OLEH
Hipoksia
1. Observasi
Monitor frekuensi,
irama, kedalaman, dan
upaya napas
Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik)
Monitor kemampuan
batuk efektif
Monitor adanya
produksi sputum
Monitor adanya
sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi bunyi
napas
Monitor saturasi
oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-
ray toraks
2. Terapeutik
Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
1. Observasi
Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
weezing, ronkhi
kering)
Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan
kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma
cervical)
Posisikan semi-Fowler
atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
Penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsepMcGill
Berikan oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
1. Observasi
Monitor kecepatan
aliran oksigen
Monitor posisi alat
terapi oksigen
Monitor aliran oksigen
secara periodic dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
Monitor efektifitas
terapi oksigen (mis.
oksimetri, analisa gas
darah ), jika perlu
Monitor kemampuan
melepaskan oksigen
saat makan
Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor tanda dan
gejala toksikasi
oksigen dan
atelektasis
Monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
2. Terapeutik
Bersihkan secret pada
mulut, hidung dan
trachea, jika perlu
Pertahankan
kepatenan jalan nafas
Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen
saat pasien
ditransportasi
Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengat tingkat
mobilisasi pasien
3. Edukasi
Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
4. Kolaborasi
Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
Kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau
tidur
2.2.4
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah,
asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian
bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan,
kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur
hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu
sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk
menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia
muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu
mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu
belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun)
akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinannya serta
alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
1.2 Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami
mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat memperbaiki dengan sebaik mungkin dan
menjadikan contoh untuk makalah yang akan datang.
1.3
DAFTAR PUSTAKA
Subekthi Nike Budhi. 2019. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir:
Panduan Untuk Dokter, Perawat dan Bidan. Jakarta: ECG
Setiani Astuti, Esyuananik & Sukesi. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan
Muchtar Asmujeni, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta
Selatan: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 53 Tahun 2014. Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial.
https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/PMK%20No.
%2053%20ttg%20Pelayanan%20Kesehatan%20Neonatal%20Esensial.pdf
diakses tanggal 7 April 2022