Anda di halaman 1dari 49

PEMERIKSAAN FISIK PADA NEONATUS

A. URAIAN TEORI
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0 – 28 hari). Periode neonatal adalah
periode yang paling rentan untuk bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang
dibutuhkan pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi
membuktikan kerentanan hidup selama periode ini. Transisi kehidupan bayi dari intrauterin ke
ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologis. Banyak masalah pada bayi
baru lahir yang berhubungan dengan kegagalan penyesuaian yang disebabkan Asfiksia,
Prematuritas, kelainan kongenital yang serius, infeksi penyakit, atau pengaruh dari persalinan.

B. PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK BAYI


NO LANGKAH-LANGKAH
1 Persiapan alat :
Handscoon, gas steril dalam tempatnya, lampu senter, tong spatel, thermometer, kapas
steril, stetoskop, jam, buku catatan, meja periksa
2 Persiapan pasien :
Menjelaskan kepada ibu tentang tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan, dan
mengatur bayi dalam posisi yang nyaman
3 Mencuci tangan dengan benar
4 Mengamati KU bayi, memeriksa tanda-tanda vital, suhu, nadi dan pernafasan
5 Melakukan pemeriksaan bayi yang meliputi inspeksi :
posisi, (normal/tidak normal), memeriksa kulit (warna, vernix, caseosa, petechiae,
sclerena neonatorium), memeriksa rambut lanugo
6 Palpasi : molding, caput sucedoneum, cephal hematoma, meningocele
Kepala : Menentukan fontanela mayor/minor (cemung, cekung, meunutup / terbuka)
7 Mata : Menentukan conjungtivis/gonorrhoe, perdarahan sub konjungtiva / retina
8 Mulut : Menentukan kelainan congentinal (microglosus, makroglosus, labioskizys)
9 Telinga : Menentukan kelainan congentinal, menentukan maturitas bayi
10 Leher : Menentukan kelainan kongentina, webbed neck, goiter
11 Thoraks : Menentukan bentuk thoraks (silindris, tak simetris), kesukaran bernafas,
tarikan dinding dada, grandula mamae (witen milk)
12 Paru : Menentukan type pernafasan (irregular), frekuensi pernafasan
13 Jantung : Menentukan kuat/lemahnya suara jantung
14 Abdomen : Menentukan bentuk abdomen yang tepat (silindris, datar, cekung)
menentukan palpasi hepar, lien dengan tepat, massa tumor
15 Umbilicus : Menentukan infeksi tali pusat benar, menentukan kelainan (omphalocele,
hernia umbilikalis, perdarahan)
16 Genetalia :
Laki-laki : Menentukan kelainan congenital (epispadi, hypospadi, hernia scrotalis,
hydrocele)
Perempuan : Menentukan bentuk/posisi labia mayora dan minora dengan benar,
menentukan kemungkinan normal pengaruh hormonal dari ibu (perdarahan/
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 1
menstruasi)
17 Anus : Menentukan kelainan pada anus dengan tepat (atresia ani)
18 Ekstermitas : Menentukan kelainan congenital pada tangan dan kaki, menentukan
adanya paralyse atau fracture
19 Refleks-refleks bayi : Memeriksa refleks menghisap/memelan dengan benar, memeriksa
refleks moro, memeriksa rooting refleks, graph refleks, babinsky
20 Meconium : Menentukan bentuk dan warna meconium, menentukan sifat tinja bayi
21 Urine : Menentukan kondisi normal / tidak normal yang berhubungan dengan
pengeluaran urine, menentukan jumlah urine normal untuk bayi sesuai usia dengan
benar
22 Penyelesaian : Merapihkan alat dengan benar

RESUSITASI PADA BAYI ASFIKSIA

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 2


A. URAIAN TEORI
 Asfiksa adalah gangguan bernapas pada bayi baru lahir yang sebelumnya mampu bernapas
secara spontan.
 Rangsangan taktil untuk membantu upaya bernafas bayi baru lahir, dapat dilakukan dengan
cara menggosok-gosok punggung bayi.
 Pertolongan awal untuk bayi baru lahir yang megap-megap dan lemas adalah melakukan pijit
jantung dan pernafasan mulut ke mulut.
 Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir di hidung dan lanjutkan lendir di mulut.
 Indikasi untuk segera melakukan resusitasi pada bayi baru lahir adalah nilai APGAR 1 menit
yang jumlah totalnya di bawah 5.

B. PROSEDUR RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR


LANGKAH-LANGKAH
Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir merupakan bagian dari Asuhan Kala Dua untuk penolong
tunggal persalinan dan menjadi pelengkap untuk bayi dengan resiko ASFIKSA
PERSIAPAN
Perlengkapan resusitasi harus selalu tersedia dan siap digunakan pada setiap persalinan. Pastikan
penolong sudah mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan DTT / Steril sebelum melakukan
resusitasi.
Persiapannya adalah sebagai berikut :
1. Antisipasi bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat kondisi ibu dengan resiko tinggi asfiksia pada
bayi)
 Tempat resusitasi datar, rata, cukup keras, bersih, kering & hangat
 3 (tiga) lembar handuk atau kain bersih dan kering
o Untuk mengeringkan bayi
o Untuk menyelimuti tubuh dan kepala bayi
o Untuk ganjal bahu
 Alat Penghisap lendir
Bola karet atau penghisap DeLee
 Alat Ventilasi :
Tabung dan sungkup / balon dan sungkup dengan katup pelepas tekanan
 Lampu 60 watt / petromak dengan jarak sekitar 60 cm dari bayi
PENILAIAN BAYI SEBELUM LAHIR & SEGERA SETELAH LAHIR
2. Lakukan penilaian bayi baru lahir sbb :
 Sebelum bayi lahir :
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
 Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan) :
sambil menempatkan bayi di atas perut, lakukan penilaian (selintas) :
b. Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap?
c. Apakah tonus otot bayi baik / bayi bergerak aktif
KEPUTUSAN UNTUK MELAKUKAN RESUSITASI
3. Lakukan resusitasi jika pada penilaian terdapat keadaan sbb :
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 3
 Jika bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap / tidak bernapas dan atau tonus
otot bayi tidak baik/ bayi lemas.
 Potong tali pusat kemudian lakukan Langkah Awal Resusitasi
 Jika air ketuban bercampur mekonium :
Sebelum memulai Langkah Awal Resusitasi, lakukan penilaian apakah bayi menangis
atau bernafas / megap-megap :
 Jika menangis atau bernapas / tidak megap-megap, klem dan potong tali pusat
dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, kemudian lakukan Langkah
Awal Resusitasi
 Jika megap-megap atau tidak bernapas, lakukan penghisapan terlebih dahulu dengan
membuka mulut lebar, usap dan isap lendir di mulut, klem dan potong tali pusat
dengan cepat, tidak diikat & tidak dibubuhi apapun, kemudian lakukan Langkah
Awal Resusitasi
TINDAKAN RESUSITASI
Langkah Awal
Sambil memotong tali pusat, beritahu ibu dan keluarga bahwa bayi mengalami masalah sehingga
perlu dilakukan tindakan resusitasi. Minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan minta
mereka ikut membantu mengawasi ibu.
4. Selimuti bayi dengan handuk/kain yang diletakkan di atas perut ibu atau sekitar 45 cm dari
perineum, bagian wajah dan dada bayi tetap terbuka
5. Letakkan bayi di tempat resusitasi
6. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan mengganjal
bahu (gunakan handuk/kain yang telah disiapkan dengan ketebalan sekitar 3 cm dan dapat
disesuaikan)
7. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir di mulut sedalam < 5 cm dan kemudian
hidung (jangan melewati cuping hidung)
8. Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok muka / dada / perut / punggung bayi
sebagai rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan. Ganti kain yang basah dengan kain
bersih dan kering. Selimuti bayi dengan kain kering, bagian wajah dan dada terbuka.
9. Reposisikan kepala bayi
Perhatikan : Langkah 4 – 9 dilakukan dalam waktu ≤ 30 detik
10. Nilai hasil Langkah Awal, buat keputusan dan lakukan tindakan :
 Jika bayi bernapas normal / tidak megap-megap dan atau menangis, lakukan asuhan pasca
resusitasi
 Jika bayi tidak bernafas spontan atau napas megap-megap, lakukan ventilasi
Ventilasi
11. Ventilasi dapat dilakukan dengan tabung dan sungkup atau balon dan sungkup
Jika menggunakan tabung dan sungkup :
 Udara dimasukan ke dalam mulut penolong kemudian dihembuskan lagi ke jalan
napas bayi melalui tabung dan sungkup
 Untuk memasukan udara baru, penolong harus melepaskan mulut dari pangkal tabung,

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 4


memasukan udara baru ke mulut kemudian menghembuskan kembali ke jalan nafas
bayi (jika penolong tidak melepaskan mulutnya dari pangkal tabung, mengambil nafas
dari hidung dan langsung meniupkan udara, maka yang masuk adalah udara ekspirasi
dari paru penolong)
Jika menggunakan balon dan sungkup udara dimasukan ke bayi dengan meremas balon
12. Pastikan bagian dada bayi tidak terselimuti kain agar penolong dapat menilai pengembangan
dada bayi waktu dilakukan peniupan udara / penekanan balon
13. Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu (perhatikan perlekatan sungkup dan
wajah bayi)
Ventilasi Percobaan
14. Tiup pangkal tabung atau remas balon 2 kali dengan tekanan 30 cm air untuk mengalirkan
udara ke jalan napas bayi.
 Perhatikan gerakan dinding dada
 Naiknya dinding dada mencerminkan pengembangan paru dan udara masuk
 Jika dinding dada tidak naik / mengembang periksa kembali :
o Perlekatan sungkup, adakah kebocoran?
o Posisi kepala, apakah dalam posisi menghidu?
o Apakah ada sumbatan jalan napas oleh lendir pada mulut atau hidung?
Lakukan koreksi dan ulangi ventilasi percobaan
Ventilasi Definitif / Lanjutan
15. Setelah ventilasi percobaan berhasil maka lakukan ventilasi definitif dengan jalan meniupkan
udara pada tabung atau meremas balon dengan tekanan 20 cm air, frekuensi 20 kali dalam
waktu 30 detik.
16. Lakukan penilaian hasil ventilasi, buat keputusan dan lakukan tindakan :
a. Jika bayi bernapas normal dan atau menangis, hentikan ventilasi kemudian lakukan
asuhan pasca resusitasi.
b. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan tindakan ventilasi.
17. – Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dan
lakukan penilaian ulang (lihat 16 a-b), demikian selanjutnya
– Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas dan resusitasi telah dilakukan lebih dari 2
menit
 Nilai denyut nadi, siapkan rujukan, lanjutkan ventilasi
– Pada penilaian ulang hasil ventilasi berikutnya, selain penilaian napas lakukan juga
penilaian denyut jantung bayi
– Jika bayi tidak bernapas dan tidak ada denyut jantung, ventilasi tetap dilanjutkan tetapi
jika hingga 10 menit kemudian bayi tetap tidak bernapas dan denyut jantung tetap tidak
ada, pertimbangkan untuk menghentikan resusitsai
TINDAKAN PASCA RESUSITASI
18. Jika Resusitasi berhasil, lakukan :
1. Pemantauan tanda bahaya
2. Perawatan tali pusat
a. Inisiasi menyusu dini

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 5


b. Pencegahan hipotermi
c. Pemberian vitamin K1
d. Pencegahan infeksi
(pemberian salep/ tetes mata antibiotika, imunisasi Hepatitis B)
e. Pemeriksaa fisik
f. Pencatatan dan pelaporan
19. Jika Perlu Rujukan, lakukan :
 Konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keuarga
 Lanjutkan resusitasi
 Pemantauan tanda bahaya
 Perawatan tali pusat
 Pencegahan hipotermi
 Pembuatan surat rujukan
 Pencatatan dan pelaporan
Jika saat dirujuk keadaan bayi membaik dan tidak perlu resusitasi, berkan Vitamin K1
serta salep/ tetes mata antibiotika dan susui bayi jika tidak ada kontraindiksi
20. Jika Resusitasi tidak berhasil, lakukan :
 Konseling pada ibu dan keluarga
 Petunjuk perawatan payudara
 Pencatatan dan pelaporan
21. Lakukan pencegahan infeksi pada seluruh peralatan resusitasi yang digunakan :
 Dekontaminasi, pencucian dan DTT terhadap tabung dan sungkup serta alat penghisap
dan sarung tangan yang dipakai ulang
 Dekontaminasi dan pencucian meja resusitasi, kain dan selimut
 Dekontaminasi bahan dan alat habis pakai sebelum dibuang ke tempat aman
REKAM MEDIK TINDAKAN RESUSITASI
22. Catat secara rinci :
 Kondisi saat lahir
 Waktu dan langkah resusitasi
 Hasil resusitasi
 Keterangan rujukan apabila dirujuk

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 6


TEKNIK DDTK (DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG)

A. URAIAN TEORI

Pemantauan pertumbuhan memerlukan standar yang tepat yang untuk mendeteksi dini
adanya gangguan pertumbuhan, memantau status gizi serta dapat meningkatkan gizi anak,
menilai dampak kegiatan intervensi medis dan nutrisi, serta deteksi dini penyakit yang
mendasari gangguan pertumbuhan. Selain pengukuran dasar anak, pemantauan pertumbuhan anak
dapat dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining / pemeriksaan
KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak
belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang
terdekat untuk pemeriksaan rutin.

B. PROSEDUR

Alat bantu pemeriksaan :

pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 25 Cm sebanyak 6
buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0.5 - 1 Cm.
Cara menggunakan KPSP:
1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan umur anak lebih 16 hari dibulatkan
menjadi 1 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
5. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anakh Contoh: dapatkah bayi makan kue sendiri
6. Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada
KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya
secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.
7. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan
ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
8. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1
jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
9. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu.
10. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 7


LPK ASSYIFAUL QOLBI | 8
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 9
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 10
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 11
TEKNIK IMUNISASI

A. URAIAN TEORI
Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit dengan cara
memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang telah dilemahkan (vaksin) ke dalam
tubuh sehingga merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap jenis antigen tersebut dimasa yang
akan datang. Imunisasi boleh saja diberikan pada semua umur. Namun beberapa imunisasi akan
lebih efektif apabila diberikan pada usia tertentu. Misalnya ada yang efektif pada bayi, anak-anak,
remaja, dewasa bahkan Manula. Semua itu tergantung jenis imunisasi yang diinginkan.

Beberapa alasan mengapa imunisasi dasar penting untuk diberikan:

a. Imunisasi diberikan supaya bayi siap dengan lingkungan baru (setelah lahir) karena tidak
ada lagi kekebalan tubuh alami yang ia dapatkan dari ibu seperti ketika masih dalam
kandungan.
b. Apabila belum dilakukan vaksinasi dan kemudian terkena kuman yang menular, maka
kemungkinan besar tubuhnya belum kuat untuk melawan penyakit tersebut. Sehingga
degan adanya imunisasi ini tubuh sang buah hati menjadi lebih kuat.

Manfaat dari Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

1. Untuk menjaga daya tahan tubuh sang buah hati


2. Untuk mencegah bayi terkena penyakit-penyakit menular yang berbahaya
3. Untuk menjaga buah hati agar selalu sehat
4. Sebagai upaya pencegahan dari kecacatan dan kematian
5. Sebagai upaya untuk menjaga dan membantu perkembangan sang buah hati secara optimal
6. Lima Jenis Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
Program Imunisasi Dasar Lengkap ini meliputi 5 jenis imunisasi yang wajib di berikan
kepada bayi. Pada artikel dibawah ini kita akan menjelaskan 5 macam imunisasi dasar pada bayi.
Namun kita akan membagi 5 macam imunisasi dasar lengkap pada bayi ke dalam empat golongan
berdasarkan usia dan jadwal pemberian imunisasi tersebut.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 12


LPK ASSYIFAUL QOLBI | 13
B. PROSEDUR TEKNIK IMUNISASI
1. Prosedur memberikan imunisasi BCG.

NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan dilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
5. Melilitkan plastik pada leher ampul dengan erat
6. Mempertahankan ampul vaksin pada lehernya dengan hati-hati keluar dari lilitan
7. Melarutkan vaksin BCG dengan pelarut vaksin BCG
Gunakan semprit 5 cc yang steril
8. Menggoyang-goyangkan ampul vaksin hingga vaksin larut secara merata
9. Mengisi semprit dengan vaksin BCG menggunakan semprit 0,1 cc
10. Mengeluarkan gelembung udara
Perhatikan agar vaksin tidak terlalu banyak atau sedikit, ukur agar piston tepat pada
skala 0,05 cc
11. Mengatur posisi bayi
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
12. Membersihkan lengan kiri bayi dengan menggunakan kapas yang dibasahi air matang
13. Memegang lengan anak dengan tangan kiri dan memegang semprit dengan tangan
kanan, lubang jarum semprit menghadap ke atas
14. Memasukkan ujung jarum ke dalam kulit sedikit mungkin melukai kulit
Penyuntikan dilakukan pada 1/3 lengan kanan bagian atas, suntikan dilakukan secara
intra cutan
15. Meletakkan ibu jari tangan kiri di atas ujung barrel. Memegang pangkal barrel antara jari
telunjuk dan jari tengah, lalu dorong piston dengan ibu jari tangan kanan
16. Menyuntikkan 0,05 cc vaksin BCG
17. Mencabut jarum setelah vaksin habis
18. Merapikan kembali alat-alat yang telah dipergunakan
19. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
20. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan memberitahukan
hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi

2. Prosedur memberikan imunisasi POLIO.

NO LANGKAH - LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan dilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka tutup metal dan tutup karet pada flakon vaksin polio
Pastikan vaksin belum kadaluarsa
5. Memasang pipet plastik pada flakon
6. Mengatur posisi bayi, untuk lebih memudahkan bayi dapat sambil dipangku oleh ibunya
7. Menekan kedua pipi bayi dengan menggunakan kedua jari tangan kiri, sehingga bayi
membuka mulutnya
Lakukan dengan lembut dan hati-hati, jangan sampai melukai bayi
8. Tangan kanan memegang flakon vaksin polio, lali meneteskan 2 tetes vaksin ke mulut
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 14
bayi
9. Merapikan kembali alat-alat yang telah dipergunakan
10. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu mengeringkannya
11. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan memberitahukan
hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi

3. Prosedur memberikan imunisasi DPT.

NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan dilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
5. Mengusap karet penutup pada flakon dengan menggunakan kapas basah sebagai
tindakan desinfeksi
6. Mengambil semprit steril ukuran 1 cc dan memasang jarum DPT ke dalam semprit
tersebut
7. Membuka tutup jarum dan menghisap udara ke dalam semprit sebanyak 0,5 cc
Lakukan dengan hati-hati sewaktu melakukannya, jaga agar tetap steril
8. Menusukkan jarum ke dalam karet penutup flakon lalu masukkan udaranya ke dalam
flakon
9. Membalikkan flakon vaksin sehingga posisi berada di atas jarum, lalu menyedot 0,5 cc
vaksin ke dalam semprit
Lakukan dengan benar dan hati-hati, sewaktu mengisikan vaksin perhatikan vaksin
sudah tercampur dengan rata dan tidak ada vaksin yang beku
10. Mencabut jarum dari flakon, semprit di tegak luruskan ke atas untuk melihat apakah
terdapat gelembung udara, doronglah piston sehingga gelembung udara keluar
11. Mengatur posisi bayi, bayi dapat dipangku oleh ibu atau dibaringkan dengan dipegangi
oleh ibu
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
12 Menyuntikkan vaksin DPT sebanyak 0,5 cc pada paha sebelah luar dengan suntikan IM
13 Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
14 Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
15 Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan memberitahukan
hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi

4. Prosedur memberikan imunisasi HEPATITIS B JENIS UNIJECT.

NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan dilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Mempersiapkan posisi bayi
Penyuntikan dilakukan pada 1/3 paha bagian luar secara IM
5. Mengambil uniject dari dalam termos vaksin/lemari pendingin
Pastikan uniject tidak kadaluarsa
6. Membuka kantong alumunium/plastik dan mengeluarkan uniject
7. Memegang uniject pada leher dan tutup jarum dengan memegang keduanya di antara jari
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 15
telunjuk dan jempol
8. Mendorong tutup jarum ke arah lateral dengan tekanan
9. Meneruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum dan leher
Saat uniject diaktifkan akan terasa ada hambatan dan rasa menembus lapisan
10. Membuka tutup jarum
11. Memegang uniject pada bagian leher dan memasukkan jarum pada bayi
Pada imunisasi jenis uniject tidak diperlukan aspirasi. Sewaktu penyuntikan usahakan
anak berada dalam keadaan tenang
12. Memijat reservoir dengan kuat untuk memasukkan vaksin, setelah reservoir kempis
cabut uniject dari paha bayi dengan cepat. Pastikan seluruh uniject masuk ke tubuh bayi
13. Membuang uniject yang sudah tidak terpakai di tempat benda tajam
14. Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
15. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
16. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan memberitahukan
hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 16


PEMBERIAN KB SUNTIK, PIL KB DAN KB ALAMIAH

A. URAIAN TEORI

1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah suatu upaya yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran
sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau
masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat dari kelahiran
tersebut.

2. Tujuan dari Keluarga Berencana

a. Mencegah kehamilan dan persalinan yang tidak diinginkan.

b. Mengusahakan kelahiran yang diinginkan, yang tidak akan terjadi tanpa campur tangan ilmu
kedokteran.

c. Pembatasan jumlah anak dalam keluarga.

d. Mengusahakan jarak yang baik antara kelahiran.

e. Memberi penerapan pada masyarakat mengenai umur yang terbaik untuk kehamilan yang
pertama dan kehamilan yang terakhir (20 tahun dan 35 tahun).

3. Manfaat KB

Untuk Ibu

a. Perbaikan kesehatan, mencegah terjadinya kurang darah.

b. Peningkatan kesehatan mental karena mempunyai waktu banyak untuk istirahat.

Untuk Ayah

a. Memperbaiki kesehatan fisik karena tuntutan kebutuhan lebih sedikit.

b. Peningkatan kesehatan mental karena mempunyai waktu banyak untuk istirahat.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 17


Untuk anak

a. Perkembangan fisik menjadi lebih baik.

b. Perkembangan mental dan emosi lebih baik karena perawatan cukup dan lebih dekat dengan
ibu.

c. Pemberian kesempatan pendidikan lebih baik.

IUD

a. IUD adalah alat yang dipasang dalam rongga rahim ibu, ada yang berbentuk spiral, huruf T,
dan berbentuk kipas.

b. IUD berguna untuk mencegah pertemuan ovum. Sehingga keduanya tidak bisa bertemu dan
tidak terjadi pembuahan.

c. Kontaindikasi IUD:

1) Ibu yang dicurigai hamil.

2) Ibu yang mempunyai infeksi hamil.

3) Ibu dengan erosi leher rahim.

4) Ibu yang dicurigai mempunyai kanker rahim.

5) Ibu dengan pendarahan yang tidak normal dan tidak diketahui penyebabnya.

6) Ibu yang waktu haid perdarahannnya sangat hebat.

7) Ibu yang pernah hamil diluar kandungan.

8) Kelahiran bawaan rahim dan jaringan perut.

9) Alergi tembaga.

d. Keuntungan

Praktis, ekonomis, mudah dikontrol, aman untuk jangka panjang.

e. Efek samping

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 18


Timbul nyeri atau mules, bercak-bercak perdarahan, keputihan.

PIL KB

Adalah berisikan hormon esterogen dan progesterone, digunakan untuk mencegah terjadinya
evulasi dan mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma tidak menembus kedalam rahim.

a. Kontaindikasi pil KB :

1). Ibu sedang menyusui.

2). Pernah mengidap penyakit kuning.

3). Mengandung tumor.

4). Kelainan jantung.

5). Varises berat.

6). Perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.

7). Hipertensi.

8). Penyakit gondok.

9). Migrain.

b. Keuntungan:

Sangat mudah digunakan, cocok bagi pasangan muda yang baru menikah untuk menunda
kehamilan pertama.

c. Efek samping:

Perdarahan,berat badan naik, pusing, mual, muntah, perubahan libido, rambut rontok.

KB SUNTIK (KONTRASEPSI HORMONAL)

Adalah obat suntik yang hanya mengandung progesterone, digunakan untuk mencegah lepasnya sel
telur, menipiskan endometrium sehingga nidasi melekat, pertumbuhan hasil pembuahan terlambat dan
mengentalkan mulut rahim.

a. Kontra indikasi

1) Wanita yang disangka hamil.

2) Wanita dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.

3) Mengidap tumor.

4) Mempunyai penyakit jantung, hipertensi, kencing manis, paru-paru.

c. Keuntungan:

Praktis, efektif, aman, dan cocok untuk para ibu yang menyusui.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 19


d. Efek samping

Terlambat atau tidak mendapatkan haid, perdarahan diluar haid, keputihan, jerawat, libido menurun,
perubahan berat badan.

Kontrasepsi suntikan di Indonesia adalah salah satu kontrasepsi yang popular. Kontrasepsi
suntikan yang digunakan ialah long-acting progestin, yaitu Noretisteron enantat (NETEN) dengan
nama dagang Noristrat dan Depomedroksi progesterone acetat (DMPA) dengan nama dagang
Depoprovera. Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera setelah
keguguran, dan pada masa interval sebelum hari kelima haid. Teknik penyuntikannya yaitu
secara intramusculer dalam, di daerah m. gluteus maksimus atau deltoideus. Kontraindikasi
kontrasepsi suntikan kurang lebih sama dengan kontrasepsi hormonal lainnya. Efek samping
yang berupa gangguan haid ialah amenorea, menoragia, dan spotting. Efek samping lain yang
bukan merupakan gangguan haid dan keluhan subjektif lainnya juga kurang lebih sama dengan
kontrasepsi hormonal lainnya.

Profil SUNTIK PROGESTIN:

1. Sangat efektif.

2. Aman.

3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.

4. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan.

5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

Jenis

Tersedia dua jenis suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:

1. Depo medroksiprogesteron asetat (depo proveta), mengandung 150 mg DMPA, yang


diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah bokong).

2. Depo noretisteron enantat (depo noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron


enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM.

Cara Kerja:

1. Mencegah ovulasi.

2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi.

4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Keuntungan:

1. Sangat efektif Pencegahan kehamilan jangka panjang.

2. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 20


3. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah.

4. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

5. Sedikit efek samping.

6. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.

7. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

8. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

9. Mencegah beberapa penyebab terjadinya penyakit radang panggul.

10. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

Keterbatasan :

1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:

a. Siklus haid yang memendek atau memanjang.

b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.

c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).

2. Tidak haid sama sekali.

3. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan).

4. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.

5. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

6. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, Hepatitis B Virus, atau infeksi
virus HIV.

7. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

8. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya perusakan atau kelainan pada
organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dai deponya
(tempat suntikan).

9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).

10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan
libido, sakit kepala, nervositas, jerawat.

Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

1. Usia reproduksi.

2. Nulipara yang telah memiliki anak.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 21


3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi.

4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6. Setelah abortus atau keguguran.

7. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

8. Perokok.

9. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau
anemia bulan sabit.

10. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rifampisin).

11. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

12. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

13. Anemia defesiensi besi.

14. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi.

Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

1. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7/100.000 kelahiran).

2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya.

3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

4. Terutama amenorea.

5. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

6. Diabetes mellitus disertai komplikasi

Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.

2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut
tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya
secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan tidak
perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 22


5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan jenis
kontrasepsi yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat
jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.

6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan jenis
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dan
segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7
hari setelah di suatukan tidak boleh berhubungan seksual.

7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat
diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid atau dapat diberikan setiap saat
setelah hari ke-7 siklus haid, asal ibu tidak hamil.

8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan
setiap saat selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin

1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.

2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu.

3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.

4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya penglihatan.

5. Perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali lebih banyak
dalam satu periode masa haid.

SUSUK KB (IMPLAN)

Adalah suatu alat yang dimasukkan kebawah kulit, misalnya pada lengan atas bagian dalam,
digunakan untuk mencegah ovulasi, menebalkan getah servik, membuat tidak siapnya
endometrium untuk nidasi dan jalannya ovum terganggu.

a. Kontra indikasi

1) Wanita yang disangka hamil.

2) Wanita dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.

3) Wanita yang mengidap tumor.

4) Wanita yang mengidap penyakit jantung, hipertensi, kencing manis.

b. Keuntungan : Praktis dan efektif selama 5 tahun.

c. Efek samping : Tidak mendapatkan haid, perdarahan, timbul jerawat,mual berat badan
menurun, migrain, libido menurun.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 23


KONDOM (KB ALAMIAH)

Adalah alat kontrasepsi terbuat dari karet yang tipis, biasanya digunakan oleh para lelaki,
digunakan untuk menghalangi masuknya sperma kedalam rahim.

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan di antaranya
lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya
berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu
0,02 mm.

Jenis Kondom

Ada beberapa jenis kondom, di antaranya:

a. Kondom biasa

b. Kondom berkontur (bergerigi)

c. Kondom beraroma

d. Kondom tidak beraroma.

Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun belum
populer.

Cara Kerja Kondom

Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:

a. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.

b. Sebagai alat kontrasepsi.

c. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau transisi mikroorganisme penyebab (IMS termasuk
HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom
yang terbuat dari lateks dan vinil).

Efektivitas Kondom

Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali
berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif.

Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100
perempuan per tahun.

Manfaat Kondom

Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan
nonkontrasepsi.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 24


Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain:

a. Efektif bila pemakaian benar.

b. Tidak mengganggu produksi ASI.

c. Tidak mengganggu kesehatan klien.

d. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

e. Ekonomis/Murah dan tersedia di berbagai tempat.

f. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.

g. Metode kontrasepsi sementara.

Manfaat kondom secara nonkontrasepsi antara lain:

a. Peran serta suami untuk ber-KB.

b. Mencegah penularan IMS.

c. Mencegah ejakulasi dini.

d. Mengurangi insidensi kanker serviks.

e. Adanya interaksi sesama pasangan.

f. Mencegah imuno infertilitas.

Keterbatasan Kondom

Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:

a. Efektivitas tidak terlalu tinggi.

b. Tingkat efektivitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.

c. Adanya pengurangan sensitivitas pada penis.

d. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.

e. Perasaan malu membeli di tempat umum.

f. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.

Penilaian Klien

Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan
khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu
dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah

KONDOM
Baik digunakan Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB Mempunyai pasangan yang berisiko tinggi

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 25


apabila terjadi kehamilan
Ingin segera mendapatkan kontrasepsi Alergi terhadap bahan dasar kondom
Ingin kontrasepsi sementara Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Ingin kontrasepsi tambahan Tidak mau terganggu dalam persiapan
untuk melakukan hubungan seksual
Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi Tidak peduli dengan berbagai persyaratan
saat berhubungan dan Berisiko tinggi kontrasepsi
tertular/menularkan PMS
Kunjungan Ulang

Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam penggunaan
kondom dan kepuasan dalam menggunakannya. Apabila masalah timbul karena kekurangtahuan
dalam penggunaan, maka sebaiknya informasikan kembali kepada klien dan pasangannya.
Apabila masalah yang timbul dikarenakan ketidaknyamanan dalam pemakaian, maka berikan dan
anjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.

Penanganan Efek Samping

Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi kondom.

Efek samping atau masalah Penanganan


Kondom rusak atau bocor sebelum Buang dan pakai kondom yang baru atau
Pemakaian gunakan spermisida
Kondom bocor saat berhubungan Pertimbangkan pemberian Morning After Pil
Adanya reaksi alergi Berikan kondom jenis alami atau ganti
metode kontrasepsi lain
Mengurangi kenikmatan berhubungan Gunakan kondom yang lebih tipis atau ganti
Seksual metode kontrasepsi lain

Cara Penggunaan/Instruksi bagi Klien

a. Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.

b. Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam kondom.

c. Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya
pada saat membuka kemasan.

d. Pemasangan kondom pada saat penis ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis dan
tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan
jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
sebelum penetrasi penis ke vagina.

e. Kondom dilepas sebelum penis melembek

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 26


f. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas pada
saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan
sperma di sekitar vagina.

g. Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.

h. Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.

i. Sediakan kondom dalam jumlah yang cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang
panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.

j. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh/kusut.

k. Jangan gunakan minyak goreng atau pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera
merusak kondom

PANTANGAN BERKALA (KB ALAMIAH)

Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual
pada masa subur/ovulasi.

1) MANFAAT

Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun
konsepsi.

a. Manfaat kontraseps : sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.

b. Manfaat konsepsi : dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan
melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan
bisa hamil.

2) KEUNTUNGAN

Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut:

a. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.

b. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.

c. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.

d. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 27


e. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari risiko kesehatan
yang berhubungan dengan kontrasepsi.

f. Tidak memerlukan biaya.

g. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

3) KETERBATASAN

Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga
memiliki keterbatasan, antara lain:

a. Memerlukan kerja sama yang baik antara suami istri.

b. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.

c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.

d. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.

e. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.

f. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).

g. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

4) EFEKTIVITAS

Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan
minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila
digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan
kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan
dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per
100 wanita per tahun.

5) FAKTOR PENYEBAB METODE KALENDER TIDAK EFEKTIF

Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:

a. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran
reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).

b. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan


sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan
setelah ovulasi menjadi tidak tepat.

c. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.

d. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis


mukus/lendir serviks yang menyertainya.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 28


e. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi.
Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.

6) PENERAPAN

Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:

a. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).

b. Fertility phase (masa subur).

c. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).

Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35
hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali
siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah
dicatat.

1. Bila haid teratur (28 hari)

Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12
hingga hari ke-16 dalam siklus haid.

Contoh:

Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung
sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada
tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret.
Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila
ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontras 2.

2. Bila haid tidak teratur

Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan

hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.

Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.

Rumus:

Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18.

Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 29


B. PROSEDUR

Standart Operating Prosedure (SOP)

Keterampilan Konseling KB (Keluarga Berencana)

LANGKAH / KEGIATAN
KONSELING UMUM
1. Mengucapkan salam
2. Memberikan informasi umum tentang KB. KB adalah suatu upaya yang mengatur banyaknya
jumlah kelahiran.
3. Memberikan informasi tentang jenis alat kontrasepsi yang ter sedia di pelayanan dan
menjelaskan masing-masing alatkontrasepsi dimana dan bagaimana alat kontrasepsi tersebut
digunakan, mekanisme kerja masing-masing kontrasepsi:
a. Alat kontrasepsi hormonal
1) Pil
Adalah berisikan hormon esterogen dan progesterone yang diminum rutin setiap
hari pada jam yang sama, digunakan untuk mencegah terjadinya evulasi dan
mengentalkan lendir mulut rahim.
2) Suntik
Adalah obat suntik yang hanya mengandung progesterone, digunakan untuk
mencegah lepasnya sel telur, menipiskan endometrium, pertumbuhan hasil pembuahan
terlambat dan mengentalkan mulut rahim.
3) Implant
Suatu alat yang dimasukkan kebawah kulit, misalnya pada lengan atas bagian
dalam, digunakan untuk mencegah ovulasi, menebalkan getah servik, membuat tidak
siapnya endometrium untuk nidasi dan jalannya ovum terganggu.
4) Alat kontrasepsi nonhormonal
b. IUD
Alat yang dipasang dalam rongga rahim ibu, ada yang berbentuk spiral, huruf T, dan
berbentuk kipas, IUD berguna untuk mencegah pertemuan ovum dan sperma.
c. Kondom
Alat kontrasepsi terbuat dari karet yang tipis, biasanya digunakan oleh para lelaki,
digunakan untuk menghalangi masuknya sperma kedalam rahim.
KONSELING SPESIFIK
4. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
5. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat dsb).
6. Tanyakan tujuan reproduksi (KB) yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak
kehamilan atau ingin membatasi jumlah anaknya).
7. Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien, yang mungkin menentang penggunaan salah
satu metode KB.
8. Diskusikan pertimbangan, kebutuhan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang simpatik.
9. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat.
10. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping AKDR Cu T 380 A, sampai benar-benar

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 30


dimengerti oleh klien
KONSELING PRA-PEMASANGAN & SELEKSI KLIEN
11. Lakukan seleksi klien (anamnesis) secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah
kesehatan untuk menggunakan AKDR.
Riwayat Reproduksi :
 Tanggal haid terakhir, lama haid dan pola perdarahan haid.
 Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir.
 Riwayat kehamilan ektopik.
 Nyeri yang hebat setiap haid.
 Anemia yang berat (Hb < 9 gr% atau Hematokrit <30).
 Riwayat infeksi system genitalia (ISG), Penyakit menular seksual (PMS atau infeksi
panggul.
 Berganti-ganti pasangan (resiko ISG tinggi).
 Kangker serviks.
12. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan apa yang akan
dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
Pemeriksaan Panggul
13. Pastikan klien untuk mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area genitalia dengan
menggunakan sabun dan air.
14. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
15. Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan.
16. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya di daerah
supra pubik
17. Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul.
18. Atur arah sumber cahaya untuk pemeriksaan serviks.
19. Pakai sarung tangan DTT.
KONSELING PASCA PEMASANGAN
20. Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus dilakukan.
21. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping.
22. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol.
23. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380 A adalah 10 tahun.
24. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila ia memerlukan konsultasi,
pemeriksaan medik atau bila ia menginginkan AKDR tersebut dicabut.
25. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
26. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 31


KONSELING SEBELUM DAN SESUDAH PEMASANGAN SERTA TEKNIK DALAM
PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR (ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM)

A. URAIAN TEORI

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra-Uterine Device (IUD) adalah alat
kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terbuat dari
plastik yang dililit tembaga atau tembaga bercampur perak yang dapat berisi hormon. Waktu
penggunaannya bisa mencapai 10 tahun.

Keterampilan pemasangan AKDR dirancang untuk menyiapkan tenaga kesehatan lini


terdepan agar mampu dan terampil dalam melakukan pemasangan dan pencabutan AKDR dengan
baik dan benar.

CARA KERJA AKDR

 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.


 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
 AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi.
 Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
KEUNTUNGAN METODE KONTRASEPSI AKDR

 Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.


 Sangat efektif (0,6–0,8 kehamilan/100 perempuan dalam tahun pertama, atau 1 kegagalan
dalam 125 – 170 kehamilan) segera setelah pemasangan.
 Reversibel, berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu ganti).
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
 Meningkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
 Dengan AKDR CuT-380A, tidak ada efek samping hormonal.
 Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI.
 Dapat dipasang segera setelah abortus bila tidak ada infeksi.
 Membantu mencegah kehamilan ektopik.
 Dapat digunakan sampai menopause, 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir.

KEKURANGAN METODE KONTRASEPSI AKDR

 Efek samping yang umum terjadi: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
setelah itu akan berkurang), haid lebih lama dan lebih banyak, perdarahan (spotting) antar
menstruasi, saat haid lebih sakit.
 Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV/AIDS.
 Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-ganti pasangan atau yang
menderita IMS.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 32


 Penyakit Radang Panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan dengan IMS menggunakan
AKDR.
 Diperlukan prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik dalam pemasangan AKDR.
 Ada sedikit nyeri dan spotting terjadi segera setelah pemasangan AKDR, tetapi biasanya
hilang dalam 1-2 hari
KONTRA INDIKASI / YANG TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN

 Kehamilan
 Gangguan perdarahan
 Peradangan alat kelamin
 Kecurigaan kanker pada alat kelamin
 umor jinak rahim
 Radang panggul.
JENIS-JENIS IUD DALAM PROGRAM KB NASIONAL

 Lippes Loop (A, B, C dan D)


 Copper T (220 dan 380 Ag)
 Multi Load (Mini, Short dan Standard)

MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN

1. Penuntun belajar untuk pemasangan dan pencabutan AKDR

2. Cu T 380 A, Spekulum Cocor Bebek, Tenakulum, Sonde rahim, gunting, tampon tang, gunting,
klem aligator, sarung tangan, kain penutup tubuh, model anatomik, ember untuk cairan
dekontaminasi, sabun

B. PROSEDUR

1. PROSEDUR PEMASANGAN AKDR

NO LANGKAH – LANGKAH
PENGETAHUAN
KONSELING AWAL
1 Sapa klien dengan ramah, perkenalkan diri anda dan tanyakan tujuan kedatangannya
2 Berikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
3 Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta keuntungan
dari masing- masing kontrasepsi termasuk perbedaan antara kontap dan metode
reversibel :
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 33
- Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tersebut digunakan
- Jelaskan bagaimana cara kerja
- Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang mungkin akan
dialami
4 Jelaskan apa yang bisa diperoleh
KONSELING METODE KHUSUS
1 Berikan jaminan akan kerahasian yang diperlukan klien
2 Kumpulkan data data pribadi klien ( nama, alamat, dsb )
3 Tanyakan tujuan KB yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak kelahiran
atau ingin membatasi jumlah anaknya )
4 Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien yang mungkin menentang penggunaan
salah satu metode KB
5 Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang
simpatik
6 Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat
7 Bila klien memilih AKDR :Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping AKDR
Cu T 380 A, sampai benar-benar dimengerti oleh klien
KONSELING PRA PEMASANGAN & SELEKSI KLIEN
1 Lakukan seleksi klien (anamnesa) secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah
2 kondisi kesehatan sebagai pemakai AKDR
Tanyakan Riwayat kesehatan Reproduksi :
 Tanggal haid terakhir, lama haid, pola perdarahan haid
 Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
 Riwayat kehamilan ektopik
 Nyeri yang hebat setiap haid
 Anemia yang berat ( Hb < 9 gr % atau Hm < 30 )
 Riwayat infeksi sistem genital ( ISG ), penyakit hubungan seksual ( PHS ) atau
infeksi panggul
 Berganti – ganti pasangan ( Risiko ISG tinggi )
 Kanker serviks
3 Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan apa yang
akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan
4 Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci kemaluannya
menggunakan sabun
5 Cuci tangan dengan air dan sabun keringkan dengan kain bersih
6 Tolong klien naik ke meja pemeriksaan
7 Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya
didaerah supra pubik
PEMERIKSAAN PANGGUL
1 Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul
2 Atur lampu yang terang untuk melihat serviks
3 Pakai sarung tangan yang sudah di DTT
4 Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT
5 Lakukan inspeksi pada Genitalia Eksterna
6 Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini, amati adanya nyeri atau ”discharge”
7 Masukkan Spekulum vagina
8 Lakukan pemeriksaan spekulum :
- Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina
- Inspeksi serviks
Bila ada sekret vagina yang mencurigakan, dilakukan pemeriksaan spesimen. Bila
tidak, dilakukan pembersihan vagina, porsio dan sekitarnya dengan khasa + larutan
betadine.
9 Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada tempat semula
dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan
10 Lakukan pemeriksaan bimanual :
- Pastikan gerakan serviks bebas
- Tentukan besar dan posisi uterus
- Pastikan tidak ada kehamilan
- Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
11 Lakukan pemeriksaan retrovaginal bila ada indikasi :
- Kesulitan menentukan besar uterus retroversi
- Adanya tumor pada Cavum Douglasi

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 34


12 Celupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian buka dan rendam
dalam keadaan terbalik
TINDAKAN PRA PEMASANGAN
1 Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat proses
pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan.
2 Masukkan lengan AKDR Cu T380A di dalam kemasan sterilnya :
 Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
 Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril
 Letakkan kemasan pada tempat yang datar
 Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
 Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal
lengan sehingga lengan akan melipat
 Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter
dari bawah lipatan lengan
 Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan
AKDR yang sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter.
 Pastikan cincin biru sejajar dengan arah lengan AKDR, cocokkan dengan ukuran
kavum uteri
 Pastikan ujung pendorong menyentuh ujung AKDR
 AKDR siap diinsersikan ke kavum uteri

TINDAKAN PEMASANGAN AKDR


1 Pakailah sarung tangan yang baru
2 Pasanglah spekulum vagina untuk melihat serviks
3 Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
4 Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati (takik pertama)
5 Masukkan sonde uterus dengan teknik “Tidak menyentuh” (no touch tehnique) yaitu
secara hati-hati memasukkan sonde ke dalam kavum uteri dengan sekali masuk tanpa
menyentuh dinding vagina ataupun bibir spekulum.
6 Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde
7 Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam
kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pda tabung inserter, kemudian buka
seluruh plastik penutup kemasan

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 35


8 Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyetuh permukaan yang tidak steril,
hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.
9 Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horisontal (sejajar lengan
AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung
inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa
adanya tahanan.
10 Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
11 Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawl yaitu menarik keluar
tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong
12 Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai
leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan

Gambar. Memasukkan AKDR dengan Metode Tarik


13 Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang lebih 3-4
cm
14 Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah terkontaminasi
15 Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
16 Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan
dengan kasa selama 30-60 detik
17 Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
TINDAKAN PASCA PEMASANGAN
1 Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
2 Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan sekali
pakai) ke tempat yang sudah disediakan (tempat sampah medik)
3 Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5%, buka dalam keadaan terbalik dan rendam dalam klorin 0,5%
4 Cuci tangan dengan air dan sabun
5 Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang
KONSELING PASCA PEMASANGAN
1 Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
dilakukan
2 Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
3 Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol
4 Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun
5 Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut.
6 Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
7 Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien

2. PROSEDUR PENCABUTAN AKDR

NO LANGKAH – LANGKAH
PENGETAHUAN
KONSELING PRA PENCABUTAN
1 Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
2 Tanyakan tujuan dari kunjungannya
3 Tanyakan apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut dan jawab semua
pertanyaannya
4 Tanyakan tujuan dari Keluarga Berencana selanjutnya (apakah klien ingin mengatur
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 36
jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
5 Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat proses
pencabutan dan setelah pencabutan
TINDAKAN PRA PENCABUTAN
1 Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci kemaluannya
mengguakan sabun.
2 Bantu Klien naik ke meja pemeriksaan
3 Cuci tangan dengan air sabun , keringkan dengan kain bersih
4 Pakai sarung tangan baru yang telah di DTT
5 Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT
TINDAKAN PENCABUTAN
1 Lakukan pemeriksaan bimanual :
 Pastikan gerakan serviks bebas
 Tentukan besar dan posisi uterus
 Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
2 Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
3 Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
4 Jepit benang yang dekat dengan klem.
5 Tarik keluar benang dengan mantap tetapi hati-hati untuk mengeluarkan AKDR

6 Tunjukkan AKDR tersebut pada klien, kemudian rendam dalam klorin 0,5 %
7 Keluarkan spekulum dengan hati-hati
TINDAKAN PASCA PENCABUTAN
1 Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0.5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
2 Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kas, sarung tangan sekali pakai )
ketempat yang sudah disediakan
3 Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan 0.5 %,
kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam klorin tersebut
4 Cuci tangan dengan air dan sabun
5 Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
KONSELING PASCA PENCABUTAN
1 Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah ( misalnya
pendarahan yang lama atau rasa nyeri pada perut / panggul )
2 Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang diberikan
3 Jawab semua pertanyaan klien
4 Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta
keuntungan dari masing-masing alat kontrasepsi bila klien ingin tetap mengatur jarak
kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya
5 Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru atau berikan alat kontrasepsi
sementara sampai klien dapat memutuskan alat kontrasepsi baru yang akan dipakai
6 Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 37


KONSELING SEBELUM DAN SESUDAH PEMASANGAN SERTA TEKNIK DALAM
PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKBK (ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT)

A. URAIAN TEORI

Alat kontrasepsi Bawah Kulit atau Implan adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik
berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang dipasang dibawah kulit. Metode kontrasepsi
hormonal ini efektif dan tidak permanen dalam mencegah terjadinya kehamilan.

AKBK berbentuk silastik lembut dan berongga dan ujungnya tertutup sehingga aman jika
dimasukan di bawah kulit. Jenis AKBK yang sering digunakan, antara lain:

a. Norplan.

b. Implanon terdiri atas satu batang kapsul polimer (ethylene vinyl acetate).

c. Indoplant dan Jadena/Jadele terdiri dari 2 batang mengandung 150 mg levonogestrel .

KONSELING AWAL

1. Profil

a. Efektivitas 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon.

b. Nyaman.

c. Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia reproduksi.

d. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.

e. Kesuburan segera kembali setelah Implan dicabut.

f. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea.

g. Aman dipakai pada masa laktasi.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 38


2. Jenis yang umum digunakan :

Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja
3 tahun.

3. Cara kerja

a. Lendir serviks menjadi kental.

b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi Implanasi.

c. Mengurangi transportasi sperma.

d. Menekan ovulasi.

4. Keuntungan

a. Daya guna tinggi.

b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).

c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.

d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

e. Bebas dari pengaruh estrogen.

f. Tidak mengganggu kegiatan senggama.

g. Tidak mengganggu ASI.

h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

i. Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.

SELEKSI KLIEN

1. Yang Boleh Menggunakan Implan

a. Usia reproduksi.

b. Telah memiliki anak ataupun belum.

c. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan


kehamilan jangka panjang.

d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

e. Pascapersalinan dan tidak menyusui.

f. Pascakeguguran.

g. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.

h. Riwayat kehamilan ektopik.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 39


i. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembukuan darah, atau anemia bulan sabit
(sickle cell).

j. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung esterogen.

k. Sering lupa menggunakan pil.

2. Waktu mulai Menggunakan Implan

a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7, tidak diperlukan metode
kontrasepsi tambahan.

b. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila insersi
setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

c. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi
kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk
7 hari saja.

d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi dapat dilakukan
setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.

e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan
setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan alat
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan Implan insersi
dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien
menggunakan kontrasepsi kontrasepsi terdahulu dengan benar.

g. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, Implan dapat diberikan pada saat
jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.

h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR) dan klien
ingin menggantinya dengan Norplant, insersi Norplant dapat dilakukan setiap saat, asal saja
diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.

i. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan Implan,
Indoplant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera
dicabut.

j. Pascakeguguran Implan dapat segera diinsersikan.

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN PEMASANGAN IMPLAN

1. Meja periksa untuk berbarung klien.

2. Alat penyangga lengan (tambahan).

3. Batang implan dalam kantong.


LPK ASSYIFAUL QOLBI | 40
4. Kain penutup steril (disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat meletakkan implan.

5. Sepasang handscon.

6. Sabun untuk mencuci tangan.

7. Larutan antiseptik (misal larutan betadine).

8. Zat anastesi lokal (konsentrasi 1% tanpa Epinefrin).

9. Spuit (5-10cc).

10. Trokar.

11. Skalpel.

12. Kasa pembalut, band aid, atau plester.

13. Kasa steril dan pembalut.

14. Epinefrin untuk renjatan (harus tersedia untuk keperluan darurat).

15. Klem penjepit atau forsep mosquito (tambahan).

16. Bak instrumen tertutup.

PENCABUTAN IMPLAN

1. Persiapan pencabutan Implan

a. Indikasi pencabutan Implan

1) Ibu hamil

2) Efektivitas Implan telah habis

3) Terdapat ekspulsi

4) Tidak tahan dengan efek samping yang timbul

5) Ingin punya anak lagi

6) Infeksi atau abses

b. Konseling sebelum pencabutan

1) Menanyakan alasan ingin dicabut

2) Menanyakan pada klien apakah ingin mengatur jarak kehamilan atau ingin membatasi
kelahiran

3) Menceritakan secara ringkas proses pencabutan yaitu sama seperti dulu waktu dipasang nanti
akan sakit sedikit dan memerlukan waktu 10-20 menit.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 41


c. ALAT-ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN PENCABUTAN IMPLAN

1) Tempat tidur

2) Lengan penyangga kalau ada

3) Sabun untuk cuci lengan dan tangan petugas

4) Handuk/kain untuk mengeringkan tangan stelah cuci tangan

5) Keranjang dan tas plastik yang tidak bocor untuk tempat kotoran

6) Obat anastesi

7) Spuit 5cc

8) Duk steril berlubang

9) Tiga mangkuk kecil steril, yaitu untuk laruta antiseptic (betadin), satu untuk merendam kapas
dalam air steril untuk membersihkan bedak pada handscoen, satu berisi larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi kapsul yang sudah dicabut dan klem/pinset untuk deinfeksi.

10) Sepasang sarung tangan steril

11) Skapel nomer 11

12) Klem masquito/crille (klem lengkung dan lurus)

13) Klem pemegang Implan (modifikasi klem vasektomi tanpa pisau) untuk teknik U

14) Kom berisi larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi alat-alat dari logam maupun untuk duk
dan handscoen harus disendirikan dan tidak jadi satu.

d. Metode Pencabutan Implan

Metode standar pencabutan menggunakan klem mosquito atau crile untuk menjepit kapsul
telah digunakan sejak awal 1980-an. Sejak itu telah banyak dilaporkan modifikasi dari metode
standar pencabutan, misalnya metode “pop out” yang diperkenalkan oleh Darney, dkk pada
tahun 1992. Dibandingkan pemasangan, pencabutan lebih memerlukan kesabaran dan
keahlian. Selain itu pemasangan yang tidak baik (misalnya terlalu dalam atau tidak
menggunakan pola) menyebabkan pencabutan dengan metode apapun akan memakan waktu
yang lama dan lebih banyak perdarahan dibandingkan pada waktu pemasangan.

B. PROSEDUR

1. SOP (STANDART OPERATING PROSEDURE) KETERAMPILAN PEMASANGAN


IMPLAN-2BATANG

LANGKAH / TUGAS
PENGETAHUAN
PERSIAPAN
KONSELING AWAL

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 42


1. Tanyakan dengan seksama apakah klien telah mendapatkan konseling tentang prosedur
pemasangan Implan-2.
2. Periksa kembali rekam medis dan lakukan penilaian lanjutan bila ada indikasi.
3. Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anestesi.
4. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya sebersih mungkin
dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun.
5. Bantu klien naik ke meja periksa.
6. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan klien dan atur posisi lengan klien dengan
benar.
7. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas, dengan mengukur 8 cm diatas
lipatan siku.
8. Beri tanda pada tempat pemasangan dengan pola kaki segi tiga terbalik untuk memangsa dua
kapsul Impllan-2 (40 mm).
9. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau telah didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) sudah tersedia.
10. Buka peralatan steril dari kemasannya.
11. Buka kemasan Implan-2 dan jatuhkan ke dalam mangkok kecil yang steril (atau biarkan dalam
kemasannya bila tidak tersedia mangkok kecil yang steril).
Tindakan Pra Pemasangan Implan-2
12. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
13. Pakai sarung tangan steril (DTT), bila sarung tangan diberi bedak, hapus bedak dengan
menggunakan kasa yang telah dicelupkan ke dalam air steril (DTT).
14. Siapkan peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan.
15. Hitung jumlah kapsul untuk memastikan 2 buah.
16. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik, gerakkan ke arah luar secara melingkar
dengan diameter 10-15 cm dan biarkan kering.
17. Pasang kain penutup (doek) steril (DTT) di sekitar lengan klien.
Pemasangan Kapsul Implan-2
18. Suntikkan anastesi lokal 0,3 cc pada kulit (intradermal) pada tempat insisi yang telah
ditentukan,sampai kulit sedikit menggelembung.
19. Teruskan penusukan jarum ke lapisan yang di bawah kulit (subdermal) sepanjang 4 cm, dan
suntikkan masing-masing 1 cc pada jalur pemasangan kapsul 1 dan 2.
20. Uji efek anastesinya sebelum melakukan anastesi pada kulit.
21. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel dan ujung bisturi hingga mencapai lapisan
subdermal.
22. Masukkan trokar dan pendorongnya melalui tempat insisi dengan sudut 45 o hingga mencapai
lapisan subdermal kemudian luruskan trokar sejajar dengan permukaan kulit.
23. Ungkit kulit dan dorong trokar dan pendorongnya sampai batas tanda 1 (pada pangkal trokar)
tepat berada pada luka insisi.
24. Keluarkan pendorong.
25. Masukkan kapsul yang pertama ke dalam trokar dengan tangan atau dengan pinset, tadahkan
tangan yang lain dibawah kapsul sehingga dapat menangkap kapsul bila jatuh.
26. Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul ke arah ujung dari trokar sampai terasa adanya

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 43


tahanan.
27. Tahan pendorong di tempatnya dengan satu tangan, dan terik trokar keluar sampai mencapai
pangkal pendorong
28. Sambil menahan ujung kapsul di bawah kulit, tarik trokar dan pendorongnya secara bersama-
sama sampai batas tanda 2 (pada ujung trokar) terlihat pada luka insisi.
29. Kemudian belokkan arah trokar ke samping dan arahkan ke sisi lain dari kaki segitiga terbalik
(imajiner), dorong trokar dan pendorongnya hingga tanda 1 berada pada luka insisi.
30. Cabut pendorong dan masukkan kapsul kedua, kemudian dorong kapsul hingga terasa ada
tahanan pada ujung trokar.
31. Tahan pendorong dan tarik ke arah pangkal pendorong untuk menempatkan kapsul pada
tempatnya.
32. Tahan ujung kapsul kedua yang sudah terpasang di bawah kulit, tarik trokar dan pendorong
hingga keluar dari luka insisi.
33. Raba kapsul dibawah kulit untuk memastikan kedua kapsul Implan-2 telah terpasang baik pada
posisinya.
34. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari luka insisi.
Tindakan Pasca Pemasangan
35. Tekan pada tempat insisi dengan kasa untuk menghentikan perdarahan
36. Dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan band-aid.
37. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan bawah kulit atau memar pada kulit.
38. Beri petunjuk pada klien cara merawat luka dan jelaskan bila ada nanah atau perdarahan atau
kapsul keluar dari luka insisi maka ia harus segera kembali ke klinik.
39. Masukkan klorin dalam tabung suntik dan rendam alat suntik tersebut dalam larutan klorin
selama 10 menit.
40. Letakkan semua peralatan dalam larutan klorin selama 10 menit untuk dekontaminasi,
pisahkan trokar dari pendorongnya.
41. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempatnya (kasa, sarung tangan/alat suntik
sekali pakai,kapas).
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin, kemudian buka
dan rendam selama 10 menit.
43. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain bersih.
44. Gambar letak kapsul pada rekam medik dan catat bila ada hal khusus.
45. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.
KONSELING PASCA PEMASANGAN
1. Instruksi Untuk Klien
a. Daerah insersi tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan
untuk mencegah infeksi pada luka insisi.
b. Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit perih, pembengkakan, atau lebam pada
daerah insisi. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan.
c. Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun, hindari benturan, gesekan, atau penekanan
pada daerah insersi.
d. Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan plester dipertahankan hingga luka

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 44


sembuh (biasanya 5 hari).
e. Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar.
f. Bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, peradagan, atau bila rasa sakit
menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.
2. Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
a. Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan akan berakhir sesaat setelah
pengangkatan.
b. Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama pada 6 sampai 12 bulan pertama. Beberapa
perempuan mungkin akan mengalami berhentinya haid sama sekali.
c. Obat-obat tuberculosis ataupun obat epilepsy dapat menurunkan efektivitas Implan.
d. Efek samping yang berhubungan dengan Implan dapat berupa sakit kepala, penambahan
berat badan, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini tidak berbahaya dan biasanya akan
hilang dengan sendirinya.
e. Berikan kepada klien kartu yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat insersi, dan nama
klinik.
f. Implan tidak melindungi klien dari infeksi menular seksual, termasuk AIDS. Bila
pasangannya memiliki risiko, perlu menggunakan kondom untuk melakukan hubungan
seksual.
3. Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik
Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut
Implan. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat Implan dipasang bila ditemukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah.
b. Perdarahan yang banyak dari kemaluan.
c. Rasa nyeri pada lengan.
d. Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.
e. Ekspulsi dari batang Implan.
f. Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur.
g. Nyeri dada hebat.
h. Dugaan adanya kehamilan.
Peringatan Khusus bagi Pengguna Implan
a. Terjadi keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan telah terjadi kehamilan.
b. Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan sktopik
c. Terjadi perdarahan banyak dan lama.
d. Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi Implan.
e. Sakit kepala migran, sakit kepala berulang yang berat atau penglihatan menjadi kabur.
f. Hubungi dokter atau klinik bila Anda mendapatkan gejala-gejala di atas.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 45


2. SOP (STANDART OPERATING PROSEDURE) KETERAMPILAN PENCABUTAN
IMPLAN

LANGKAH / TUGAS
PENGETAHUAN
PERSIAPAN
KONSELING AWAL
1. Tanyakan dengan seksama apakah klien telah mendapatkan konseling tentang prosedur
pencabutan Implan-2.
2. Tanyakan apakah sudah mengetahui prosedur pencabutan Implan -2.
3. Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anestesi.
4. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya sebersih mungkin
dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun.
5. Bantu klien naik ke meja periksa, Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan klien
dan atur posisi lengan klien dengan benar.
6. Raba kapsul untuk menentukan lokasi tempat insisi guna mencabut kapsul untuk
memperhitungkan jarak yang sama dari ujung akhir semua kapsul.
7. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau telah didisenfektan tingkat tinggi (DTT) sudah
tersedia.
8. Buka peralatan steril dari kemasannya.
Tindakan Pra-Pencabutan
9. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
10. Pakai sarung tangan steril atau DTT, bila sarung tangan diberi bedak,hapus bedak dengan
menggunakan kasa yang telah dicelupkan ke dalam air steril atau DTT.
11. Siapkan peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan.
12. Pakai sarung tangan steril (DTT), bila sarung tangan diberi bedak, hapus bedak dengan
menggunakan kasa yang telah dicelupkan ke dalam air steril (DTT).
13. Siapkan peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan.
14. Hitung jumlah kapsul untuk memastikan 2 buah.
15. Usap tempat pencabutan dengan larutan antiseptic, gerakkan ke arah luar secara melingkar
dengan diameter 10-15 cm dan biarkan kering.
16. Pasang kain penutup (doek) steril (DTT) disekitar lengan klien.
A. Pencabutan kapsul dengan presentasi dan jepit
1. Suntikkan anastesi local 0,3 cc pada kulit (intradermal) pada tempat insisi yang telah
ditentukan,sampai kulit sedikit menggelembung dan 1cc subdermal dibawah ujung kapsul (1/4
panjang kapsul).
2. Uji efek anastesinya sebelum melakukan anastesi pada kulit.
3. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel dan ujung bisturi hingga mencapai lapisan
subdermal.
4. Tentukan lokasi kapsul yang termudah untuk dicabut dan dorong pelanpelan ke arah tempat
insisi hingga ujung dapat dipresentasikan melalui luka insisi.
5. Jepit ujung kapsul dengan klem lengkung (Mosquito) dan bawa ke arah insisi.
6. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggunakan ujung bisturi
LPK ASSYIFAUL QOLBI | 46
atau skalpel hingga ujung kapsul terbebas dari jaringan yang melingkupinya.
7. Pegang ujung kapsul dengan pinset anatomi atau ujung klem, lepaskan klem penjepit sambil
menarik kapsul keluar.
8. Taruh kapsul pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5% dan lakukan langkah yang sama
untuk kapsul ke dua.
B. Pencabutan kapsul dengan Tehnik Finger Pop Out
1. Suntikkan anastesi local 0,3 cc pada kulit (intradermal) pada tempat insisi yang telah
ditentukan,sampai kulit sedikit menggelembung dan 1cc subdermal dibawah ujung kapsul (1/4
panjang kapsul).
2. Uji efek anastesinya sebelum melakukan anastesi pada kulit.
3. Tentukan ujung kapsul yang paling mudah dicabut.
4. Gunakan jari untuk mendorong ujung kranial kapsul ke arah tempat insisi.
5. Pada saat ujung kaudal kapsul menonjol ke luar, lakukan insisi (2-3 mm) dari ujung kapsul
sehingga ujung kapsul terlihat.
6. Pertahankan posisi tersebut dan bebaskan jaringan ikat yang melingkupi ujung kapsul sehingga
kapsul terbebas keluar.
7. Dorong ujung kranial kapsul tersebut sehingga ujung kaudal muncul keluar (Pop Out) dan dapat
di tarik keluar melalui luka insisi.
8. Taruh kapsul pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5% dan lakukan langkah yang sama
untuk kapsul kedua.
C. Pencabutan kapsul dengan tehnik U klasik
1. Suntikkan anastesi local 0,3 cc pada kulit (intradermal) pada tempat insisi yang telah
ditentukan,sampai kulit sedikit menggelembung dan 1cc subdermal dibawah ujung kapsul (1/4
panjang kapsul).
2. Uji efek anastesinya sebelum melakukan anastesi pada kulit.
3. Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 1 dan 2 lebih kurang 3 mm dari ujung kapsul
dekat siku.
4. Lakukan insisi vertikal di sekitar 3 mm dari ujung kapsul ( setelah ditampilkan dengan
melakukan infiltrasi lidokain 1% pada bagian bawah ujung kapsul.
5. Jepit batang kapsul pada bagian yang sudah diidentifikasi menggunakan klen U (klem fiksasi)
dan pastikan jepitan ini mencakup sebagian besar diameter kapsul.
6. Angkat klem U untuk mempresentasikan ujung kapsul dengan baik, kemudian tusukkan ujung
klem deseksi pada jaringan ikat yang melingkupi ujung kapsul.
7. Sambil mempertahankan ujung kapsul dengan klem fiksasi, lebarkan luka tusuk dan bersihkan
jaringan ikat yang melingkupi ujung kapsul sehingga bagian tersebut dapat dibebaskan dan
tampak dengan jelas.
8. Dengan ujung tajam klem diseksi mengarah ke atas, dorong jaringan ikat yang membungkus
kapsul dengan tepi kedua sisi klem (lengkung atas) sehingga ujung kapsul dapat dijepit dengan
klem diseksi.
9. Jepit ujung kapsul sambil melonggarkan jepitan klem fiksasi pada batang kapsul.
10. Tarik keluar ujung kapsul yang dijepit sehingga seluruh batang kapsul dapat dikeluarkan .
Letakkan kapsul yang sudah dicabut pada mangkok.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 47


11. Lakukan langkah 2 hingga 8 pada kapsul kedua.
Tindakan Pasca Pencabutan
17. Setelah seluruh kapsul tercabut, hitung kembali jumlah kapsul untuk memastikan bahwa kapsul
telah dikeluarkan.
18. Perlihatkan kedua kapsul tersebut pada klien.
19. Rapatkan kedua tepi luka insisi dan tutup dengan band-aid.
20. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi memar.
21. Beri petunjuk pada klien cara merawat luka. Anjurkan pada klien untuk segera kembali ke
klinik bila ada nanah atau darah keluar dari luka insisi.
22. Masukkan klorin 0,5% dalam tabung suntik dan rendam alat suntik tersebut dalam klorin
selama sepuluh menit.
23. Letakkan semua peralatan dalam larutan klorin selama sepuluh menit untuk dekontaminasi.
24. Buang peralatan dan bahan habis pakai (kasa, kapas, sarung tangan/alat suntik sekali pakai dan
kapsul implan-2) ke tempat atau wadah sampah medik.
25. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 10%, buka dan
rendam selama sepuluh menit.
26. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain bersih.
27. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 48


REFERENSI

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku


Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan dan JICA (Japan International
Cooperation Agency),
2. Pusdik SDM Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatana, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. “Praktek Klinik Kebidanan III”.
3. A. Mardiah Tahir, Retno Budiati Farid. 2015. Buku Panduan Keterampilan Pemasangan Dan
Pencabutan AKDR.Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak, Praktik Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.

LPK ASSYIFAUL QOLBI | 49

Anda mungkin juga menyukai