A. URAIAN TEORI
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0 – 28 hari). Periode neonatal adalah
periode yang paling rentan untuk bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang
dibutuhkan pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi
membuktikan kerentanan hidup selama periode ini. Transisi kehidupan bayi dari intrauterin ke
ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologis. Banyak masalah pada bayi
baru lahir yang berhubungan dengan kegagalan penyesuaian yang disebabkan Asfiksia,
Prematuritas, kelainan kongenital yang serius, infeksi penyakit, atau pengaruh dari persalinan.
A. URAIAN TEORI
Pemantauan pertumbuhan memerlukan standar yang tepat yang untuk mendeteksi dini
adanya gangguan pertumbuhan, memantau status gizi serta dapat meningkatkan gizi anak,
menilai dampak kegiatan intervensi medis dan nutrisi, serta deteksi dini penyakit yang
mendasari gangguan pertumbuhan. Selain pengukuran dasar anak, pemantauan pertumbuhan anak
dapat dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining / pemeriksaan
KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak
belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang
terdekat untuk pemeriksaan rutin.
B. PROSEDUR
pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 25 Cm sebanyak 6
buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0.5 - 1 Cm.
Cara menggunakan KPSP:
1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan umur anak lebih 16 hari dibulatkan
menjadi 1 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
5. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anakh Contoh: dapatkah bayi makan kue sendiri
6. Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada
KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya
secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.
7. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan
ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
8. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1
jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
9. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu.
10. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
A. URAIAN TEORI
Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit dengan cara
memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang telah dilemahkan (vaksin) ke dalam
tubuh sehingga merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap jenis antigen tersebut dimasa yang
akan datang. Imunisasi boleh saja diberikan pada semua umur. Namun beberapa imunisasi akan
lebih efektif apabila diberikan pada usia tertentu. Misalnya ada yang efektif pada bayi, anak-anak,
remaja, dewasa bahkan Manula. Semua itu tergantung jenis imunisasi yang diinginkan.
a. Imunisasi diberikan supaya bayi siap dengan lingkungan baru (setelah lahir) karena tidak
ada lagi kekebalan tubuh alami yang ia dapatkan dari ibu seperti ketika masih dalam
kandungan.
b. Apabila belum dilakukan vaksinasi dan kemudian terkena kuman yang menular, maka
kemungkinan besar tubuhnya belum kuat untuk melawan penyakit tersebut. Sehingga
degan adanya imunisasi ini tubuh sang buah hati menjadi lebih kuat.
NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan dilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
5. Melilitkan plastik pada leher ampul dengan erat
6. Mempertahankan ampul vaksin pada lehernya dengan hati-hati keluar dari lilitan
7. Melarutkan vaksin BCG dengan pelarut vaksin BCG
Gunakan semprit 5 cc yang steril
8. Menggoyang-goyangkan ampul vaksin hingga vaksin larut secara merata
9. Mengisi semprit dengan vaksin BCG menggunakan semprit 0,1 cc
10. Mengeluarkan gelembung udara
Perhatikan agar vaksin tidak terlalu banyak atau sedikit, ukur agar piston tepat pada
skala 0,05 cc
11. Mengatur posisi bayi
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
12. Membersihkan lengan kiri bayi dengan menggunakan kapas yang dibasahi air matang
13. Memegang lengan anak dengan tangan kiri dan memegang semprit dengan tangan
kanan, lubang jarum semprit menghadap ke atas
14. Memasukkan ujung jarum ke dalam kulit sedikit mungkin melukai kulit
Penyuntikan dilakukan pada 1/3 lengan kanan bagian atas, suntikan dilakukan secara
intra cutan
15. Meletakkan ibu jari tangan kiri di atas ujung barrel. Memegang pangkal barrel antara jari
telunjuk dan jari tengah, lalu dorong piston dengan ibu jari tangan kanan
16. Menyuntikkan 0,05 cc vaksin BCG
17. Mencabut jarum setelah vaksin habis
18. Merapikan kembali alat-alat yang telah dipergunakan
19. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
20. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan memberitahukan
hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi
NO LANGKAH - LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan dilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka tutup metal dan tutup karet pada flakon vaksin polio
Pastikan vaksin belum kadaluarsa
5. Memasang pipet plastik pada flakon
6. Mengatur posisi bayi, untuk lebih memudahkan bayi dapat sambil dipangku oleh ibunya
7. Menekan kedua pipi bayi dengan menggunakan kedua jari tangan kiri, sehingga bayi
membuka mulutnya
Lakukan dengan lembut dan hati-hati, jangan sampai melukai bayi
8. Tangan kanan memegang flakon vaksin polio, lali meneteskan 2 tetes vaksin ke mulut
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 14
bayi
9. Merapikan kembali alat-alat yang telah dipergunakan
10. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu mengeringkannya
11. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan memberitahukan
hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi
NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan dilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
5. Mengusap karet penutup pada flakon dengan menggunakan kapas basah sebagai
tindakan desinfeksi
6. Mengambil semprit steril ukuran 1 cc dan memasang jarum DPT ke dalam semprit
tersebut
7. Membuka tutup jarum dan menghisap udara ke dalam semprit sebanyak 0,5 cc
Lakukan dengan hati-hati sewaktu melakukannya, jaga agar tetap steril
8. Menusukkan jarum ke dalam karet penutup flakon lalu masukkan udaranya ke dalam
flakon
9. Membalikkan flakon vaksin sehingga posisi berada di atas jarum, lalu menyedot 0,5 cc
vaksin ke dalam semprit
Lakukan dengan benar dan hati-hati, sewaktu mengisikan vaksin perhatikan vaksin
sudah tercampur dengan rata dan tidak ada vaksin yang beku
10. Mencabut jarum dari flakon, semprit di tegak luruskan ke atas untuk melihat apakah
terdapat gelembung udara, doronglah piston sehingga gelembung udara keluar
11. Mengatur posisi bayi, bayi dapat dipangku oleh ibu atau dibaringkan dengan dipegangi
oleh ibu
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
12 Menyuntikkan vaksin DPT sebanyak 0,5 cc pada paha sebelah luar dengan suntikan IM
13 Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
14 Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
15 Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan memberitahukan
hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi
NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan dilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Mempersiapkan posisi bayi
Penyuntikan dilakukan pada 1/3 paha bagian luar secara IM
5. Mengambil uniject dari dalam termos vaksin/lemari pendingin
Pastikan uniject tidak kadaluarsa
6. Membuka kantong alumunium/plastik dan mengeluarkan uniject
7. Memegang uniject pada leher dan tutup jarum dengan memegang keduanya di antara jari
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 15
telunjuk dan jempol
8. Mendorong tutup jarum ke arah lateral dengan tekanan
9. Meneruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum dan leher
Saat uniject diaktifkan akan terasa ada hambatan dan rasa menembus lapisan
10. Membuka tutup jarum
11. Memegang uniject pada bagian leher dan memasukkan jarum pada bayi
Pada imunisasi jenis uniject tidak diperlukan aspirasi. Sewaktu penyuntikan usahakan
anak berada dalam keadaan tenang
12. Memijat reservoir dengan kuat untuk memasukkan vaksin, setelah reservoir kempis
cabut uniject dari paha bayi dengan cepat. Pastikan seluruh uniject masuk ke tubuh bayi
13. Membuang uniject yang sudah tidak terpakai di tempat benda tajam
14. Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
15. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
16. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan memberitahukan
hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi
A. URAIAN TEORI
Keluarga berencana adalah suatu upaya yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran
sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau
masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat dari kelahiran
tersebut.
b. Mengusahakan kelahiran yang diinginkan, yang tidak akan terjadi tanpa campur tangan ilmu
kedokteran.
e. Memberi penerapan pada masyarakat mengenai umur yang terbaik untuk kehamilan yang
pertama dan kehamilan yang terakhir (20 tahun dan 35 tahun).
3. Manfaat KB
Untuk Ibu
Untuk Ayah
b. Perkembangan mental dan emosi lebih baik karena perawatan cukup dan lebih dekat dengan
ibu.
IUD
a. IUD adalah alat yang dipasang dalam rongga rahim ibu, ada yang berbentuk spiral, huruf T,
dan berbentuk kipas.
b. IUD berguna untuk mencegah pertemuan ovum. Sehingga keduanya tidak bisa bertemu dan
tidak terjadi pembuahan.
c. Kontaindikasi IUD:
5) Ibu dengan pendarahan yang tidak normal dan tidak diketahui penyebabnya.
9) Alergi tembaga.
d. Keuntungan
e. Efek samping
PIL KB
Adalah berisikan hormon esterogen dan progesterone, digunakan untuk mencegah terjadinya
evulasi dan mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma tidak menembus kedalam rahim.
a. Kontaindikasi pil KB :
7). Hipertensi.
9). Migrain.
b. Keuntungan:
Sangat mudah digunakan, cocok bagi pasangan muda yang baru menikah untuk menunda
kehamilan pertama.
c. Efek samping:
Perdarahan,berat badan naik, pusing, mual, muntah, perubahan libido, rambut rontok.
Adalah obat suntik yang hanya mengandung progesterone, digunakan untuk mencegah lepasnya sel
telur, menipiskan endometrium sehingga nidasi melekat, pertumbuhan hasil pembuahan terlambat dan
mengentalkan mulut rahim.
a. Kontra indikasi
3) Mengidap tumor.
c. Keuntungan:
Praktis, efektif, aman, dan cocok untuk para ibu yang menyusui.
Terlambat atau tidak mendapatkan haid, perdarahan diluar haid, keputihan, jerawat, libido menurun,
perubahan berat badan.
Kontrasepsi suntikan di Indonesia adalah salah satu kontrasepsi yang popular. Kontrasepsi
suntikan yang digunakan ialah long-acting progestin, yaitu Noretisteron enantat (NETEN) dengan
nama dagang Noristrat dan Depomedroksi progesterone acetat (DMPA) dengan nama dagang
Depoprovera. Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera setelah
keguguran, dan pada masa interval sebelum hari kelima haid. Teknik penyuntikannya yaitu
secara intramusculer dalam, di daerah m. gluteus maksimus atau deltoideus. Kontraindikasi
kontrasepsi suntikan kurang lebih sama dengan kontrasepsi hormonal lainnya. Efek samping
yang berupa gangguan haid ialah amenorea, menoragia, dan spotting. Efek samping lain yang
bukan merupakan gangguan haid dan keluhan subjektif lainnya juga kurang lebih sama dengan
kontrasepsi hormonal lainnya.
1. Sangat efektif.
2. Aman.
Jenis
Cara Kerja:
1. Mencegah ovulasi.
Keuntungan:
Keterbatasan :
3. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan).
6. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, Hepatitis B Virus, atau infeksi
virus HIV.
8. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya perusakan atau kelainan pada
organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dai deponya
(tempat suntikan).
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).
10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan
libido, sakit kepala, nervositas, jerawat.
1. Usia reproduksi.
8. Perokok.
9. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau
anemia bulan sabit.
10. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rifampisin).
14. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi.
1. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7/100.000 kelahiran).
4. Terutama amenorea.
1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut
tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya
secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan tidak
perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan jenis
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dan
segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7
hari setelah di suatukan tidak boleh berhubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat
diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid atau dapat diberikan setiap saat
setelah hari ke-7 siklus haid, asal ibu tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan
setiap saat selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya penglihatan.
5. Perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali lebih banyak
dalam satu periode masa haid.
SUSUK KB (IMPLAN)
Adalah suatu alat yang dimasukkan kebawah kulit, misalnya pada lengan atas bagian dalam,
digunakan untuk mencegah ovulasi, menebalkan getah servik, membuat tidak siapnya
endometrium untuk nidasi dan jalannya ovum terganggu.
a. Kontra indikasi
c. Efek samping : Tidak mendapatkan haid, perdarahan, timbul jerawat,mual berat badan
menurun, migrain, libido menurun.
Adalah alat kontrasepsi terbuat dari karet yang tipis, biasanya digunakan oleh para lelaki,
digunakan untuk menghalangi masuknya sperma kedalam rahim.
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan di antaranya
lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya
berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu
0,02 mm.
Jenis Kondom
a. Kondom biasa
c. Kondom beraroma
Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun belum
populer.
c. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau transisi mikroorganisme penyebab (IMS termasuk
HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom
yang terbuat dari lateks dan vinil).
Efektivitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali
berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif.
Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100
perempuan per tahun.
Manfaat Kondom
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan
nonkontrasepsi.
Keterbatasan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
Penilaian Klien
Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan
khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu
dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah
KONDOM
Baik digunakan Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB Mempunyai pasangan yang berisiko tinggi
Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam penggunaan
kondom dan kepuasan dalam menggunakannya. Apabila masalah timbul karena kekurangtahuan
dalam penggunaan, maka sebaiknya informasikan kembali kepada klien dan pasangannya.
Apabila masalah yang timbul dikarenakan ketidaknyamanan dalam pemakaian, maka berikan dan
anjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.
Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi kondom.
c. Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya
pada saat membuka kemasan.
d. Pemasangan kondom pada saat penis ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis dan
tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan
jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
sebelum penetrasi penis ke vagina.
i. Sediakan kondom dalam jumlah yang cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang
panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.
j. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh/kusut.
k. Jangan gunakan minyak goreng atau pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera
merusak kondom
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual
pada masa subur/ovulasi.
1) MANFAAT
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun
konsepsi.
b. Manfaat konsepsi : dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan
melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan
bisa hamil.
2) KEUNTUNGAN
3) KETERBATASAN
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga
memiliki keterbatasan, antara lain:
c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
d. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
4) EFEKTIVITAS
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan
minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila
digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan
kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan
dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per
100 wanita per tahun.
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
a. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran
reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
c. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
6) PENERAPAN
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35
hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali
siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah
dicatat.
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12
hingga hari ke-16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung
sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada
tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret.
Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila
ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontras 2.
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan
hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.
Rumus:
LANGKAH / KEGIATAN
KONSELING UMUM
1. Mengucapkan salam
2. Memberikan informasi umum tentang KB. KB adalah suatu upaya yang mengatur banyaknya
jumlah kelahiran.
3. Memberikan informasi tentang jenis alat kontrasepsi yang ter sedia di pelayanan dan
menjelaskan masing-masing alatkontrasepsi dimana dan bagaimana alat kontrasepsi tersebut
digunakan, mekanisme kerja masing-masing kontrasepsi:
a. Alat kontrasepsi hormonal
1) Pil
Adalah berisikan hormon esterogen dan progesterone yang diminum rutin setiap
hari pada jam yang sama, digunakan untuk mencegah terjadinya evulasi dan
mengentalkan lendir mulut rahim.
2) Suntik
Adalah obat suntik yang hanya mengandung progesterone, digunakan untuk
mencegah lepasnya sel telur, menipiskan endometrium, pertumbuhan hasil pembuahan
terlambat dan mengentalkan mulut rahim.
3) Implant
Suatu alat yang dimasukkan kebawah kulit, misalnya pada lengan atas bagian
dalam, digunakan untuk mencegah ovulasi, menebalkan getah servik, membuat tidak
siapnya endometrium untuk nidasi dan jalannya ovum terganggu.
4) Alat kontrasepsi nonhormonal
b. IUD
Alat yang dipasang dalam rongga rahim ibu, ada yang berbentuk spiral, huruf T, dan
berbentuk kipas, IUD berguna untuk mencegah pertemuan ovum dan sperma.
c. Kondom
Alat kontrasepsi terbuat dari karet yang tipis, biasanya digunakan oleh para lelaki,
digunakan untuk menghalangi masuknya sperma kedalam rahim.
KONSELING SPESIFIK
4. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
5. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat dsb).
6. Tanyakan tujuan reproduksi (KB) yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak
kehamilan atau ingin membatasi jumlah anaknya).
7. Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien, yang mungkin menentang penggunaan salah
satu metode KB.
8. Diskusikan pertimbangan, kebutuhan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang simpatik.
9. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat.
10. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping AKDR Cu T 380 A, sampai benar-benar
A. URAIAN TEORI
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra-Uterine Device (IUD) adalah alat
kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terbuat dari
plastik yang dililit tembaga atau tembaga bercampur perak yang dapat berisi hormon. Waktu
penggunaannya bisa mencapai 10 tahun.
Efek samping yang umum terjadi: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
setelah itu akan berkurang), haid lebih lama dan lebih banyak, perdarahan (spotting) antar
menstruasi, saat haid lebih sakit.
Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV/AIDS.
Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-ganti pasangan atau yang
menderita IMS.
Kehamilan
Gangguan perdarahan
Peradangan alat kelamin
Kecurigaan kanker pada alat kelamin
umor jinak rahim
Radang panggul.
JENIS-JENIS IUD DALAM PROGRAM KB NASIONAL
2. Cu T 380 A, Spekulum Cocor Bebek, Tenakulum, Sonde rahim, gunting, tampon tang, gunting,
klem aligator, sarung tangan, kain penutup tubuh, model anatomik, ember untuk cairan
dekontaminasi, sabun
B. PROSEDUR
NO LANGKAH – LANGKAH
PENGETAHUAN
KONSELING AWAL
1 Sapa klien dengan ramah, perkenalkan diri anda dan tanyakan tujuan kedatangannya
2 Berikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
3 Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta keuntungan
dari masing- masing kontrasepsi termasuk perbedaan antara kontap dan metode
reversibel :
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 33
- Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tersebut digunakan
- Jelaskan bagaimana cara kerja
- Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang mungkin akan
dialami
4 Jelaskan apa yang bisa diperoleh
KONSELING METODE KHUSUS
1 Berikan jaminan akan kerahasian yang diperlukan klien
2 Kumpulkan data data pribadi klien ( nama, alamat, dsb )
3 Tanyakan tujuan KB yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak kelahiran
atau ingin membatasi jumlah anaknya )
4 Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien yang mungkin menentang penggunaan
salah satu metode KB
5 Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang
simpatik
6 Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat
7 Bila klien memilih AKDR :Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping AKDR
Cu T 380 A, sampai benar-benar dimengerti oleh klien
KONSELING PRA PEMASANGAN & SELEKSI KLIEN
1 Lakukan seleksi klien (anamnesa) secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah
2 kondisi kesehatan sebagai pemakai AKDR
Tanyakan Riwayat kesehatan Reproduksi :
Tanggal haid terakhir, lama haid, pola perdarahan haid
Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
Riwayat kehamilan ektopik
Nyeri yang hebat setiap haid
Anemia yang berat ( Hb < 9 gr % atau Hm < 30 )
Riwayat infeksi sistem genital ( ISG ), penyakit hubungan seksual ( PHS ) atau
infeksi panggul
Berganti – ganti pasangan ( Risiko ISG tinggi )
Kanker serviks
3 Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan apa yang
akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan
4 Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci kemaluannya
menggunakan sabun
5 Cuci tangan dengan air dan sabun keringkan dengan kain bersih
6 Tolong klien naik ke meja pemeriksaan
7 Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya
didaerah supra pubik
PEMERIKSAAN PANGGUL
1 Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul
2 Atur lampu yang terang untuk melihat serviks
3 Pakai sarung tangan yang sudah di DTT
4 Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT
5 Lakukan inspeksi pada Genitalia Eksterna
6 Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini, amati adanya nyeri atau ”discharge”
7 Masukkan Spekulum vagina
8 Lakukan pemeriksaan spekulum :
- Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina
- Inspeksi serviks
Bila ada sekret vagina yang mencurigakan, dilakukan pemeriksaan spesimen. Bila
tidak, dilakukan pembersihan vagina, porsio dan sekitarnya dengan khasa + larutan
betadine.
9 Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada tempat semula
dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan
10 Lakukan pemeriksaan bimanual :
- Pastikan gerakan serviks bebas
- Tentukan besar dan posisi uterus
- Pastikan tidak ada kehamilan
- Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
11 Lakukan pemeriksaan retrovaginal bila ada indikasi :
- Kesulitan menentukan besar uterus retroversi
- Adanya tumor pada Cavum Douglasi
NO LANGKAH – LANGKAH
PENGETAHUAN
KONSELING PRA PENCABUTAN
1 Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
2 Tanyakan tujuan dari kunjungannya
3 Tanyakan apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut dan jawab semua
pertanyaannya
4 Tanyakan tujuan dari Keluarga Berencana selanjutnya (apakah klien ingin mengatur
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 36
jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
5 Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat proses
pencabutan dan setelah pencabutan
TINDAKAN PRA PENCABUTAN
1 Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci kemaluannya
mengguakan sabun.
2 Bantu Klien naik ke meja pemeriksaan
3 Cuci tangan dengan air sabun , keringkan dengan kain bersih
4 Pakai sarung tangan baru yang telah di DTT
5 Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT
TINDAKAN PENCABUTAN
1 Lakukan pemeriksaan bimanual :
Pastikan gerakan serviks bebas
Tentukan besar dan posisi uterus
Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
2 Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
3 Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
4 Jepit benang yang dekat dengan klem.
5 Tarik keluar benang dengan mantap tetapi hati-hati untuk mengeluarkan AKDR
6 Tunjukkan AKDR tersebut pada klien, kemudian rendam dalam klorin 0,5 %
7 Keluarkan spekulum dengan hati-hati
TINDAKAN PASCA PENCABUTAN
1 Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0.5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
2 Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kas, sarung tangan sekali pakai )
ketempat yang sudah disediakan
3 Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan 0.5 %,
kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam klorin tersebut
4 Cuci tangan dengan air dan sabun
5 Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
KONSELING PASCA PENCABUTAN
1 Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah ( misalnya
pendarahan yang lama atau rasa nyeri pada perut / panggul )
2 Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang diberikan
3 Jawab semua pertanyaan klien
4 Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta
keuntungan dari masing-masing alat kontrasepsi bila klien ingin tetap mengatur jarak
kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya
5 Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru atau berikan alat kontrasepsi
sementara sampai klien dapat memutuskan alat kontrasepsi baru yang akan dipakai
6 Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR
A. URAIAN TEORI
Alat kontrasepsi Bawah Kulit atau Implan adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik
berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang dipasang dibawah kulit. Metode kontrasepsi
hormonal ini efektif dan tidak permanen dalam mencegah terjadinya kehamilan.
AKBK berbentuk silastik lembut dan berongga dan ujungnya tertutup sehingga aman jika
dimasukan di bawah kulit. Jenis AKBK yang sering digunakan, antara lain:
a. Norplan.
b. Implanon terdiri atas satu batang kapsul polimer (ethylene vinyl acetate).
KONSELING AWAL
1. Profil
a. Efektivitas 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon.
b. Nyaman.
f. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea.
Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja
3 tahun.
3. Cara kerja
d. Menekan ovulasi.
4. Keuntungan
SELEKSI KLIEN
a. Usia reproduksi.
f. Pascakeguguran.
a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7, tidak diperlukan metode
kontrasepsi tambahan.
b. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila insersi
setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
c. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi
kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk
7 hari saja.
d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi dapat dilakukan
setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.
e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan
setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan alat
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan Implan insersi
dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien
menggunakan kontrasepsi kontrasepsi terdahulu dengan benar.
g. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, Implan dapat diberikan pada saat
jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.
h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR) dan klien
ingin menggantinya dengan Norplant, insersi Norplant dapat dilakukan setiap saat, asal saja
diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
i. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan Implan,
Indoplant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera
dicabut.
5. Sepasang handscon.
9. Spuit (5-10cc).
10. Trokar.
11. Skalpel.
PENCABUTAN IMPLAN
1) Ibu hamil
3) Terdapat ekspulsi
2) Menanyakan pada klien apakah ingin mengatur jarak kehamilan atau ingin membatasi
kelahiran
3) Menceritakan secara ringkas proses pencabutan yaitu sama seperti dulu waktu dipasang nanti
akan sakit sedikit dan memerlukan waktu 10-20 menit.
1) Tempat tidur
5) Keranjang dan tas plastik yang tidak bocor untuk tempat kotoran
6) Obat anastesi
7) Spuit 5cc
9) Tiga mangkuk kecil steril, yaitu untuk laruta antiseptic (betadin), satu untuk merendam kapas
dalam air steril untuk membersihkan bedak pada handscoen, satu berisi larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi kapsul yang sudah dicabut dan klem/pinset untuk deinfeksi.
13) Klem pemegang Implan (modifikasi klem vasektomi tanpa pisau) untuk teknik U
14) Kom berisi larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi alat-alat dari logam maupun untuk duk
dan handscoen harus disendirikan dan tidak jadi satu.
Metode standar pencabutan menggunakan klem mosquito atau crile untuk menjepit kapsul
telah digunakan sejak awal 1980-an. Sejak itu telah banyak dilaporkan modifikasi dari metode
standar pencabutan, misalnya metode “pop out” yang diperkenalkan oleh Darney, dkk pada
tahun 1992. Dibandingkan pemasangan, pencabutan lebih memerlukan kesabaran dan
keahlian. Selain itu pemasangan yang tidak baik (misalnya terlalu dalam atau tidak
menggunakan pola) menyebabkan pencabutan dengan metode apapun akan memakan waktu
yang lama dan lebih banyak perdarahan dibandingkan pada waktu pemasangan.
B. PROSEDUR
LANGKAH / TUGAS
PENGETAHUAN
PERSIAPAN
KONSELING AWAL
LANGKAH / TUGAS
PENGETAHUAN
PERSIAPAN
KONSELING AWAL
1. Tanyakan dengan seksama apakah klien telah mendapatkan konseling tentang prosedur
pencabutan Implan-2.
2. Tanyakan apakah sudah mengetahui prosedur pencabutan Implan -2.
3. Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anestesi.
4. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya sebersih mungkin
dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun.
5. Bantu klien naik ke meja periksa, Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan klien
dan atur posisi lengan klien dengan benar.
6. Raba kapsul untuk menentukan lokasi tempat insisi guna mencabut kapsul untuk
memperhitungkan jarak yang sama dari ujung akhir semua kapsul.
7. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau telah didisenfektan tingkat tinggi (DTT) sudah
tersedia.
8. Buka peralatan steril dari kemasannya.
Tindakan Pra-Pencabutan
9. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
10. Pakai sarung tangan steril atau DTT, bila sarung tangan diberi bedak,hapus bedak dengan
menggunakan kasa yang telah dicelupkan ke dalam air steril atau DTT.
11. Siapkan peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan.
12. Pakai sarung tangan steril (DTT), bila sarung tangan diberi bedak, hapus bedak dengan
menggunakan kasa yang telah dicelupkan ke dalam air steril (DTT).
13. Siapkan peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan.
14. Hitung jumlah kapsul untuk memastikan 2 buah.
15. Usap tempat pencabutan dengan larutan antiseptic, gerakkan ke arah luar secara melingkar
dengan diameter 10-15 cm dan biarkan kering.
16. Pasang kain penutup (doek) steril (DTT) disekitar lengan klien.
A. Pencabutan kapsul dengan presentasi dan jepit
1. Suntikkan anastesi local 0,3 cc pada kulit (intradermal) pada tempat insisi yang telah
ditentukan,sampai kulit sedikit menggelembung dan 1cc subdermal dibawah ujung kapsul (1/4
panjang kapsul).
2. Uji efek anastesinya sebelum melakukan anastesi pada kulit.
3. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel dan ujung bisturi hingga mencapai lapisan
subdermal.
4. Tentukan lokasi kapsul yang termudah untuk dicabut dan dorong pelanpelan ke arah tempat
insisi hingga ujung dapat dipresentasikan melalui luka insisi.
5. Jepit ujung kapsul dengan klem lengkung (Mosquito) dan bawa ke arah insisi.
6. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggunakan ujung bisturi
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 46
atau skalpel hingga ujung kapsul terbebas dari jaringan yang melingkupinya.
7. Pegang ujung kapsul dengan pinset anatomi atau ujung klem, lepaskan klem penjepit sambil
menarik kapsul keluar.
8. Taruh kapsul pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5% dan lakukan langkah yang sama
untuk kapsul ke dua.
B. Pencabutan kapsul dengan Tehnik Finger Pop Out
1. Suntikkan anastesi local 0,3 cc pada kulit (intradermal) pada tempat insisi yang telah
ditentukan,sampai kulit sedikit menggelembung dan 1cc subdermal dibawah ujung kapsul (1/4
panjang kapsul).
2. Uji efek anastesinya sebelum melakukan anastesi pada kulit.
3. Tentukan ujung kapsul yang paling mudah dicabut.
4. Gunakan jari untuk mendorong ujung kranial kapsul ke arah tempat insisi.
5. Pada saat ujung kaudal kapsul menonjol ke luar, lakukan insisi (2-3 mm) dari ujung kapsul
sehingga ujung kapsul terlihat.
6. Pertahankan posisi tersebut dan bebaskan jaringan ikat yang melingkupi ujung kapsul sehingga
kapsul terbebas keluar.
7. Dorong ujung kranial kapsul tersebut sehingga ujung kaudal muncul keluar (Pop Out) dan dapat
di tarik keluar melalui luka insisi.
8. Taruh kapsul pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5% dan lakukan langkah yang sama
untuk kapsul kedua.
C. Pencabutan kapsul dengan tehnik U klasik
1. Suntikkan anastesi local 0,3 cc pada kulit (intradermal) pada tempat insisi yang telah
ditentukan,sampai kulit sedikit menggelembung dan 1cc subdermal dibawah ujung kapsul (1/4
panjang kapsul).
2. Uji efek anastesinya sebelum melakukan anastesi pada kulit.
3. Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 1 dan 2 lebih kurang 3 mm dari ujung kapsul
dekat siku.
4. Lakukan insisi vertikal di sekitar 3 mm dari ujung kapsul ( setelah ditampilkan dengan
melakukan infiltrasi lidokain 1% pada bagian bawah ujung kapsul.
5. Jepit batang kapsul pada bagian yang sudah diidentifikasi menggunakan klen U (klem fiksasi)
dan pastikan jepitan ini mencakup sebagian besar diameter kapsul.
6. Angkat klem U untuk mempresentasikan ujung kapsul dengan baik, kemudian tusukkan ujung
klem deseksi pada jaringan ikat yang melingkupi ujung kapsul.
7. Sambil mempertahankan ujung kapsul dengan klem fiksasi, lebarkan luka tusuk dan bersihkan
jaringan ikat yang melingkupi ujung kapsul sehingga bagian tersebut dapat dibebaskan dan
tampak dengan jelas.
8. Dengan ujung tajam klem diseksi mengarah ke atas, dorong jaringan ikat yang membungkus
kapsul dengan tepi kedua sisi klem (lengkung atas) sehingga ujung kapsul dapat dijepit dengan
klem diseksi.
9. Jepit ujung kapsul sambil melonggarkan jepitan klem fiksasi pada batang kapsul.
10. Tarik keluar ujung kapsul yang dijepit sehingga seluruh batang kapsul dapat dikeluarkan .
Letakkan kapsul yang sudah dicabut pada mangkok.