Anda di halaman 1dari 7

JURNAL ILMIAH SOCIETY ISSN : 2337 – 4004

Jurnal Volume 3 No.3 Tahun 2023

Makna Kue Tamo Dalam Upacara Tulude Bagi Masyarakat Sangihe Di Desa Tariang
Lama Kecamatan Kendahe

Oleh:
Femmy Glory Euanggelia Matantu 1
Selvie Tumengkol2
Lisbeth Lesawengen 3

Abstrak

Tamo adalah kue adat masyarakat Nusa Utara (Sangihe-Talaud-Sitaro). Tamo berarti
yang diperhadapkan, mengandung makna kebersamaan, kekeluargaan dan sebagai simbol
pelengkap dalam upacara Tulude. Dalam rangka mempertahankan dan melestarikan budaya
ini, penting untuk memahami makna dan signifikansi setiap elemen yang terlibat dalam upacara
Tulude, termasuk kue Tamo. Kue Tamo memiliki peran penting dalam upacara Tulude sebagai
simbol atau representasi dari nilai-nilai budaya suatu komunitas. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang berguna untuk memberikan fakta dan data
tentang pentingnya makna kue Tamo dalam upacara Tulude bagi masyarakat Sangihe di desa
Tariang lama, kemudian data tersebut dianalisis secara kritis dengan teori interaksionisme
simbolik dari George Herbert Mead, sehingga diperoleh analisis mendalam tentang sejauh
mana Makna Kue Tamo dan Tulude di desa Tariang Lama. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa Makna kue Tamo dalam upacara Tulude di desa Tariang Lama masih melekat sampai
saat ini dimana dalam pemberian makna ini masih ada masyarakat yang mempercayai suatu
hal yang mistis yang dilibatkan dalam prosesi upacara Tulude.

Kata Kunci : Makna Kue Tamo, Upacara Tulude, Masyarakat

1Mahasiswa Program Studi Sosiologi FISPOL-Unsrat


2 Dosen Program Studi Sosiologi FISPOL-Unsrat
3 Dosen Program Studi Sosiologi FISPOL-Unsrat

1
JURNAL ILMIAH SOCIETY ISSN : 2337 – 4004
Jurnal Volume 3 No.3 Tahun 2023

Pendahuluan berarti Tamo adalah kue adat yang dibuat


Budaya, tradisi, bahkan adat istiadat oleh leluhur yang diwariskan bagi anak cucu
rentan punah dan hilang. Serta kemampuan turun temurun. Karena agung dan
berkreativitas dan memanfaatkan untuk wibawanya maka Tamo disebut Datung
mempertahankan, melestarikan peradaban Kaeng atau Raja Makanan
serta nilai -nilai kearifan lokal bagi Menurut tua adat Bpk. Grietshell T,
kehidupan sebagai warisan dunia khususnya acara Tulude di desa Tariang Lama Kec.
Kepulauan Nusa Utara (kepulauan Sangihe, Kendahe di adakan setiap tanggal 7, atau 10
Talaud dan Sitaro). Wilayah di ujung utara Februari (Bisa saja berubah tergantung
Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) yang keputusan dari kepala adat yang terpenting
berbatasan dengan Philipina. tidak jatuh pada hari minggu/lewat tanggal
Bagaimana kita sebagai masyarakat 10 Februari), setelah acara Tulude
Sangihe dalam mempertahankan Makna Kue Kabupaten atau HUT daerah pada tanggal 31
Tamo dalam upacara Tulude dimana zaman Januari. Makna kue Tamo di desa Tariang
semakin berubah, masuknya budaya- budaya Lama yaitu mempersatukan seperti halnya
luar yang akan mengikis budaya leluhur yang bahan dalam pembuatan kue Tamo seperti
sudah ada sajak lama menjawab persoalan ini gula dan bahan lainya yang diartikan sebagai
kita perlu memahami makna, nilai dan suatu persekutuan. Tulude atau “Menulude”
simbol yang ada dalam kue Tamo serta yang berarti anugerah Tuhan.
upacara ritual Sangihe yaitu Tulude yang
merupakan wujud syukur kepada I Konsep Kue Tamo
Ghenggona Langi. Tamo adalah kue adat masyarakat
Upacara adat Tulude merupakan Nusa Utara (Sangihe-Talaud-Sitaro). Arti
hajatan tahunan warisan para leluhur kata TAMO, T= Tundu
masyarakat Nusa Utara (kepulauan Sangihe, (kebiasaan,adat,budaya), A=Aha
Talaud dan Sitaro) yang di dilaksanakan (ajaran,panduan), M = Mehengken Nusa
pada tanggal 31 Januari . Walaupun Tulude (pemimpin,petua), O = Onto, olohiwu
diadakan dalam konteks perayaan pergantian (tanaman, ditanam, warisan). Tamo yang
tahun baru, namun waktu pelaksanaannya berarti “Yang Diperhadapkan”. Ada juga
sendiri tidak jatuh pada tanggal 31 Desember kata lain dari Tamo yaitu “Tamonde” atau
pukul 00.00, hal ini antara lain disebabkan “Tetamondeang” artinya “Di istimewakan
pada tanggal 31 Desember tahun sebelumnya atau diagung-agungkan”.
sampai minggu pertama Januari, masyarakat Kue Tamo sejenis dodol yang tata cara
biasanya telah disibukkan dengan kegiatan pembuatannya sebagaimana tradisi tua yang
perayaan tahun baru yang dilaksanakan masih dilakukan. Bahan-bahan dasar,
secara umum. Bogase Pulo (Beras pulo atau ketan), Gula
Dimana ada Tulude disitu ada kue Mahamu (Gula Merah), Lanang Bango
Tamo yang selalu menghiasi upacara adat (Minyak Kelapa), Kapala masasa su kalune
Tulude, bagian terpenting dalam upacara (Pepaya yang masak di pohon), Pulingka
Tulude adalah pemotongan kue Tamo. (Kelapa muda), Busa Datu masasa sukalune
Pemotongan dan pembagian kue Tamo ini (Pisang Raja yang masak di pohon), Kalu
memiliki makna mendalam. bahkan kue Manise (Kayu Manis).
yang menurut sejarahnya dibuat pada waktu Cara pembuatannya, sebagai berikut :
perkawinan adat leluhur orang Sangihe. (1) Beras dimasak dengan air hingga matang.
Yakni, Mangulung Dagho dengan Bansan Gula merah dimasak dengan air hingga
Peliang. Kue "Tamo" memiliki arti yang mencair, (2) Buah pepaya, Pisang dan
dalam secara harafianya, dalam bahasa Kelapa muda digaruk dengan sendok
daerah Sangihe disebut “ Tundu aha I (ikahu), (3) Setelah semua bahan dasar ini
mehengkeng nusa, onto I olohiwu” yang siap, lalu dicampur, diberi minyak kelapa

2
JURNAL ILMIAH SOCIETY ISSN : 2337 – 4004
Jurnal Volume 3 No.3 Tahun 2023

secukupnya, dan bubuk kayu manis Kue Tamo adalah warisan pusaka
secukupnya, (4) lalu masuk dalam tahapan leluhur yang sangat dihargai dan dijunjung
“mangongke” atau dimasak kembali sambil tinggi oleh masyarakat Sangihe turun-
terus diaduk selama 2 sampai 3 jam lamanya, temurun khususnya di desa Tariang Lama
(5) Bila sudah matang, diangkat dan diisi karena memiliki makna kebersamaan, jiwa
pada wadah atau pestaka pembentuknya dan persatuan yang ulet, teguh dan utuh juga
ditiriskan selama 3 sampai 7 hari agar sebagai simbol tingginya nilai adat istiadat
minyaknya keluar dan kue itu agak mengeras yang tetap dipertahankan dan lestari
dan dapat dikeluarkan dari pestaka dan sepanjang masa. Kue Tamo yang ada di desa
didudukan pada piring Dulang, (6) Tariang Lama ada yang disebut dengan
Kemudian dipasangi hiasan simbol utama Tamo Banua dan Tamo Ana Banua, yang
berupa telur matang, udang yang telah dimaksud dengan Tamo Banua yaitu Tamo
matang, rica, ketupat dan bendera beserta kampung yang ukurannya bisa mencapai
hiasan lain berupa buah dan pernik-pernik 15kg dan jauh lebih besar dari Tamo Ana
lain hingga kue ini nampak semarak Banua. Sedangkan Tamo Ana Banua yang
tampilannya. berarti Tamo masyarakat yang ukurannya
Menariknya, selama proses tradisi berkisar 7kg – 12kg dengan catatan tidak
“mangongke”, para pembuat hanya boleh boleh melebihi Tamo Banua. Untuk Tamo
bicara dalam bahasa isyarat (tidak boleh ada Banua dibuat lebih dahulu, adanya
suara). Dapur harus benar-benar sepi. Kayu perbedaan waktu satu hari lebih awal dalam
yang dipakai untuk memasak juga harus pembuatan Tamo Banua dibuat pada hari
kayu khusus yakni “Leluwang” atau “ Pawa” jumat sedangkan Tamo Ana Banua dibuat
(Marong Kelapa). pada hari sabtu dan itu sudah merupakan
Tamo terbuat dari Beras ketentuan yang ada di desa Tariang Lama.
melambangkan Manusia, Air melambangkan Artinya semakin tinggi kue Tamo maka
Kesucian, Minyak lambang Kemistikan (ke- semakin tinggi pula berkat dalam kehidupan,
Tuhan-an), Gula lambang Romantika hidup. maka semakin kita menyadari bahwa semua
Dimasak oleh Api lambang Semangat ini pemberian Tuhan. Setelah semua selesai
persatuan. Dibentuk Piramida lambang maka dilanjutkan dalam prosesi adat,
Gunung atau Kerajaan (Negara). nantinya Tamo Banua dan Tamo Ana Banua
Didudukkan pada piring Dulang, lambang itu diarak dengan di iringi oleh musik
Bumi. Dihiasi Bendera lambang Kekuasaan, tagonggong (Gendang) dan semua
Telur lambang Kesempurnaan, Rica masyarakat menari sambil mengiringi Tamo
lambang Penyakit, Udang lambang yang di arak ini ketempat upacara Tulude
Kesukaran, Ketupat Burung lambang berlangsung.
Kejayaan, Ketupat dodutu lambang Tongkat Kue Tamo ibaratkan sebatang pohon
kerajaan. Igu-igu wadah dari bambu yang yang besar tinggi dan punya keagungan
dianyam hingga berbentuk piramida sebagai tersendiri sebagai tempat perteduhan, akar,
tempat cetakan Tamo (bentuknya sama kulit, dan daunnya dijadikan obat penawar,
dengan tempat ayam bertelur). Dulang menyembuhkan segala penyakit sehingga
adalah jenis piring besar dari tembaga tempat pemulihan dialami melalui kekuatan dan
kue Tamo diletakkan. Tradisi pemotongan panjang umur. Bentukan adonan kue Tamo
Tamo dipimpin oleh seorang Arif bijaksana dari berbagai jenis makanan merupakan
dan menguasai budaya yakni para petua adat simbol berkat Tuhan yang Maha Kuasa bagi
atau seseorang (meskipun masih berusia masyarakat yang hidup dari hasil pertanian
muda) tapi dinilai punya anugerah budaya dan setiap saat patut disyukuri. Kue Tamo
dan telah ditahbiskan dalam ritual tradisi juga merupakan bagian yang tak terpisahkan
tersendiri. Setelah dipotong, kemudian dari upacara adat Tulude sebab eksistensinya
dibagi kepada khalayak yang hadir.

3
JURNAL ILMIAH SOCIETY ISSN : 2337 – 4004
Jurnal Volume 3 No.3 Tahun 2023

ditengah-tengah upacara harus dinikmati Pada point yang pertama mengenai


oleh seluruh masyarakat yang hadir. Makna kue Tamo dalam upacara Tulude bagi
masyarakat Sangihe di desa Tariang Lama
Metode Penelitian ini merupakan suatu bentuk kebersamaan,
Penelitian yang dipakai dalam dilihat dari cara memasak kue Tamo ini
penelitian ini adalah metode penelitian dengan memerlukan orang yang banyak
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. dalam proses pembuatan kue Tamo, maupun
Penelitian ini dilaksanakan di desa Tariang dalam proses membawa kue Tamo ke tempat
Lama Kecamatan Kendahe. Alasan penulis acara Tulude berlangsung dimana ada tari-
mengambil lokasi penelitian ini dikarenakan tarian seperti tari salo, tari gunde yang di
desa Tariang Lama atau “Lombontari” iringi oleh musik tagonggong atau gendang.
merupakan salah satu desa adat, yang Point yang kedua, yaitu kekeluargaan
diketahui bersama desa adat di Sangihe ada dalam membangun hubungan satu dengan
dua ; yaitu desa Tariang Lama Kecamatan yang lain, sebagai bentuk kehormatan atau
Kendahe dan desa Salurang Kecamatan penghormatan desa kepada tamu undangan,
Tabukan Selatan Tengah. Dimana sudah sebagai makna didalam Tamo terdapat nilai
secara turun temurun dilaksanakan atau ataupun norma kebangsaan dan merupakan
digelar upacara adat Tulude dan pemotongan sajian atau makanan yang disajikan dalam
kue adat Tamo, sehingga peneliti tertarik upacara Tulude.
meneliti di desa Tariang Lama. Point yang ketiga, sebagai simbol
Penelitian ini berfokus pada MAKNA pelengkap dalam upacara Tulude dimana
KUE TAMO DALAM UPACARA Tulude merupakan bentuk ucapan syukur
TULUDE BAGI MASYARAKAT kepada Tuhan yang sudah menyertai kita di
SANGIHE DI DESA TARIANG LAMA tahun yang sudah berlalu dan siap memasuki
KECAMATAN KENDAHE. Fokus atau menyambut tahun yang baru. Memohon
penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi berkat agar tahun yang baru ini selalu dalam
studi kualitatif sekaligus membatasi pemberkatan Tuhan.
penelitian guna memilih mana data yang Berdasarkan hasil penelitian ini adanya
relevan dan mana yang tidak relevan makna atau simbol yang tercipta dalam
(Moleong;2010). Pembatasan dalam masyarakat Tariang Lama, seperti teori
penelitian kualitatif ini lebih didasarkan pada interaksionisme simbolik dimana teori ini
tingkat kepentingan/urgensi dari masalah berfokus pada cara individu memberikan
yang dihadapi dalam penelitian ini. makna kepada dunia sosial dalam
Teknik pengumpulan data yang menggunakan simbol-simbol. Dalam
digunakan adalah melakukan wawancara, interaksionisme simbolik juga individu
observasi, dan dokumentasi. Analisis data bertindak berdasarkan makna yang mereka
yang digunakan adalah pengumpulan data, berikan kepada situasi tertentu, dan tindakan
reduksi data, penyajian data, dan tersebut dapat mempengaruhi persepsi dan
menyimpulkan data. tindakan individu lainnya. Melalui proses
interaksi sosial yang berkelanjutan individu
Pembahasan saling membentuk dan mempengaruhi satu
Berdasarkan uraian dan penjelasan sama lain dalam menciptakan dan
hasil wawancara yang dilakukan pada mempertahankan realitas sosial yang
beberapa informan, maka peneliti dapat bersama. Dengan demikian, teori
menyajikan informasi dengan judul Makna interaksionisme simbolik memberi
kue Tamo dalam upacara Tulude bagi penekanan pentingnya pemahaman tentang
masyarakat Sangihe di desa Tariang Lama bagaimana simbol-simbol yang diberikan
merumuskan rumusan masalah tersebut. makna, bagaimana individu berinteraksi dan
Dalam penjelasan sebagai berikut : saling memengaruhi.

4
JURNAL ILMIAH SOCIETY ISSN : 2337 – 4004
Jurnal Volume 3 No.3 Tahun 2023

Namun dalam pemberian makna ini Penelitian ini berhasil


masih ada masyarakat yang mempercayai mendeskripsikan dan mengetahui sejauh
suatu hal yang mistis yang dilibatkan dalam mana makna kue Tamo dan upacara Tulude.
prosesi upacara Tulude. Masyarakat Sangihe Tidak adanya pergeseran nilai yang ada
khususnya masyarakat Tariang Lama dalam tradisi upacara Tulude, akan tetapi
percaya apapun prosesi adat yang dilakukan mengenai kepercayaan yang di anut dari
itu semua harus dihargai dan dilestarikan, masyarakat Sangihe saat ini, masyarakat
dengan meyakini semua yang terjadi dalam memaknai bahwa semua yang dijalani dari
proses itu ada campur tangan Tuhan sebagai tahun yang sudah berlalu dan siap
Sang Pemilik Alam Semesta ini. menyambut tahun yang baru itu semua atas
Dari hasil penelitian yang didapat dari berkat dan kebaikan Tuhan Yang Maha Esa.
berbagai informan baik itu petua adat, Masyarakat Sangihe memaknai upacara
pemerintah desa, masyarakat, maupun Tulude berdasarkan kepercayaan atau agama
mahasiswa dengan memaknai kue Tamo yang dianut oleh masing-masing masyarakat
dalam upacara Tulude adalah Tamo bukan dalam artian menyembah berhala akan
mempunyai tatanan simbol kebersamaan tetapi sebagai masyarakat Sangihe budaya
bahkan sebagai pelengkap dalam upacara terus dilestarikan sampai ke anak cucu.
Tulude dan Tulude sebagai prosesi atau Dalam penelitian ini, peneliti telah
ucapan syukur kepada Tuhan yang sudah mengumpulkan informasi dan analisis yang
menuntun sepanjang tahun yang sudah mendalam tentang makna kue Tamo dalam
berlalu dan siap menyambut tahun yang baru upacara Tulude tersebut, sehingga
dengan penuh syukur. memberikan pemahaman yang lebih baik
Begitu juga dengan pelestaraian tradisi tentang nilai budaya dan simbolisme yang
kue Tamo dan upacara Tulude pada generasi terkait dengan kue Tamo dan upacara Tulude
muda saat ini tentunya akan ada gesekan Saran
pada budaya lokal akibat masuknya budaya 1. Pelestarian budaya : Kue tradisional
luar peran penting dari pemerintah daerah seperti Tamo dan upacara Tulude
untuk mengajak anak muda mengambil merupakan bagian penting dari
bagian dalam pelestaraian kue Tamo dan warisan budaya suatu daerah.
Tulude sebagai fasilitator serta membangun Mengingat pentingnya pelestarian
kesadaran untuk melestaraiakan tradisi budaya, disarankan untuk mengambil
tersebut.. langkah-langkah dalam
mempromosikan dan melestarikan
Penutup kue Tamo dan upacara adat Tulude
Kesimpulan ini, seperti dokumentasi,
Kearifan lokal budaya perkawinan pembelajaran, dan pelatihan
suku Dari penelitian yang sudah dilakukan mengenai sasambo “kata-kata adat”
maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam pemotongan kue Tamo kepada
mengenai Makna Kue Tamo dan upacara generasi muda .
Tulude di Desa Tariang Lama Kecamatan 2. Promosi dan pemasaran: Dalam
Kendahe adalah Tamo merupakan simbol rangka mempertahankan dan
kebersamaan, kekeluargaan dan sabagai menghidupkan kembali kue
simbol pelengkap dalam upacara Tulude. tradisional dan upacara adat ini,
Tulude di Kabupaten Kepulauan Sangihe penting untuk memikirkan strategi
merupakan upacara tahunan yang dilakukan promosi dan pemasaran yang efektif.
setiap tanggal 31 Januari dan pada desa ini dapat melibatkan pelatihan
Tariang Lama di adakan setiap tanggal 7 pembuatan kue tradisional,
Februari setiap tahunnya. pengenalan kue Tamo ini dalam
acara budaya atau festival, dan

5
JURNAL ILMIAH SOCIETY ISSN : 2337 – 4004
Jurnal Volume 3 No.3 Tahun 2023

mengenalkan upacara adat Tulude Siregar , N. S. S. (2012). Kajian Tentang


pada wisatawan yang datang guna Interaksionisme Simbolik.
untuk menjangkau pasar yang lebih Prespektif, 1(2),100-110.
luas bahkan minat dan ketertarikan Sumirat, C. (2022, Januari 31). Upacara
pada budaya daerah Sangihe. Adat Tulude, Warisan Tradisi
Leluhur Masyarakat Nusa Utara.
Daftar Pustaka https://sulut.inews.id
Afrilia, D. (13 Juni 2021). Artikel: Tulude, Sugiyono, 2010. Metode Penelitian
Upacara Adat Lambang Rasa Syukur Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Masyarakat Sangihe . https://www. kualitatif, dan R&D. Bandung:
goodnewsfromindonesia.id Alfabeta
Awardee, Y. (2017). Membumikan semangat Sugiyono Soerjono, 2017. Sosiologi suatu
toleransi untuk Indonesia; Potret pengantar. Jakarta : PT. Raja
kearifan Lokal Toleransi antar umat Grafindo Persada
beragama di Manado. Femmy. 2022. "Makna kue Tamo dalam
https://www.academia.edu upacara Tulude bagi masyarakat
dkk, R. K. (2022). Relevansi Nilai-nilai Sangihe di desa Tariang Lama
Pancasila Dalam Upacara Adat Kecamatan Kendahe". Hasil
Tulude. Jurnal Pemikiran, Wawancara Pribadi: 31 Oktober
Penelitian Hukum,, 57. 2022, Desa Tariang Lama.
Gandasari, D dkk. (2021). Dasar-Dasar Ilmu Wekke, s. i. (2021). Menyempurnakan
Sosial. (p 172). Yayasan Kita Setengah Agama: Akulturasi Islam
Menulis. dan Budaya Lokal dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1999). Perkawinan Masyarakat Sulawesi
kbbi.lektur.id, 619. Utara dan Gorontalo. jln.
Makasar, A. (2009). M.Th. 10 Tema Budaya Jomblangan Bantul DI Yogyakarta:
Kearifan Lokal, Sumber Inspirasi Samudra Biru (Anggota IKAPI).
Spiritual Moral Etika Masyarakat Yusuf. M. A.(2014). Jurnal: Metode
Sangihe. Kunci Berkat Manado. penelitian Kuantitatif, kualitatif, &
Makasar, A. (2022). M.Th. Tahuna. Buku penelitian.
Saliwangu Tulude. Kunci Berkat https://journal.untar.ac.id/index.php/
Manado. prologia/article/view/6232
Makamea, G. (2014). Buku Kumpulan https:/dessyresmalia.wordpress.com/2014/1
Sasalamate. Kunci Berkat Manado. 1/12/individu-keluarga-dan-masyarakat (2
Makapuas, l. (2020). Buku panduan Tulude januari)
Sangihe 2020. Kabupaten Kepulauan https://khalfani.co.id/kue-tamo-bagian-
Sangihe: panitia Tulude Sangihe terpenting-dalam-rangkaian-pesta-a/ (31
2020. Dinas Pendidikan dan Januari)
Kebudayaan Kabupaten Kepulauan https://barta1.com/v2/2019/01/24/menarikn
Sangihe ya-ritual-dan-proses-pembuatan-kue-adat-
Moleong , L. J.,& Edisi, P.R. R. B. (2004). tamo/ (31 Januari)
Metodelogi penelitian. Bandung: https://www.academia.edu/9145093/Transig
Penerbit Remaja Rosdakarya. nifikasi_Kue_Tamo_dalam_Upacara_Tulud
Salma. (2022, Juli 12). Pengertian, Isi, dan e (Di akses 9 Maret)
Contoh Fokus Penelitian. https://www.mejahijau.com/2020/02/kesede
https://penerbitdeepublish.com rhanaan-tulude-di-kabupaten-kepulauan-
Sangihe, M. n. (2018, Oktober 20). Sejarah sangihe-sentuh-esensi-perayaan-
Asal-usul Tamo. sebenarnya/(Di akses 24 mei)
https://web.facebook.com

6
JURNAL ILMIAH SOCIETY ISSN : 2337 – 4004
Jurnal Volume 3 No.3 Tahun 2023

https://beritamanado.com/masyarakat-desa-
tariang-lama-gelar-prosesi-mehengke-
tamo-anau-wanua/(Di akses 31 Maret)

Anda mungkin juga menyukai