NIM : CKR0180203
Kelas A Keperawatan
PROSEDUR
PENGUKURAN ANTHOPOMETRI
PEMERIKSAAN FISIK
11. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi
preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan
letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut
moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan
ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat
terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil
terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi
akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior
dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21.
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal
hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali,
kraniotabes dan sebagainya.
12. Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal
ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang
khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga
kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
13. Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
Periksa jumlah, posisi atau letak mata.
Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.
Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai
pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea.
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil
harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci
(kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina.
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau
retina.
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus
dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan.
Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami
sindrom down.
14. Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus
lebih dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia
koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring.
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal
ini kemungkinan adanya sifilis kongenital.
Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan.( Depkes
Ri,2003 ).
15. Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris.
Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang
kecil menunjukkan mikrognatia.
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang
berasal dari dasar mulut).
Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara
palatum keras dan lunak.
Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya
terjadi akibatvEpistein’s pearl atau gigi.
Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema
otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk
(tanda foote).
Bibir sumbing (Bennet & Brown, 1999).
16. Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.
Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas
dibagia atas.
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set
ears) .terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal.
17. Leher
Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada kelainan tulang leher.
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad
fleksus brakhialis.
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa
adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher
menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
18. Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada
bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa
kemungkinan adanya fraktur
19. Tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua
lengan ke bawah.
Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan
adanya kerusakan neurologis atau fraktur.
Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili.
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah
berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21.
Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut
sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
20. Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau
hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen
bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat
bernapas perlu diperhatikan.
Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan
tampak simetris.
Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.
21. Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
Gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan.
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika.
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali
atau tumor lainnya.
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten.(Lodermik, Jensen
2005).
22. Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa
posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis.
Periksa adanya hipospadia dan epispadias.
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua.
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora.
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina.
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding).(Lodermik,
Jensen 2005) (Lodermik, Jensen 2005).
23. Anus dan rectum
Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya.
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam
belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon
atau obstruksi saluran pencernaan.
24. Tungkai
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki
dengan meluruskan keduanya dan bandingkan.
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan
dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki.
25. Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak
kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula
spinalis atau kolumna vertebra.(Lodermik, Jensen 2005).
26. Kulit
Perhatikan kondisi kuli bayi.
Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir.
Periksa adanya pembekakan.
Perhatinan adanya vernik kaseosa.
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang
bulan.
Interpretasi:
1. Pada hasil pemeriksaan sektor personal sosial anak tidak ditemukan Fc
dan Fd, maka anak dinyatakan normal
2. Pada hasil pemeriksaan sektor motorik halus anak tidak ditemukan Fn,Fc
dan Fd, maka anak dinyatakan normal
3. Pada hasil pemeriksaan sektor bahasa anak tidak ditemukan Fc dan Fd,
maka anak dinyatakan normal
4. Pada hasil pemeriksaan sektor motorik kasar anak tidak ditemukan Fc dan
Fd, maka anak dinyatakan normal
Berdasarkan hasil pemeriksaan DDTK dan DDST yang lakukan pada anak
“N” adalah sebagai berikut:
1. BB / TB anak: 14 kg / 100 cm. (-2 SD s/d 2 SD Normal).
2. Lingkar Kepala: 48 cm. (lingkar kepala anak berada dalam jalur hijau
maka lingkaran kepala anak normal).
3. KPSP: Terdapat jawaban “Ya” ada 8, maka perkembangan anak
meragukan (M) dan jawaban “TIDAK” ada 1 pada perkembangan bicara
& bahasa.
4. TDD: Tidak ditemukan jawaban “TIDAK”, maka pendengaran anak tidak
mengalami gangguan pendengaran (normal).
5. TDL: VOD: Normal (3/3)
VOS: Normal (3/3)
6. KMME: Terdapat jawaban “YA” sebanyak 1, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan ada gangguan mental emosional pada
anak.
7. GPPH: Nilai total 7, jumlah nilai total kurang dari 13, maka masih dalam
batas normal.
8. DDST :
Sektor Personal Sosial: Lulus
Sektor Motorik Halus: Lulus
Sektor Bahasa: Lulus
Sektor Motorik Kasar: Lulus
Perkembangan - perkembangan berikutnya sesuai bertambahnya usia anak
perlu pemeriksaan kembali dan orang tua perlu memberikan latihan dan
menstimulus perkembangan anak sesering mungkin.
v Edukasi pada orang tua atau keluarga:
1. Libatkan orang tua atau keluarga dalam permaian edukasi sesuai
usiannya.
2. Libatkan anak dalam acara keluarga, seperti ajak anak makan bersama,
bermain bersama.
3. Konsulkan ke rahabilitasi medik, seperti Terapi Okupasi (tepai medis
yang terarah bagi pasien fisik maupun mental dengan menggunakan
aktivitas sebagai media terapi, dalam rangka memulihkan kembali fungsi
seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin).
4. Menerapkan hasil terapi untuk dilakukan sehari – hari di rumah.
Terapkan dan ajarkan anak untuk beraktivitas dengan teman – teman di
sekitarnya.
d. Carilah contoh kuesioner lain yang dapat dilakukan untuk mengukur tumbuh
kembang ana
Jawab :
1. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
2. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMEE)
3. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA)
Hasil pemeriksaan :
Tujuan deteksi/ skrining ini untuk mengetahui apakah perkembangan anak normal
atau tidak. Jadwal krining KPSP rutin dilakukan pada saat umur anak mencapai
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan bila orang tua datang
dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang pada usia anak
diluar jadwal krining maka gunakan KSPS untuk usia skiring terdekat yang lebih
muda alat yang di pakai. formulir KSPS berisi 9-10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak, petugas memeriksa kepada
orang tua dan anak formulir KSPS tersedia untuk setiap kelompok umur anak dari
3bulan hingga 72bulan.
Interpretasi hasil KSPS bila dijawab “YA” mencapai 9-10 berarti perkembangan
anak sesuai dengan tahap perkembangannya bila jawaban “YA” berjumlah 7-8
berarti perkembangan anak MERAGUKAN sedangkan bila jawaban “YA”
berjumlah 6 atau kurang berarti kemungkinan ada PENYIMPANGAN
perkembangan anak.
4. Carilah jurnal yang berkaitan dengan konsep bermain pada anak
a. Buatlah konsep bermain untuk anak post operasi (berkaitan dengan manajemen
nyeri)
Jawab :
Konsep bermain pada anak pasca post operasi adalah dengan teknik bermain
puzzle karena dengan bermain puzzle tidak menimbulkan rasa nyeri yang
berebihan pada anak pacso post operasi. Bermain puzzle dapat melatih fungsi
motorik halus dan motorik kasar pada anak , dengan bermain puzzle dapat
mengalihkan rasa nyeri pada anak post operasi cara bermain ini sangat efektif
pada anak yang dirawat di rumah sakit.
b. Buatlah konsep bermain untuk anak dengan paliatif care (contohnya pada anak
dengan cancer)
Jawab :
Konsep bermain pada anak cancer adalah dengan teknik bermain ring donat
berwarna karena dengan bermain ring donat berwarna tidak menimbulkan rasa
lelah pada anak kanker. Bermain ring donat berwarna dapat melatih motorik halus
anak dan dapat mengenalkan anak dengan warna-warna yang ada pada ring donat.
Kegiatan ini efektif sekali dilakukan di rumah sakit maupun dirumah.
Nama : Farika Sari
NIM : CKR0180203
Kelas Keperawatan A
1. Tn. X datang ke UGD dengan keluhan mengalami diare, demam lebih kurang 1
bulan turun naik, mual dan kadang disertai muntah, lidah terlihat kotor, berat badan
semakin hari semakin menurun. Dokter yang memeriksa Tn. X kemudian
berinisiatif untuk memeriksakan apakah Tn. X menderita penyakit HIV atau tidak.
Sebelum dilakukan pemeriksaan tersebut, dokter kemudian melakukan konseling
terlebih dahulu. Jelaskan langkah-langkah konseling yang dilakukan kepada Tn. X
Jawab :
Tahap Konseling Pra Tes
Tahap ini dilakukan pemberian informasi tentang HIV dan AIDS. Kemudian
konselor memulai diskusi dan klien diharapkan jujur menceritakan kegiatan
sebelumnya yang dicurigai dapat berisiko terpapar virus HIV, seperti
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari, riwayat aktivitas seksual, penggunaan
narkoba suntik, pernah menerima transfusi darah atau transplantasi organ,
memiliki tato dan riwayat penyakit terdahulu.
Tes HIV
Setelah klien mendapatkan informasi yang jelas melalui konseling pra tes,
maka konselor akan menjelaskan mengenai pemeriksaan yang bisa
dilakukan, dan meminta persetujuan klien untuk dilakukan tes HIV. Setelah
mendapat persetujuan tertulis, maka tes dapat dilakukan. Bila hasil tes sudah
tersedia, hasil tes akan diberikan secara langsung (tatap muka) oleh
konselor.
Tahapan Konseling Pasca Tes
Setelah menerima hasil tes, maka klien akan menjalani tahapan post
konseling. Apabila hasil tes negatif, konselor tetap akan memberi
pemahaman mengenai pentingnya menekan risiko HIV/AIDS. Misalnya,
melakukan hubungan seksual dengan lebih aman dan menggunakan
kondom. Namun, apabila hasil tes positif, maka konselor akan memberikan
dukungan emosional agar penderita tidak patah semangat.
2. Seorang perawat baru saja melakukan pergantian infus kepada pasien yang
terdiagnosa HIV/AIDS tanpa menggunakan pelindung atau handscoon karena
perawat tersebut mengira pasiennya hanya sakit biasa dan tanpa sengaja tangan
perawat tersebut terkena iv cateter pasien yang ada darahnya. Menurut saudara, apa
saja langkah-langkah yang harus ditempuh dengan adanya kejadian diatas
Jawab :
Sebaiknya segera ke dokter untuk dilakukan test dan mendapat terapi Post-
Exposure Prophylaxis (PEP). Mulai pemberian PEP dalam 72 jam setelah paparan
dapat mencegah kamu dari terkena HIV positif. Apabila hasil negatif, test akan
diulang 3 bulan kemudian.
3. Jelaskan bagaimana asuhan keperawatan bila ada ODHA yang sudah dalam kondisi
terminal
Jawab :
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan holistik
yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada penyakit
dan aspek pengobatan saja tetapi juga aspek psikososial lainnya. Salah satu metode
untuk membantu perawat dalam mengkaji psikososial pada klien terminal yaitu
dengan metode “ PERSON “
P : Personal Stranghai
Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup, kegiatan/ pekerjaan
E : Emotional Reaction
Reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien
R : Respon to Stres.
Respon klien terhadap situasi saat ini atau di masa lalu.
S : Support Sistem.
Keluarga atau orang lain yang berarti
O : Optimum Health Goal
Alasan untuk menjadi lebih baik ( motivasi )
N : Nexsus
Pengkajian yang perlu diperhatikan dengan klien penyakit terminal menggunakan
pendekatan :
a) Faktor predisposisi.
Faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit terminal, sistem
pendekatan bagi klien. Ras Kerud telah mengklasifikasikan pengkajian yang
dilakukan yaitu:
1. Riwayat psikososial
2. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis
3. Kemampuan koping
4. Tingkat perkembangan
5. Adanya reaksi sedih dan kehilangan
b) Faktor sosio kultural
Klien mengekspresikan sesuai tahap perkembangan, pola kultur terhadap kesehatan,
penyakit dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal
c) Faktor presipitasi
1. Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.
2. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian
3. Support dari keluarga dan orang terdekat
4. Hilangnya harga diri karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien
menarik
diri , cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup
d) Faktor perilaku
1. Respon terhadap klien
2. Respon terhadap diagnosa
3. Isolasi social.
e) Mekanisme koping
1) Denial
Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik yang
berfungsi sebagai pelindung klien untuk memahami penyakit secara
bertahap adalah :
a) Tahap awal ( Intial Stage )
Tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan “ saya harus meninggal
karena penyakit ini “
b) Tahap kronik ( Kronik Stage )
Persetujuan dengan proses penyakit “ Aku menyadari dengan sakit akan
meninggal tetapi tidak sekarang “ terjadi secara mendadak dan timbul
perlahan –lahan
c) Tahap akhir ( Finansial Stage )
Menerima kehilangaan “ saya akan meninggal “ kedamaian dalam
kematian sesuai kepercayaan
2) Regresi
Mekanisme klien untuk menerima ketergantungan fungsi perannya
3) Kompensasi
Suatu tindakan dimana klien tidak mampu mengatasi keterbatasan karena
penyakit yang dialami
4) Belum menyadari ( Clossed Awereness )
Klien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan akan kematian tidak
mengerti mengapa klien sakit
5) Berpura –pura ( Mutual Prelensa )
6) Menyadari ( Open Awereness )
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ancietas / cemas berhubungan dengan rasa takut
2. Isolasi sosial berhubungan dengan menarik diri
3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri fisiologi atau emosional
4. Depresi berhubungan dengan keadaan fisik yang bertambah parah dan
kunjungan keluarga yang tidak teratur
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan denial
6. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan rasa takut
7. Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan denial
8. Perubahn proses keluarga berhubungan dengan kehilangan anggota keluarga
9. Takut ( kamatian atau katidaktahuan ) berhubungan dengan tidak
memprediksi masa depan.
10. Antisipasi berduka berhubungan dengan antisipasi kehilangan..
11. Disfungsi berduka berhubungan dengan kehilangan
12. Putus harapan berhubungan dengan perubahan fungsi
13. Potensial self care defisit berhubungan dengan meningkatnya
ketergantungan pada orang lain tentang perawtan
14. Gangguan self konsep berhubungan dengan kehilangan fungsi fisik / mental
15. Dystress spiritual
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan perawatan pada klien terminal :
1. Membantu klien untuk hidup lebih nyaman dan sepenuhnya sampai
meninggal.
2. Membantu keluarga memberi support pada klien
3. Membantu klien dan keluarga untuk menerima perhatian
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. KOMUNIKASI
a. Denial, pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi:
1) Listening
Dengarkan apa yang diungkapkan klien
2) Sient
Mengkomunikasikan minat perawat pada klien secara non verbal
3) Broad opening
Mengkomunikasikan topik / pikiran yang sedang dipikirkan klien
b. Angger, pada tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi :
Listening: perawat berusaha dengan sabar mendengar apapun yang
dikatakan klien
4) Bargaining
a. Focusing
b. Bantu klien mengembangkan topik atau hal yang penting
c. Sharing perception
d. Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk
meluruskan kerancuan
2. Acceptance
a) Informing
Membantu dalam memberikan penkes tentang aspek yang sesuai dengan
kesejahteraan atau kemandirian klien
b) Broad opening
Komunikasikan kepada klien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan –
harapannya
c) Focusing
Membantu klien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan
menjaga agar tujuan komunikasi tercapai.
E. PERSIAPAN KLIEN
a. Fase Denial
1) Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan
suasana tenang
2) Menganjurkan klien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar
dari situasi sesungguhnya
b. Fase Anger
1) Membiarkan klien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa
yang akan dan sedang terjadi pada mereka.
2) Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
c. Fase Berganing
1) Ajarkan klien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang bermakna.
2) Dengarkan klien pada saat bercerita tentang hidupnya.
d. Fase Depresi
1) Perlakukan klien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
2) Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi klien jika ada asal pengertian harusnya
diklarifikasi.
e. Fase Acceptance
1) Bina hubungan saling percaya/ BHSP.
2) Pertahankan hubungan klien dengan orang – orang terdekat.