Anda di halaman 1dari 25

2.

Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan fisik umum


1. Tinggi badan Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik.
Karena tinggi yang pasti sering kali tidak diketahui dan tinggi badan berubah
seiring peningkatan usia wanita, tinggi badan harus diukur pada saat
kunjungan awal.
2. Berat badan Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk membuat
rekomendasi penambahan berat badan pada eanita hamil dan untuk
membatasi kelebihan atau kekurangan berat. Selama bertahun-tahun banyak
saran telah diajukan tentang penambahan berat ideal pada wanita hamil.
Salah satu sumber pedoman terbaru dari Institute of Medicine menggunakan
Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menentukan penambahan berat yang
direkomendasikan. IMT diperoleh dengan menghubungkan tinggi badan
klien dengan berat badannya saat hamil (Apendiks K).
3. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respirasi.
b. Kepala dan leher
1. Edema di wajah
2. Ikterus pada mata
3. Mulut pucat
4. bibir pecah-pecah
5. Leher meliputi pembengkakan pada saluran limfe/pembesaran kelenjar tiroid
c. Tangan dan kaki
1. Edema pada jari tangan
2. Kuku jari pucat
3. Varices vena
4. Refleks
d. Payudara
1. Ukuran, simetris
2. puting payudara: masuk/menonjol
3. keluarnya kolostrum atau cairan lain
4. retraksi, dimpling
5. massa
6. nodul axilla
e. Abdomen
1. Luka bekas operasi
2. Tinggi fundus uteri
3. Letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala (jika >36 minggu)
4. DJJ (jika> 18 minggu)
f. Genital luar
1. Varices
2. Perdarahan
3. Luka
4. Cairan yang keluar
5. Pengeluaran dari uretra dan skene
6. Kelenjar bartholin : bengkak, massa, cairan yang keluar
g. Genital dalam
1. Serviks : cairan yang keluar, luka, kelunakan, posisi, mobilitas,
tertutup/membuka.
2. Vagina : cairan yang keluar, luka, darah.
3. Ukuran adneksa: bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, masssa (pada TW I).
4. Uterus : ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan, massa (pada TW I).

3. Pemeriksaan Panggul

Tanda-tanda menimbulkan perasangka panggul sempit ialah :

1. Pada primigravida kepala belum turun pada bulan terakhir.


2. Pada multipara jika dalam anamnesa, ternyata persalinan-persalinan yang dulu
sukar (riwayat obstetric yang jelek).
3. Jika terdapat kelainan letak hamil tua.
4. Jika badan penderita menunjukkan kelainan seperti kyphose, scoliose, kaki
pendek sebelah/pincang, cebol.
5. Kalau ukuran-ukuran luar sempit. Jika ada prasangka panggul sempit baiknya
dikonsulkan kepada seorang dokter ahli. Kita biasanya memeriksa dan
mengukur panggul sekali dalam kehamilan ialah dengan toucher karena ukuran-
ukuran dalamlah yang menentukan luasnya jalan lahir.
a. Biasanya dilakukan pada kehamilan 8 bulan, yang diperiksa ialah :
1. Conjugate diagonalis.
2. apakah lineainnominata teraba seluruhnya/hanya sebagian.
3. Keadaan sacrum apakah concaaf dalam arah atas bawah dari kiri k
kanan.
4. Keadaan dinding samping panggul apakah lurus/convergent.
5. Apakah spinae ischiadicae menonjol.
6. Keadaan os pubis adakah exostose.
7. Keadaan arcus pubis.
b. Peluang calon ibu agar bisa melahirkan normal berdasarkan bobot bayi:
1. Panggul sempit, panggul jenis ini hanya bisa mengeluarkan bayi
berbobot 2,5 kg ke bawah.
2. Panggul sedang, bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg s/d 3,5 kg.
3. Panggul luas, panggul jenis ini bisa mengeluarkan bayi berukuran besar
3,5 kg s/d 3,9 kg.
c. Ukuran panggul rata-rata dan terkategori normal:
1. Pintu atas panggul (pelvic inlet) minimal memiliki diameter 22 cm.
2. Pintu tengah panggul (mid pelvic) diameter minimalnya adalah 20 cm.
3. Pintu bawah panggul, panjang diameter normalnya rata-rata minimal 16
cm.
d. Panggul Luar :
1. Distansia Spinarum: Jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan
kanan, normalnya 23-26 cm
2. Distansia Cristarum: Jarak yang terjauh antara crista iliaca kanan dan
kiri, normalnya 26-30 cm
3. Conjugata Eksterna: Jarak antara pinggir atas sympisis dan ujung
prosessus spinosus ruas tulang lumbal ke-V, normalnya 18-20 cm
4. Lingkar Panggul: Dari pinggir atas sympisis ke pertengahan antara
spina iliaca anterior superior dan trochanter major sepihak dan kembali
melalui tempat-tempat yang sama di pihak yamg lain, normalnya 80-90
cm.
e. Panggul Dalam :
1. Conjugata Diagonalis.
2. Promontorium, Linea Innominata.
3. Spina Isiadika, Kelengkungan Sakrum, Dinding Samping Pelvis.
4. Arkus Pubis, Mobilitas Tulang Coccygeus.
4. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium merupakan pemeriksaan untuk menunjang


diagnosis penyakit, guna mendukung atau menyingkirkan diagnosis lainnya.
Pemeriksaan laboratorium merupakan penelitian perubahan yang timbul pada
penyakit dalam hal susunan kimia dan mekanisme biokimia tubuh (perubahan ini
bisa penyebab atau akibat). Pemeriksaan laboratorium juga sebagai ilmu terapan
untuk menganalisa cairan tubuh dan jaringan guna membantu petugas kesehatan
dalam mendiagnosis dan mengobati pasien. Pada umumnya diagnosis penyakit
dibuat berdasarkan gejala penyakit (keluhan dan tanda), dan gejala ini
mengarahkan dokter pada kemungkinan penyakit penyebab. Hasil pemeriksaan
laboratorium dapat menunjang atau menyingkirkan kemungkinan penyakit yang
menyebabkan, misalnya dalam pemeriksaan biakan darah pada demam tifoid, jika
positif amat mendukung diagnosis, tapi bila negatif tak menyingkirkan diagnosis
demam tifoid jika secara klinis dan pemeriksaan lain (misalnya pemeriksan
WIDAL) menyokong. Dalam diagnosis penyakit kadang-kadang tidaklah mudah,
terutama pada permulaan penyakit, gejala klinis penyebabnya masih berupa
kemungkinan, meski dokter biasanya dapat menetapkan kemungkinan yang paling
tinggi. Karena itu, pada tahap permulaan dokter tidak selalu dapat menentukan
diagnosis penyakit. Diperlukan data-data tambahan dari pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan penunjang lain. Menurut Henry dan Howanitz, para dokter
memilih dan mengevaluasi uji-uji laboratorium dalam perawatan pasien sekurang-
kurangnya satu dari alasan-alasan berikut ini:

1. Untuk menunjang diagnosis klinis


2. Untuk menyingkirkan kemungkinan suatu diagnosis atau penyakit
3. Untuk digunakan sebagai pedoman terapi atau manajemen
4. Untuk digunakan sebagai panduan prognosis
5. Untuk mendeteksi suatu penyakit (uji saring)
Dari lima hal di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan laboratorium
memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut:
1. Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan
resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi
individu beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan).
2. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita
seseorang, berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta
berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.
3. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis
4. Membantu pemantauan pengobatan
5. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk
memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi dan pengelolaan
pasien
6. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan
penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat
meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya
dilakukan secara berkala
7. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan
potensial membahayakan
8. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati
penyakit Berikut ini merupakan beberapa contoh Pemeriksaan Laboratorium,
yaitu :
1. Pemeriksan laboratorium dilakukan melalui prosedur pemeriksaan khusus
dengan mengambil bahan atau sample dari penderita, yang dapat berupa darah,
urine (air kencing), faeces, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy.
2. Pemeriksaan Hematologi, dapat berupa: Panel pemeriksaan demam, untuk
mengetahui adanya penyakit infeksi yang dapat menimbulkan demam.
3. Pemeriksaan fungsi hati dan pertanda hepatitis, untuk mengetahui adanya
radang hati dan adanya gangguan pada fungsi hati.
4. Pemeriksaan fungsi ginjal dan pemeriksaan kimia darah, untuk faal ginjal.
5. Pemeriksaan metabolisme gula, untuk diagnosis dan follow up kadar gula
darah.
6. Pemeriksaan metabolisme lemak, untuk mengetahui kadar lemak darah untuk
mendeteksi resiko terhadap kejadian penyakit.
7. Pemeriksaan elektrolit darah.
8. Pemeriksaan Imunoserologi.
9. Pemeriksaan Radiologi: meliputi pemeriksaan rontgen, ultrasonografi (USG),
computed tomography (CT Scan), magnetic resonance imaging (MRI),
intravenous pyelography (IVP), dan sebagainya. Dengan berbagai macam
pemeriksaan radiologi ini dapat diketahui adanya anomali organ, massa,
peradangan, perdarahan, sampai pada penilaian fungsi ekskresi dan kerusakan
struktur organ.
10. Pemeriksaan urine.
11. Pemeriksaan laboratorium pada kehamilan, pemeriksaan laboratorium pra-
nikah.
12. Pemeriksaan feses.
13. Pemeriksaan analisa cairan otak.
14. Pemeriksaan analisa getah lambung, duodenum, dan cairan empedu.
15. Pemeriksaan laboratorium lainnya seperti analisa sperma, batu empedu, cairan
pleura, batu ginjal, sputum. Perlu diingat bahwa penentuan diagnosis suatu
penyakit harus dilihat pada penemuan klinis yang didapat, bukan hanya dari
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium hanya sebagai
pemeriksaan penunjang untuk diagnosis suatu penyakit.

5. Pengkajian Emosional

a. Trimester Pertama Selama bulan pertama hingga ketiga, suasana emosi ibu
hamil biasanya gampang sekali berubah. Pergolakan emosi menyebabkan anda
sensitif, mudah menangis, gampang lelah, takut bila terjadi keguguran, lebih
merasakan “sakit” dari pada hamil. Perubahan emosi anda lebih disebabkan
adanya aktifitas hormonal yang meningkat pesat dan sebagai faktor fisik.
Misalnya kelelahan, mual, muntah, morning sickness atau perubahan bentuk
tubuh.
b. Trimester kedua Pada usia kehamilan ini, emosi anda jauh lebih baik dan tidak
banyak keluhan yang anda rasakan pada trimester sebelumnya. Oleh karena itu,
periode ini bisa disebut periode keemasan. Anda mulai bisa menyesuaikan diri
dengan perubahan hormonal kehamilan. Selain itu, tidak banyak muncul
keluhan keluhan fisik. Inilah yang membuat anda bisa menjalani kehamilan
dengan lebih enak dan tidak sedramatis sebeumnya.
c. Trimester tiga Memasuki trimester akhir ini, kondisi perut anda akan semakin
besar dan mengakibatkan anda susah bergerak, cepat lelah, mudah lupa dan
gampang cemas. Emosi kembali sukar untuk dikendalikan, bahkan anda
menjadi lebih sensitif. Tetapi seiring bertambahnya usia kehamilan, anda
menjadi lebih siap mental untuk mempersiapkan persalinan dan kelahiran buah
hati yang telah dilahirkan. Tips Menghadapi Perubahan Emosi:
1. Mengetahui perubahan emosi yang anda rasakan adalah normal dan bisa
membantu.
2. Berbagi pengalaman dan perasaan dengan pasangan serta menjalani
komunikasi yang lebih terbuka.
3. Makan maknan yang bergizi sert berolahraga teratur juga bisa membantu
anda untuk membentuk pola pikir positif tentang kondisi anda.
4. Mengikuti kelas kehamilan bersama dengan pasangan.
5. Berbagi pengalaman dengan orang yang pernah mengalami kondisi serupa
dengan anda.
6. Memperbanyak pengetahuan dan informasi tentang kehamilan dari buku,
internet, majalah atau sumber lain.
b. Pengkajian Fetal
1. Gerakan Janin
a. Pengertian
Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin,dimana
gerakan janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketika gerakan ini
dirasakan. Data sedikitnya 10 gerakan perhari dianggap lazim. Perhitungan
gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan34-36minggu bagi wanita
yang berisiko rendah mengalami insufisiensi utero plasenta. Sedangkan
pada wanita yang faktor resikonya telah diidentifikasi, perhitungan gerakan
janin dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu.Gerakan janin normal yaitu
sekelompok atau beberapa kelompok aktivitas tungkai dan tubuh janin yang
menunjukan normalitas.Gerakan janin pada grimigravida dirasakan pada
kehamilan 18minggu, sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16
minggu.
b. Hal yang mempengaruhi gerakan janin
a. Kapan gerakan muncul
b. Usia kandungan
c. Kadar glukosa
d. Stimulus suara
e. Status prilaku janin
f. Penggunaan obat-obatan dan kebiasaan merokok
g. Hipoksia
h. Asidemia
i. Polihidramnion
j. Oligohidramnion
c. Cara menghitung gerakan janin Pengkajian riwayat merupakan langkah
yang penting. Klien sering melaporkan penurunan gerakan janin karena
mereka lupa merasakan aktifitas janin selama periode waktu tertentu dan
juga tidak terlalu menaruh perhatian terhadap hal ini.Anjurkan klien untuk
fokus pada aktifitas janin selama periode waktusatu jam, terutama saat ia
sedang beristirahat, dalam kondisi gizi baik,dan asupan cairan
cukup.Apabila klien mampu membaca dan memahami prosedur grafik
dasar,maka dapat menggunakan metode count to ten (menghitung
sampai10):
1. Jadwalkan satu sesi perhitungan perhari
2. Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari
3. Catat berapa lama biasanya dibutuhkan untuk merasakan 10 kali
gerakan
4. Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 10 jam.
Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 10 jam, jika dibutuhkan waktu
lebih lama untuk mencapai 10 kali gerakan, atau jika tidak terasa gerakan
dalam 10 jam maka hubungi bidan. Kelebihan metode ini yaitu: mudah
digunakan, singkat dan mudah diinterpretasi

2. DJJ
a. Pengertian
Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata wanita tidak
sedang bersalin, atau diukur diantara dua kontraksi. Rentang normal adalah
120 sampai 160 denyut/menit. Bunyi denyut jantung janin seperti bunyi
detik jam dibawah bantal.
b. Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin
1. Dengan menggunakan Stetoskop Pinard
a. Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat gangguan
dari suara lain.
b. Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus, bagian yang
tidak perlu diperiksa ditutup, pintu atau jendela ditutup.
c. Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan
palpasi.
d. Mencari daerah atau tempat dimana kita akan
mendengarkan.Setelah daerah ditemukan, stetoskop pinard di pakai
bagian yang berlubang luas ditempatkan ke atas tempat atau daerah
dimana kita akan mendengarkan. Sedangkan bagian yang
luasnyasempit ditempatkan pada telinga kita, letakkan tegak lurus.
e. Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut
jantung janin. Bila terdengar suatu detak, maka untuk memastik
anapakah yang terdengar itu denyut jantung janin, detak ini harus
disesuai dengan detak nadi ibu. Bila detakkan itu sama dengan nadi
ibu, yang terdengar bukan jantunt janin, tetapi detak aorta
abdominalis dari ibu.
f. Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantung
janin maka dihitung untuk mengetahui teraturnya dan frekuensinya
denyut jantung janin itu.
2. Dengan menggunakan Doppler
a. Nyalakan doppler, untuk memeriksa apakah doppler dapat
digunakan.
b. Usahakan jelly pada abdomen ibu, tepet pada daerah yang telah
ditentukan. Kegunaan jelly adalah sebagai kontak kedap udara
antara kulit abdomen dengan permukaan sensor.
c. Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan,kemudian
tekan tombol start untuk mendengarkan denyut jantung janin.
d. Lakukan penyesuaian volume seperlunya dengan menggunakan
tombol pengatur volume.
e. Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditujukan melalui
monitor.
c. Cara menghitung denyut jantung janin Menghitung denyut jantung janin
(DJJ) yaitu dengan mendengarkan 3x5 detik dikalikan dengan 4.
Contohnya :

5 detik 5 detik 5 detik Kesimpulan


11 12 11 4 (11+12+11)= 136 menit
Teratur dan janin baik.
10 14 9 -4 (10+14+9) 132/m. tak teratur dan
janin asphyxia.
8 7 8 -4 (8+7+8)= 92/m. tak teratur dan janin
asphyxia.
3. Non Stress Test (NST) Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai
hubungan gambaran DJJ dan aktivitas janin. Cara pemeriksaan ini
dikenal juga dengan nama aktokardiografi, atau fetal activity
acceleration determination (FAD; FAAD). Penilaian dilakukan
terhadap frekuensi dasar DJJ, variabilitas, dan timbulnya akselerasi
yang menyertai gerakan janin.
a. Tehnik pemeriksaan NST :
1. Pasien berbaring dalam posisi semi-Fowler, atau sedikit miring
ke kiri. Hal ini berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke
janin dan mencegah terjadinya hipotensi.
2. Sebelum pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran tensi,
suhu, nadi, dan frekuensi pernafasan ibu. Kemudian selama
pemeriksaan dilakukan, tensi diukur setiap 10-15 menit
(hasilnya dicatat pada kertas KTG).
3. Aktivitas gerakan janin diperhatikan dengan cara:
a. Menanyakan kepada pasien.
b. Melakukan palpasi abdomen.
c. Melihat gerakan tajam pada rekaman tokogram (kertas
KTG).
4. Bila dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan
janin, dilakukan perangsangan janin, misalnya dengan
menggoyang kepala atau bagian janin lainnya, atau dengan
memberi rangsang vibro-akustik (dengan membunyikan bel,
atau dengan menggunakan alat khusus untuk keperluan
tersebut).
5. Perhatikan frekuensi dasar DJJ (normal antara 120 – 160 dpm).
6. Setiap terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas KTG.
Perhatikan apakah terjadi akselerasi DJJ (sediktinya 15 dpm).
7. Perhatikan variabilitas DJJ (normal antara 5 – 25 dpm).
8. Lama pemeriksaan sedikitnya 20 menit.
b. Interpretasi NST
1. Reaktif:
a. Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit,
disertai dengan akselerasi sedikitnya 15 dpm.
b. Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara 120 – 160
dpm.
c. Variabilitas djj antara 5 – 25 dpm.
2. Non-reaktif:
a. Tidak terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak
terdapat akselerasi pada gerakan janin.
b. Frekuensi dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau
lebih dari 160 dpm).
c. Variabilitas djj kurang dari 2 dpm.
3. Meragukan:
a. Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau
terdapat akselerasi yang kurang dari 15 dpm.
b. Frekuensi dasar djj abnormal.
c. Variabilitas djj antara 2 – 5 dpm.

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti dengan


keadaan janin yang baik sampai 1 minggu kemudian
(spesifisitas 95% – 99%).Hasil NST yang non-reaktif disertai
dengan keadaan janin yang jelek (kematian perinatal, nilai
Apgar rendah, adanya deselerasi lambat intrapartum), dengan
sensitivitas sebesar 20%.Hasil NST yang meragukan harus
diulang dalam waktu 24 jam. Oleh karena rendahnya nilai
sensitivitas NST, maka setiap hasil NST yang non-reaktif
sebaiknya dievaluasi lebih lanjut dengan contraction stress test
(CST), selama tidak ada kontraindikasi.

4. Amniosentesis
Amniosintesis adalah metode untuk mendapatkan cairan amnion dengan
memasukkan trocar halu dan kanula yang steril ke dalam cavitas amnii melewati
dinding abdomen dan dinding uterus.Sel-sel fetus dilepaskan kedalam amnion dan
dapat dikaji untuk penentuan jenis kelamin dan kesehatan fetus.Untuk alasan yang
sudah jelas, maka letak plasenta harus ditetapkan sebelum amniosentesis. Kajian-
kajian berikutnya akan dilakukan pada specimen cairan yang di aspirasi antara
umur kehamilan 14 sampai 18 minggu. Hasil analisis biasanya baru diperoleh
setelah paling cepat 3 minggu.Dan uji dagnostik yang lebih baru telah dirancang
untuk menghindari hasil yang terlalu lama ini.
c. Menentukan Diagnosa
1. Menetapkan Normalitas Kehamilan adalah kehamilan dimana ibu dalam
keadaan sehat, tidak ada riwayat obstetrik buruk, ukuran uterus sama/sesuai
usia kehamilan serta hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium normal. Lamanya
kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40
minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini
disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu
disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut
kehamilan prematur. Kehamilan yang terakhir ini akan mempengaruhi viabilitas
(kelangsungan hidup) bayi yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu muda
mempunyai prognosis buruk.
2. Membedakan Antara Ketidaknyamanan dalam Kehamilan dan Kemungkinan
Komplikasi Tidak semua wanita mengalami ketidaknyamanan akibat kehamilan
yang disebutkan dibawah ini, akan tetapi tidak sedikit juga wanita yang
mengalami ketidaknyamanan tersebut.
a. Rasa letih Rasa letih sering terjadi selama trimester pertama tanpa diketahui
penyebabnya. Salah satu sangkaan yang diajukan ialah penurunan awal
dalam laju metabolik dasar pada awal-awal kehamilan, tetapi mengapa hal
itu terjadi tidaklah jelas. Untunglah hal ini hanya merupakan
ketidaknyamanan yang terbatas, biasanya akan lenyap pada akhir trimester
pertama. Namun, hal tersebut bisa mempunyai efek meningkatkan intensitas
respon psikologis yang dialami wanita selama masa tersebut.
b. Punggung Atas Sakit (bukan karena penyakit) Sakit punggung bagian atas
bisa terjadi selama trimester pertama oleh karena pertambahan ukuran dan
akibat beratnya payudara, yang juga merupakan pertanda presumtif
kehamilan.
c. Kram Kaki Alasan-alasan fisiologis dari kram di kaki ini tidaklah jelas
diketahui. Selama sekian tahun, kram di kaki dianggap disebabkan oleh
kurangnya atau terganggunya konsumsi kalsium atau ketidakseimbangan
dalam perbandingan kalsium-fosfor didalam tubuh, tetapi semua penyebab
ini sekarang tidak lagi dinyatakan demikian dalam literatur-literatur saat ini.
Satu aliran lain menganggap bahwa uterus yang membesar memberikan
tekanan pada pembuluh-pembuluh darah panggul, dan dengan demikian
mempengaruhi sirkulasi, atau pada syaraf saat mereka meresap melalui
foramen obturator dalam perjalanannya ke tungkai bagian bawah.
d. Edema Tungkai Edema (penimbunan cairan atau bengkak) tungkai adalah
akibat sirkulasi vena yang terganggu serta tekanan vena yang meningkat
didalam tungkai bagian bawah. Gangguan-gangguan sirkulasi ini adalah
disebabkan tekanan dari uterus yang membesar pada pembuluh-pembuluh
vena panggul pada saat wanita tersebut sedang duduk atau berdiri serta pada
vena cava inferior ketika wanita tersebut berbaring menggeletak.
e. Varikositas/varises Edema (penimbunan cairan atau bengkak) tungkai adalah
akibat sirkulasi vena yang terganggu serta tekanan vena yang meningkat
didalam tungkai bagian bawah. Gangguan-gangguan sirkulasi ini adalah
disebabkan tekanan dari uterus yang membesar pada pembuluh-pembuluh
vena panggul pada saat wanita tersebut sedang duduk atau berdiri serta pada
vena cava inferior ketika wanita tersebut berbaring menggeletak.
3. Mengidentifikasi Tanda dan Gejala Penyimpangan dari Keadaan Normal
Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang
dilakukan untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Berikut ini merupakan tanda dan gejala bahaya yang menyimpang dari keadaan
normal atau mengarah pada komplikasi, yaitu:
1. Perdarahan pervaginam
2. Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang
3. Perubahan visual secara tiba-tiba (mata berkunang-kunang)
4. Pembengkakan pada wajah dan tangan
5. Sakit abdomen atau nyeri pada ulu hati yang hebat
6. Pergerakan bayi berkurang tidak seperti biasanya atau bahkan tidak ada
pergerakan.
4. Mengidentifikasi Kemungkinan Kebutuhan Belajar
Pada setiap kunjungan antenatal bidan harus mengajarkan kepada ibu
bagaimana mengenali tanda-tanda bahaya ini, dan menganjurkan untuk datang
ke klinik dengan segara jika ia mengalami tanda-tanda bahaya tersebut. Dari
beberapa pengalaman, akan lebih baik memberikan pendidikan kepada ibu dan
anggota keluarga khususnya pembuat keputusan utama, sehingga si ibu akan
didampingi untuk mendapatkan asuhan. Enam tanda-tanda bahaya selama
periode antenatal adalah:
a. Perdarahan vagina
b. Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang
c. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)
d. Nyeri abdomen yang hebat
e. Bengkak pada muka atau tangan
f. Bayi kurang bergerak seperti biasa
d. Mengembangkan Perencanaan Asuhan yang Komprehensif
1. Menetapkan Kebutuhan Test Laboratorium
Tujuan test laboratorium adalah untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi
dalam kehamilan. Macam test laboratorium dalam asuhan kehamilan yang
merupakan kompetensi bidan adalah:
a. Tes hemoglobin darah (Hb) Tujuan: untuk mengetahui kadar Hb pada ibu
hamil dan untuk mendeteksi anemia gravidarum.
b. Tes urin protein Tujuan: untuk mengetahui kadar protein dalam urin dan
untuk mendeteksi pre eklamsia dalam kehamilan.
c. Tes glukosa urin Tujuan: untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin dan
untuk mendeteksi diabetes mellitus gravidarum.

2. Menetapkan Kebutuhan Belajar


Penuntun belajar digunakan untuk melatih keterampilan dalam
pencapaianelemen-elemen kompetensi oleh mahasiswa secara
individual.Mulai dari latihandi laboratorium keterampilan sampai saat
melaksanakan praktik klinik kebidanan.Bimbingan keterampilan untuk
mencapai kompetensi di laboratoriumketerampilan asuhan kebidanan baru
bisa dilaksanakan atau diikuti oleh seorangmahasiswa bila mahasiswa tersebut
telah mengikuti perkuliahan seluruh materikuliah asuhan kehamilan (mata
kuliah asuhan ibu I). Dalam perkuliahan tersebutmahasiswa mendapat teori
tentang teori tentang fisiologi kehamilan, pertumbuhankehamilan dari bulan
ke bulan, kebutuhan fisik dan psikologis ibu selamakehamilan, perubahan
fisik dan psikologis ibu selama hamil, perubahan fisik dan psikologis ibu
dalam masa kehamilan, teori tentang pendekatan dalam asuhankehamilan
(Manajemen Varney) dan dokumentasi asuhan kehamilan. Dalam perkuliahan
juga dilakukan demonstrasi dan simulasi keterampilan yangmendukung
kompetensi yang akan dilatih atau dipelajari.
3. Menetapkan Kebutuhan untuk Komplikasi Ringan
Pengobatan yang diberikan oleh bidan pada dasarnya bersifat pertolongan
sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau tindak lanjut pengobatan sesuai
advis dokter. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan
diperbolehkan, sepanjang sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan
dan segera merujuk pada dokter. Bidan diperkenankan menyerahkan obat
kepada pasien sepanjang untuk keperluan darurat dan sesuai dengan protap.
Berdasarkan Permenkes HK 02.02/149/ 2010 dalam beberapa kasus, bidan
dalam menghadapi ketidaknyamanan dalam kehamilan yang masih dalam
batasan fisiologis diperbolehkan memberikan pengobatan dengan obat-obat
bebas, seperti vitamin, paracetamol dan asam mefenamat. Pemberian asam
folat sangat diperlukan pada kehamilan trimester 1 ini. Pemberian tablet Fe
diperlukan, namun bila ibu merasa mual, sebaiknya diundur hingga mualnya
hilang. Dalam menetapkan kebutuhan untuk pengobatan komplikasi ringan
dalam kehamilan harus berdasarkan Kep Menkes No 900 tahun 2002 tentang
registrasi dan kewenangan praktik bidan dan standar pelayanan kebidanan
(SPK). Di antaranya yaitu penanganan abortus iminens, pre eklamsia,
Hyperemesis gravidarum dan anemia dalam kehamilan.
4. Menetapkan Kebutuhan Konsultasi atau Rujukan pada Tenaga Profesional
lainnya
Pelayanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung
jawab pelayanan oleh bidan kepada sistem pelayanan yang lebih tinggi atau
lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab pelayanan atau
menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan atau
tanggung jawab dokter. Dalam situasi dimana rujukan yang di lakukan oleh
bidan kepada dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam pengalihan tanggung jawab diserahkan sepenuhnya
kepada dokter.
1. Tujuan rujukan
a. Agar setiap klien mendapat perawatan dan pertolongan yang lebih baik.
b. Menjalin kerjasama dengan cara merujuk klien atau mendapatkan
perlengkapan laboratorium yang memiliki fasilitas lebih lengkap upaya
mendapatkan hasil test laboratorium yang lebih meyakinkan.
2. Hal-hal yang dapat dirujuk
a. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawat daruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi antar dokter
b. Rujukan atas kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan dan
nifas
c. Merujuk klien yang sedang menghadapi kasus atau masalah reproduksi,
seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan
penanganan spesialis.
3. Hasil informasi dari kegiatan rujukan
a. Membahas secara lengkap data-data medis klien yang telah dikirim dan
advis rehabilitas kepada unit yang mengirim
b. Menjalin kerjasama sistem pelaporan tentang data-data medis pada
umumnya dan data-data parameter pelayanan kebidanan khususnya
mengenai kematian maternal dan periental.
5. Menetapkan Kebutuhan untuk Konseling Spesifik atau Anticipatory Guidence
Konseling asuhan kehamilan merupakan suatu proses pemberian bantuan
oleh bidan kepada ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap muka dalam
bentuk wawancara, dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri tentang permasalahan yang
sedang dihadapi, dan penyusunan rencana pemecahan masalah yang sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Panduan antisipasi (anticipatory
guidance) selama periode antepartum sangat berhubungan dengan
ketidaknyamanan yang umum dirasakan selama kehamilan dan cara
penangannannya, persiapan menjadi orang tua, tanda bahaya, perubahan –
perubahan secara fisik dan psikologis, serta pertumbuhan dan perkembangan
janin. Beberapa informasi wajib diketahui, namun tidak semua informasi
harus diberikan sekaligus, sesuaikan dengan kebutuhan ibu dan tanyakan
kepada ibu hal – hal yang ingin ia ketahui. Joyce Roberts menyarankan untuk
menggunakan urutan prioritas sebagai berikut :
a. Informasi merupakan tanggapan dari pertanyaan tertentu yang
diberikan oleh ibu.
b. Informasi penting yang wajib diketahui karena berhubungan dengan
keamanan diri dan bayinya.
c. Panduan antisipasi yang akan memfasilitasi upaya wanita untuk
mrnghadapi kehamilannya.
d. Informasi tambahan yang berhubungan dengan perkembangan
kehamilan, kebijakan institusi yang dapat membantu tetapi tidak
berkaitan dengan wanita itu sendiri.
Dalam menetapkan kebutuhan untuk konseling spesifik, harus di
sesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi oleh ibu hamil
berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang yang telah di lakukan oleh bidan. Beberapa kebutuhan
konseling yang perlu diberikan pada setiap ibu hamil pada kunjungan
awal adalah pendidikan kesehatan tentang:
a. Tanda bahaya dalam kehamilan
b. Gizi pada ibu hamil
c. Persiapan persalinan
d. Imunisasi TT
e. Olahraga
f. Istirahat
g. Kebersihan
h. Pemberian ASI
i. Aktifitas seksual
j. Kegiatan sehari-hari dan pekerjaan
k. Obat-obatan dan merokok
l. Body mekanik
m. Pakaian dan sepatu.
6. Menetapkan Kebutuhan Konseling HIV/PMS
Konseling adalah kebutuhan proses komunikasi dengan pembahasan
masalah-masalah antara individu dengan konselor (orang yang sudah
mengikuti pembelajaran untuk mengatasi masalah PMS). Untuk menetapkan
kebutuhan konseling HIV/PMS hanya diberikan pada ibu hamil dengan
riwayat maupun resiko HIV/PMS.
AIDS adalah Penyakit Menular Seksual yang paling sering didengar yang
disebabkan oleh HIV (Human Imunodeficiency Virus), virus ini menyerang
manusia dan menyerang sistem kekebalan (imun) tubuh, sehingga tubuh
menjadi lemah dalam melawan infeksi dengan kata lain kehadiran virus ini
dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. Selama
ini ketakutan orang tentang AIDS sangat besar karena sejauh ini belum dapat
disembuhkan oleh obat-obatan yang dapat membantu perawatan mereka tetapi
obat-obatan yang ada pada saat ini belum bisa menyembuhkan hanya dapat
menghambat kerja virus. Di Indonesia bayi maupun orang dewasa banyak
yang sudah mengidap penyakit AIDS karena itu kita harus waspada terhadap
bahaya penularan AIDS. Catatan khusus tentang HIV/AIDS:
1. Kita tidak bisa melihat apakah seseorang terkena HIV/ AIDS hanya
berdasarkan penampilannya.
2. AIDS tidak dapat dicegah dengan obat-obatan, suntikan atau jamu-
jamuan.
3. AIDS belum dapat disembuhkan dan dapat berakibat kematian.
4. AIDS dapat menular dengan cara yang sama dengan PMS yang lainnya.
5. Penampakan AIDS sama seperti penyakit yang mengenai orang biasa,
seperti TBC, Tumor, Radang paru, Infeksi saluran pencernaan dll.
6. AIDS dapat dicegah dengan cara hanya berhubungan seks dengan seorang
pasangan yang juga hanya berhubungan seksual dengan kita, atau dengan
menggunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.
7. Menetapkan Jadwal Kunjungan Sesuai dengan Perkembangan Kehamilan
a. Menurut WHO

kunjungan Waktu Informasi penting


Trimester pertama Sebelum minggu ke 16 -Membina hubungan
( pada akhir bulan ke saling percaya antara
empat ). bidan dan ibu.
-mendeteksi masalah
yang dapat diobati
sebelum menjadi
bersifat mengancam
jiwa.
-mencegah masalah
seperti tetanus neotrum,
anemia defisiensi zat
besi, penggunaan
praktek tradisional yang
merugikan.
- memulai persiapan
persalinan dan kesiapan
untuk komplikasi.
- mendorong perilaku
yang sehat (nutrisi,
latihan, dan kebersihan,
istrahat, dsb.

Trimester kedua 24-28 minggu (bulan Sama seperti diatas,


ke 6-7) ditambah dengan
kewaspadaan khusus
mengenai preklamsia
(tanyakan ibu mengenai
gejala preklamsia,
pantau tekanan darah,
kaji adanya edema dan
lakukan pemeriksaan
urine).
Trimester ketiga 32 minggu (bulan ke- Sama seperti diatas
8) ditambah palpasi
abdomen untuk
mendeteksi adanya
kehamilan ganda.
Trimester ketiga 36 minggu (bulan ke- Sama seperti diatas,
9) ditambah dengan
deteksi adanya kelainan
letak atau kondisi lain
yang memerlukan
kelahiran dirumah sakit.

b. Jadwal kunjungan menurut Departemen Kesehatan


a. Trimester I kehamilan : 1 kali kunjungan.
b. Trimester II kehamilan : 1 kali kunjungan.
c. Trimester III kehamilan : 2 kali kunjungan.

c. Jadwal kunjungan ulang sebaiknya


a. Sampai dengan 28 minggu usia kehamilan, setiap 4 minggu.
b. Antara 28-36 minggu usia kehamilan, setiap 2 minggu.
c. Antara 36 minggu sampai kelahiran, setiap minggu.
d. Menurut NICE Antenatal Guideline tahun 2008 Jadwal kunjungan
antenatal dapat disesuaikan dengan keadaan ibu, bagi wanita nulipara
dengan kehamilan normal 10 kali pertemuan dianggap sudah cukup
adekuat, bagi wanita multipara normal 7 kali pertemuan dianggap adekuat.
Jadwal kunjungan yang dianjurkan adalah :
1. Kunjungan ke-1/Booking apointment : idealnya pada usia kehamilan 10
minggu.
2. Kunjungan ke-2 : pada usia kehamilan 16 minggu.
3. Kunjungan ke-3 : pada usia kehamulan 18 – 20 minggu.
4. Kunjungan ke-4 : usia kehamilan 25 minggu (pada wanita nulipara).
5. Kunjungan ke-5 : usia kehamilan 28 minggu.
6. Kunjungan ke-6 : usia kehamilan 31 minggu (pada wanita nulipara).
7. Kunjungan ke-7 : usia kehamilan 34 minggu.
8. Kunjungan ke-8 : usia kehamilan 38 minggu.
9. Kunjungan ke-9 : usia kehamilan 40 minggu.
10. Kunjungan ke-10 : usia kehamilan 41 minggu.
e. Mengevaluasi Penemuan Masalah yang Terjadi, Aspek-aspek yang
Menonjol pada Wanita Hamil
e. Aspek menonjol pada wanita hamil
1. Amenorea (= tidak dapat haid). Gejala ini sangat penting karena
umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui
tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya
kehamilan. dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.
2. Nausea (enek) dan emesis (muntah). Enek terjadi umumnya pada
bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis.
Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim
disebut morning sickness. Dalam batas-batas tertentu keadaan ini
masih fisiologik. Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan dan disebut hiperemesis gravidarum.
3. Mengidam (mengingini makanan atau minuman tertentu). Mengidam
sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
4. Pingsan. Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai.
Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada
bulan-bulan pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16
minggu.
5. Mammae menjadi tegang dan membesar. Keadaan ini disebabkan
oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli
dan alveoli di mamma. Glandula Montgomery tampak lebih jelas.
6. Anoreksia (tidak ada nafsu makan). Pada bulan-bulan pertama terjadi
anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makin timbul lagi. Hendaknya
dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk "dua orang",
sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
7. Sering kencing terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan
pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada
triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang olch karena uterus yang
membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala
bisa timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan
kemball kandung kencing.
8. Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid.
9. Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi,
hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang
berlebihan, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Areolae mammae
juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang
berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba
di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (= linea grisea).
Pigmentasi ini terjadi karena pengaruh darl hormon kortiko-steroid
plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
10.Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggiva . Sering terjadi pada
triwulan pertama.
11.Varises. Sering dijumpai pada triwulan terakhlr. Didapat pada daerah
genitalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida
kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu,
timbul kemball pada triwulan pertam2. Kadang-kadang timbulnya
vanises merupakan gejala pertama kehamilan mucla.
f. Contoh masalah: Deskripsi konstipasi Konstipasi adalah gangguan rasa
nyaman yang umum terjadi pada trimester pertama kehamilan, ini
merupakan msalah nutrisi yang umum terjadi pada kehamilan
Konstipasi cenderung terjadi pada kehamilan akibat tekanan pada
peristaltik usus dari uterus yang terus membesar, pengaruh hormon
relaksin plasenta, dan kemungkinan akibat menngkatnya kadar
progesteron. Konstipasi menyebabkan rasa begah dan penuh serta hilang
nafsu makan.
g. Temuan Pengkajian Konstipasi
1. Adanya rasa begah dan penuh pada abdomen.
2. Hilang nafsu makan.
3. Perubahan pola eliminasi usus
h. Implikasi Keperawatan Konstipasi
1. Kaji nutrisi klien dan pola eliminasi yang mungkin menjadi faktor
penyebab.
2. Anjurkan klien untuk mengosongkan ususnya secara teratur.
3. Anjurkan pada klien untuk meningkatkan kandungan serat dalam
makanan dengan mengkonsumsi buah dan sayuran dan minum air
dalam jumlah lebih dari biasanya setiap hari.
4. Jika klien mengkonsumsi suplemen besi oral, daripada melarang klien
mengkonsumsi suplemen tersebut yang berguna untuk menambah
simpanan besi, lebih baik kita membantu klien untuk konstipasi
melalui cara lain.
5. Ingatkan klien untuk tidak mengkonsumsi obat umum untuk
mencegah konstipasi, terutama minyak mineral yang akan
mengganggu absorpsi vitamin larut lemak yang diperlukan bagi
pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
6. Beri tahu klien untuk menghindari enema karena tindakan ini dapat
mencetuskan persalinan.
7. Anjurkan klien untuk menghindari obat-obatan yang dijual bebas
selama kehamilan kecuali diresepkan oleh dokter.
8. Berikan pelunak feses, laksatif ringan dan supositora sesuai instruksi.
9. Nasehatkan klien untuk menghindari makanan pembentuk gas, seperti
kubis atau buncis, sehingga flatus dapat dikontrol.
f. Anamnesa Kunjungan Awal
a. Tahap preinteraksi
1. Menyambut klien dengan ramah.
2. Perawat mengenalkan diri.
3. Mempersilakan klien duduk dan komunikatif.
4. Perawat tanggap terhadap reaksi klien.
5. Perawat sabar terhadap reaksi klien.
b. Tahap interaksi
1. Mengkaji riwayat kehamilan sekarang
2. Riwayat haid.
a. HPHT
b. Gerakan janin dirasakan kapan
c. Tanda-tanda bahaya atau penyulit yang dialami
d. Keluhan utama
e. Obat yang dikonsumsi/termasu jamu
f. Kekhawatiran khusus
3. Mengkaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a. Jumlah kehamilan.
b. Jumlah anak yang lahir hidup.
c. Jumlah kelahiran premature.
d. Jumlah keguguran.
e. Riwayat persalinan dengan tindakan (SC/Forcep/Vacum).
f. Riwayat perdarahan pada persalinan atau pasca persalinan.
4. Riwayat kesehatan/penyakit yang diderita Semarang dan lalu
a. Penyakit jantung.
b. Hipertensi.
c. Malaria.
d. Penyakit kelamin.
e. Diabetes.
f. Lain-lain.
5. Menanyakan riwayat perkawinan
6. Menanyakan respon klien dan keluarga terhadap kehamilannya
7. Menanyakan riwayat KB
8. Menanyakan pola nutrisi dan eliminasi
9. Menanyakan pola aktifitas dan istirahat
10.Menanyakan kebiasaan merokok, minuman keras, konsumsi obat
terlarang
11.Dokumentasi.
c. Penampilan
1. Perawat menanyakan secara sistematis
2. Menggunakan bahasa yang muda dimengerti
3. Memberikan perhatian pada setiap jawaban
4. Penuh percaya diri dan tidak ragu-ragu.
g. Praktik Pemeriksaan
1. Fisik dan Leopold
e. Pemeriksaan Fisik.
f. Kepala, muka dan leher Lihatlah wajah atau muka pasien, adakah
cloasma gravidarum, pucat pada wajah adalah pembengkakan pada
wajah. Bila terdapat pucat pada wajah periksalah konjungtiva dan kuku
pucat menandakan bahwa ibu menderita anemia, sehingga memerlukan
tindakan lebih lanjut.
g. Mulut klien, perhatikan: pucat pada bibir, pecah-pecah, gigi berlubang,
dan bau mulut.
h. Dada dan payudara Lihat dan raba payudara, pada kunjungan pertama
pemeriksaan payudara terhadap kemungkinan adanya benjolan yang
tidak normal. Lihatlah apakah payudara simetris atau tidak, putting
susu menonjol atau datar atau bahkan masuk.
i. Abdomen Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi dan auskultasi pada
perut ibu. Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan
letak dan presentasi janin, turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi
fundus uteri dan denyut jantung janin.
j. Pemeriksaan punggung dibagian ginjal Tepuk punggung di bagian
ginjal dengan bagian sisi tangan yang dikepalkan. Bila ibu merasa
nyeri, mungkin terdapat gangguan pada ginjal atau salurannya.
k. Genetalia
Terdapat juga tanda-tanda kehamilan pada genitalia yaitu sebagai
berikut:
a. Tanda “Chadwick” adalah warna ungu/biru pd vulva & vagina.
b. Tanda “Goodell” adalah melemahnya serviks.
c. Tanda “Hegar” adalah melemahnya isthmus uteri ( segmen bwh
rahim ).
1. Panggul
Cara pemeriksaan panggul yaitu dengan:
a. Inspeksi, dilihat apakah terdapat dugaan kesempitan panggul atau
kelainan panggul.
b. Palpasi, klien dapat diduga mempunyai kelainan atau kesempitan
panggul atau tidak bila pada primigravida pada kehamilan 36 minggu
atau lebih kepala belum masuk pintu atas panggul (PAP).
c. Perasat Osborn positif.
d. Pemeriksaan dengan menggunakan pengukuran ukuran panggul luar.
e. Ekstremitas, periksa adanya oedema yang paling mudah dilakukan
pretibia dan mata kaki, dengan cara menekan jari beberapa titik.
f. Pemeriksaan lutut (patella), minta ibu duduk dengan tungkai tergantung
bebas. Jelaskan apa yang hendak dilakukan. Raba tendon dibawah lutut.
Dengan menggunakan hammer ketuklah tendon pada lutut bagian
depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon ditekuk.
Bila reflek lutut (-) kemungkinan klien kekurangan B1. Bila gerakan
berlebihan dan cepat, hal ini menunjukkna preeklamsia.
f. Pemeriksaan Leopold Pemeriksaan Leopold dilakukan pada kehamilan
cukup bulan setelah pembesaran uterus yang dapat membedakan bagian
melalui palpasi.
a. Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa
yang ada dalam fundus uteri.
b. Leopold II digunakan untuk menentukan letak punggung janin dan letak
bagian kecil pada janin.
c. Leopold III digunakan untuk menentukan bagian apa yang terdapat
dibagian bawah dan apakah bagian bawah janin sudah atau belum
masuk PAP.
d. Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut kedalam rongga
panggul.
2. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Laboratorium merupakan
pemeriksaan untuk menunjang diagnosis penyakit, guna mendukung atau
menyingkirkan diagnosis lainnya. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat
menunjang atau menyingkirkan kemungkinan penyakit yang menyebabkan,
misalnya dalam pemeriksaan biakan darah pada demam tifoid, jika positif
amat mendukung diagnosis, tapi bila negatif tak menyingkirkan diagnosis
demam tifoid jika secara klinis dan pemeriksaan lain (misalnya pemeriksan
WIDAL) menyokong. Dalam diagnosis penyakit kadang-kadang tidaklah
mudah, terutama pada permulaan penyakit, gejala klinis penyebabnya
masih berupa kemungkinan, meski dokter biasanya dapat menetapkan
kemungkinan yang paling tinggi. Karena itu, pada tahap permulaan dokter
tidak selalu dapat menentukan diagnosis penyakit. Diperlukan data-data
tambahan dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain.
3. HB Sahli Alat cek hemoglobin HB Sahli Haemometer Superior atau
haemoglobinometer adalah intstrumen laboratorium untuk menentukan
kadar hemoglobin dalam darah berdasarkan sastuan warna (colorimetric).
Metode yang digunakan adalah membandingkan warna sample darah
dengan warna merah standar. Warna sample darah didapatkan pada
pemisahan globin dari hemoglobin dengan penambahan HCL (asam
klorida) untuk menghasilkan asam hematin yang warnanya diukur oleh
colorimetry. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi
anemia pada ibu hamil.
4. Urine Reduksi Dilakukan pemeriksaan urin reduksi hanya kepada ibu dengan
indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan
suami. Bila hasil pemeriksaan urin reduksi positif perlu di ikuti pemeriksaan
gula darah untuk memastikan adanya DMG. DMG pada ibu hamil dapat
mengakibatkan adanya penyakit berupa preeklampsi, polihidramnion,bayi
besar (Saefudin, 2000).
5. Protein Urine Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein
dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2 – 3 %
di tujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki odema.
pemeriksaan urin protein ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi.

Anda mungkin juga menyukai