Kelas :
LEMBAR PENILAIN
1. Mengidentifikasi strukur teks cerita sejarah
Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah Mataram pada amplop yang dibagikan.
Kemudian, mengidentifikasi struktur teks cerita sejarah dalam kolom di bawah ini!
No
Struktur
1.
Pengenalan
2.
Rekaman Peristiwa
3.
Penutup
Kutipan
Struktur
Pengenalan
Rekaman peristiwa
Kalimat
3.
3.
3.
3.
penutup
3.
3.
Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah Perang Diponegoro pada amplop yang
dibagikan. Kemudian, mengeidentifikasi kaidah teks cerita sejarah dalam kolom di
bawah ini!
Kaidah Teks Cerita Sejarah
Fungsi
Penjelasan
4
Nama :
Kelas :
LEMBAR PENILAIN
1. Mengidentifikasi strukur teks cerita sejarah
Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah Mataram pada amplop yang dibagikan.
Kemudian, mengidentifikasi struktur teks cerita sejarah dalam kolom di bawah ini!
No
1.
Struktur
Pengenalan
Kutipan
Kerajaan Mataram mulai berdiri tahun 1582, terletak
didaerah Kota Gede sebelah tenggara kota Yogyakarta,
kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki ageng
Sela dan Ki Ageng Pemanahan yang mengklaim masih
keturunan penguasa Majapahit. Tahun 1575 Ki Ageng
Pemanahan meninggal dunia dan digantikan oleh putranya
bernama Sutawijaya atau Pangerang Ngabehi Loring
Pasar,
selain
beliau
bertekad
melanjutkan
mimpi
Rekaman Peristiwa
berujung peperangan.
Setelah menaklukan
Madura
beliau
mengganti
tahun
gelar
Susuhunan
1640 sehabis
dari
Hanyakrakusuma
Makkah beliau
Penutup
Pakubuwana
Mangkubumi.
III)
Nama
dan
Giyanti
kelompok
diambil
pangeran
dari
lokasi
kerajaan
Mataram
yang
sepenuhnya
Struktur
Pengenalan
Kalimat
1. Kerajaan Mataram mulai berdiri tahun 1582,
terletak didaerah Kota Gede sebelah tenggara kota
Yogyakarta.
2. Tahun 1575 Ki Ageng Pemanahan meninggal dunia
dan digantikan oleh putranya bernama Sutawijaya
atau Pangerang Ngabehi Loring Pasar
Rekaman peristiwa
Tema (siapa):
Pada tahun 1590 kerajaan Mataram menaklukan Madiun,
Jipang, Kediri kemudian melanjutkan dengan menaklukan
Pasuruan dan Tuban. Sebagai raja islam yang baru beliau
mempunyai tekad untuk menjadikan Mataram menjadi
pusat budaya dan agam Islam, sebagai penerus kesultanan
Demak.
Pelaku (siapa):
Sebagai raja islam yang baru beliau mempunyai tekad
untuk menjadikan Mataram menjadi pusat budaya dan
agam Islam, sebagai penerus kesultanan Demak. Kerajaan
Mataram Islam saat itu menganut system Dewa Raja.
Yang berarti kekuasaan tertinggi mutlak berada pada
Sultan.
Tempat (di mana):
Nama Giyanti diambil dari lokasi penjanjian tersebut
(ejaan Belanda, sekarang tempat itu berlokasi didukuh
Kerten , Desa Jantiharjo) ditenggara kota Karanganyar,
Jawa Tengah, perjanjian ini menandai berakhirnya
kerajaan Mataram yang sepenuhnya independen.
Setelah
Amangkurat
II
meninggal
diganti
Internal,
Amangkurat
III
akhirnya
penutup
dibagi
menjadi
dua
yaitu Kesultanan
Pakubuwana
Mangkubumi.
III)
Nama
dan
Giyanti
kelompok
diambil
pangeran
dari
lokasi
kerajaan
Mataram
yang
sepenuhnya
Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah Perang Diponegoro pada amplop yang
telah dibagikan. Kemudian, mengidentifikasi kaidah teks cerita sejarah dengan
kesesuaian kaidah menyebutkan fungsi teks cerita sejarah dengan minimal tiga fungsi
teks cerita sejarah dalam kolom di bawah ini!
Fungsi Teks Cerita Sejarah
No
1
Fungsi
Memberikan Kesadaran Waktu
Penjelasan
Kesadaran waktu yang dimaksud adalah
kehidupan
dengan
segala
perubahan,
peristiwa-peristiwa
yang
(Nasionalisme)
membaca
sejarah,
rasa
bangsa
terbentuk
dari
keseluruhan
setiap
bangsa
memiliki
Sumber Inspirasi
aktvitas
Sarana Rekreatif
inspirasi
dalam
rangka
sumber
bacaan
yang
kalau
penyajiannya
menarik
Lampiran
Teks 1
mempunyai tekad untuk menjadikan Mataram menjadi pusat budaya dan agam Islam, sebagai
penerus kesultanan Demak.
Kerajaan Mataram Islam saat itu menganut system Dewa Raja. Yang berarti
kekuasaan tertinggi mutlak berada pada Sultan. Pada masa ini tidak banyak mengalami
kemajuan dikarenakan beliau meninggal karena kecelakaan saat berburu dihutan krapyak
yang kemudian digantikan putra keempatnya yang bergelar Adipati Martoputro, akan tetapi
karena Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf maka tahta beralih ke putra sulung Mas
jolang yang bernama Raden Mas Rangsang, pada masa ini kerajaan mataram mengalami
kemajuan dan mengalami masa keemasan. Setelah menaklukan Madura beliau mengganti
panembahan dengan Sesuhunan (sunan) kemudian menggunakan gelar Susuhunan
Hanyakrakusuma terakhir tahun 1640 sehabis dari Makkah beliau menyandang gelar Sultan
Agung Senopati Ing Alaga Abdurrahman dan beliau memindahkan lokasi kraton ke Karta
akibat terjadi gesekan penguasaan perdagangan antara Mataram dan VOC yang berpusat di
Batavia. Setelah Sultan Agung meninggal, digantikan putra beliau Sesuhunan Amangkurat
1, beliau memindahkan lokasi kraton ke Pleret pada tahun 1647 tidak jauh dari Kartaselain
itu beliau juga tidak lagi menggunakan gelar sultan melainkan Sunan (Sesuhunan atau yang
pertuan) pada masa ini kerajaan Mataram kurang stabil karena banyak ketidak puasan dan
pemberontakan, pada masanya terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh seorang
bangsawan dari Madura bernama Trunajaya yang akhirnya berhasil mengalahkan Mataram,
Amangkurat 1 melarikan diri dan meningga dalam pelarianya yaitu di Tegalarum
(1677)sehingga mendapat julukan Sunan Tegalarum, kemudian diganti oleh putranya
Amangkurat II, beliau bergabung dengan VOC untuk mengalahkan pasukan Trunajaya dan
akhirnya berhasil. Dalam masa ini Amangkurat II sangat patuh kepada VOC sehingga
menimbulkan ketidak puasan dikalangan istana dan akhirnya banyak pemberontakan terjadi
lagi. Pada masa ini keraton Mataram dipindahkan ke Kartasura (1680). Setelah Amangkurat
II meninggal diganti Amangkurat III, tetapi VOC tidak senang dengan Amangkurat III karena
dia menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I sebagai raja, akibatnya
Mataram memiliki dua raja dan inilah yang menjadikan perpecahan Internal, Amangkurat III
akhirnya memberontak tapi akhirnya kalah dan ditangkap diBatavia lalu diasingkan
di Ceylon,Srilanka dan meninggal tahun 1734.
Kekacauan politik dari masa kemasa akhirnya dapat terselesaikan pada masa
Pakubuana III setelah wilayah Mataram dibagi menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta
dan Kasunanan Suarakarta tanggal 13 Februari 1755, pembagian wilayah ini tertuang dalam
Perjanjian Gayanti , perjanjian Giyanti adalah kesepakatan yang dibuat oleh pihak VOC,
pihak Mataram (diwakili oleh Pakubuwana III) dan kelompok pangeran Mangkubumi. Nama
Giyanti diambil dari lokasi penjanjian tersebut (ejaan Belanda, sekarang tempat itu berlokasi
didukuh Kerten , Desa Jantiharjo) ditenggara kota Karanganyar, Jawa Tengah, perjanjian ini
menandai berakhirnya kerajaan Mataram yang sepenuhnya independen. Berdasarkan
perjanjian ini wilayah Mataram terbagi menjadi dua, wilayah disebelah timur kali Opak
dikuasai oleh pewaris tahta Mataram yaitu Sunan Pakubuwana III dan tetap berkedudukan di
Surakarta, sementara wilayah disebelah barat diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi
sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwono I yang berkedudukan di Yogyakarta.
Teks 2
PERANG DIPONEGORO
Perang Diponegoro terjadi tepatnya antara 1825-1830 di Jawa pada saat Hindia
Belanda dipimpin oleh Jenderal De Kock. Perang ini berlangsung sangat sengit antara kedua
belah pihak. Perang ini menelan korban jiwa sebanyak 208.000 jiwa antara kedua belah
pihak. Di antara tahun 1825-1830 Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur dilanda oleh perang
besar yang hampir-hampir meruntuhkan kekuasaan imperialis Belanda di Indonesia. Pada
tahun 1825, Belanda bermaksud menyambung dan memperlebar jalan melalui tanah makam
leluhur Pangeran Diponegoro dengan tidak minta izin lebih dulu kepada Pangeran
Diponegoro kemudian Diponegoro marah karena mengesampingkan beliau sebagai wali raja.
Waktu diadakan pemasangan pancang-pancang oleh suruhan Belanda, pancang-pancang itu
dicabuti oleh suruhan Pangeran Diponegoro. Wakil Belanda ialah Residen Smissaert,
meminta kepada Pangeran Mangkubumi (paman Pangeran Diponegoro) untuk memanggil
Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Mangkubumi bertemu dengan Pangeran Diponegoro
malahan menggabungkan diri dengan Pangeran Diponegoro.
Diponegoro baik hidup atau mati akan diberi hadiah sebanyak 50.000 gulden beserta tanah
dan kehormatan. Pada Akhirnya Pangeran Diponegoro mengangkat senjata melawan
imperialis Belanda pada tahun 1825-1830, dan wafat pada tanggal 8 Januari 1855. Sebagai
penghargaan perjuangannya, pemerintah Indonesia mengangkat Pangeran Diponegoro
sebagai pahlawan nasional, rumah kediaman beliau di Tegalrejo dibangun dijadikan
Monumen Diponegoro, nama diponegoro diabadikan menjadi nama kesatuan Divisi Jawa
Tengah.