Anda di halaman 1dari 4

Babad Kraton Kartasura

versi Tukang Kayu


Penulis adalah Tukang Kayu di Klaten tepatnya di desa TLOGORANDU,
sebenarnya sih lebih suka mendengarkan cerita atau kisah-kisah tetapi disini
penulis akan sok-sok an jadi Tukang Kisah ehehhehe jadi kalo ceritanya ngak
Lucu jangan kecewa apalagi marah-marah…
Kebanyakan orang dari anak-anak SD sampe kuliahan beranggapan
kalo pelajaran Sejarah itu membosankan dan capek dechhh kecuali untuk guru
sejarah, soalnya kalo bosan pelajaran ini, terus guru sejarah mau ngapain
wkekekeekek
Yach itu bisa dimaklumi karena selama ini pelajaran sejarah selalu
identik untuk menghapal nama-nama tokoh & tempat juga peristiwa pada
tanggal-tanggal tertentu dimasa lampau, belum lagi ditambah guru-guru sejarah
biasanya kereng-kereng (ini pengalaman pribadi penulis jadi mungkin
pengalaman anda berbeda). Tetapi sebenarnya banyak HIKMAH (heheeheh jadi
inget nama Masjid deket rumah penulis) yang bisa kita petik dari membaca,
mendengar dan mempelajari Sejarah, Al Qur’an pun sebagian isinya juga berisi
tentang kisah-kisah orang-orang terdahulu sebelum Al-Qur’an di wahyukan agar
orang-orang bisa mengambil pelajaran (og jadi kayak khotib jum’at).
Pokoknya banyak HIKMAH yang bisa diambil dari pelajaran
sejarah…

Sejarah bisa menjadi menarik dibaca apabila alur ceritanya mudah


kita ikuti dan tidak mbulet. ..Dan inilah yang akan Penulis coba untuk
lakukan,yaitu mengkisahkan, kisah yang penulis ketahui dan akan mencoba
ngak banyak membahas tanggal-tanggal yang bikin bosan (alasanya sebenarnya
sich penulis sendiri ‘ora apal’ ehhehe) jadi untuk mengetahui tanggal peristiwa
atau mencocokkan tanggal yang disebutkan penulis, silahkan liat di buku-buku
sejarah atau Tanya mbah Google dan om Wikipedia aja…

Mungkin sampai disini temen-temen yang membaca tulisan ini akan


bertanya-tanya, sebenarnya penulis mau kojah (bercerita) apa? Muter-muter
ngak jelas hehehhe . karena penulis suka Epic Sejarah atau hal yang
menceritakan berdirinya kerajaan atau Negara dan pergantian penguasanya dan
berakhirnya kerajaan tersebut…kalo definisinya salah mohon maaf dan tolong
dibetulkan.. Ya udah Kita mulai saja…

BAB I
Runtuhnya Kasultanan Mataram
Loh katane mau cerita Kraton Kartasura og malah judul babnya mbahs
Matara??? Sabar coy jangan emosi dulu! Semua pake proses boss …peace man
peace man
Bermula saat Kasultanan Mataram memiliki Raja / Sunan [loh
katane tadi kasultanan og Sunan?] yaitu tahun 1645 [piye tho katane ngak
ngapalin tahun ? halah gampang og pren … itu kejadian pas 300 tahun sebelum
Indonesia merdeka], raja baru tersebut bernama timur ( di Jawa ada kebiasaan
punya nama kecil dan nama pada saat dewasa) yaitu Raden Mas
Sayidin (mungkin nama band yang bikin lagu Nurdin Ali terinspirasi
dari ini)putra Sultan Agung dari permaisuri Ratu Wetan (putri
Tumenggung Upasanta (Adipati Batang), ibunya adalah cucu ki Juru Martani) dia
mewarisi wilayah kerajaan yang luas dari ayahnya yaitu seluruh pulau JAWA
dan MADURA kecuali Banten dan Bartavia (karena 2 (dua kali) 1628 dan 1629
pengiriman pasukan ke Batavia gagal merebut Batavia walaupun gubernur
jendral J.P. Coen mati karena sungai Ciliwung dibendung dan dicemari
sehingga menimbulkan wabah Kolera). Pada tahun 1646 Mas Sayidin resmi
dinobatkan menjdi raja dengan gelar ”Kanjeng Susuhunan Prabu
Amangkurat Agung” yang dikenal dengan Amangkurat I atau
Mangkurat I Dalam bahasa Jawa kata Amangku yang berarti
"memangku", dan kata Rat yang berarti "bumi", jadi Amangkurat berarti
"memangku bumi" , [kerenkan gelarnya? Abot-abot masih enteng mangku
wanita eheheheh] dan ini memang mencerminkan gaya kepemimpinannya yang
sentralistik ia menjadi raja yang berkuasa penuh atas seluruh Mataram dan
daerah-daerah bawahannya, dan pada upacara penobatannya tersebut seluruh
anggota keluarga kerajaan disumpah untuk setia dan mengabdi kepadanya,
siapa saja yang berseberangan dan menentang langsung sikat bahkan tokoh-
tokoh seniorpun di babat pokone ngeri-ngeri. Contohnya : Tumenggung
Wiraguna dan Danupaya (pendukung Raden Mas Alit/adiknya) tahun 1647
dikirim untuk merebut kembali Blambangan dari Bali, namun keduanya malah
dibunuh dengan cara diracun dalam perjalanan dan memang sebelum jadi raja
Mangkuarat I pernah rebutan wanita dengan Wiraguna [ngalah-nalahin cah abg
jaman sekarang, gelut gara2 cewe ].
Pada tahun yang sama Mangkurat I memindahkan Kraton
Mataram dari Kerta ke Plered hal ini mendapat tentangan dari Raden Mas Alit
adiknya dari ibu Ratu Kulon yang juga cucu Sultan Cirebon pemberontakan ini
mendapat dukungan dari para kyai tetapi pemberontakan Raden Mas Alit dapat
ditumpas dan pengikut serta pendukungnya termasuk keluarga dikumpulkan di
alun-alun sekitar 5.000 orang kemudian dibantai… [balung gereh>>> ngeri-
ngeri].

Mangkurat I yang naik tahta tahun 1645 atas wasiat Sultan


Agung malah merusak hubungan luar negeri yang dibangun oleh pendahulunya,
pada tahun 1658 menolak duta-duta Makasar dan menyuruh Sultan
Hasanuddin datang sendiri ke Plered tentu saja permintaan ini ditolak dan
hancurlah hubungan diplomatik kedua kerajaan, dengan Kumpeni beliau malah
menjalin hubungan perdagangan dan pertukaran tawanan dan menganggap hal
ini sebagai bukti tunduknya pihak Kumpeni , tetapi pada tahun 1659 akhirnya
Palembang direbut oleh Kumpeni
Setelah gagal menaklukkan Banten pada tahun1650 maka pada tahun
1652 Mangkurat I melarang ekspor beras dan kayu ke negeri itu.
Selain membunuh adiknya sendiri Mangkurat I juga berselisih dengan
putra mahkotanya sendiri yaitu Raden Mas Rahmat karena jabatan Adipati Anom
akan dipindah ke Pangeran Singasari putra Mangkurat I lainnya, tetapi aksi
kudeta Mas Rahmat yang dimulai tahun 1661 gagal dan seluruh pengikutnya
ditumpas tetapi Mangkurat I gagal meracuni Mas Rahmat pada tahun
1663, perselisihan memuncak pada 1668 ketika Mas Rahmat merebut calon selir
ayahnya yaitu Rara Oyi dan Pangeran Pekik (yaitu mertua Mangkurat I yang
juga suami Ratu Pandansari adik Sultan Agung) dihukum mati karena
dituduh yang membantu menculik Rara Oyi untuk cucunya yaitu Mas
Rahmat. Sedangkan Mas Rahmat diampuni setelah dipaksa membunuh
Rara Oyi dengan tangannya sendiri [wah tambah kacau nich malah rebutan
ama anak dan waduw ngak jantan nich Mas Rahmat,masak cewe ne
dikorbankan {kalo mau menyaksikan kisahnya bisa dipentaskan dalam
bentuk kethoprak di Bale Kambang… jadi sedih ]. Ketegasan ini mungkin
juga diwarisi dari bapaknya, yaitu ketika tahun 1428 Tumenggung
Bahureksa dan Pangeran Mandurareja gagal menaklukkan Batavia maka
dikirimlah algojo untuk memenggal mereka dan prajuritnya. Pihak VOC
menemukan 744 mayat orang Jawa berserakan dan sebagian tanpa kepala di
pinggir kota Batavia tetapi sampai saat ini sulit dibuktikan siapa pelaku
pemenggalan tersebut. [og jadi horror ya kisahnya ?wah sereeemmmmm]
Oiya keterangan tambahan dari penulis Pangeran Pekik adalah putra
Jayalengkara (penguasa Surabaya yang ditaklukan Sultan Agung) tetapi dia
berjasa menumpas pemberontakan Giri Kedaton 1636 pada masa Sultan
Agung, hal ini mengingatkan kita pada Zaman Majapahit ketika Jayanegara
membunuhi orang-orang yang telah membantu ayahnya mendirikan dinasti
Majapahit seperti Ranggalawe, Lembu Sora dan Nambi.
Setelah kedudukan Adipati Anom dicabut dan digantikan Pangeran
Puger, Mas Rahmat berkenalan dengan Trunajaya (pangeran Madura),
atas panembahan Rama dari kaum Kanjoran (mertua Trunajaya) Mas Rahmat
membiayai pemberontakan TRUNAJAYA yang dibantu sisa-sisa prajurit Sultan
Hasanuddin yang dipimpin Karaeng Galesong ( yang sebelumnya pernah minta
tanah untuk perkampungan tapi ditolak Mangkurat I tetapi diam-diam Mas
Rahmat memberikan mereka tanah di desa Demung, dekat Besuki) sebagai alat
melawan Mangkurat I. Kekuatan Trunajaya semakin besar dan sulit
dikendalikan, karena kemungkinan ada perselisihan akhirnya Mas Rahmat balik
badan berpihak kepada ayahnya dan diangkat oleh Mangkurat I menjadi Adipati
Anom kembali dan karena Pangeran Puger yang dari keluarga Kajoran (salah
satu cabang keturunan Kasultanan Pajang) dicurigai mendukung kaum
pemberontak. [wah-wah ternyata intrik-intrik politik jaman dulu ngak kalah
sangar ama partai politik jaman sekarang, koalisi dan oposisi ngak jelas
tergantung kepentingan, ops malah ngomongin politik bahaya..]
Akhirnya Trunajaya berhasil menaklukkan Kraton Mataram di
Plered 2 Juli 1677, Mangkurat I dan Mas Rahmat akhirnya terusir ,hanya
Pangeran Puger yang bertahan dan melawan sebagai bukti bahwa tidak semua
kaum Kanjoran mendukung Trunajaya tetapi Pangeran Puger terdesak dan
menyingkir keluar kraton ke daerah Kajenar (Sutawijaya wafat disini).
Dalam pelariannya Mangkurat I sakit yang menyebabkannya wafat,
cerita yang ditulis di Babad tanah Jawi bahwa kematiannya dipercepat oleh air
kelapa beracun pemberian Mas Rahmat. Meskipun demikian, ia tetap menunjuk
Mas Rahmat sebagai raja selanjutnya, tapi disertai kutukan bahwa keturunannya
kelak tidak ada yang menjadi raja, kecuali satu orang dan itu pun hanya
sebentar. Amangkurat I meninggal pada 13 Juli 1677 di desa Wanayasa,
Banyumas dan berwasiat agar dimakamkan dekat gurunya di Tegal. Karena
tanah daerah tersebut berbau harum, maka desa tempat Amangkurat I
dimakamkan kemudian disebut Tegalwangi atau Tegalarum. Oufers hadir disana
dengan dua belas orang serdadu. Amangkurat I juga berwasiat agar Mas Rahmat
meminta bantuan VOC dalam merebut kembali takhta dari tangan Trunajaya

Para sejarawan menyebut adanya tiga perang besar memperebutkan takhta di


antara keturunan Sultan Agung, yang disebut dengan nama Perang Suksesi Jawa atau
Perang Takhta, yaitu:

• Perang Suksesi Jawa I (1704–1708), antara Amangkurat III melawan


Pakubuwana I.
• Perang Suksesi Jawa II (1719–1723), antara Amangkurat IV melawan
Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya.
• Perang Suksesi Jawa III (1747–1757), antara Pakubuwana II yang dilanjutkan
oleh Pakubuwana III melawan Hamengkubuwana I dan Mangkunegara I.

Anda mungkin juga menyukai