Glycine dan succinyl-CoA membentuk senyawa aminolevilini acid (ALAD).

Enzim ALAD yang terbentuk kemudian keluar ke sitosol dan dengan

perantara enzim ALAD dehydratase membentuk porphobilinogen yang

merupakan prazat pertama pirol. ALAD deyidratase sangat sensitif terhadap

inhibisi oleh timbal (U. Evi Nasla. 2022).

Empat porphobilinogen berkondensasi membentuk tetrapirol linier

yaitu hidroksi metil bilana yang dikatalisis oleh enzim PBG deaminase.

Hidroksi metil bilana selanjutnya mengalami siklisasi spontan membentuk

uroporfirinogen I yang simetris atau diubah menjadi uroporfirinogen III yang

asimetris dan membutuhkan enzim tambahan yaitu uroporfirinogen III

kosintase pada kondisi normal hampir selalu terbentuk uroporfirinogen III.

Uroporfirinogen III selanjutnya mengalami dekarboksilasi membentuk

Corproporfirin yang dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen dekarboksilase.

Corproporfirin masuk ke dalam mitokondria serta mengalami dekarboksilasi

dan oksidasi. Reaksi ini dikatalisis oleh Corproporfirin oksidase dan

membentuk protoporphyirinogen. Protoporphyirinogen selanjutnya

mengalami proses penyatuan dengan Fe++ melalui suatu reaksi yang

dikatalisis oleh ferrochelatase membentuk heme. Heme bereaksi dengan

globin membentuk hemoglobin (U. Evi Nasla. 2022).

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin

Menurut Estridge dan Reynolds (2012) kadar hemoglobin dalam darah

dapat dipengaruhi berbagai faktor, antara lain :


a. Usia

Kadar hemoglobin menurun berdasarkan peningkatan usia. Kadar

hemoglobin terlihat menurun mulai dari usia 50 tahun ke atas, namun

dibeberapa kondisi kadar hemoglobin pada anak-anak menurun drastis

diakibatkan kebutuhan zat besi yang lebih banyak untuk pertumbuhannya

b. Jenis kelamin

Dalam keadaan normal, laki-laki memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi

daripada perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi fisiologis dan

metabolisme laki-laki yang lebih aktif daripada perempuan. Kadar

hemoglobin perempuan lebih mudah turun, karena mengalami siklus

menstruasi yang rutin setiap bulannya. Ketika perempuan mengalami

menstruasi banyak terjadi kehilangan zat besi, oleh karena itu kebutuhan

zat besi pada perempuan lebih banyak dari pada laki-laki.

c. Logam berat

Logam berat yang masuk ke tubuh melalui pernafasan akan langsung

berinteraksi dengan darah, sebagai contoh adalah timbal. Timbal yang

masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari pencemaran udara dan rokok.

Timbal yang telah masuk kedalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah

sebesar 95% yang terikat pada sel darah merah dan sisanya terikat pada

plasma darah. Sistem hematopoetik sangat peka terhadap efek timbal,

yaitu menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam

pembentukan heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan heme, enzim

ALAD dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap efek penghambatan oleh


timbal. Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan dengan konsentrasi

timbal dalam darah. Hampir 50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar

timbal dalam darah sebesar 15 µg/dL.

d. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kadar

hemoglobin. Rokok mengandung banyak zat beracun dan komponen yang

menyebabkan kanker dan berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin,

nitrogen oksida, karbonmonoksida, hidrogen sianida dan radikal bebas.

Karbonmonoksida 245 kali lebih mudah berikatan dengan hemoglobin

dibandingkan oksigen dengan hemoglobin (Goel, Deepak, dan Gaur,

2010). Karbonmonoksida yang berikatan dengan hemoglobin membentuk

karboksilhemoglobin (COHb) yang dalam keadaan normal jumlahnya di

dalam darah sangat rendah (Asif, dkk, 2013). Kadar karboksilhemoglobin

yang tinggi pada perokok menyebabkan rendahnya penyerapan oksigen

oleh tubuh, oleh karena itu tubuh merespon keadaan ini dengan

meningkatkan kadar hemoglobin (U. Evi Nasla. 2022).

e. Lama kerja

Seseorang yang bekerja di tempat dengan pajanan logam berat seperti

timbal, memungkin timbulnya dampak kesehatan. Hal ini terjadi karena

penumpukan logam berat dalam darahnya. Semakin lama orang tersebut

bekerja maka semakin bertambah jumlah pajanan yang diterima. Timbal

memiliki waktu paruh di dalam darah kurang dari 25 hari, pada jaringan

lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini
menyebabkan timbal mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan

okupasional maupun non-okupasional.

f. Penggunaan APD saat bekerja

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bukan untuk mencegah

kecelakaan namun untuk mengurangi keparahan apabila terjadi

kecelakaan. Penggunaan APD pun telah diatur oleh Pemerintah dalam

Permenakertrans No/PER/08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri

yang menyebutkan bahwa Alat Pelindung Diri diberikan secara cuma-

cuma kepada pekerja maupun orang lain yang memasuki tempat kerja.

Penggunaan APD disesuaikan dengan kegunaan atau bahaya yang

mengancam. Pekerja percetakan membutuhkan APD untuk melindungi

tubuh dari paparan timbal. (U. Evi Nasla. 2022)

7. Dampak kadar hemoglobin yang rendah

Menurut Fajriah dan Wiwit Dwi Nurbadriyah (2019) Dampak akut

dari kekurangan hemoglobin antara lain:

a. Sering pusing, merupakan respon dari sistem saraf pusat akibat otak sering

mengalami periode kekurangan pasokan oksigen yang di bawa hemoglobin

terutama saat tubuh memerlukan energi yang banyak.

b. Mata berkunang-kunang, merupakan respon dari saraf pusat akibat

kurangnya oksigen ke otak dan mengganggu pengaturan saraf mata.


c. Napas cepat atau sesak napas, merupakan respon dari sistem

kardiovaskular. Hemoglobin rendah, maka kebutuhan oksigen untuk otot

jantung juga berkurang dan kompensasinya menaikkan frekuensi nafas.

d. Pucat, merupakan respon dari jaringan epitel, hemoglobin yang mewarnai

sel darah menjadi merah akan tampak pucat karena kekurangan yang

ekstrim.

e. Selain akibat akut yang ditimbulkan akibat kekurangan hemoglobin,

terdapat dampak kesehatan yang lebih berbahaya jika tidak dilakukan

upaya meningkatkan kadar hemoglobin menjadi normal seperti anemia.

E. KEASLIAN PENELITIAN TERKAIT

Tabel 2 Keaslian Penelitian

Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

Abdullah Asupan Zat Besi, Menggunakan metode Terdapat hubungan antara


Tamrin, Aisya Asam Folat, dan cross sectional dengan asupan zat besi dan kadar
Hendrik, dan Seng Terhadap melibatkan 15 ibu hemoglobin (p=0,010)
Retno Sri Kadar Hemoglobin hamil dengan kadar Terdapat hubungan antara
Lestari (2019) pada Ibu Hamil di Hb normal dan 17 ibu asupan asam folat dengan
Puskemas hamil dengan kadar kadar hemoglobin
Paccerakkang Hb abnormal di (p=0,020) Terdapat
Kecamatan Puskemas hubungan antara asupan
Biringakanaya Kota Paccerakkang seng endengan kadar
Makassar Kecamatan hemoglbin (p=0,015)
Biringakanaya Kota
Makassar.

Indah Lisfi, Hubungan Asupan Menggunakan metode Terdapat hubungan


Joserizal Fe Dan Vitamin A cross sectional dengan bermakna anatara asupan Fe
Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

Serudji, dan Dengan Kejadian pengambilan sampel dengan kejadian anemia


Husnil Kadri Anemia Pada Ibu menggunakan teknik (p=0,008) Tidak terdapat
(2017) Hamil Trimester Iii consecutive sampling, hubungan bermakna antara
Di Puskesmas Air dan meggunakan uji asupan vitamin A dengan
Dingin Kota Padang chi square. kejadian anemia (p=0,399)
Melibatkan 44 ibu
hamil trimester III di
Puskesmas

Ayu Okta Riny Hubungan Tingkat Menggunakan desain Terdapat hubungan antara
(2014) Pengetahuan Ibu cross sectional dengan tingkat pengetahuan tentang
Hamil tentang pengambilan sampel anemia dengan kejadian
Anemia dengan menggunakan anemia pada ibu hamil
Kejadian Anemia Ibu accidental sampling. (p=0,007)
Hamil di Puskesmas Melibatkan 30 ibu
Ngampilan hamil di Puskesmas
Yogyakarta Ngampilan
Yogyakarta
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEPTUAL

Variabel Independent Variabel Dependent

Pendidikan Pengetahuan tentang


Hemoglobin
Kesehatan

Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan

: Variabel independen

: Variabel dependen

B. HIPOTESIS

1. Ha.: Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang

hemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Benawa Kab. Yalimo Tahun

2022.

2. H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

tentang hemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Benawa Kab. Yalimo

Tahun 2022.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pra experiment design dengan

rancangan one group pre test and post test. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan

pendidikan kesehatan mengenai hemoglobin. Oleh karena itu pengukuran data

dilakukan sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan (pre test) dan

setelah dilakukan pendidikan kesehatan (post test). Rancangan penelitian ini

digambarkan sebagai berikut :

01 X 02

Pretest Perlakuan Posttest

Keterangan:

01 : Pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

X : Pendidikan kesehatan

02 : Pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan

B. POPULASI

Menurut Sugiyono (2019) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

ibu hamil yang datang periksa di wilayah Puskesmas Benawa Kab. Yalimo.
C. SAMPEL
Menurut Sugiyono (2019:127) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan sampel dalam

penelitian ini dengan mengambil besarnya sampel dapat dilakukan secara

statistik maupun secara estimasi penelitian tanpa melupakan sifat

representatifnya dalam artian sampel tersebut harus mencerminkan sifat dari

populasinya. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh ibu

hamil dengan umur kehamilan 28-40 minggu sebanyak 30 orang.

D. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan

Sampling Insidental / Accidental Sampling. Menurut Sugiyono, (2019)

Sampling Insidental / Accidental Sampling adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja pasien yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

E. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel independen : Pendidikan kesehatan

2. Variabel dependen : Pengetahuan tentang hemoglobin

F. DEFENISI OPERASIONAL

Tabel 3 Defenisi Operasional


Definisi Skala
Variabel Alat ukur Hasil Ukur
Operasional ukur
Independen
Pendidikan Yang dimaksud dengan Materi dan - -
kesehatan pendidikan kesehatan leaflet
Definisi Skala
Variabel Alat ukur Hasil Ukur
Operasional ukur
dalam penelitian ini
adalah pemberian
informasi yang berkaitan
dengan Hb

Dependen
Pengetahuan
Yang dimaksud dengan Kuesioner Jawaban Rasio
tentang
pengetahuan dalam Mengisi kuesioner jika Baik:76
hemoglobin
penelitian ini adalah kuesioner benar diberi – 100 %
segala sesuatu yang dengan 20 skor 5, jika
Cukup:
diketahui responden pertanyaan jawaban salah
56 – 75
tentang kebutuhan tertutup diberi skor 0.
%
hemoglobin pada masa
kehamilan yang meliputi Kurang:
pengertian, patofisiologi, 55%
kadar kebutuhan,
manfaat, gejala/gangguan
dan aturan minum untuk
ibu hamil
G. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Benawa Kab. Yalimo.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai September 2022.

H. JENIS DAN CARA PENGUMPULAN DATA

1. Jenis Data

Data primer pada penelitian ini adalah berupa hasil isian kuesioner

responden yang sudah divalidasi. Data sekunder pada penelitian ini adalah

data dari buku register/KMS ibu hamil.


2. Cara Pengumpulan Data

a. Mengurus izin penelitian di Puskesmas

b. Mencari data ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas yang terdaftar

dengan bidan coordinator sebagai informan

c. Bertemu responden yang datang kunjungan kehamilan

d. Melakukan informed consent

e. Saat klien setuju, lakukan penelitian

I. INSTRUMEN DAN BAHAN PENELITIAN

1. Surat permohonan dan pernyataan bersedia menjadi responden (terlampir)

2. Leaflet (terlampir)

3. Alat tulis

4. Buku register, kohort ibu

5. Kuesioner penelitian. Peneliti memberikan kuesioner melalui dua tahap

yaitu :

Tahap I:

a. Responden diberi kuesioner awal untuk diisi sendiri. Sebelumnya

peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner. Selanjutnya peneliti

mengumpulkan dan memeriksa kelengkapannya

b. Setelah sampel cukup, peneliti akan melakukan uji statistik untuk

mengetahui pengetahuan responden sebelum intervensi pendkes.

Tahap II :

a. Responden diberikan penyuluhan dan leaflet


b. Setelah penyuluhan dilakukan, responden diberikan kembali kuesioner

untuk diisi. Selanjutnya peneliti mengumpulkan dan memeriksa

kelengkapannya

c. Setelah sampel cukup, peneliti akan melakukan uji statistik untuk

mengetahui adanya pengaruh pre dan post edukasi.

Adapun metode penyuluhan sebagai berikut :

1. Leaflet tentang konsep hemoglobin

2. Ceramah diberikan kepada ibu hamil setelah pre test dalam bentuk tatap

muka secara langsung dengan metode 2 arah yaitu audiens dipersilahkan

bertanya jika ada hal yang tidak dipahami

3. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data sekunder

dengan meminta dokumen yang dimiliki bidan yang berhubungan dengan

jumlah sampel.

J. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

1. Pengolahan Data

Tahap – tahap pengolahan data dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Editing

Memeriksa dan memastikan kembali apakah data yang diperoleh sudah

terisi dengan baik dan dapat terbaca sewaktu kuesioner diberikan oleh

responden, jika ada kesalahan maka dapat diperbaiki dengan segera.

b. Coding

Pengkodean data dilakukan sesuai dengan variabel yang akan diteliti

agar lebih mudah dalam menganalisa data tersebut dimasukkan ke dalam


tabel untuk selanjutnya dianalisa secara univariat.

c. Entry

Data yang telah di coding kemudian diolah ke dalam komputer dengan

menggunakan program SPSS For Window.

d. Cleaning

Sebelum melakukan analisis, data yang sudah dimasukkan dilakukan

pengecekan, pembersihan jika ditemukan kesalahan pada entry data.

2. Analisa Data

a. Univariat

Analisa univariat untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi

berdasarkan variabel yang diteliti. Analisis dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan berbasis video. Untuk menafsirkan besarnya

persentase, maka peneliti menggunakan penafsiran sebagai berikut:

Jika memiliki persentase 1-25 % : Sebagian kecil

Jika memiliki persentase 26-49% : Hampir setengah

Jika memiliki persentase 50 % : Setengah

Jika memiliki persentase 51-75 % : Sebagian besar

Jika memiliki persentase 76-99% : Pada umumnya

Jika memiliki persentase 100% :Seluruhnya (Arikunto, 2013)

b. Bivariat

Analisa bivariat untuk menganalisis hubungan atau perbedaan antar dua

variabel dengan menggunakan uji statistik yang digunakan tergantung


jenis data atau variabel yang berhubungan. Analisa dalam penelitian

bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan ibu

hamil sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, jika data

berdistribusi normal (ρ> 0,05), maka perhitungan statistik menggunakan

uji parametrik (Paired Sample T-Test) aplikasi SPSS, jika tidak normal

maka menggunakan uji non parametrik (Wilcoxon). Jika nilai p-value < α

= 0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan ibu premenopause.

K. ETIKA PENELITIAN

1. Right to self determination

Responden memiliki hak otonomi untuk berpartisipasi atau tidak

berpartisipasi dalam penelitian ini.

2. Informed concent

Setelah memperoleh penjelasan dari peneliti tentang tujuan, manfaat, dan

prosuder penelitian, responden diberikan lembar persetujuan menjadi

responden yang sudah disiapkan peneliti sebelumnya oleh peneliti. Apabila

responden setuju, maka responden diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan tersebut.

3. Right to privacy and dignity

Peneliti melindungi privasi dan martabat responden selama penelitian.

4. Right to anonymity and confidentially

Data penelitian yang berasal dari responden tidak disertai dengan identitas

responden tetapi hanya dengan kode responden. Data yang diperoleh dari
responden hanya diketahui oleh peneliti dan responden yang bersangkutan.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik responden

Tabel 4. Karakteristik responden

Karakteristik Frekuensi Persentase


Umur
Umur <20 tahun 1 3%
Umur 20-30 tahun 15 50%
Umur 31-40 tahun 14 47%
Pendidikan
SD 5 17%
SMP 20 66%
SMA 5 17%
Paritas
≤1 10 33%
≥2 20 67%
Hemoglobin
<11 gr% 25 83%
≥11 gr% 5 17%
Total 30 100%
Sumber: data primer 2022

Berdasarkan karakteristik responden pada tabel 4 dari 30 responden

yang berumur antara 20-30 tahun sebanyak 15 ibu (50%), umur antara 31-40

tahun sebanyak 14 ibu (47%) dan 1 ibu (3%) pada usia <20 tahun.

Berdasarkan pendidikan responden sebagian besar SMP yaitu 20 ibu (66%)


dan yang pendidikan SD dan SMA sama jumlahnya 5 ibu (17%).

Berdasarkan karakteristik paritas responden kategori ≥ 2 sebanyak 20 ibu

(67%) dan ≤ 1 sebanyak 10 ibu (33%). Dari hemoglobin responden yang

<11 gr% dalam kehamilannya sebanyak 25 ibu (83%) dan Hb ≥11 gr%

sebanyak 5 ibu (17%).

2. Pengetahuan ibu hamil tentang haemoglobin sebelum pendidikan kesehatan

Tabel 5. Distribusi frekuensi Pengetahuan ibu hamil tentang


haemoglobin sebelum pendidikan kesehatan

Pengetahuan Pre test Frekuensi Persentase


Kurang 8 27%
Cukup 21 70%
Baik 1 3%
Total 30 100%
Sumber: data primer 2022

Berdasarkan tabel 5 pengetahuan responden tentang hemoglobin dalam

kehamilan sebelum pendidikan kesehatan sebagian besar pada kategori

cukup yaitu 21 orang (70%), kategori kurang 8 orang (29%) dan kategori

baik hanya 1 orang (4%).

3. Pengetahuan ibu hamil tentang haemoglobin setelah pendidikan kesehatan

Tabel 6. Distribusi frekuensi Pengetahuan ibu hamil tentang


haemoglobin setelah pendidikan kesehatan

Pengetahuan Post test Frekuensi Persentase


Kurang 0 0
Cukup 11 37%
Baik 19 63%
Total 27 100%
Sumber: data primer 2022
Berdasarkan tabel 6 pengetahuan responden tentang anemia dalam

kehamilan setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas pada kategori

baik yaitu 19 orang (63%), kategori cukup 11 orang (37%) dan tidak ada

lagi responden pada kategori kurang.

4. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang haemoglobin

pada ibu hamil

Tabel 7. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan


tentang haemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Benawa Kabupaten
Yalimo Tahun 2022

Pengetahuan Post test


Pengetahuan Pre Jumlah p-
Cukup Baik
test value
f % f % f %
Kurang 3 10% 5 17% 8 27%
Cukup 8 27% 13 43% 21 70%
0,000
Baik 0 0 1 3% 1 3%
Total 11 37% 19 63% 30 100%
Sumber: data primer 2022

Berdasarkan tabel 7 dari 8 responden yang berpengetahuan kurang saat

pretest mengalami peningkatan menjadi baik 5 orang (17%) dan 3 (10%)

dalam kategori cukup. Dari 21 responden yang berpengetahuan cukup

meningkat menjadi baik sebanyak 13 orang (43%) dan yang di kategori

cukup 8 orang (27%). Sedangkan yang berpengetahuan pada kategori baik 1

orang (3%).

Hasil uji Wilcoxon singed rank test diperoleh nilai p value 0,000 < α=

0,05 artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan


tentang haemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Benawa Kabupaten

Yalimo Tahun 2022.

B. PEMBAHASAN

1. Pengetahuan ibu hamil tentang haemoglobin sebelum pendidikan kesehatan

Berdasarkan tabel 5 pengetahuan responden tentang hemoglobin dalam

kehamilan sebelum pendidikan kesehatan sebagian besar pada kategori

cukup yaitu 21 orang (70%), kategori kurang 8 orang (29%) dan kategori

baik hanya 1 orang (4%). Hasil penelitian diatas menunjukkan banyak

responden yang berpengetahuan kurang tentang hemoglobin.

Faktor predisposisi dari anemia salah satunya adalah pengetahuan.

Hasil penelitian Nimbalkar PB, dkk (2017) menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi

kejadian anemia pada ibu hamil dengan p value sebesar 0,006 (<0,05).

Anemia dalam kehamilan dapat diartikan ibu hamil yang defisiensi zat

besi dalam darah. Selain itu aenmia dalam kehamilan dapat dikatakan juga

sebagai suatu kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) trimester II kadar

hemoglobin.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan

adalah dengan pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2011)

pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha dalam menyampaikan pesan

kepada masyarakat, kelompok, atau individu mengenai kesehatan dengan

harapan pengetahuan tentang kesehatan di masyarakat menjadi lebih baik.


Dengan demikian, diharapkan hal tersebut akan merubah perilaku yang

menunjang kesehatannya.

Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Maisyaroh, Yusnina

dkk (2021) menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor informasi

dengan pengetahuan dengan p value 0,024 (< 0,05). Tingkat pengetahuan

yang baik pada responden sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang

anemia tersebut kemungkinan disebabkan oleh informasi yang didapatkan

oleh responden melalui buku KIA, maupun melalui pengalaman yang

dibagikan oleh responden lain. Pada responden yang masih mempunyai

tingkat pengetahuan cukup atau bahkan kurang kemungkinan disebabkan

responden kurang terpapar akan informasi mengenai anemia. Anemia

merupakan suatu kondisi dimana kadar hemoglobin dalam keadaan tidak

normal. Anemia terjadi saat kadar eritrosit dalam tubuh rendah. Hal ini

membuat kadar hemoglobin yang terkandung dalam eritrosit juga rendah.

Padahal, hemoglobin berperan dalam membawa oksigen ke jaringan tubuh.

(U. Evi Nasla. 2022)

2. Pengetahuan ibu hamil tentang haemoglobin setelah pendidikan kesehatan

Berdasarkan tabel 6 pengetahuan responden tentang anemia dalam

kehamilan setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas pada kategori

baik yaitu 19 orang (63%), kategori cukup 11 orang (37%) dan tidak ada

lagi responden pada kategori kurang. Dari hasil pretest diperoleh

peningkatan pengetahuan responden yang sebagian besar menjadi baik.


Tentunya hal tersebut dipengaruhi dengan intervensi kepada kelompok

berupa pendidikan kesehatan dengan media leaflet.

Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha dalam menyampaikan

pesan kepada masyarakat, kelompok, atau individu mengenai kesehatan

dengan harapan pengetahuan tentang kesehatan di masyarakat menjadi lebih

baik. Dengan demikian, diharapkan hal tersebut akan merubah perilaku yang

menunjang kesehatannya. (Dyah dwi djyanti apriliani, 2022)

Semakin baik tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu hamil maka

semakin berkurang resiko ibu mengalami anemi. Tingkat pengetahuan ibu

hamil akan memengaruhi perilaku gizi yang berdampak pada pola kebiasaan

makanan yang akhirnya dapat menghindari terjadinya anemia

(Puspitaningrum dan Fratika, 2013). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan

kurang baik berisiko mengalami defisiensi zat besi sehingga tingkat

pengetahuan yang kurang tentang defisiensi zat besi akan berpengaruh pada

ibu hamil dalam perilaku kesehatan dan berakibat pada kurangnya konsumsi

makanan yang mengandung zat besi dikarenakan ketidaktahuannya dan

dapat berakibat anemia (Wati, Febry dan Rahmiwati, 2016)

Semua ibu hamil beresiko untuk mengalami anemia sehingga

informasi mengenai anemia ini sangat dibutuhkan oleh ibu hamil. Informasi

ini bisa diperoleh ibu dengan adanya pendidikan kesehatan yang diberikan

oleh tenaga kesehatan. Adapun tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah

untuk menanamkan pengetahuan atau pengertian, pendapat, dan konsep-


konsep, mengubah sikap dan persepsi, serta menanamkan tingkah laku atau

kebiasaan yang baru.

Pendidikan kesehatan yang diberikan dalam penelitian ini dilakukan

secara berkelompok pada kelas ibu hamil yaitu sebanyak 8-13 responden

pada setiap pertemuannya. Menurut Notoatmodjo (2011) dikatakan

kelompok kecil jika peserta kurang dari 20 orang. Metode yang bisa

digunakan adalah diskusi kelompok dengan harapan semua anggota dapat

berpartisipasi. Dalam memberikan pendidikan kesehatan, alat bantu atau

media sangat dibutuhkan guna menyajikan suatu informasi. (Dyah dwi

djyanti apriliani, 2022)

Hasil penerapan ini relevan dengan penelitian yang pernah dilakukan

oleh Sianipar, Aziz dan Prilia (2016) tentang pengaruh pendidikan kesehatan

tentang anemia pada kehamilan terhadap pengetahuan ibu hamil di UPT

Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya, menunjukkan bahwa setelah di

berikan pendidikan kesehatan terdapat peningkatan tingkat pengetahuan

responden. Di harapkan tenaga kesehatan dapat memberikan pendidikan

kesehatan penyuluhan secara langsung mengunakan metode diskusi atau

media Leaflet dan Flipchart (Lembar Balik).

3. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang haemoglobin

pada ibu hamil

Berdasarkan tabel 6 dari 8 responden yang berpengetahuan kurang saat

pretest mengalami peningkatan menjadi baik 5 orang (17%) dan 3 (10%)

dalam kategori cukup. Dari 21 responden yang berpengetahuan cukup


meningkat menjadi baik sebanyak 13 orang (43%) dan yang di kategori

cukup 8 orang (27%). Sedangkan yang berpengetahuan pada kategori baik 1

orang (3%).

Hasil uji Wilcoxon singed rank test diperoleh nilai p value 0,000 < α=

0,05 artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

tentang haemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Benawa Kabupaten

Yalimo Tahun 2022.

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya

yaitu faktor informasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maisyaroh, dkk

(2021) menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor informasi dengan

pengetahuan dengan p value 0,024 (< 0,05). Semakin banyak informasi yang

diperoleh, maka akan semakin baik pengetahuan yang diperoleh. Informasi

ini dapat diperoleh dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan

dilakukan untuk menanamkan pengetahuan.

Hasil penelitian ini yaitu ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan ibu hamil tentang anemia sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Astuti, dkk (2012) bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh

positif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam mengonsumsi tablet

Fe.

Selain tentang nutrisi pada ibu hamil, pendidikan kesehatan yang

diberikan juga meliputi dampak nutrisi yang dapat mempengaruhi kadar

hemoglobin terhadap kehamilan. Kondisi ibu hamil dikontrol dengan

buku KIA yang salah satu fungsinya untuk memonitor status nutrisi
ibu hamil. Anemia atau kekurangan kadar hemoglobin adalah salah satu

gangguan kesehatan yang paling umum ditemui selama kehamilan. Di

negara-negara berkembang kurangnya kadar hemoglobin adalah penyebab

keprihatinan serius, selain banyak efek disamping lain pada ibu dan

janin memberikan kontribusi angka kematian ibu cukup tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Egryani, Saktini dan Puspitasari (2017)

tentang pengaruh penyuluhan satu lawan satu terhadap pengetahuan ibu

hamil mengenai anemia di Semarang, hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil mengenai

anemia sebelum dan setelah penyuluhan satu lawan satu menggunakan

pamflet, namun tidak terdapat korelasi yang bermakna antara variabel

perancu dengan skor pengetahuan post intervensi.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Trisnawati, Senudin dan Armalan

(2020) tentang peningkatan pengetahuan ibu hamil melalui pendidikan

kesehatan tentang anemia dan penatalaksanaanya pada ibu hamil di Wilayah

Kerja Puskesmas Pembantu Waso Ruteng Kab. Manggarai Nusa Tenggara

Timur, hasil penelitian menunjukkan kesimpulan dari kegiatan pendidikan

kesehatan ini adalah dari pengamatan sejak dimulai sampai berakhirnya

kegiatan semua peserta ibu hamil yang ikut sangat antusias dan aktif selama

kegiatan berlansung dan ibu mampu memahami materi yang disampaikan


BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Sebelum pendidikan kesehatan tingkat pengetahuan responden tentang

hemoglobin dalam kehamilan sebagian besar pada kategori cukup yaitu 21

orang (70%), kategori kurang 8 orang (29%) dan kategori baik hanya 1

orang (4%).

2. Setelah diberikan pendidikan kesehatan tingkat pengetahuan responden

tentang anemia dalam kehamilan mayoritas pada kategori baik yaitu 19

orang (63%), kategori cukup 11 orang (37%) dan tidak ada lagi responden

pada kategori kurang.

3. Hasil uji Wilcoxon singed rank test diperoleh nilai p value 0,000 < α= 0,05

artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang

haemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Benawa Kabupaten Yalimo

Tahun 2022.

B. SARAN

1. Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini hendaknya dapat menjadi penguat kegiatan petugas

kesehatan, khususnya dalam hal peningkatan pengetahuan dan sikap ibu

dalam mengkonsumsi tablet Fe. Pihak petugas kesehatan hendaknya

meningkatkan upayaupaya pembelajaran kepada masyarakat dengan cara

memberikan penyuluhanpenyuluhan ataupun pendidikan kesehatan dengan


berkerjasama dengan instansi-instansi yang ada diwilayahnya misalnya

Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan, dan sebagainya.

2. Bagi Ibu Hamil

Tablet Fe merupakan nutrisi yang sangat penting bagi keberlangsungan

kehamilan. Untuk itu peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap

konsumsi tablet Fe harus ditingkatkan untuk menurunkan angka kematian

ibu (AKI).

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan media yang

digunakan dalam pendidikan kesehatan agar lebih menarik dan

meningkatkan keingintahuan ibu hamil tentang anemia.


DAFTAR PUSTAKA

Astutik, R. Y & Ertiana, D. (2018). Anemia Dalam Kehamilan. Jawa Timur: CV.
Pustaka Abadi.

Bahar, H. d. (2021). Tantangan Edukasi Kesehatan di Masa Pandemik Covid-19.


Jakarta: Guepedia.
Demsa Simbolon. 2018. Modul Edukasi Gizi Pencegahan dan Penanggulangan
Kurang Energi Kronik (KEK) dan Anemia Pada Ibu Hamil. Yogyakarta:
Deepublish
Dian Eka Sari, La Tarifu, M. Najib Husain. 2022. Penggunaan Bahasa Daerah
Sebagai Strategi Penyuluhan Pada Perwakilan Bkkbn Provinsi Sulawesi
Tenggara. Jurnal Ilmu Komunikasi UHO : Jurnal Penelitian Kajian Ilmu
Komunikasi dan Informasi. Volume 7, No. 1, Januari 2022, hlm 47-62
Dyah dwi djyanti apriliani, s.tr.keb. 2022. Optimalisasi Komunikasi Informasi
Dan Edukasi (Kie) Pada Ibu Hamil Tentang Pentingnya Asupan Gizi
Selama Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Asera Kabupaten
Konawe Utara. Pemerintah kabupaten konawe utara bekerjasama dengan
badan pengembangan sumber daya manusia provinsi sulawesi tenggara.
Egryani, N. P. R., Saktini, F., & Puspitasari, V. D. (2017). Pengaruh Penyuluhan
Satu Lawan Satu terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Anemia di
Semarang. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro),
6(2), 921-929.
Hendrawan, M. R. (2019). Manajemen Pengetahuan. Malang: UB Press.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015.
Kesehatan
Liliek Pratiwi, M.KM, Yane Liswanti, M.KM, Harnanik Nawangsari, S.ST.,
M.Keb, Diana Dayaningsih, M.Kep., Ners, Henny Fitriani, S.Si.T.,
M.Keb, Apt. Fitri Alfiani, S.Farm., M.KM, Ari Yulistianingsih, S.Gz.,
M.Gizi · 2022. Anemia pada Ibu Hamil. Jakarta: CV Jejak Publisher
Maisyaroh, Yusnina; Pebrianthy, Lola. 2021. Pendidikan Kesehatan tentang
Anemia pada Ibu Hamil di Desa Sigumuru Kota Padangsidimpuan Tahun
2021. Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa ( JPMA )Vol. 4 No. 1 April
2022
Nimbalkar PB, Patel JN, Thakor N, Patni M. Impact of Educational
Intervention Regarding Anaemia and Its Preventive Measures
Among Pregnant Women: An Interventional Study. Int J
Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2017 Dec;6(12):5317–21
Nilam Fitriani Dai. 2021. Anemia Pada Ibu Hamil. Yogyakarta: NEM.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi.4. Jakarta : Salemba Medika
Rai, D., Brian K Lee, Christina Dalman, Craig Newschaffer, Glyn Lewis, &
Cecilia. (2017). Antidepressants during pregnancy and autism in offspring:
population based cohort study. The BMJ, 1-12. doi:10.1136/bmj.j2811
Rr. Catur Leny Wulandari, S.SiT., M.Keb, Bd. Linda Risyati, M.Keb, Maharani,
S.ST., M.Keb · 2021. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jawa Barat: Media
Sains Indonesia
Safitri, S. (2020). Pendidikan Kesehatan tentang Anemia kepada Ibu Hamil.
Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 2(2), 94-99.
SDKI. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alphabet.
Sukmawati, Mamuroh L, Nurhakim F.Pengaruh Edukasi Pencegahan dan
Penanganan Anemia terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil.
Jurnal Keperawatan BSI. 2019 Apr;7(1):42–7
U. Evi Nasla. 2022. Pengelolaan Anemia pada Kehamilan. Yogyakarta: NEM
Wiwit Dwi Nurbadriyah · 2019. Anemia Defisiensi Besi. Yogyakarta: Deepublish
Yumna Sayyidah Titis Nastiti. 2022. Pendidikan Gizi untuk Meningkatkan
Pengetahuan Anemia pada Ibu Hamil. National Confrence on Health
Sciene (NCoHS) 2022: E- ISSN : 2963-1149
Trisnawati, R. E., Senudin, P. K., & Armalan, F. (2020). Peningkatan
Pengetahuan Ibu Hamil Melalui Pendidikan Kesehatan Tentang Anemia
Dan Penatalaksanaanya Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pembantu Waso Ruteng Kab. Manggarai Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), 3(2), 454-459.
Lampiran 1 Kuesioner Pengetahuan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


TENTANG HAEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS
BENAWA KABUPATEN YALIMO
TAHUN 2022

No Responden : ……………………………………

Tanggal Wawancara : ……………………………………

Petunjuk umum pengisian

1. Isilah identitas anda secara lengkap pada tempat yang sudah disediakan.
2. Baca setiap pertanyaan secara seksama.
3. Pilih salah satu jawaban yang menurut anda paling tepat.
4. Demi kelancaran penelitian ini. Dimohon untuk menjawab semua
pertanyaan yang tersedia dan jangan ada yang terlewatkan.
5. Terima kasih atas kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini.

Identitas Responden
1. Nama :
2. Tempat dan tanggal lahir :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir :

Tidak sekolah Tidak tamat SD

Tamat SD Tamat SMP

Tamat SMA Tamat Diploma/S1

Tamat S2 Tamat S3

5. Pekerjaan :

Ibu rumah tangga Petani

Karyawan PNS

Pedagang Buruh

Lain-lain, sebutkan……….
6. Pekerjaan suami :

Petani Buruh

PNS Pedagang

Tidak bekerja Karyawan

Lain-lain, sebutkan………………..

7. Hemoglobin : …….. (diisi peneliti)

*Berikan tanda centang ( √)


Kuesioner Pengetahuan tentang Hemoglobin

Bacalah pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan cermat dan tuliskan jawaban


yang sesuai dengan pendapat Anda teerhadap pernyataan tersebut dengan
memberikan tanda centang ( √) pada kolom sebelah kanan.

B : Jika pernyataan tersebut menurut Anda benar

S : Jika pernyataan tersebut menurut Anda salah

No Pernyataan B S

1 Apakah kekurangan darah / tensi rendah disebut anemia

Apakah kekurangan darah dalam masa kehamilan


2
kebanyakan disebabkan karena kekurangan zat besi

Anemia adalah penurunan konsentrasi hemoglobin atau


3
penurunan jumlah sel darah merah dalam darah

Apakah asupan besi yang cukup bisa menyebabkan


4
terjadinya anemia

Selama masa kehamilan. Ibu hamil dikatakan anemia apabila


5
tensinya kurang dari 10,5 sampai 11 gr/dl

6 Dalam masa kehamilan asupan zat besi sangat meningkat

Apakah asupan zat besi yang tidak cukup serta penyerapan


7
yang tidak baik dapat menyebabkan anemia

8 Gejala anemia adalah letih, lesu, lemah,dan lunglai.

Kehilangan nafsu makan, mual dan muntah apakah gejala


9
anemia atau kurang darah.

Anemia adalah kekurangan darah yang disebabkan oleh


10
kekurangan mineral kalsium.

Anemia terjadi karena kurangnya asupan zat besi dalam


11
makanan

12 Anemia tidak menyebabkan keguguran

13 Anemia bisa menyebabkan pendarahan pada saat persalinan


14 Anemia tidak menyebabkan kematian pada janin

Peningkatan makanan yang banyak mengandung zat besi


15
dapat mencegah anemia

Apakah media cetak dan eletronik bisa dapat membantu ibu


16
dalam mengetahui tentang hemoglobin
Lampiran 2 Satuan Acara Penyuluhan

SAP ( Satuan Acara Penyuluhan )


ANEMIA PADA IBU HAMIL

Topik : Hemoglobin (Anemia)


Sub Topik : Anemia Pada Ibu Hamil
Sasaran :
Hari/tanggal :
Waktu : 15 menit
Tempat : Puskesmas
Penyuluh : Abigael
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diadakan penyuluhan tentang Anemia dalam kehamilan selama 15
menit, diharapkan ibu hamil dapat mengerti dan memahami tentang anemia
pada ibu hamil.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang anemia dalam kehamilan selama 15
menit, ibu hamil dapat mengetahui tentang:
a. Pengertian dari Anemia pada ibu hamil
b. Penyebab anemia pada ibu hamil
c. Tanda dan gejala pada ibu hamil
d. dampak anemia terhadap kehamilan
e. Cara pencegahan anemia pada ibu hamil.
B. Strategi Pelaksanaan :
Materi : Anemia Pada Ibu Hamil
Media : leaftlet
C. Proses Pelaksanaan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu

1 Pendahuluan Salam pembuka Menjawab salam 2 menit


Menyimak dan
Menyampaika tujuan
Mendengarkan
penyuluhan

2 Kerja Penyampaian garis besar Mendengarkan dengan 11


materi anemia penuh perhatian menit
Memberi kesempatan peserta Menanyakan halhal
untuk bertanyaan yang belum jelas
Menjawab pertanyaan 4. Memperhatikan
Evaluasi (Tanya Jawab) jawaban dari
penceramah
Menjawab pertanyaan

3 Penutup Menyimpulkan Mendengarkan 2 menit


Salam penutup Menjawab salam

D. Evaluasi
Ibu dapat menjelaskan kembali tentang :
1. Pengertian dari Anemia pada ibu hamil
2. Penyebab anemia pada ibu hamil
3. Tanda dan gejala pada ibu hamil
4. dampak anemia terhadap kehamilan
5. Cara pencegahan anemia pada ibu hamil
Lampiran 3 Leaflet
Lampiran 4. Master data
Parit
Umur pendidikan Hb (gr%) Pengetahuan Pra edukasi Pengetahuan Post edukasi
as
ko ko Ges Ko Kod
No. Nama kod ko jlh % JLH %
n d n d tas n n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 de 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 e
e de
e e
1 Ny. Arni 32 3 3 2 29 SMA 3 12 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 4 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 94 3
2 Ny. Marliana 30 2 1 1 34 SMA 3 11.8 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 9 56 2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 88 3
3 Ny. Marta 34 3 3 2 30 SD 1 12 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 4 25 2 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 75 2
4 Ny. Sindi 24 2 1 1 38 SMA 3 11 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 8 50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15 94 3
5 Ny. Marlina 27 2 2 2 37 SMA 3 11.2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 7 44 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 14 88 3
6 Ny. Dina 22 2 1 1 29 SMP 2 11.5 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 6 38 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 13 81 3
7 Ny. Febri 25 2 1 1 35 SMP 2 10 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 50 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 12 75 2
8 Ny. Grace 33 3 3 2 37 SMP 2 12.2 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 8 50 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14 88 3
9 Ny. Destri 33 3 2 2 33 SMP 2 11.6 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 7 44 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 88 3
10 Ny. Kiki 24 2 2 2 30 SMP 2 11 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 50 3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 81 3
11 Ny. Norma 25 2 3 2 29 SMP 2 12.5 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11 69 2 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 69 2
12 Ny. Katarina 25 2 1 1 36 SMP 2 10.5 2 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 5 31 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 11 69 2
13 Ny. Kristina 28 2 3 2 35 SMA 2 11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 10 63 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 12 75 2
14 Ny. Berliana 22 2 0 1 28 SMA 2 10.3 2 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 8 50 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 94 3
15 Ny. Rosa 22 2 0 1 36 SMA 2 12 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7 44 2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 12 75 2
16 Ny. Maria 30 2 3 2 37 SMP 2 11.5 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 5 31 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 13 81 3
17 Ny. Hesli 31 3 3 2 38 SMP 2 12.5 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 6 38 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 88 3
18 Ny. Ruby 21 2 0 1 32 SMP 2 13 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 6 38 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 81 3
19 Ny. Desak 37 3 5 2 40 SD 1 11 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 6 38 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 88 3
20 Ny. Martha 33 3 3 2 36 SD 1 11.2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 6 38 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15 94 3
21 Ny. Agustina 36 3 4 2 33 SMP 2 10.7 2 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 8 50 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15 94 3
22 Ny. Bertha 32 3 2 2 37 SMP 2 11.8 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 7 44 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15 94 3
23 Ny. Deva 20 2 0 1 35 SMP 2 9.8 2 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 5 31 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 14 88 3
24 Ny. Amaris 19 1 0 1 37 SMP 2 13 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 38 2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 12 75 2
25 Ny. Rusmiati 33 3 4 2 35 SMP 2 12 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 6 38 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 11 69 2
26 Ny. Yospin 35 3 4 2 32 SMP 2 11.5 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 25 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 12 75 2
27 Ny. Sintia 31 3 3 2 29 SMP 2 12.5 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 5 31 2 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 13 81 3
28 Ny. Netty 30 2 3 2 29 SD 1 12.5 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 5 31 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 11 69 2
29 Ny. Merry 34 3 3 2 29 SMA 3 12.5 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4 25 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 12 75 2
30 Ny. Orpa 31 3 3 2 29 SD 1 12.5 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 5 31 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14 88 3
umur Paritas Hb (gr%) Pengetahuan PENDIDIKAN
1 = <20 tahun 1 = paritas 1 1 = tidak anemia 3 = Baik:76 – 100 % 1 = SD
2 = 20-30 tahun 2 = paritas ≥2 2= anemia 2 = Cukup: 56 – 75 % 2 = SMP
3 = 31-40 tahun 1 = Kurang: ≤55% 3 = SMA
Lampiran 5. Data SPSS

Statistics

UMUR PENDIDIKAN PARITAS HB PRETEST POSTTEST

N Valid 30 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

UMUR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid umur <20 tahun 1 3.3 3.3 3.3

umur 21-30 tahun 15 50.0 50.0 53.3

umur 31-40 tahun 14 46.7 46.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 5 16.7 16.7 16.7

SMP 20 66.7 66.7 83.3


SMA 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

PARITAS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PARITAS 0-1 10 33.3 33.3 33.3

PARITAS ≥2 20 66.7 66.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

HB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <11 gr% 25 83.3 83.3 83.3

≥11 gr% 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

PRETEST

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 8 26.7 26.7 26.7


Cukup 21 70.0 70.0 96.7

Baik 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

POSTTEST

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Cukup 11 36.7 36.7 36.7

Baik 19 63.3 63.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

POSTTEST - PRETEST Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 21b 11.00 231.00

Ties 9c

Total 30

a. POSTTEST < PRETEST

b. POSTTEST > PRETEST

c. POSTTEST = PRETEST
Test Statisticsa

POSTTEST -
PRETEST

Z -4.245b

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.


Lampiran 6. Biodata
BIODATA PENELITI

Data Pribadi
1. Nama : Abigael Lalanlangi’
2. Tempat/Tanggal lahir : Rantepao, 07 Oktober 1990
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku Bangsa : Totaja / Indonesia
6. Alamat : Benawa
7. Kota/Propinsi : Yalimo, Papua Kode Pos: 919551
8. Nomer HP : 0812-4384-5377
9. E-mail : lalanlangiabigael@gmail.com

Riwayat Pendidikan Formal


1. SDN 1 Rantepao Tahun 1996 - 2002
2. SLTPN 2 Rantepao Tahun 2002 - 2005
3. SMA Kristen Rantepao 2005 - 2008
4. Akademi Kebidanan Bakti Nusantara Rantepao 2008 - 2011

Wamena, 2022

( ABIGAEL LALANLANGI’ )
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian
Lampiran 8. Izin penelitian

Anda mungkin juga menyukai