Anda di halaman 1dari 2

Nama :Elkoli A.T.

Tebai
Kelas :X4
LHO tentang : Tradisi Bakar Batu di Papua

BAKAR BATU

Tradisis Bakar Batu merupakan salah satu tradisi penting di Papua Pegunungan Tengah,
yang berupa ritual memasak Bersama-sama warga satu kampung yang bertujuan untuk
bersyukur, kelulusan, bersilaturami yang dilakukan dengan cara mengumpulkan sanak saudara
dan kerabat, untuk menyambut kebahagiaan seperti Kelahiran, Perkawinan adat, dan penobatan
kepala suku atau kepala desa baru. Tradisi Bakar Batu umumnya dilakukan oleh suku Mee,
Dani, Moni ( Daerah Pegunungan Papua Tengah). Tradisi Bakar Batu ini sudah turun-
temurun sejak Zaman tete nene moyang, hingga sampai saat ini. Walaupun Bakar Batu
merupakan Tradisi dari daerah bagian Pegunungan Tengah, sebutan Bakar Batu dari berbagai
daerah Pegunungan Tengah berbedah, contonya Gapii ( Mee Pago), Kit oba isogoa
( Wamena ), atau Barapen ( Jayawijaya ).
Tradisi ini disebut Bakar Batu karena, benar-benar batu dibakar hingga panas membara,
lalu ditaru diatas makanan yang akan dimasak. Berikut ini merupakan penjelasan tentang cara
Bakar Batu yang sering dilakukan oleh masyarakat setempat. Pertama kayu-kayu kering yang
sudah dibelah, diambil dan disusun keatas menjadi persegi. Didalam kayu-kayu yang sudah di
atur, masukan potongan-potongan kayu kering beserta batu-batu yang sudah disiapkan kedalam
kayu yang sudah diatur. Kemudian nyalakan api yang sudah disiapkan. Namun jika perayaan
yang dilakukan merupakan doa adat, maka dilarang keras untuk membakar api menggunakan
korek gas dan bensin, karena itu diyakini akan mengganggu perayaan adat tersebut. Untuk
menyalakan api, para tetua memiliki korek khusus yang dalam bahasa suku Mee sering disebut
dengan Teneimamo yang artinya kulit bambu tipis yang kuat. Untuk bahan dari korek
tradisional tersebut hanya simpel yaitu hanya membutukan bambu dan pisau untuk
memotongnya. Untuk cara menggunakannya dengan cara dipegang kedua ujung bambu yang
sudah ditipiskan lalu tarulah rumput yang sudah kering ditengah-tengah bambu, dan manfaatkan
kaki sebagai ijakan dari rumput kering yang sudah ditaru, setelah itu tarik masing-masing ujung
bambu itu dan gesek menggunakan kekuatan tangan` Jika api sudah nyala tunggu sampai kayu-
kayu dimakan habis oleh api, kemudian jika kayunya sudah dilahap oleh api maka angkatlah
babi yang bulu-bulunya sudah dibakar sejak awal. Kalau babinya sudah diambil, makaotonglah
babi itu sesuai dengan ukuran dan jumlah yang sudah diprediksi. Bagian dalam perut babi seperti
jantung babi, tali usus babi, paru-paru babi dan lain-lain. Batu yang sudah panas itu di pindahkan
ke tempat yang sudah di siapkan. Masukan sayur, daging babi dan umbian yang ingin dimasukan
bersamaan merupakan lapisan ke pertama, lalu lapisi lagi dengan daun pisang untuk menutupi
panas dari batu, merupakan barisan kedua dan sesudah lapisi dengan daun pisang taru lagi batu
panas agar uap panasnya bisa meresap kedalam, dan dilapisan ke tiga masukan sayur dan umbian
yang masih tersisah, lalu ditutupi bagian menggunakan daun pisang dan batang kayu kering yang
masih tersisah. Jika sudah ditutupi tunggulah sekitar 20 menit untuk proses pematangannya, dan
jika sudah matang angkat sesuai lapisan yang sudah diatur, dan jika sudh diangkat maka
makanan sudah siap disajikan.

Tradisi Bakar Batu memiliki makna yang penting yaitu dengan adanya pesta Bakar Batu warga
setempat bisa merasakan kebersamaan sebagai satu masyarakat dan kedekatan dengan satu
indifudu dengan indifidu yang lain. Dengan begitu sikap persatuan dan sikap toleransi bisa
tercipta dalam hubungan masyarakat.

1. Gambar : Mabes TNI. Rabu, 30 November. Thn 20221


2. Paragraf Pertama : Rifky. 16 April. Wikipedia.com. ( Bicara I Kontrib ). Thn 20232

1
TNI Mabes. Rabu, 30 November. Thn 2022
2
Rifky. 16 april. Wikipedia.com. ( Bicara I Kontrib ). Thn 2023

Anda mungkin juga menyukai