Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Dosen Pengampu : Islamiyati,AK.,MKM

Disusun Oleh:

HENI LESTARI (2115471020)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI DIII KEBIDANAN METRO
TAHUN 2022
TUGAS ASKEB KOMUNITAS

1. Membuat langkah-langkah IMD


Langkah-langkah IMD dalam Asuhan Bayi Baru Lahir adalah sebagai berikut:
1) Jika bayi tidak memerlukan resutasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala
dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks, setelah
dikeringkan selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali
pusat di klem.
2) Hindari mengeringkan tangan bayi, bau cairan amnion pada tangan bayi membantu
bayi mencari puting ibunya yang berbau sama.
3) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu tanpa
pakaian/bedong, kulit bayi melekat pada kulit ibu, kepala bayi harus berada diantara
payudara ibu tetapi lebih rendah dari puting.
4) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
5) Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya, jika perlu letakkan bantal di
bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi, biarkan
bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu.
6) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu
setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru menemukan puting setelah 1 jam.
7) Selama IMD sebaiknya ibu dan bayi selalu didampingi dan dipantau oleh tenaga
medis atau keluarga denganmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Posisi : bayi diposisikan dengan mulut dan hidung yang terlihat dan tidak
terhalang;
b. Warna kulit : warna pink (kulit dan atau selaput lender)
c. Pernafasan normal 40-60 kali/menit;
d. Suhu tubuh pada 60 dan 120 menit setelah kelahiran berkisar 36,5 derajat Celcius-
37,5 derajat Celcius; dan
e. Ibu dan bayi jangan pernah ditinggal sendirian

2. Membuat langkah-langkah pemeriksaan fisik


Langkah-langkah pemeriksaan fisik pada bayi
1) Melakukan informed consent pada ibu atau keluarga bayi
2) Memakai celemek untuk perlindungan diri
3) Mencuci tangan dengan sabun dan air DTT
4) Mengamati dan menilai keadaan bayi, meliputi:
a. Pernafasan
b. Warna kulit
c. Tangis bayi
d. Tonus otot dan tingkat aktivitas
e. Ukuran keseluruhan
5) Memeriksa tanda-tanda vital bayi, yaitu:
a. Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam 1 menit
lalu dicatat
b. Menghitung laju jantung dengan menggunakan stetoskope tepat diatas jantung
bayi selama 1 menit
c. Memeriksa suhu bayi, letakkan termometer pada aksila bayi tunggu selama 5-10
menit
d. Perhatikan air raksa pada skala berapa dan catat hasilnya.
6) Menimbang berat badan
a. Skala timbangan bayi tepat pada angka 0
b. Letakkan bayi pada timbangan dan lihat skala berapa, dan catat hasilnya
c. Rapikan dan bersihkan alat yang telah digunakan
7) Mengukur tinggi / panjang badan bayi
a. Persiapkan meja datar
b. Letakkan bayi dalam posisi ekstensi
c. Letakkan bayi pada garis tengah alat ukur (bila alat ukur tidak ada pakai meteran
dan letakkan meteran tepat ditengah)
d. Luruskan lutut bayi secara lembut
e. Dorong sehingga kaki ekstensi penuh dan mendatar pada meja datar yang
berukuran
f. Lihat berapa panjang atau tinggi bayi dengan melihat angka pada tumit kaki bayi
g. Catat hasilnya
8) Periksa keadaan kepala bayi
a. Periksa ubun-ubun, moulase, adanya benjolan dan daerah yang mencekung.
 Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Fontanel yang besar terjadi akibat prematuritas
atau hidrosefalus sedangkan terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika
fontanel menonjol diakibatkan peningkatan tekanan intracranial, sedangkan
yang cekung akibat dehidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara
fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21
 Perhatikan adanya kelainan congenital seperti mis: anensefali, mikrosefali,
kraniotabes dan sebagainya.
 Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedanum, cepal
hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
b. Ukur lingkar kepala bayi dengan melingkarkan pita pengukur mulai dari
pertengahan frontalis hingga ketulang atas telinga, oksipitalis atau belakang
kepala hingga kembali kefrontalis. Lihat dan catat hasil pemeriksaan
9) Periksa keadaan telinga bayi
 Tataplah mata bayi, bayangkan sebuah garis lurus melintas dikedua mata si bayi
secara vertikal untuk mengetahui bayi mengalami syndrom down. Daun telinga
yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom
tertentu (pierre-robin)
 Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel. Hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal
10) Periksa keadaan mata bayi
 Periksa jumlah, posisi atau letak mata
 Periksa kedua mata bayi apakah normal dan bergerak ke arah yang sama
 Tanda-tanda infeksi misalnya : pus
 Periksa adanya strabismus atau koordinasi mata yang belum sempurna
 Periksa adanya glaucoma congenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian
 Sebagai kekeruhan pada kornea
 Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat.
 Terkadabg ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina
 Periksa adanya trauma seperti pada palpebra, perdarahan konjunctiva atau retina
 Periksa adanya secret pada mata, konjuntivis oleh kuman gonokokus dapat
menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
 Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom
down
 Sentuh bulu mata untuk mengetahui refleks labirin
11) Periksa keadaan hidung dan mulut bayi
 Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih 2,5 cm.
 Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
 Periksa adanya secret yang mukopuluren yang terkadang berdarah, hal ini
kemungkinan adanya sifilis congenital
 Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan
 Periksa bibir bayi apakah ada sumbing/kelainan
 Refleks menghisap bayi (sucking refleks)
 Rooting refleks dinilai dengan menekan pipi sibayi maka bayi akan mengarahkan
kepalanya kearah jari anda atau pada saat sibayi menyusui dan dapat menilai
refleks menelan bayi (swalowing refleks)
12) Periksa keadaan leher bayi
 Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan
tulang leher
 Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus
brakhialis
 Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya
Pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
 Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan
adanya kemungkinan trisomi 21
13) Periksa keadaan dada bayi
 Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak
secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu
diperhatikan
 Pada bayi cukup bulan, putting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak
simetris
 Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
 Dengarkan bunyi jantung dan pernafasan menggunakan stetoskop
Ukur dada dengan pita cm. Ukuran normal <1-2 cm dari ukuran kepala
14) Periksa keadaan bahu, lengan dan tangan bayi
 Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan
ke bawah
 Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur
 Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
 Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21
 Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
Menimbulkan luka dan perdarahan
15) Periksa keadaan sistem saraf bayi
 Adanya refleks morro
 Lakukan rangsangan dengan suara keras, yaitu pemeriksa bertepuk tangan
16) Periksa keadaan abdomen bayi
 Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secra bersamaan dengan gerakan dada
saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan (palpasi)
 Jika perut sampai cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
 Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepatosplenomegali atau tumor
lainnya
 Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau
ductus omfaloentriskus persisten (kaji dengan palpasi). Periksa keadaan tali pusat,
kaji adanya tanda-tanda infeksi (kulit sekitar memerah, tali pusat
Berbau)
17) Periksa keadaan genetalia dan anus bayi
 Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm. Periksa posisi
lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan
fimosis.
 Periksa adanya hipospadia dan epispadia
 Skortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
 Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
 Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina. Terkadang tampak adanya
sekrat yang berdarah dar vagina. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormone
ibu (withdrawlbedding).
18) Periksa keadaan tungkai dan kaki bayi
 Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskan keduanya dan bandingkan
 Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kurangnya gerakan berkaitan dengan
adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis
 Periksa adanya polidaktili atau sidaktili pada jari kaki. Gerakan dan jumlah jari
untuk menilai refleks babynsky dan walking
19) Periksa keadaan anus bayi
 Periksa adanya kelainan atresia ani (pemerikasaaan dapat dengan memasukkan
thermometer rectal kedalam anus), kaji posisinya. Mekonium secara umum keluar
pada 24 jam pertama.jika sampai 48 jam belum keluar kemungkian adanya
mekonium plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
20) Periksa keadaan punggung bayi
Balikkan badan bayi dan lihat punggungnya, jalankan jari jemari anda untuk
menelusuri punggung bayi untuk merasakan benjolan pada tulang punggungnya.
21) Periksa keadaan kulit bayi
a. Verniks (tidak perlu dibersihkan untuk menjaga kehangatan tubuh bayi)
b. Warna kulit
c. Pembengkakan atau bercak-bercak
Amati tanda lahir bayi, mongolord (hitam hijau) dan salmon (merah)
22) Mencatat seluruh hasil pemeriksaan dan laporkan setiap kali ada kelainan yang anda
temukan pada saat pemeriksaan
23) Membereskan alat dan mencuci tangan

3. Membuat langkah-langkah rawat gabung


A. Persiapan
Untuk melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi yang perlu dipersiapkan adalah
institusipelayanan, ibu hamil, suami dan atau keluarga, petugas, sarana dan prasarana
pelayanan.
1. Institusi Pelayanan :
a. Perlu adanya kebijakan yang tertulis dari Rumah Sakit yang merupakan
komitmendari unsur terkait untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan Rawat
Gabung Ibudan Bayi.
b. Rawat gabung Ibu dan bayi merupakan salah satu kegiatan atau program
untuk mendukung keberhasilan menyusui pada program sayang ibu dan
sayang bayi.
c. Program Sayang ibu dan sayang bayi dengan memberikan hak ibu antara lain
mendapat pelayanan yang sesuai standar, dekat dengan bayinya, bisa
mencurahkan kasih sayang sesuai keinginan.
d. Hak bayi antara lain mendapatkan gizi terbaik untuk tumbuh dan kembang.
Giziyang terbaik bagi bayi adalah air susu ibu (ASI) yang tidak dapat
tergantikan oleh apapun, dan juga dapat setiap saat mendapatkan ASI sesuai
kebutuhan,mendapat kasih sayang, dan selalu dekat dengan ibunya.
 
2. Ibu hamil, suami dan atau keluarga :
a. Salah satu faktor keberhasilan menyusui adalah kesiapan calon ibu dan
dukungandari keluarga. Sehingga sejak awal ibu hamil sudah memahami
pengertian rawatgabung.
b. Suami dan keluarga perlu juga mendapatkan informasi tentang rawat gabung
ibudan bayi sejak masa kehamilan pada waktu pelayanan Antenatal Care
(ANC).
c. Informasi dapat diperoleh melalui sosialisasi tentang rawat gabung ibu dan
bayiminimal 2 kali pertama pada ANC (trimester I dan II), dimulai
secara kelompok,dilanjutkan dengan konseling kepada ibu, suami, keluarga.

3. Petugas
Kesiapan petugas dalam melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi adalah sebagai
berikut :
a. Memahami pentingnya rawat gabung untuk kesejahteraan ibu dan bayi.
b. Mampu menilai persyaratan ibu dan bayi untuk dilakukan rawat gabung.
c. Terampil dalam memberikan asuhan rawat gabung untuk kesejahteraan ibu
dan bayi.
d. Terampil melakukan asuhan pada ibu dan bayi yang lahir dengan tindakan.
e. Mampu menolong ibu dalam memposisikan bayi dan perlekatan yang baik.
f. Mampu menolong ibu dalam mengatasi kendala yang timbul dalam
menyusuibayinya, misalnya puting ibu lecet, payudara bengkak.
g. Mampu menolong ibu memerah ASI, bila atas indikasi medis bayi harus
berpisahdari ibunya.
h. Memahami dan mampu melaksanakan laktasi yang benar.
i. Pelatihan petugas untuk menghindari hambatan dalam pelaksanaan rawat
gabung.
 
4. Sarana dan prasarana Pelayanan Rawat Gabung
Untuk melaksanakan rawat gabung perlu adanya sarana dan prasarana yang
mendukung, antara lain :
a. Ruang poli kebidanan atau Antenatal Care (ANC) dilengkapi dengan dengan
ruangkonsultasi dan pojok laktasi.
b. Kamar Bersalin; Ruang Nifas dengan Rawat Gabung dengan ruang
penyuluhan dan bimbingan.
c. Ruang perinatologi dilengkapi dengan ruang istirahat bagi ibu yang
bayinyadirawat.
d. Sarana dan prasarana yang tersedia harus memenuhi persyaratan rawat
gabungdisesuaikan di masing-masing institusi/fasilitas pelayanan persalinan
dan dikomunitas.

B. Pelaksanaan Rawat Gabung Ibu Dan Bayi


1. Pelaksanaan rawat gabung hendaknya disiapkan semenjak perawatan kehamilan
(ANC).
2. Diawali dengan inisiasi menyusu dini pada masa persalinan di kamar bersalin.
3. Dilanjutkan Rawat Gabung di Ruang nifas, sebagai berikut:
a. Menyusui On Cue (melihat tanda-tanda bayi ingin menyusui)
b. Menyusui Eksklusif.
c. Asuhan Bayi Baru Lahir antara lain :
1) Mencegah hypothermi
2) Pemeriksaan klinis bayi
3) Perawatan Umum (merawat tali pusat, mengganti popok, memandikan
bayi,menjaga hygiene bayi)
4) Deteksi dini bayi baru lahir.
d. Asuhan Ibu Nifas antara lain:
1) Puerperium
2) Breast care, termasuk memerah dan menyimpan ASI
3) Pendampingan menyusui, termasuk perlekatan dan posisi menyusui
yangbenar, mengenali tanda bayi ingin menyusu, dan tanda bayi telah puas
dalammenyusu.
4) Mengenali hambatan pada nifas
5) Asuhan ibu nifas pasca Tindakan
6) Membantu ibu bila ditemukan penyulit dalam menyusui (kelainan
puting,pembengkakan mamae engorgement , dll)
7) Senam nifas.
e. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Keberhasilan dalam melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi, untuk
mendukung keberhasilan menyusui, calon ibu perlu mendapatkan informasi
tentang berbagaihal sebagai berikut :
1) Nutrisi ibu menyusui
2) Pengetahuan tentang menyusui secara eksklusif
3) Kerugian bila bayi tidak mendapat ASI
4) Manajemen laktasi yang benar, termasuk kendala-kendala dalam
menyusuibayi
5) Mengenali tanda-tanda bahaya pada ibu dan bayi
6) Perawatan Payudara
7) Cara memerah, menyimpan, dan memberikan ASI dengan sendok
8) KB terutama Metode Amenorhoe Laktasi (MAL).

C. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan merupakan bukti dari kualitas pelayanan atau asuhan yang diberikan
kepadaibu dan bayi, hal-hal yang perlu ditulis/direkam pada pencatatan dan pelaporan
rawat gabung adalah :
1. Catatan Perkembangan Klien Rawat Gabung sebagai bukti asuhan yang diberikan
oleh bidan dengan menggunakan metode SOAP tercatat sebagai berikut :
S(subyektif) catatan data hasil pertanyaan kepada klien atau keluarga; O
(obyektif)catatan data hasil pemeriksaan fisik dan atau penunjang; A (analisa)
catatan diagnosaatau kesimpulan tentang kondisi klien : P (penatalaksanaan)
catatan tindakan bidanyang mandiri, kolaborasi maupun rujukan.
2. Cakupan rawat gabung :
a. Jumlah rawat gabung
- Rawat Gabung Penuh
- Rawat Gabung Partial
b. Inisiasi menyusu dini
c. Menyusui On Cue
3. Jumlah Persalinan
a. Persalinan Normal
b. Persalinan Tindakan
4. Jumlah Ibu dan Bayi yang bermasalah dalam menyusui
5. Jumlah rujukan (dirujuk dan menerima rujukan).

Pencatatan  dan pelaporan menggunakan sistem dan format yang telah ada


misalnyadengan mencatat asuhan yang diberikan oleh petugas untuk ibu dan bayi,
pada RekamMedis (RM) 13 dan RL 1 hal 2, serta pada buku KIA. Alur pelaporan
mengikuti sistemyang telah ada misalnya di RS dari ruangan kemudian dikoordinir
oleh bagian pencatatandan pelaporan RS. Pencatatan dan pelaporan ini penting
dilaksanakan, sebab catatan inimerupakan data yang dapat dianalisis dan dapat
digunakan sebagai bahan informasi.

D. Monitoring Dan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting dalam melaksanakan
suatuprogram atau kegiatan. Kegiatan ini untuk melihat pelaksanaan suatu program
mulai dariproses awal sampai akhir kegiatan Dengan melakukan monitoring dan
evaluasi. yang dilakukan berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan :
1. Indikator keberhasilan yang dilihat antara lain:
a. Semua ibu dan bayi mendapat perawatan gabung
b. Tidak ada susu formula di ruang rawat gabung.
c. Menyusui secara eksklusif 100%.
Untuk melaksanakan monitoring perlu adanya koordinator, sehingga
pelaksanaandapat dipertanggungjawabkan, dan dapat diketahui bila ada
penyimpangan.Hasil monitoring dilaporkan dan bila ada penyimpangan
ditindaklanjuti, sebaliknyabila ada peningkatan perlu diberikan penghargaaan.
Sehingga monitoring danevaluasi berkaitan erat dengan sistem penghargaan
dan sanksi.
2. Alat monitoring dan evaluasi yang perlu dipersiapkan adalah :
Daftar tilik untuk monitor tenaga, sarana dan prasarana, pelayanan,Standar
Operating Prosedur (SOP) bayi lahir normal dan dengan Tindakan.

Anda mungkin juga menyukai