Anda di halaman 1dari 14

Nama :

Kelas :

LEMBAR PENILAIN
1. Mengidentifikasi strukur teks cerita sejarah
Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah Mataram pada amplop yang dibagikan.
Kemudian, mengidentifikasi struktur teks cerita sejarah dalam kolom di bawah ini!
No

Struktur

1.

Pengenalan

2.

Rekaman Peristiwa

3.

Penutup

Kutipan

2. Menganalisis struktur teks cerita sejarah


Setelah mengidentifikasi dengan cermat teks cerita sejarah Mataram pada ampao
yang telah dibagikan. Kemudian menganalisis struktur teks cerita sejarah dan
buktinya dalam kolom di bawah ini!
No

Struktur

Pengenalan

Rekaman peristiwa

Kalimat

3.
3.
3.
3.

penutup

3.
3.

Mengidentifikasi kaidah teks cerita sejarah

Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah Perang Diponegoro pada amplop yang
dibagikan. Kemudian, mengeidentifikasi kaidah teks cerita sejarah dalam kolom di
bawah ini!
Kaidah Teks Cerita Sejarah

4. Mengidentifikasi kaidah teks cerita sejarah


Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah Perang Diponegoro pada ampao yang
telah dibagikan. Kemudian, mengidentifikasi kaidah teks cerita sejarah dengan
kesesuaian kaidah menyebutkan fungsi teks cerita sejarah dengan minimal tiga fungsi
teks cerita sejarah dalam kolom di bawah ini!
Fungsi Teks Cerita Sejarah
No
1
2
3

Fungsi

Penjelasan

4
Nama :
Kelas :

LEMBAR PENILAIN
1. Mengidentifikasi strukur teks cerita sejarah
Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah Mataram pada amplop yang dibagikan.
Kemudian, mengidentifikasi struktur teks cerita sejarah dalam kolom di bawah ini!

No
1.

Struktur
Pengenalan

Kutipan
Kerajaan Mataram mulai berdiri tahun 1582, terletak
didaerah Kota Gede sebelah tenggara kota Yogyakarta,
kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki ageng
Sela dan Ki Ageng Pemanahan yang mengklaim masih
keturunan penguasa Majapahit. Tahun 1575 Ki Ageng
Pemanahan meninggal dunia dan digantikan oleh putranya
bernama Sutawijaya atau Pangerang Ngabehi Loring
Pasar,

selain

beliau

bertekad

melanjutkan

mimpi

ayahandanya, dia pun bercita cita untuk membebaskan


diri dari kekuasaan Pajang, sehingga hubungan antara
Mataram dan Pajang pun mulai memburuk hingga
2.

Rekaman Peristiwa

berujung peperangan.
Setelah menaklukan

Madura

beliau

mengganti

panembahan dengan Sesuhunan (sunan) kemudian


menggunakan
terakhir

tahun

gelar

Susuhunan

1640 sehabis

dari

Hanyakrakusuma
Makkah beliau

menyandang gelar Sultan Agung Senopati Ing Alaga


Abdurrahman dan beliau memindahkan lokasi kraton ke
Karta akibat terjadi gesekan penguasaan perdagangan
antara Mataram dan VOC yang berpusat di Batavia.
Setelah Sultan Agung meninggal, digantikan putra beliau
Sesuhunan Amangkurat 1, beliau memindahkan lokasi

kraton ke Pleret pada tahun 1647 tidak jauh dari


Kartaselain itu beliau juga tidak lagi menggunakan gelar
sultan melainkan Sunan (Sesuhunan atau yang pertuan)
pada masa ini kerajaan Mataram kurang stabil karena
banyak ketidak puasan dan pemberontakan, pada masanya
terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh seorang
bangsawan dari Madura bernama Trunajaya yang
akhirnya berhasil mengalahkan Mataram, Amangkurat 1
melarikan diri dan meningga dalam pelarianya yaitu di
Tegalarum (1677)sehingga mendapat julukan Sunan
Tegalarum, kemudian diganti oleh putranya Amangkurat
II, beliau bergabung dengan VOC untuk mengalahkan
3.

Penutup

pasukan Trunajaya dan akhirnya berhasil.


Kekacauan politik dari masa kemasa akhirnya
dapat terselesaikan pada masa Pakubuana III setelah
wilayah Mataram dibagi menjadi dua yaitu Kesultanan
Ngayogyakarta dan Kasunanan Suarakarta tanggal 13
Februari 1755, pembagian wilayah ini tertuang dalam
Perjanjian Gayanti, perjanjian Giyanti adalah kesepakatan
yang dibuat oleh pihak VOC, pihak Mataram (diwakili
oleh

Pakubuwana

Mangkubumi.

III)

Nama

dan

Giyanti

kelompok
diambil

pangeran

dari

lokasi

penjanjian tersebut (ejaan Belanda, sekarang tempat itu


berlokasi didukuh Kerten , Desa Jantiharjo) ditenggara
kota Karanganyar, Jawa Tengah, perjanjian ini menandai
berakhirnya

kerajaan

Mataram

yang

sepenuhnya

independen. Berdasarkan perjanjian ini wilayah Mataram


terbagi menjadi dua, wilayah disebelah timur kali Opak
dikuasai oleh pewaris tahta Mataram yaitu Sunan
Pakubuwana III dan tetap berkedudukan di Surakarta,
sementara wilayah disebelah barat diserahkan kepada
Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi
Sultan Hamengkubuwono I yang
berkedudukan di Yogyakarta.

2. Menganalisis struktur teks cerita sejarah


Setelah mengidentifikasi dengan cermat teks cerita sejarah Mataram pada ampao
yang telah dibagikan. Kemudian menganalisis struktur teks cerita sejarah dan
buktinya dalam kolom di bawah ini!
No
1

Struktur
Pengenalan

Kalimat
1. Kerajaan Mataram mulai berdiri tahun 1582,
terletak didaerah Kota Gede sebelah tenggara kota
Yogyakarta.
2. Tahun 1575 Ki Ageng Pemanahan meninggal dunia
dan digantikan oleh putranya bernama Sutawijaya
atau Pangerang Ngabehi Loring Pasar

Rekaman peristiwa

Tema (siapa):
Pada tahun 1590 kerajaan Mataram menaklukan Madiun,
Jipang, Kediri kemudian melanjutkan dengan menaklukan
Pasuruan dan Tuban. Sebagai raja islam yang baru beliau
mempunyai tekad untuk menjadikan Mataram menjadi
pusat budaya dan agam Islam, sebagai penerus kesultanan
Demak.
Pelaku (siapa):
Sebagai raja islam yang baru beliau mempunyai tekad
untuk menjadikan Mataram menjadi pusat budaya dan
agam Islam, sebagai penerus kesultanan Demak. Kerajaan
Mataram Islam saat itu menganut system Dewa Raja.
Yang berarti kekuasaan tertinggi mutlak berada pada
Sultan.
Tempat (di mana):
Nama Giyanti diambil dari lokasi penjanjian tersebut
(ejaan Belanda, sekarang tempat itu berlokasi didukuh
Kerten , Desa Jantiharjo) ditenggara kota Karanganyar,
Jawa Tengah, perjanjian ini menandai berakhirnya
kerajaan Mataram yang sepenuhnya independen.

Proses kejadian (bagaimana):


Amangkurat 1 melarikan diri dan meningga dalam
pelarianya yaitu di Tegalarum (1677)sehingga mendapat
julukan Sunan Tegalarum, kemudian diganti oleh putranya
Amangkurat II, beliau bergabung dengan VOC untuk
mengalahkan pasukan Trunajaya dan akhirnya berhasil.
Dalam masa ini Amangkurat II sangat patuh kepada VOC
sehingga menimbulkan ketidak puasan dikalangan istana
dan akhirnya banyak pemberontakan terjadi lagi. Pada
masa ini keraton Mataram dipindahkan ke Kartasura
(1680).

Setelah

Amangkurat

II

meninggal

diganti

Amangkurat III, tetapi VOC tidak senang dengan


Amangkurat III karena dia menentang VOC sehingga
VOC mengangkat Pakubuwana I sebagai raja, akibatnya
Mataram memiliki dua raja dan inilah yang menjadikan
perpecahan

Internal,

Amangkurat

III

akhirnya

memberontak tapi akhirnya kalah dan ditangkap diBatavia


lalu diasingkan di Ceylon,Srilanka dan meninggal tahun
1734.
Sebab akibat peristiwa
(mengapa):
Setelah Sultan Agung meninggal, digantikan putra beliau
Sesuhunan Amangkurat 1, beliau memindahkan lokasi
kraton ke Pleret pada tahun 1647 tidak jauh dari
Kartaselain itu beliau juga tidak lagi menggunakan gelar
sultan melainkan Sunan (Sesuhunan atau yang pertuan)
pada masa ini kerajaan Mataram kurang stabil karena
banyak ketidak puasan dan pemberontakan, pada masanya
terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh seorang
bangsawan dari Madura bernama Trunajaya yang
akhirnya berhasil mengalahkan Mataram, Amangkurat 1
melarikan diri dan meningga dalam pelarianya yaitu di
Tegalarum (1677)sehingga mendapat julukan Sunan
Tegalarum, kemudian diganti oleh putranya Amangkurat

II, beliau bergabung dengan VOC untuk mengalahkan


pasukan Trunajaya dan akhirnya berhasil. Dalam masa ini
Amangkurat II sangat patuh kepada VOC sehingga
menimbulkan ketidak puasan dikalangan istana dan
akhirnya banyak pemberontakan terjadi lagi. Pada masa ini
3

penutup

keraton Mataram dipindahkan ke Kartasura (1680).


Kekacauan politik dari masa kemasa akhirnya dapat
terselesaikan pada masa Pakubuana III setelah wilayah
Mataram

dibagi

menjadi

dua

yaitu Kesultanan

Ngayogyakarta dan Kasunanan Suarakarta tanggal 13


Februari 1755, pembagian wilayah ini tertuang dalam
Perjanjian Gayanti , perjanjian Giyanti adalah kesepakatan
yang dibuat oleh pihak VOC, pihak Mataram (diwakili
oleh

Pakubuwana

Mangkubumi.

III)

Nama

dan

Giyanti

kelompok
diambil

pangeran

dari

lokasi

penjanjian tersebut (ejaan Belanda, sekarang tempat itu


berlokasi didukuh Kerten , Desa Jantiharjo) ditenggara
kota Karanganyar, Jawa Tengah, perjanjian ini menandai
berakhirnya

kerajaan

Mataram

yang

sepenuhnya

independen. Berdasarkan perjanjian ini wilayah Mataram


terbagi menjadi dua, wilayah disebelah timur kali Opak
dikuasai oleh pewaris tahta Mataram yaitu Sunan
Pakubuwana III dan tetap berkedudukan di Surakarta,
sementara wilayah disebelah barat diserahkan kepada
Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi
Sultan Hamengkubuwono I yang berkedudukan di
Yogyakarta.

3. Mengidentifikasi kaidah teks cerita sejarah


Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah Perang Diponegoro pada amplop yang
dibagikan. Kemudian, mengeidentifikasi kaidah teks cerita sejarah dalam kolom di
bawah ini!

Kaidah Teks cerita Sejarah


1. Menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan peristiwa pada masa lampau:
a. Perang Diponegoro terjadi tepatnya antara 1825-1830 di Jawa pada saat Hindia
Belanda dipimpin oleh Jenderal De Kock.
b. Perang ini berlangsung sangat sengit antara kedua belah pihak. Perang ini
menelan korban jiwa sebanyak 208.000 jiwa antara kedua belah pihak. Di antara
tahun 1825-1830 Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur dilanda oleh perang
besar yang hampir-hampir meruntuhkan kekuasaan imperialis Belanda di
Indonesia.
c. Pada tahun 1825, Belanda bermaksud menyambung dan memperlebar jalan
melalui tanah makam leluhur Pangeran Diponegoro dengan tidak minta izin
lebih dulu kepada Pangeran Diponegoro.
2. Menggunakan kata-kata kerja yang bermakna tindakan atau perbuatan pelaku (sejarah):
a. Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi dapat meloloskan diri
b. Sejak itu Pangeran Diponegoro bertekad melawan Belanda untuk menegakkan
kemerdekaan dan keadilan
c. Belanda mengulangi serangannya ke Daksa lagi
d. Sehingga Belanda berkesimpulan bahwa bila dengan cara perang biasa tidak
mungkin dapat mematahkan perlawanan Pangeran Diponegoro.
3. Menggunakan fungsi keterangan yang menggunakan tempat, waktu, atau cara.
a. Perang Diponegoro terjadi tepatnya antara 1825-1830 di Jawa pada saat Hindia
antara tahun 1825-1830 Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur dilanda oleh perang
besar.
b. Pada tanggal 20 Juli 1825, rumah kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo diserang
dan dikepung oleh pasukan berkuda di bawah pimpinan Chevalier
c. Pangeran Diponegoro mengadakan penyerangan besar terhadap daerah Surakarta
d. pada tanggal 17 November 1826 beliau berangkat ke Pengasih sebelah barat Yogyakarta
untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda lagi
e. Pada Akhirnya Pangeran Diponegoro mengangkat senjata melawan imperialis Belanda
pada tahun 1825-1830, dan wafat pada tanggal 8 Januari 1855
4. Menggunakan konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa:
a. Pangeran Diponegoro dengan tidak minta izin lebih dulu kepada Pangeran
Diponegoro kemudian Diponegoro marah karena mengesampingkan beliau
sebagai wali raja.

4. Mengidentifikasi kaidah teks cerita sejarah

Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah Perang Diponegoro pada amplop yang
telah dibagikan. Kemudian, mengidentifikasi kaidah teks cerita sejarah dengan
kesesuaian kaidah menyebutkan fungsi teks cerita sejarah dengan minimal tiga fungsi
teks cerita sejarah dalam kolom di bawah ini!
Fungsi Teks Cerita Sejarah
No
1

Fungsi
Memberikan Kesadaran Waktu

Penjelasan
Kesadaran waktu yang dimaksud adalah
kehidupan

dengan

segala

perubahan,

pertumbuhan, dan perkembangannya yang


2

Memberikan Pelajaran yang Baik

terus berjalan melewati waktu.


Dengan mempelajari sejarah seseorang
atau suatu bangsa akan bercermin dan
menilai

peristiwa-peristiwa

yang

merupakan prestasi dan peristiwa yang


merupakan kegagalan. Peristiwa masa lalu,
baik itu yang positif maupun negatif, harus
dijadikan hikmah agar kesalahan yang
3

Memperkokoh Rasa Kebangsaan

pernah terjadi tidak terulang lagi.


Terbentuknya suatu bangsa disebabkan

(Nasionalisme)

adanya kesamaan sejarah besar di masa


lampau dan adanya kesamaan keiinginan
untuk membuat sejarah besar bersama.
Dengan

membaca

sejarah,

rasa

kebersamaan ini akan semakin kokoh demi


membangun sebuah bangsa yang besar di
4

masa yang akan datang.


Memberikan Ketegasan Identitas Nasional Kepribadian dan identitas nasional suatu
dan Kepribadian Suatu Bangsa

bangsa

terbentuk

dari

keseluruhan

pengalaman sejarah suatu bangsa tersebut.


Karena

setiap

bangsa

memiliki

pengalaman sejarah yang berbeda-beda,


kepribadian suatu bangsa akan berbedabeda pula. Dengan mempelajari sejarah

akan lebih memperjelas identitas nasional


5

Sumber Inspirasi

dan kepribadian suatu bangsa.


Sejarah berupaya merekam

aktvitas

menusia pada masa silam. Pengetahuan


dan cita-cita masa lampau dapat menjadi
sumber
6

Sarana Rekreatif

inspirasi

dalam

rangka

menumbuhkan cita-cita masa depan.


Sejarah dalam bentuk kisah seringkali
menjadi

sumber

bacaan

yang

mengasyikkan karena merupakan kisah,


apabila

kalau

penyajiannya

menarik

dengan gaya bahasa yang memikat.

Lampiran
Teks 1

KERAJAAN MATARAM ISLAM


Kerajaan Mataram mulai berdiri tahun 1582, terletak didaerah Kota Gede sebelah
tenggara kota Yogyakarta, kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki ageng Sela dan
Ki Ageng Pemanahan yang mengklaim masih keturunan penguasa Majapahit. Tahun 1575 Ki
Ageng Pemanahan meninggal dunia dan digantikan oleh putranya bernama Sutawijaya atau
Pangerang Ngabehi Loring Pasar, selain beliau bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya,
dia pun bercita cita untuk membebaskan diri dari kekuasaan Pajang, sehingga hubungan
antara Mataram dan Pajang pun mulai memburuk hingga berujung peperangan. Dalam
peperangan ini kerajaan Pajang mengalami kekalahan dan Sultan Hadiwijaya meninggal.
Kemudian Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar panembahan
senopati . ia mulai membangun kerajaanya dan memindahkan pusat pemerintahan di
Kotagede. Pada tahun 1590 kerajaan Mataram menaklukan Madiun, Jipang, Kediri kemudian
melanjutkan dengan menaklukan Pasuruan dan Tuban. Sebagai raja islam yang baru beliau

mempunyai tekad untuk menjadikan Mataram menjadi pusat budaya dan agam Islam, sebagai
penerus kesultanan Demak.
Kerajaan Mataram Islam saat itu menganut system Dewa Raja. Yang berarti
kekuasaan tertinggi mutlak berada pada Sultan. Pada masa ini tidak banyak mengalami
kemajuan dikarenakan beliau meninggal karena kecelakaan saat berburu dihutan krapyak
yang kemudian digantikan putra keempatnya yang bergelar Adipati Martoputro, akan tetapi
karena Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf maka tahta beralih ke putra sulung Mas
jolang yang bernama Raden Mas Rangsang, pada masa ini kerajaan mataram mengalami
kemajuan dan mengalami masa keemasan. Setelah menaklukan Madura beliau mengganti
panembahan dengan Sesuhunan (sunan) kemudian menggunakan gelar Susuhunan
Hanyakrakusuma terakhir tahun 1640 sehabis dari Makkah beliau menyandang gelar Sultan
Agung Senopati Ing Alaga Abdurrahman dan beliau memindahkan lokasi kraton ke Karta
akibat terjadi gesekan penguasaan perdagangan antara Mataram dan VOC yang berpusat di
Batavia. Setelah Sultan Agung meninggal, digantikan putra beliau Sesuhunan Amangkurat
1, beliau memindahkan lokasi kraton ke Pleret pada tahun 1647 tidak jauh dari Kartaselain
itu beliau juga tidak lagi menggunakan gelar sultan melainkan Sunan (Sesuhunan atau yang
pertuan) pada masa ini kerajaan Mataram kurang stabil karena banyak ketidak puasan dan
pemberontakan, pada masanya terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh seorang
bangsawan dari Madura bernama Trunajaya yang akhirnya berhasil mengalahkan Mataram,
Amangkurat 1 melarikan diri dan meningga dalam pelarianya yaitu di Tegalarum
(1677)sehingga mendapat julukan Sunan Tegalarum, kemudian diganti oleh putranya
Amangkurat II, beliau bergabung dengan VOC untuk mengalahkan pasukan Trunajaya dan
akhirnya berhasil. Dalam masa ini Amangkurat II sangat patuh kepada VOC sehingga
menimbulkan ketidak puasan dikalangan istana dan akhirnya banyak pemberontakan terjadi
lagi. Pada masa ini keraton Mataram dipindahkan ke Kartasura (1680). Setelah Amangkurat
II meninggal diganti Amangkurat III, tetapi VOC tidak senang dengan Amangkurat III karena
dia menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I sebagai raja, akibatnya
Mataram memiliki dua raja dan inilah yang menjadikan perpecahan Internal, Amangkurat III
akhirnya memberontak tapi akhirnya kalah dan ditangkap diBatavia lalu diasingkan
di Ceylon,Srilanka dan meninggal tahun 1734.
Kekacauan politik dari masa kemasa akhirnya dapat terselesaikan pada masa
Pakubuana III setelah wilayah Mataram dibagi menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta
dan Kasunanan Suarakarta tanggal 13 Februari 1755, pembagian wilayah ini tertuang dalam
Perjanjian Gayanti , perjanjian Giyanti adalah kesepakatan yang dibuat oleh pihak VOC,

pihak Mataram (diwakili oleh Pakubuwana III) dan kelompok pangeran Mangkubumi. Nama
Giyanti diambil dari lokasi penjanjian tersebut (ejaan Belanda, sekarang tempat itu berlokasi
didukuh Kerten , Desa Jantiharjo) ditenggara kota Karanganyar, Jawa Tengah, perjanjian ini
menandai berakhirnya kerajaan Mataram yang sepenuhnya independen. Berdasarkan
perjanjian ini wilayah Mataram terbagi menjadi dua, wilayah disebelah timur kali Opak
dikuasai oleh pewaris tahta Mataram yaitu Sunan Pakubuwana III dan tetap berkedudukan di
Surakarta, sementara wilayah disebelah barat diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi
sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwono I yang berkedudukan di Yogyakarta.

Teks 2
PERANG DIPONEGORO
Perang Diponegoro terjadi tepatnya antara 1825-1830 di Jawa pada saat Hindia
Belanda dipimpin oleh Jenderal De Kock. Perang ini berlangsung sangat sengit antara kedua
belah pihak. Perang ini menelan korban jiwa sebanyak 208.000 jiwa antara kedua belah
pihak. Di antara tahun 1825-1830 Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur dilanda oleh perang
besar yang hampir-hampir meruntuhkan kekuasaan imperialis Belanda di Indonesia. Pada
tahun 1825, Belanda bermaksud menyambung dan memperlebar jalan melalui tanah makam
leluhur Pangeran Diponegoro dengan tidak minta izin lebih dulu kepada Pangeran
Diponegoro kemudian Diponegoro marah karena mengesampingkan beliau sebagai wali raja.
Waktu diadakan pemasangan pancang-pancang oleh suruhan Belanda, pancang-pancang itu
dicabuti oleh suruhan Pangeran Diponegoro. Wakil Belanda ialah Residen Smissaert,
meminta kepada Pangeran Mangkubumi (paman Pangeran Diponegoro) untuk memanggil
Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Mangkubumi bertemu dengan Pangeran Diponegoro
malahan menggabungkan diri dengan Pangeran Diponegoro.

Pada tanggal 20 Juli 1825, rumah kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo


diserang dan dikepung oleh pasukan berkuda di bawah pimpinan Chevalier dengan maksud
untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Dalam pertempuran itu Pangeran Diponegoro dan
Pangeran Mangkubumi sempat meloloskan diri dengan menunggang kuda. Setelah Belanda
mengetahui bahwa Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi dapat meloloskan diri,
maka rumah Pangeran Diponegoro dibakar oleh Belanda. Sejak itu Pangeran Diponegoro
bertekad melawan Belanda untuk menegakkan kemerdekaan dan keadilan.
Pada tanggal 9 Juni 1826, Belanda dengan kekuatannya yang besar berusaha
menyerang Plered. Karena pertahanan di Plered sudah diperkuat, maka usaha Belanda itu
tidak berhasil. Selanjutnya untuk meningkatkan pertahanan di Plered itu Kerta Pengalasan
diganti oleh dua orang pemuda yang gagah berani, yaitu Sentot yang bergelar Ali Basah
Prawiradirja dan Prawirakusuma yang kedua-duanya masih berusia 16 tahun. Pada permulaan
Juli 1826, Belanda mengulangi serangannya ke Daksa lagi. Oleh Pangeran Diponegoro,
Daksa telah dikosongkan terlebih dahulu. Maka waktu tentara Belanda kembali dari Daksa
untuk menuju ke Yogyakarta, dengan tiba-tiba dihadang dan dibinasakan oleh pasukan
Pangeran Diponegoro dari tempat persembunyiannya. Setelah mendapat kemenangan itu
pasukan Pangeran Diponegoro dengan secepat kilat menghilang dari Daksa. Beberapa bulan
setelah mendapat kemenangan itu, atas anjuran Kyai Mojo (penasehat Pangeran Diponegoro),
Pangeran Diponegoro mengadakan penyerangan besar terhadap daerah Surakarta. Pada bulan
Oktober 1826, pasukan Pangeran Diponegoro menyerang Belanda di Gawok sebelah barat
daya Surakarta, dan mendapat kemenangan yang gemilang. Pangeran Diponegoro terpaksa
harus diangkut dengan tandu ke lereng Gunung Merapi, karena beliau terluka. Demikianlah
taktik dan siasat perang gerilya Pangeran Diponegoro yang cukup mencemaskan Belanda.
Sehingga Belanda berkesimpulan bahwa bila dengan cara perang biasa tidak mungkin dapat
mematahkan perlawanan Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro sembuh dari sakitnya, pada tanggal 17 November 1826 beliau
berangkat ke Pengasih sebelah barat Yogyakarta untuk mengadakan perlawanan terhadap
Belanda lagi. Perlawanan antara kedua belah pihak itu berhenti setelah diadakan gencatan
senjata pada 10 Oktober 1827, wakil-wakil dari kedua belah pihak mengadakan perundingan,
namun mengalami kegagalan. Pangeran Diponegoro mendirikan keraton di Sambirata sebagai
pusat negara baru. Sedangkan Belanda (tahun 1828) mulai mendirikan benteng-benteng
secara teratur, dengan maksud untuk mempersempit daerah kekuasaan Pangeran Diponegoro.
Untuk menangkap Pangeran Diponegoro, Belanda mengeluarkan maklumat pada 21
September 1829 yang menyatakan bahwa barang siapa dapat menangkap Pangeran

Diponegoro baik hidup atau mati akan diberi hadiah sebanyak 50.000 gulden beserta tanah
dan kehormatan. Pada Akhirnya Pangeran Diponegoro mengangkat senjata melawan
imperialis Belanda pada tahun 1825-1830, dan wafat pada tanggal 8 Januari 1855. Sebagai
penghargaan perjuangannya, pemerintah Indonesia mengangkat Pangeran Diponegoro
sebagai pahlawan nasional, rumah kediaman beliau di Tegalrejo dibangun dijadikan
Monumen Diponegoro, nama diponegoro diabadikan menjadi nama kesatuan Divisi Jawa
Tengah.

Anda mungkin juga menyukai