3 SKENARIO 1 PERTEMUAN 1
BAYIKU
Saat bayi lahir didapatkan bayi tidak bernafas, tonus otot lemah. Setelah
dilakukan resusitasi neonatus sampai dengan pemberian ventilasi tekanan positif
didapatkan bayi bernapas spontan, menangis kuat, tidak ada retraksi, denyut
jantung 120 ×/ menit. Skor Apgar 5 -7-10.
Kata Sulit:
1. G2P1A0:
G (gravid) sedang hamil kedua kalinya
P (partus) sudah pernah melahirkan sekali
A (abortus) tidak ada riwayat abortus
2. Mekoneum: feses yang pertama kali dikeluarkan oleh bayi setelah lahir,
biasanya berwarna hijau tua, memiliki tekstur kental, lengket, dan
berwarna hijau gelap, umunya dikeluarkan dalam 24-48 jam pertama
setelah dilahirkan.
3. Resusisitasi: upaya untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan pernafasan
yang sangat bermanfaat bagi penyelamatan hidup dengan memberikan
asupan oksigen dan sirkulasi darah ke organ tubuh yang sensitif terhadap
kekurangan oksigen, seperti otak dan jantung
4. Neonatus: bayi yang baru saja lahir dihitung dari hari pertama kehidupan
sampai 28 hari kedepan.
5. Resusitasi neonatus: suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus
yang gagal bernapas secara spontan dan adekuat. Serangkaian upaya yang
sistematis dan terkoordinir untuk mengembalikan usaha nafas dan sirkulasi
bayi baru lahir sehingga
6. Retraksi: suatu kondisi dimana saat bernafas memerlukan bantuan otot-
otot pernafasan karena tubuh mengalami kekurangan oksigen
7. ANC: pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu
menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI
secara eksklusif , serta kembalinya alat reproduksi seperti semula
8. HbsAg: kompleks antigen yang ditemukan pada permukaan VHB, dahulu
disebut dengan Australia(Au) antigen atau hepatitis associated antigen
(HAA).
9. ASI: makanan alami pertama untuk bayi dan menyediakan semua vitamin,
nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan
pertama, tidak ada cairan atau makanan lain yang diperlukan. ASI terus
tersedia hingga setengah atau lebih dari kebutuhan gizi anak pada tahun
pertama dan sampai tahun kedua kehidupan. Selain itu, ASI mengandung
antibodi dari ibu yang membantu memerangi penyakit.
Rumusan Masalah:
Gemeli menjadi faktor risiko terjadinya asfiksia pada bayi yang lahir
spontan. Secara fisiologis gemeli pada janin menyebabkan janin
mendapatkan oksigen yang berasal dari ibu harus dibagi, keadaan ini
yang berisiko menyebabkan asfiksia (Cunningham, 2008). Partus lama
berisiko menyebabkan asfiksia. Pada ibu yang mengalami partus lama,
kontraksi uterus berlangsung lebih lama dari pada ibu yang bersalin
normal. Hal ini mengakibatkan peredaran darah yang membawa
oksigen ke janin terhenti lebih lama, proses ini membuat janin
kekurangan suplai oksigen yang berakibat pada kejadian asfiksia.
- Faktor plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi
oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya: plasenta tipis, plasenta
kecil, plasenta tak menempel, dan perdarahan plasenta.
- Faktor persalinan meliputi partus lama atau macet sebesar (2,8-
4,9%), persalinan dengan penyulit (seperti letak sungsang, kembar,
distosia bahu, vakum ekstraksi, forsep sebesar (3-4%),
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Surjono (2005) bahwa jenis
persalinan sectio caesarea (SC) perabdominam dapat mengakibatkan
komplikasi asfiksia pada neonatal, hal ini sesuai dengan penelitian
Neneng (2011) di RSUD dr M Soewandhie Surabaya menyatakan bahwa
sectio caesarea (SC) perabdominam dapat mengakibatkan kejadian
asfiksia neonatorum. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Dewi (2013) bahwa jenis persalinan normal dan sectio
caesare (SC) dapat mengakibatkan bayi mengalami asfiksia.
Persalinan dengan tindakan seksio sesarea mengakibatkan komplikasi
berupa asfiksia karena penggunaan obat analgesik maupun anestesi
pada ibu sehingga terjadi depresi pusat pernapasan pada janin
(Aminullah, 2006). Selain akibat penggunaan obat analgesik maupun
anestesi, tidak adanya kompresi yang terjadi pada persalinan tidak
spontan kemungkinan menyebabkan asfiksia (Cunningham, 2008).
Persalinan menggunakan forseps dapat berdampak buruk bagi bayi
baru lahir, tekanan dari forseps dapat menyebabkan perdarahan
intrakranial, edema intrakranial serta kerusakan medula oblongata
sebagai pusat pernapasan, hal inilah yang menyebabkan bayi
mengalami asfiksia. Pada persalinan menggunakan vakum asfiksia
dapat terjadi akibat edema jaringan saraf pusat ataupun perdarahan.
2. Mengapa dilakukan resusitasi neonatus?
- Dilakukan pada bayi baru lahir yang mengalami sumbatan jalan napas
- Dilakukan pada bayi yang mengalami kesulitan bernapas atau tidak
bernapas
- Dilakukan pada bayi baru lahir yang mengalami henti jantung.
- Diberikan ventilasi positip bila pernapasan tersengal atau apnue,
denyut jantung < 100 x/mnt, sianosis sentral menetap meskipun telah
diberikan oksigen
- Dilakukan pijatan jantung luar bila denyut jantung < 60 x/mnt
3. Bagaimana cara melakukan resusitasi neonatus?
4. Mengapa dilakukan pemberian VTP, apa indikasinya?
Bayi lahir apnea atau LDJ < 100/menit
5. Bagaimana cara melakukan pemberian VTP?
Kecepatan VTP 40-60 kali/menit
Efektif ditandai dnegan:
- Dada mengembang
- Laju denyut jantung membaik/meningkat
- Saturasi oksigen membaik/meningkat